Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PROGAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

TERHADAP KESEHATAN LANSIA DI INDONESIA

Di Susun Oleh :
Abraham F. Wuarlela ( 204201446134 )
Ajeng Rahmahwati ( 204201446154 )
Novi Andini ( 204201446137 )
Santia F. Enus ( 204201446133 )
Syintya Arimbi ( 204201446136 )
Zainah Tamami ( 204201446135 )
Y. Ari Purwahyudi ( 204201446141 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Lansia merupakan sekelompok orang yang telah mengalami proses perubahan baik secara
fisik, biologis, kognitif, psikologis, ekonomi maupun peran sosial dalam
bermasyarakat(Nurul, Karohmah. 2017). Lansia merupakan subjek dalam proses
pengembangan kesehatan. Berdasar atas pengalaman hidupnya lansia tidak hanya berdiri
untuk dihormati dan dituakan tetapi juga memiliki peran sebagai agen perubahan dalam
berkeluarga dan juga bermasyarakat untuk mewujudkan kelurga yang sehat. Lansia perlu
mendapatkan perhatian yang lebih dalam dunia kesehatan utamanya, karena semakin
bertambahnya usia semakin menurunnya aktifitas sosialnya.

Saat ini indonesia memasuki periode aging population, dimana peningkatan jumlah lansia
terjadi beriringan dengan peningkatan umur harapan hidup. Pada tahun 2010 jumlah lansia
di Indonesia mencapai 18 juta jiwa, tahun 2019 menyentuh angka 25,9 juta jiwa, dan
peningkatan jumlah lansia diprediksi pada tahun 2035 mencapai angka 48,2 juta jiwa
(Kemenkes, 2019). Pertambahan jumlah penduduk lansia di Indonesia tentunya
memberikan dampak positif dan negatif pula. Dampak positif apabila kondisi lansia dalam
keadaan aktif dan sehat tetapi negatif apabila memiliki masalah pada penurunan kesehatan
yang disebabkan oleh peningkatan niaya pelayanan kesehatan, peningkatan disabilitas serta
tidak adanya dukungan sosial dari lingkungannya (Program et al., 2015). Didasarkan atas
data dari riskesdas tahun 2018, penyakit tidak menular terbanyak yang dialami oleh lansia
yaitu hipertensi, penyakit sendi, diabetes melitus, penyakit jantung dan stroke, sedang
penyakit menularnya seperti ISPA dan pneumonia.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah merumuskan kebijakan


pelayanan kesehatan lansia seperti yang dijelaskan pada peraturan menteri kesehatan
nomor 25 tahun 2016 tentang rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia tahun 2016-2019.
Program pokok untuk lanjut usia seperti kesejahteraan sosial dan jaminan sosial,
peningkatan fasilitas serta kualitas hidup lansia dan kegiatan pemberdayaan melalui
posyandu lansia. Pos pelayanan terpadu lanjut usia (posyandu lansia) merupakan pelayanan
yang pembentukan serta pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat dengan
menitikberatkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Terdapat 6 strategi terkait dengan rencana aksi nasional kesehatan lansia diantaranya : 1)
Memiliki dasar hukum untuk pelaksanaan pelayanannya, 2) Meningkatkan jumlah serta
kualitas fasilitas kesehatan, 3) Menjalin hubungan kemitraan dalam pelaksanaan
pelayanaan kesehatan lansia, 4) Mengupdate ketersediaan data serta informasi kesehatan
lansia, 5) Meningkatkan peran serta edukasi untuk memberikan perhatian terhadap
keluarga, masyarakat, dan lansia, 6) Peningkatan pemahaman Lansia dalam upaya
peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat. Peningkatan, pencegahan serta
pemeliharaan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan lansia yang sehat, aktif,
mandiri produktif dan berdaya guna untuk keluarga dan masyarakat sekitar(Intarti &
Khoriah, 2018).

Saat ini peningkatan kualitas pelayanan untuk lansia sangat diperhatikan oleh pemerintah
maupun layanan kesehatan lainnya, akan tetapi masih banyak sekali lansia yang enggan
untuk memanfaatkan fasilitas yang ada. Kesadaran maupun support dari keluarga maupun
masyarakat perlu digalakkan supaya nantinya harapan pemerintah untuk lansia sejahtera
dapat dicapai serta mengurangi jumlah kematian yang disebabkan oleh tidak mampunya
pelayanan kesehatan dikarenakan biaya.

I.2. Rumusan Masalah


I.2.1. Apa saja Program Pemerintah Terhadap Kesehatan Lansia Di Indonesia?
I.2.2. Apa saja Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesehatan Lansia Di Indonesia?

I.3. Tujuan
I.3.1. Untuk mengetahui Program Pemerintah apa saja terhadap Kesehatan Lansia Di
Indonesia.
I.3.2. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah apa saja terhadap Kesehatan Lansia Di
Indonesia.
BAB II
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

2.1. Program Pemerintah Di Indonesia terhadap Kesehatan Lansia


2.1.1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, dan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia khususnya lanjut usia. Posyandu lansia adalah salah satu
kegiatan yang diagendakan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah dan jajaran
bawahannya untuk menangani masalah kesehatan penduduk lanjut usia. Kegiatan ini
berupaya untuk mengontrol keadaan penduduk lansia serta memberikan bimbingan
kepada mereka dalam merawat dan memantau keadaan kesehatan mereka sendiri.
Program Posyandu Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. program Posyandu Lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya.

2.1.2. Atensi
Asistensi Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut ATENSI adalah layanan
Rehabilitasi Sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas,
dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak,
perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi
psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan,
bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. Pelaksanaan
ATENSI bertujuan untuk mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, dan
komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasar; melaksanakan tugas dan
peranan sosial; dan mengatasi masalah dalam kehidupan.
Program-program rehabilitasi sosial antara lain :
2.1.2.1. Layanan Tidak Langsug
a) Kampanye sosial melalui kampanye pencegahan, publikasi, sosialisasi, edukasi,
dan perluasan informasi
Program Rehabilitasi Sosial di seluruh sektor dan masyarakat. Pada
dasarnya Kampanye merupakan suatu proses dirancang secara sadar, bertahap
dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan
tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan
kampanye sosial merupakan serangkaian proses komunikasi terencana bersifat
non komersil dalam kurun waktu tertentu yang berisi pesan tentang masalah
sosial yang terjadi di masyarakat.
b) Bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan Pendamping Rehabilitasi
Sosial
Bimbingan teknis kompetensi ditujukan bagi pengelola dan pendamping
ATENSI dengan tujuan meningkatkan kapasitas SDM baik yang bekerja di balai
besar, balai/loka, maupun LKS agar dapat melaksanakan ATENSI sesuai dengan
prosedur.
c) Refleksi kebijakan
Refleksi kebijakan dilaksanakan berdasarkan kasus permasalahan yang
terjadi di masyarakat, yang kemudian akan berimplikasi pada rekomendasi
kebijakan ATENSI PPKS.
d) Supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan
Dalam pelaksanaan program ATENSI perlu dilakukan supervisi, monitoring
dan evaluasi agar pelaksanaan program ATENSI berjalan dengan efektif, efisien,
dan akuntabel. Supervisi dilakukan dengan tujuan agar balai
besar/balai/loka/LKS terdampingi dalam pelaksanaan ATENSI sesuai dengan
pedoman operasional. Monitoring dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
antara pelaksanaan oleh balai/loka dengan rencana yang sudah disusun.
Evaluasi bertujuan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan atensi berdasarkan
indikator kinerja yang sudah ditetapkan dan memberikan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan ATENSI.
e) Advokasi sosial
Suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi, dan
menyakinkan pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan peran
tanggungjawabnya dalam pemenuhan hak PPKS.
2.1.2.2. Layanan Langsung
a) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak
Merupakan upaya untuk membantu memenuhi standar kebutuhan PPKS
untuk dapat hidup layak secara fisik, mental, dan psikososial. Dukungan
pemenuhan kebutuhan hidup layak dilakukan dengan cara memberikan
bantuan sosial, bantuan sarana, dan prasarana dasar, serta bantuan kebutuhan
dasar lainnya. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: sandang dan pangan;
tempat tinggal sementara; dan akses kesehatan, pendidikan, dan identitas.
b) Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak
Merupakan layanan pemenuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan, dan
kesejahteraan. Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak dilakukan dengan
cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian yang berkelanjutan, serta
memberikan bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan/atau
pengasuhan anak.
c) Dukungan Keluarga
Merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota keluarga berupa
dukungan emosional, pengetahuan, dan keterampilan pengasuhan anak
dan/atau perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam keluarga, serta
dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi. Dukungan keluarga
dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada keluarga dan/atau
penguatan kapabilitas dan tanggung jawab sosial keluarga serta memberikan
bantuan perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga. Dukungan kepada
keluarga terdiri atas: keluarga sendiri; dan/atau keluarga pengganti.
d) Terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual
Terapi fisik dilakukan untuk mengoptimalkan, memelihara, dan mencegah
kerusakan atau gangguan fungsi fisik. Terapi fisik dilakukan dengan cara
latihan terapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta
pelatihan dan terapi olahraga. Terapi psikososial merupakan kumpulan terapi
untuk mengatasi masalah yang muncul dalam interaksi PPKS dengan
lingkungan sosialnya baik keluarga, kelompok, komunitas, maupun
masyarakat.
Terapi psikososial dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan sosial,
serta dukungan alat bantu.
Terapi mental spiritual merupakan terapi yang menggunakan nilai-nilai
moral, spiritual, dan agama untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa
dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi. Terapi mental spiritual
dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan, dan/atau
terapi yang menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan alat bantu.
e) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan
Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan merupakan usaha
pemberian keterampilan kepada PPKS agar mampu hidup mandiri dan/atau
produktif. Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan dilakukan
dengan cara pengembangan dan penyaluran minat, bakat, potensi, dan
menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan
kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi, serta mengembangkan
jejaring pemasaran.
f) Bantuan sosial dan asistensi sosial
Bantuan sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,
dan/atau rentan terhadap risiko sosial. Asistensi sosial merupakan bantuan
berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapatan rendah
sampai dengan berpendapatan tinggi.
g) Dukungan aksesibilitas
Dukungan Aksesibilitas merupakan upaya untuk membantu PPKS
memperoleh akses yang setara terhadap peralatan, pelayanan publik, serta
lingkungan fisik dan nonfisik. Dukungan Aksesibilitas dilakukan dengan cara
melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, dan advokasi sosial kepada pemangku
kepentingan serta penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar
aksesibilitas.

2.2. Kebijakan Pemerintah


2.2.1. Posyandu Lansia
Pada Undang - undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut
usia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat harus
mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk lanjut usia (lansia) dengan tidak memandang
suku, ras, agama, dan budaya. Partisipatif mengandung makna mengharapkan partisipasi
masyarakat untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
termasuk lanjut usia. Berkelanjutan mengandung makna bahwa program/kegiatan yang
berupaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tidak hanya dilakukan sekali atau
dua kali melainkan terus berlanjut. Dasar dibentuknya program posyandu lansia ini berasal
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, Komnas lansia sebagai lembaga semua
unsur terkait dalam bidang peningkatan kesejahteraan lanjut usia ditingkat pusat.
2.2.2. PROGRAM ATENSI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL NOMOR 7 TAHUN 2020 TENTANG
PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 Peraturan Menteri Sosial


tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial tentang Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia ;

Mengingat : Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 Tentang
Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 ).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL TENTANG PEDOMAN


OPERASIONAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA

Anda mungkin juga menyukai