Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI”

Disusun oleh:
Kelompok 4
Alya Nurainissha (P3.73.20.1.15.004)
Fira Lista Oktiasa (P3.73.20.1.15.013)
Kurnia Indah Fitria Sary (P3.73.20.1.15.021)
Rizkia Yuliani (P3.73.20.1.15.029)
Syintya Arimbi (P3.73.20.1.15.037)
Weny Nia Vebriyanti (P3.73.20.1.15.045)

Kelas: 3 Reguler A

Dosen: Ibu Suliswati, S. Kp., M. Kes.

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2017
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam
kemampuan melakukan atau menyelesaikkan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
(Sutejo, 2018).
Defisit perawatan diri merupakan keadaan seseorang yang mengalami kesulitan dan
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Pinedendi, 2016).
Kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa disebabkan oleh kelemahan fisik
dan kurangnya kesadaran penderita akan pentingnya melakukan perawatan diri. Kurang
perawatan diri dapat dilihat dari segi fisik, psikologis dan sosial. Secara fisik dapat dilihat dari
ketidakmampuan penderita untuk melakukan kegiatan perawatan diri secara mandiri. Secara
psikologi, penderita tidak melakukan kegiatan perawatan diri disebabkan oleh kurangnya minat
dan kesadaran penderita akan pentingnya kegiatan perawatan diri, sedangkan segi sosial dapat
dilihat dari penderita yang tidak suka untuk berinteraksi dengan orang lain, menarik diri serta
malas untuk melakukan kegiatan perawatan diri. Penderita akan terlihat kotor, badan bau, malas
dan kurangnya inisiatif untuk melakukan kegiatan perawatan diri (Rusdi & Dermawan, 2013).

B. Rentang Respon

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-
kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor. (Ade, 2011)

C. Etiologi
Menurut Tarwanto & Wartonah (2003) dalam Dermawan & Rusdi (2013), penyebab dari
kurangnya perawatan diri adalah akibat kelelahan pada fisik dan penurunan kesadaran.
Penyebab dari kurangnya perawatan diri menurut Depkes (2002) dalam Dermawan & Rusdi
(2013) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi pada defisit perawatan diri merupakan kurang penurunan motivasi,
kurang kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan & Rusdi (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus
menjaga kebersihan kakinya.
3. Dampak defisit perawatan diri
Dampak yang terjadinya pada masalah defisit perawatan diri menurut Dermawan &
Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

D. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000: 20) dalam Dermawan & Rusdi (2013), Tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat
4. Kebersihan diri
a. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur.
b. Pakaian kotor.
c. Bau badan.
d. Bau napas.
e. Penampilan tidak rapi.
5. Berdandan atau berhias
a. Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai.
b. Tidak menyisir rambut/mencukur kumis.
6. Makan
a. Mengalami kesukaran dalam mengambil makanan.
b. Ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut.
c. Makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
7. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih.

E. Psikodinamika deficit perawatan diri


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Contoh Kasus
Tn. K usia 50 tahun, bersuku batak, mempunyai seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga, beragama Kristen, beralamat jl. Bukit raya, Medan. Klien mengatakan badannya sudah
sakit-sakitan karena harus kerja pagi dan pulang malam yang mengakibatkan klien stress
sampai masuk rumah sakit jiwa. Sudah satu minggu di rawat di ruang Mawar psikiatri RSJ L.
Saat dilakukan pengkajian, Tn. K mengatakan ia merasa lemah, malas untuk beraktivitas
setelah pulang kerja dan merasa tidak berdaya, klien tampak pucat, menolak berinteraksi,
berpakaian lusuh, rambut terlihat kusut, berketombe, kusam, gigi kotor, kuku kotor dan
panjang, berdaki dan tercium bau tidak sedap. Saat ditanya apakah sudah mandi, Tn. K hanya
menggeleng dan menolak untuk mandi. Klien juga terlihat hanya beberapa suap makan dari
piring yang disediakan RSJ. Dan hasil TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36 0 C, RR
: 24 x/menit, BB : 45 kg, TB : 165 cm.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Inisial :Tn.K
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelmain : Laki-Laki
Agama : Kristen
Suku : Batak
Alamat : Jl. Bukit raya, Medan

b. Alasan Masuk
Klien mengatakan badannya sudah sakit-sakitan karena harus kerja pagi dan pulang malam
yang mengakibatkan klien stress sampai masuk rumah sakit jiwa.

c. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya √ Tidak

2. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa √ Ya Tidak

d. Fisik

1. Tanda vital : TD : 140/90 mmHg, N : 86 x/menit, S : 360 C, RR : 24 x/menit,


2. Ukur : BB : 45 kg, TB : 165 cm.

e. Psikososial

1. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien malas melakukan aktivitas dan merasa tidak berdaya
b. Identitas : Klien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anak.
c. Peran : klien sebagai kepala rumah tangga bekerja siang dan malam untuk keluarganya
d. Ideal diri : klien mengatakan tidak bau badan dan berpenampilan rapih
e. Harga diri : klien menolak untuk berinteraksi

2. Hubungan Sosial
Orang yang berarti : klien mengatakan istri, anak, dan orang tuanya sangat penting dalam
kehidupannya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien mengatakan dahulu ia sangat aktif
dalam melakukan kegiatan gotong royong di sekitar rumahnya.
Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien mengatakan tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain

3. Spiritual
Nilai dan keyakinan : sebelum masuk RS klien rajin beribadah ke gereja dan setelah di RS
hanya beribadah dengan berdoa
Kegiatan Ibadah : klien rajin mengikuti kegiatan ibadah di lingkungannya.

f. Status Mental
1. Penampilan


Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan : klien berpakaian lusuh dan kotor
Masalah Keperawatan :Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

√ Apatis Lambat Membisu Tidak mampu


memulai
3. Aktivitas Motorik:


Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

4. lnteraksi selama wawancara


bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

g. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan


Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK


Bantuan minimal Bantual total

3. Berpakaian/berhias


Bantuan minimal Bantual total

4. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 3-4 jam


Tidur malam lama : 6-8 jam


Kegiatan sebelum / sesudah tidur : membiasakan klien sebelum dan sesudah tidur untuk
membaca doa

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
b. Isolasi Sosial

3. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawataan
Keperawatan
1 Defisit 1. Mampu membina SP 1 :
hubungan saling percaya
Perawatan Diri 1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi
kebersihan diri klien dengan klien dengan cara
3. Klien dapat menjelaskan
mengucapkan salam terapeutik,
pentingnya kebersihan diri
4. Klien dapat melaksanakan memperkenalkan diri perawat
perawatan diri dengan
sambil berjabat tangan dengan
bantuan perawat.
5. Klien dapat melaksanakan klien
perawatan diri secara
mandiri. 2. Dorong klien untuk
mengungkapkan pengetahuannya
tentang kebersihan diri.
Dengarkan setiap perkataan klien.
Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi.

SP 2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya

2. Menjelaskan cara makan yang


baik

3. Melatih klien cara makan yang


baik

4. Membimbing klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian

SP 3 :

1. Memvalidasi masalah dan latihan


sebelumnya

2. Menjelaskan cara berdandan

3. Melatih klien cara berdandan

5. Membimbing klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian

2 Isolasi Sosial 1. Membina hubungan saling Sp 1


percaya.
1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab
dengan klien dengan cara
isolasi sosial.
mengucapkan salam terapeutik,
3. Mengidentifikasi
memperkenalkan diri perawat
keuntungan dan kerugian
sambil berjabat tangan dengan
berinteraksi dengan orang klien.
lain.
2. Bantu pasien mengenal penyebab
4. Melatih klien untuk
berinteraksi dengan orang
lain isolasi sosial.

3. Bantu pasien mengenali


keuntungan dan kerugian dari
membina hubungan dengan orang
lain. Lakukan dengan cara
mendiskusikan keuntungan bila
pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka.

Sp2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih klien berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Membimbing klien memasukkan
dalam jadwal harian
4. Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
5. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.

4. Implementasi
a. Strategi Pelaksanaan dengan diagnosa keperawatan “Defisit Perawatan Diri”
Pertemuan ke 1
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju, klien
mengatakan tidak mau menyisir. Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak
kotor, bau dan menolak diajak mandi.
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Mampu membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi kebersihan diri klien
3) Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien

b) Dorong klien untuk mengungkapkan pengetahuannya tentang kebersihan diri.


Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.

4) Strategi pelaksanaan

a) Fase pra interaksi

Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan ,


pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat
telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.

b) Orientasi
Assalamu’alaikum wr. wb.
“Selamat siang Tn“ K “, Bagaimana kabar Ibu hari ini…???
Perkenalkan saya Mona, dari Akper Sakra Lombok Timur yang akan merawat
dan menemani bapak selama satu minggu ke depan, bapak bisa panggil saya
Mona, saya dari Sambelia Kab.Lombok Timur.
Saya di sini bertugas untuk merawat dan mengobservasi bagaimana
perkembangan bapak setiap hari dan selama satu minggu ke depan ini, kalau
bapak perlu sesuatu bapak bisa panggil saya, dan sekarang kita akan mulai
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bapak, apa bapak bersedia??
bapak sanggupnya kita ngobrol berapa menit..?? setuju tidak kalau 30
menit..?? klien menganggukkan kepala sambil berkata iya dengan nada yang kecil…

c) Fase Kerja :
“Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Apa yang
bapak ketahui tentang pentingnya kebersihan diri?” “Kemudian, apa yang bapak/ibu
lakukan ketika ingin melakukan kebersihan diri bapak/ibu…? ““Berapa kali bapak
membersihkan diri dalam sehari?” “Apakah bapak tahu tentang alat-alat yang
digunakan untuk membersihkan diri?” “Bagaimana cara bapak membersihkan diri?”
“Apakah bapak suka menyisir rambut?” “Alat apa yang bapak gunakan pada saat
makan, menggunakan sendok atau tangan?”

d) Terminasi
Selama 30 menit bicara klien dapat mengingat mejawab pertanyaan perawat
yang berhubungan dengan dirinya.

Pertemuan ke :2
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien juga terlihat hanya beberapa suap makan dari piring yang
disediakan RSJ
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
c) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
3) Tindakan Keperawatan
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b) Menjelaskan cara makan yang baik

c) Melatih klien cara makan yang baik

d) Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4) Strategi pelaksanaan

a) Orientasi
“Assalamualaikum bapak , sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang
lagi.“Bagaimana perasaan bapak hari ini?” “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik” “Kita latihan selama satu jam” “Langsung di ruang makan ya
bapak…!”
b) Fase Kerja :
“ Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setalah makan ? Dimana bapak
makan ?”. “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan” . “Bagus”
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. “
Silakan bapak yang pimpin. Bagus…”. “ Mari kita makan… saat makan kita harus
menyuap makanan dengan pelan-pelan. Ya, mari kita makan…”.
“ Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul… dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus.”
c) Terminasi
“Bagaimana bapak setelah kita makan bersama – sama.” “Ayo, coba sebutkan lagi
cara – cara makan yang benar.” Bagus. “Setelah makan apa yang sebaiknya kita
lakukan.” “Hari–hari berikutnya saya berharap bapak melakukan cara tadi dengan
baik.” “Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam kemampuan
berdandan.” “Bapak mau ketemu jam berapa?” “Kira – kira bapak mau ketemu
dimana ?”

Pertemuan ke :3
1) Proses Keperawatan
Kondisi Klien : rambut klien terlihat kusut, berketombe, kusam, gigi kotor, kuku kotor
dan panjang, berdaki dan tercium bau tidak sedap. Saat ditanya apakah sudah mandi, Tn.
K hanya menggeleng dan menolak untuk mandi.
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
c) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
3) Tindakan Keperawatan
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b) Menjelaskan cara berdandan
c) Melatih klien cara berdandan
d) Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4) Strategi pelaksanaan

a) Orientasi
“Selamat pagi bapak! Bagaimana kondisi bapak hari ini? Apa bapak sudah mandi
dan berdandan seperti sisir rambutnya?” “Baiklah bapak sesuai janji kita tadi,
sekarang kita akan berbincang-bincang tentang cara mandi dan sisir yang benar dan
cara mempraktekkannya? kita akan berbincang-bincang selama 15 menit. Diteras ini
ya pak!”
d) Fase Kerja :
“bapak coba suster mau tahu, bagaimana cara mandi? oya bagus sekali. Nah tetapi
alangkah lebih baik lagi bapak mandi dengan sabun agar bersih badannya. Begini ya
bapak sekarang suster akan ajarkan cara membersihkan diri. Pertama bapak harus
menggunkan sabun mandi saat mau mandi, lalu di gosokkan ke badan bapak sampai
bersih ke seluruh badan lalu bapak basuh dan jangan lupa setelah mandi bapak sisir
rambut nya agar terlihat cantik, wangi dan rapih. Bagaimana penjelasan dari suster
apa sudah bisa di pahami oleh bapak ? Selain itu jangan lupa masukkan kegiatan ini
kadalam jadwal kegiatan harian bapak. bapak masih ingatkan cara melakukannya?
Wah hebat sekali bapak!”
e) Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan suster?”“Nah, coba
bapak jelaskan dan praktekkan kembali apa yang telah kita perbincangkan tadi.
Bagus bapak, ternyata bapak masih ingat apa yang telah suster ajarkan.” “Suster
harap apa yang tadi suster ajarkan kepada bapak , bapak dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian dan
dilakukan 2 kali dalam sehari yang telah suster ajarkan tadi.
b. Strategi Pelaksanaan pada diagnosa keperawatan “Isolasi Sosial”
Pertemuan Ke 1
1. Proses Keperawatan
Kondisi : Pasien tidak mau berbicara, dan berkontak mata
2. Tujuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
3. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam.
2) Berkenalan dengan pasien.
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien.
4) Buat kontrak asuhan keperawatan dengan pasien.
5) Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati kepada pasien.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

b. Bantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial.


1) Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
2) Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain.
c. Bantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain.
Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
d. Bantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan.
1) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
2) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
e. Bantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain.
1) Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka.
2) Bantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan.
3) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
4) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.

4. Strategi Komunikasi
a. Orientasi :
“Selamat pagi!”
“Saya N, … Saya senang dipanggil suster N, saya mahasiswa perawat yang merawat
bapak.”
“Siapa nama bapak ? senang dipanggil siapa ?”
“ Apa Keluhan bapak hari ini ?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman bapak ?”
“Mau dimana mereka bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Mau berapa
lama ? Bagaimana kalau 15 menit ?”
b. Kerja

“Siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? Siapa yang paing dekat dengan bapak
? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak ? Apa yang membuat bapak jarang
bercakap-cakap dengannya ?”
“Apa saja kegiatan yang biasa dilakukan dengan teman yang bapak kenal ?”
“Apa yang menghambat bapak dalam berteman dengan pasien lain ?”
“Menurut bapak, apa saja keuntungannya kalau kita memiliki teman ? Wah benar ada
teman untuk bercakp-cakap. Apalagi ?(sampai pasien menyebutkan beberapa). Nah
kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa saja ? Iya betu, apalagi ?. Jjadi, banyak
kerugiannnya juga ya kalau tidak memiliki teman. Kalau begitu, inginkah bapak belajar
bergaul dengan orang lain ?.”
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkealan dengan orang lain ?.”
“ Begini lho pak, untuk berkenalan dengan orang lain, kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka. Kemudian asal kita, dan hobi. Contoh, nama saya Nina
senang dipanggil nina asal saya dari bekasi, hobi saya membaca.”
“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajka berkenalan. Contohnya :
nama bapak siapa ? senang dipanngil apa ? asalnay darimana ? hobinya apa ?”
“Ayo pak dicoba!Coba perkenalkan diri bapak seandainya saya belum kenal dengan
bapak.”
“Ya. Bagus sekali. Coba sekali lagi ya. Bagus sekali.
“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut, bapak dapat melanjutkan percakapan
tentang hal yang menyenangkan untuk dibicarakan.

c. Terminasi

“Bagaiamana perasaan bapak setelah kita latihan perkenalan ?”


“Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.”
“Selanjutnya, bapak dapat mengingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.”
“Besok pagi pukul 10.00 saya akan datang kesini untuk mengajka bapak berkenalan
dengan teman saya, perawat F. Bagaimana ? bapak mau kan ?”
“Baiklah. Sampai jumpa.”

Pertemuan Ke : 2
1. Proses Keperawatan
Kondisi : Pasien sudah mulai mau berbicara
2. Tujuan
Klien menyadari penyebab isolasi sosial.
3. Tindakan Keperawatan
Bantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
a. Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan.
b. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang.
c. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
d. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang
lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

4. Strategi Komunikasi

Orientasi
“Selamat pagi, bapak.”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ?”Coba sebutkan lagi
sambil bersamaan dengan saya.”“Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah seperti janji
saya, saya akan mengajak bapak mencoba berkenalan dengan Bapak K. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui disana.”

Kerja
“Selamat pagi bapak K, ini bapak K ingin berkenalan dengan bapak.”
“Baiklah pak, bapak dapat berkenalan dengan bapak K seperti yang kita praktikkan
kemarin.”
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan, memberi salam, menyebutkan
nama,asal, hobi, dan lain-lain).
Orientasi
“Selamat pagi, bapak. Bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“apakah bapak bercakap-cakap dengan ibu.N kemarin?”
(jika jawabannya ya, anda dapat melanjautkan komunikasi berikutnya dengan
orang lain.)
“bagaimana perasaaan bapak setelah bercakap-cakap dengan ibu N kemarin?”
“bagus sekali, bapak sekarang menjadi sengnag karena punya teman lagi.”
“kalau begitu bapak ingin punya banyak teman lagi?”
“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu tetangga
O?”
“seperti biasa kira-kira 10 menit.”
“mari kita temui dia di ruang makan.”

Kerja
(berasama-sama bapak, anda mendekati pasien)
“selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“baiklah pak,bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti biasa seperti
yang telah dilakukan sebelumnya.”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama.)
“ada lagi yang ingin ditanyakan kepada O?”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak dapat sudahi perkenalan
ini. Lalu bapak dapat buat janji bertemu lagi. Mis, bertemu lagi pukul 4 sore
nanti.”
“baiklah O, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak akan
kembali ke rumah bapak. Selamat pagi.”
Pertemuan Pada Keluarga Ke 1
1. Tindakan Keperawatan : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi.
2. Strategi Komunikasi
Orientasi

“Selamat pagi, bu!”


“Perkenalkan saya perawa N dari RS.. saya yang merawat suami ibu.”
“Nama ibu siapa ? senang dipanggil apa ?”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini ? Bagaimana keadaan suami ibu sekarang ?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang membahs kondisi suami ibu saat ini ?”
“ Kita diskusi disini saja ya ? Berapa lama ibu punya waktu ? Bagaimana kalau 30
menit ?”
Kerja
“Apa masalah yang ibu hadapi dalalm merawat suami ibu ? apa yang sudah dilakukan ?”
“Masalah yang dilami oleh suami ibu disebut isolasi sosial. Ini adalah slah satu penyakit
yang juga dialami oleh pasien gangguan jiwa yang lain.”
“Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.”
“Biasanay masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orang-orang terdekat.”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seorang dapat mengalami halusinasi,
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“untuk menghadapi keadaan yang demikian, Ibu dan anggota keluarga lainnya harus
bersabar menghadapi suami ibu. Dan untuk merawat suami ibu, keluarga perlu melakukan
beberapa hal. Pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan bapak
yang caranay adalah dengan bersikap peduli terhadap suami ibu dan jangan ingkar janji.
Kedua, keluarag perlu memberikan semangat dan dorongan kepada bapak untuk dapat
melakukan kegiatan bersama-sama denagn orang lain. Berilah pujian yang wajar dan
jangan mencela kondisi pasien.
“Selanjutnya jangan biarkan bapak sendiri,. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
denagn suami ibu.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara ini ?”
“Begini contoh komunikasinya, Bu. Ibu lihat sekarang kamu sudah dapat bercakap-cakap
dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama. Ibu senang sekali melihat
perkembangan bapak. Coba kamu bincang-bincang dengan anakmu. Lalu bagaiamana
kalau mulai sekarang kita sholat berjamaah. Kalau dirumah sakit ini, kamu sholat dimana ?
kalau nanati dirumah, bapak bisa sholat dirumah atau mushola kampong. Bagaimana
bapak mau mencoba ?”
“Nah sekarang ibu bisa mencoba peragakan cara komunikasi seperti yang telah saya
contohkan.”
“Bagus, bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali.”
“Sampai sini ada yang inginn ditanyakan bu ?”
Terminasi
“Baiklah nya sudah habis. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan tadi ?”
“Coba ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial.”
“Selanjutnya dapat ibu sebutkan kembali cara merawat suami ibu.”
“Bagus sekali bu. Ibu dapat menyebutkan kembali cara perawatan tersebut.”
“Nanti kalau ketemu bapak, coba ibu/anak-anak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga mau melakukan hal yang sama.”
“Bagaimana kalalu kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada suami ibu.?”
Pertemuan pada Keluarga Ke 2
1. Tindakan Keperawatan : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
2. Strategi Komunikasi

Orientasi
“Selamat pagi, Ibu.”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini ?”
“Ibu masih ingat cara merawat suami ibu seperti beberapa hari lalu ?”
“Mari praktikkan langsung ke suami ibu!. Berapa lama waktu ibu ? baik kita akan
coba dalam 30 menit.”
“Sekarang mari kita temui suami ibu.”

Kerja
“Selamat pagi, bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
“Ibu, bapak ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus. Tolong bapak tunjukkan
jadwal kegiatannya.!”
(Kemudian anda berbicara kepada keluarga).
“Nah, pak sekarang bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu.”
(Mengobsservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan istri ?”
Terminasi
“Bagaiman perasaan Ibu setelah kita latihan tadi ? Ibu sudah bagus.”
“Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada suami
ibu.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu, dan tempatnya sama
seperti sekarang,Bu!.”
“Sampai jumpa.
A. Evaluasi Keperawatan

1. klien mau berkenalan dan klien mau menyebutkan namanya Tn.M dan senang namanya
dipanggil.
2. klien mengetahui penyebab klien menyendiri dan mengetahui keuntungan dan kerugian
membina hubungan dngan orang lain.
3. klien merasa senang setelah bercakap-cakap dengan orang lain dan sudah mengerti cara
berinteraksi dengan orang lain serta mulai berani melakukan kontak mata dengan orang lain.
5. Evaluasi

DIAGNOSIS EVALUASI

Defisit Perawatan Diri S : Klien mengatakan badannya wangi dan


tidak bau mulut
O:
-Klien terlihat lebih rapih dan wangi
-Klien tampak lebih segar
-klien tampak melakukan perawatan diri
secara mandiri
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan

Isolasi Sosial S:
-klien mengatakan senang setelah
bercakap-cakap dengan orang lain dan
sudah mengerti cara berinteraksi dengan
orang lain serta mulai berani melakukan
kontak mata dengan orang lain.
-klien mengatakan sudah mengetahui
penyebab dirinya menyendiri dan
mengetahui keuntungan dan kerugian
membina hubungan dengan orang lain.
O : klien terlihat mau berkenalan dan klien
mau menyebutkan namanya Tn.K dan
senang namanya dipanggil.
A : Masalah Teratsi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Fitria , Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan  Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (alih bahasa , Ramona P Kapoh,  Egi
Komara Yudha, 2006). Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai