Disusun oleh:
Kelompok 4
Alya Nurainissha (P3.73.20.1.15.004)
Fira Lista Oktiasa (P3.73.20.1.15.013)
Kurnia Indah Fitria Sary (P3.73.20.1.15.021)
Rizkia Yuliani (P3.73.20.1.15.029)
Syintya Arimbi (P3.73.20.1.15.037)
Weny Nia Vebriyanti (P3.73.20.1.15.045)
Kelas: 3 Reguler A
B. Rentang Respon
1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-
kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor. (Ade, 2011)
C. Etiologi
Menurut Tarwanto & Wartonah (2003) dalam Dermawan & Rusdi (2013), penyebab dari
kurangnya perawatan diri adalah akibat kelelahan pada fisik dan penurunan kesadaran.
Penyebab dari kurangnya perawatan diri menurut Depkes (2002) dalam Dermawan & Rusdi
(2013) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi pada defisit perawatan diri merupakan kurang penurunan motivasi,
kurang kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan & Rusdi (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus
menjaga kebersihan kakinya.
3. Dampak defisit perawatan diri
Dampak yang terjadinya pada masalah defisit perawatan diri menurut Dermawan &
Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
A. Contoh Kasus
Tn. K usia 50 tahun, bersuku batak, mempunyai seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga, beragama Kristen, beralamat jl. Bukit raya, Medan. Klien mengatakan badannya sudah
sakit-sakitan karena harus kerja pagi dan pulang malam yang mengakibatkan klien stress
sampai masuk rumah sakit jiwa. Sudah satu minggu di rawat di ruang Mawar psikiatri RSJ L.
Saat dilakukan pengkajian, Tn. K mengatakan ia merasa lemah, malas untuk beraktivitas
setelah pulang kerja dan merasa tidak berdaya, klien tampak pucat, menolak berinteraksi,
berpakaian lusuh, rambut terlihat kusut, berketombe, kusam, gigi kotor, kuku kotor dan
panjang, berdaki dan tercium bau tidak sedap. Saat ditanya apakah sudah mandi, Tn. K hanya
menggeleng dan menolak untuk mandi. Klien juga terlihat hanya beberapa suap makan dari
piring yang disediakan RSJ. Dan hasil TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36 0 C, RR
: 24 x/menit, BB : 45 kg, TB : 165 cm.
b. Alasan Masuk
Klien mengatakan badannya sudah sakit-sakitan karena harus kerja pagi dan pulang malam
yang mengakibatkan klien stress sampai masuk rumah sakit jiwa.
c. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya √ Tidak
d. Fisik
e. Psikososial
1. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien malas melakukan aktivitas dan merasa tidak berdaya
b. Identitas : Klien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anak.
c. Peran : klien sebagai kepala rumah tangga bekerja siang dan malam untuk keluarganya
d. Ideal diri : klien mengatakan tidak bau badan dan berpenampilan rapih
e. Harga diri : klien menolak untuk berinteraksi
2. Hubungan Sosial
Orang yang berarti : klien mengatakan istri, anak, dan orang tuanya sangat penting dalam
kehidupannya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien mengatakan dahulu ia sangat aktif
dalam melakukan kegiatan gotong royong di sekitar rumahnya.
Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien mengatakan tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
3. Spiritual
Nilai dan keyakinan : sebelum masuk RS klien rajin beribadah ke gereja dan setelah di RS
hanya beribadah dengan berdoa
Kegiatan Ibadah : klien rajin mengikuti kegiatan ibadah di lingkungannya.
f. Status Mental
1. Penampilan
√
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan : klien berpakaian lusuh dan kotor
Masalah Keperawatan :Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
√
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
√
bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
√
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
√
Bantuan minimal Bantual total
3. Berpakaian/berhias
√
Bantuan minimal Bantual total
√
Tidur siang lama : 3-4 jam
√
Tidur malam lama : 6-8 jam
√
Kegiatan sebelum / sesudah tidur : membiasakan klien sebelum dan sesudah tidur untuk
membaca doa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
b. Isolasi Sosial
3. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawataan
Keperawatan
1 Defisit 1. Mampu membina SP 1 :
hubungan saling percaya
Perawatan Diri 1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi
kebersihan diri klien dengan klien dengan cara
3. Klien dapat menjelaskan
mengucapkan salam terapeutik,
pentingnya kebersihan diri
4. Klien dapat melaksanakan memperkenalkan diri perawat
perawatan diri dengan
sambil berjabat tangan dengan
bantuan perawat.
5. Klien dapat melaksanakan klien
perawatan diri secara
mandiri. 2. Dorong klien untuk
mengungkapkan pengetahuannya
tentang kebersihan diri.
Dengarkan setiap perkataan klien.
Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi.
SP 2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
SP 3 :
Sp2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih klien berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Membimbing klien memasukkan
dalam jadwal harian
4. Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
5. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
4. Implementasi
a. Strategi Pelaksanaan dengan diagnosa keperawatan “Defisit Perawatan Diri”
Pertemuan ke 1
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju, klien
mengatakan tidak mau menyisir. Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak
kotor, bau dan menolak diajak mandi.
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Mampu membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi kebersihan diri klien
3) Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
4) Strategi pelaksanaan
b) Orientasi
Assalamu’alaikum wr. wb.
“Selamat siang Tn“ K “, Bagaimana kabar Ibu hari ini…???
Perkenalkan saya Mona, dari Akper Sakra Lombok Timur yang akan merawat
dan menemani bapak selama satu minggu ke depan, bapak bisa panggil saya
Mona, saya dari Sambelia Kab.Lombok Timur.
Saya di sini bertugas untuk merawat dan mengobservasi bagaimana
perkembangan bapak setiap hari dan selama satu minggu ke depan ini, kalau
bapak perlu sesuatu bapak bisa panggil saya, dan sekarang kita akan mulai
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bapak, apa bapak bersedia??
bapak sanggupnya kita ngobrol berapa menit..?? setuju tidak kalau 30
menit..?? klien menganggukkan kepala sambil berkata iya dengan nada yang kecil…
c) Fase Kerja :
“Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Apa yang
bapak ketahui tentang pentingnya kebersihan diri?” “Kemudian, apa yang bapak/ibu
lakukan ketika ingin melakukan kebersihan diri bapak/ibu…? ““Berapa kali bapak
membersihkan diri dalam sehari?” “Apakah bapak tahu tentang alat-alat yang
digunakan untuk membersihkan diri?” “Bagaimana cara bapak membersihkan diri?”
“Apakah bapak suka menyisir rambut?” “Alat apa yang bapak gunakan pada saat
makan, menggunakan sendok atau tangan?”
d) Terminasi
Selama 30 menit bicara klien dapat mengingat mejawab pertanyaan perawat
yang berhubungan dengan dirinya.
Pertemuan ke :2
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien juga terlihat hanya beberapa suap makan dari piring yang
disediakan RSJ
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
c) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
3) Tindakan Keperawatan
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
4) Strategi pelaksanaan
a) Orientasi
“Assalamualaikum bapak , sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang
lagi.“Bagaimana perasaan bapak hari ini?” “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik” “Kita latihan selama satu jam” “Langsung di ruang makan ya
bapak…!”
b) Fase Kerja :
“ Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setalah makan ? Dimana bapak
makan ?”. “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan” . “Bagus”
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. “
Silakan bapak yang pimpin. Bagus…”. “ Mari kita makan… saat makan kita harus
menyuap makanan dengan pelan-pelan. Ya, mari kita makan…”.
“ Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul… dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus.”
c) Terminasi
“Bagaimana bapak setelah kita makan bersama – sama.” “Ayo, coba sebutkan lagi
cara – cara makan yang benar.” Bagus. “Setelah makan apa yang sebaiknya kita
lakukan.” “Hari–hari berikutnya saya berharap bapak melakukan cara tadi dengan
baik.” “Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam kemampuan
berdandan.” “Bapak mau ketemu jam berapa?” “Kira – kira bapak mau ketemu
dimana ?”
Pertemuan ke :3
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : rambut klien terlihat kusut, berketombe, kusam, gigi kotor, kuku kotor
dan panjang, berdaki dan tercium bau tidak sedap. Saat ditanya apakah sudah mandi, Tn.
K hanya menggeleng dan menolak untuk mandi.
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
c) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
3) Tindakan Keperawatan
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b) Menjelaskan cara berdandan
c) Melatih klien cara berdandan
d) Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4) Strategi pelaksanaan
a) Orientasi
“Selamat pagi bapak! Bagaimana kondisi bapak hari ini? Apa bapak sudah mandi
dan berdandan seperti sisir rambutnya?” “Baiklah bapak sesuai janji kita tadi,
sekarang kita akan berbincang-bincang tentang cara mandi dan sisir yang benar dan
cara mempraktekkannya? kita akan berbincang-bincang selama 15 menit. Diteras ini
ya pak!”
d) Fase Kerja :
“bapak coba suster mau tahu, bagaimana cara mandi? oya bagus sekali. Nah tetapi
alangkah lebih baik lagi bapak mandi dengan sabun agar bersih badannya. Begini ya
bapak sekarang suster akan ajarkan cara membersihkan diri. Pertama bapak harus
menggunkan sabun mandi saat mau mandi, lalu di gosokkan ke badan bapak sampai
bersih ke seluruh badan lalu bapak basuh dan jangan lupa setelah mandi bapak sisir
rambut nya agar terlihat cantik, wangi dan rapih. Bagaimana penjelasan dari suster
apa sudah bisa di pahami oleh bapak ? Selain itu jangan lupa masukkan kegiatan ini
kadalam jadwal kegiatan harian bapak. bapak masih ingatkan cara melakukannya?
Wah hebat sekali bapak!”
e) Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan suster?”“Nah, coba
bapak jelaskan dan praktekkan kembali apa yang telah kita perbincangkan tadi.
Bagus bapak, ternyata bapak masih ingat apa yang telah suster ajarkan.” “Suster
harap apa yang tadi suster ajarkan kepada bapak , bapak dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian dan
dilakukan 2 kali dalam sehari yang telah suster ajarkan tadi.
b. Strategi Pelaksanaan pada diagnosa keperawatan “Isolasi Sosial”
Pertemuan Ke 1
1. Proses Keperawatan
Kondisi : Pasien tidak mau berbicara, dan berkontak mata
2. Tujuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
3. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam.
2) Berkenalan dengan pasien.
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien.
4) Buat kontrak asuhan keperawatan dengan pasien.
5) Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati kepada pasien.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
4. Strategi Komunikasi
a. Orientasi :
“Selamat pagi!”
“Saya N, … Saya senang dipanggil suster N, saya mahasiswa perawat yang merawat
bapak.”
“Siapa nama bapak ? senang dipanggil siapa ?”
“ Apa Keluhan bapak hari ini ?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman bapak ?”
“Mau dimana mereka bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Mau berapa
lama ? Bagaimana kalau 15 menit ?”
b. Kerja
“Siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? Siapa yang paing dekat dengan bapak
? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak ? Apa yang membuat bapak jarang
bercakap-cakap dengannya ?”
“Apa saja kegiatan yang biasa dilakukan dengan teman yang bapak kenal ?”
“Apa yang menghambat bapak dalam berteman dengan pasien lain ?”
“Menurut bapak, apa saja keuntungannya kalau kita memiliki teman ? Wah benar ada
teman untuk bercakp-cakap. Apalagi ?(sampai pasien menyebutkan beberapa). Nah
kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa saja ? Iya betu, apalagi ?. Jjadi, banyak
kerugiannnya juga ya kalau tidak memiliki teman. Kalau begitu, inginkah bapak belajar
bergaul dengan orang lain ?.”
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkealan dengan orang lain ?.”
“ Begini lho pak, untuk berkenalan dengan orang lain, kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka. Kemudian asal kita, dan hobi. Contoh, nama saya Nina
senang dipanggil nina asal saya dari bekasi, hobi saya membaca.”
“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajka berkenalan. Contohnya :
nama bapak siapa ? senang dipanngil apa ? asalnay darimana ? hobinya apa ?”
“Ayo pak dicoba!Coba perkenalkan diri bapak seandainya saya belum kenal dengan
bapak.”
“Ya. Bagus sekali. Coba sekali lagi ya. Bagus sekali.
“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut, bapak dapat melanjutkan percakapan
tentang hal yang menyenangkan untuk dibicarakan.
c. Terminasi
Pertemuan Ke : 2
1. Proses Keperawatan
Kondisi : Pasien sudah mulai mau berbicara
2. Tujuan
Klien menyadari penyebab isolasi sosial.
3. Tindakan Keperawatan
Bantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
a. Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan.
b. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang.
c. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
d. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang
lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
4. Strategi Komunikasi
Orientasi
“Selamat pagi, bapak.”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ?”Coba sebutkan lagi
sambil bersamaan dengan saya.”“Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah seperti janji
saya, saya akan mengajak bapak mencoba berkenalan dengan Bapak K. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui disana.”
Kerja
“Selamat pagi bapak K, ini bapak K ingin berkenalan dengan bapak.”
“Baiklah pak, bapak dapat berkenalan dengan bapak K seperti yang kita praktikkan
kemarin.”
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan, memberi salam, menyebutkan
nama,asal, hobi, dan lain-lain).
Orientasi
“Selamat pagi, bapak. Bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“apakah bapak bercakap-cakap dengan ibu.N kemarin?”
(jika jawabannya ya, anda dapat melanjautkan komunikasi berikutnya dengan
orang lain.)
“bagaimana perasaaan bapak setelah bercakap-cakap dengan ibu N kemarin?”
“bagus sekali, bapak sekarang menjadi sengnag karena punya teman lagi.”
“kalau begitu bapak ingin punya banyak teman lagi?”
“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu tetangga
O?”
“seperti biasa kira-kira 10 menit.”
“mari kita temui dia di ruang makan.”
Kerja
(berasama-sama bapak, anda mendekati pasien)
“selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“baiklah pak,bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti biasa seperti
yang telah dilakukan sebelumnya.”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama.)
“ada lagi yang ingin ditanyakan kepada O?”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak dapat sudahi perkenalan
ini. Lalu bapak dapat buat janji bertemu lagi. Mis, bertemu lagi pukul 4 sore
nanti.”
“baiklah O, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak akan
kembali ke rumah bapak. Selamat pagi.”
Pertemuan Pada Keluarga Ke 1
1. Tindakan Keperawatan : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi.
2. Strategi Komunikasi
Orientasi
Orientasi
“Selamat pagi, Ibu.”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini ?”
“Ibu masih ingat cara merawat suami ibu seperti beberapa hari lalu ?”
“Mari praktikkan langsung ke suami ibu!. Berapa lama waktu ibu ? baik kita akan
coba dalam 30 menit.”
“Sekarang mari kita temui suami ibu.”
Kerja
“Selamat pagi, bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
“Ibu, bapak ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus. Tolong bapak tunjukkan
jadwal kegiatannya.!”
(Kemudian anda berbicara kepada keluarga).
“Nah, pak sekarang bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu.”
(Mengobsservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan istri ?”
Terminasi
“Bagaiman perasaan Ibu setelah kita latihan tadi ? Ibu sudah bagus.”
“Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada suami
ibu.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu, dan tempatnya sama
seperti sekarang,Bu!.”
“Sampai jumpa.
A. Evaluasi Keperawatan
1. klien mau berkenalan dan klien mau menyebutkan namanya Tn.M dan senang namanya
dipanggil.
2. klien mengetahui penyebab klien menyendiri dan mengetahui keuntungan dan kerugian
membina hubungan dngan orang lain.
3. klien merasa senang setelah bercakap-cakap dengan orang lain dan sudah mengerti cara
berinteraksi dengan orang lain serta mulai berani melakukan kontak mata dengan orang lain.
5. Evaluasi
DIAGNOSIS EVALUASI
Isolasi Sosial S:
-klien mengatakan senang setelah
bercakap-cakap dengan orang lain dan
sudah mengerti cara berinteraksi dengan
orang lain serta mulai berani melakukan
kontak mata dengan orang lain.
-klien mengatakan sudah mengetahui
penyebab dirinya menyendiri dan
mengetahui keuntungan dan kerugian
membina hubungan dengan orang lain.
O : klien terlihat mau berkenalan dan klien
mau menyebutkan namanya Tn.K dan
senang namanya dipanggil.
A : Masalah Teratsi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Fitria , Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (alih bahasa , Ramona P Kapoh, Egi
Komara Yudha, 2006). Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC