Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN

LANSIA DI INDONESIA

Di Susun Oleh :

Abraham F. Wuarlela ( 204201446134 )

Ajeng Rahmahwati ( 204201446154 )

Novi Andini ( 204201446137 )

Santia F. Enus ( 204201446133 )

Syintya Arimbi ( 204201446136 )

Zainah Tamami ( 204201446135 )

Y. Ari Purwahyudi ( 204201446141 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Lansia merupakan sekelompok orang yang telah mengalami proses perubahan


baik secara fisik, biologis, kognitif, psikologis, ekonomi maupun peran sosial dalam
bermasyarakat (Nurul, Karohmah. 2017). Lansia merupakan subjek dalam proses
pengembangan kesehatan. Berdasar atas pengalaman hidupnya lansia tidak hanya berdiri
untuk dihormati dan dituakan tetapi juga memiliki peran sebagai agen perubahan dalam
berkeluarga dan juga bermasyarakat untuk mewujudkan kelurga yang sehat. Lansia perlu
mendapatkan perhatian yang lebih dalam dunia kesehatan utamanya, karena semakin
bertambahnya usia semakin menurunnya aktifitas sosialnya.

Saat ini indonesia memasuki periode aging population, dimana peningkatan


jumlah lansia terjadi beriringan dengan peningkatan umur harapan hidup. Pada tahun 2010
jumlah lansia di Indonesia mencapai 18 juta jiwa, tahun 2019 menyentuh angka 25,9 juta
jiwa, dan peningkatan jumlah lansia diprediksi pada tahun 2035 mencapai angka 48,2 juta
jiwa (Kemenkes, 2019). Pertambahan jumlah penduduk lansia di Indonesia tentunya
memberikan dampak positif dan negatif pula. Dampak positif apabila kondisi lansia dalam
keadaan aktif dan sehat tetapi negatif apabila memiliki masalah pada penurunan kesehatan
yang disebabkan oleh peningkatan niaya pelayanan kesehatan, peningkatan disabilitas serta
tidak adanya dukungan sosial dari lingkungannya (Program et al., 2015). Didasarkan atas
data dari riskesdas tahun 2018, penyakit tidak menular terbanyak yang dialami oleh lansia
yaitu hipertensi, penyakit sendi, diabetes melitus, penyakit jantung dan stroke, sedang
penyakit menularnya seperti ISPA dan pneumonia.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah merumuskan


kebijakan pelayanan kesehatan lansia seperti yang dijelaskan pada peraturan menteri
kesehatan nomor 25 tahun 2016 tentang rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia tahun
2016-2019. Program pokok untuk lanjut usia seperti kesejahteraan sosial dan jaminan
sosial, peningkatan fasilitas serta kualitas hidup lansia dan kegiatan pemberdayaan melalui
posyandu lansia. Pos pelayanan terpadu lanjut usia (posyandu lansia) merupakan pelayanan
yang pembentukan serta pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat dengan
menitikberatkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Terdapat 6 strategi terkait dengan rencana aksi nasional kesehatan lansia


diantaranya : 1) Memiliki dasar hukum untuk pelaksanaan pelayanannya, 2) Meningkatkan
jumlah serta kualitas fasilitas kesehatan, 3) Menjalin hubungan kemitraan dalam
pelaksanaan pelayanaan kesehatan lansia, 4) Mengupdate ketersediaan data serta informasi
kesehatan lansia, 5) Meningkatkan peran serta edukasi untuk memberikan perhatian
terhadap keluarga, masyarakat, dan lansia, 6) Peningkatan pemahaman Lansia dalam upaya
peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat. Peningkatan, pencegahan serta
pemeliharaan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan lansia yang sehat, aktif,
mandiri produktif dan berdaya guna untuk keluarga dan masyarakat sekitar(Intarti &
Khoriah, 2018).

Saat ini peningkatan kualitas pelayanan untuk lansia sangat diperhatikan oleh
pemerintah maupun layanan kesehatan lainnya, akan tetapi masih banyak sekali lansia yang
enggan untuk memanfaatkan fasilitas yang ada. Kesadaran maupun support dari keluarga
maupun masyarakat perlu digalakkan supaya nantinya harapan pemerintah untuk lansia
sejahtera dapat dicapai serta mengurangi jumlah kematian yang disebabkan oleh tidak
mampunya pelayanan kesehatan dikarenakan biaya.

I.2. Rumusan Masalah


I.2.1. Apa saja Program Pemerintah Terhadap Kesehatan Lansia Di Indonesia?
I.2.2. Apa saja Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesehatan Lansia Di Indonesia?

I.3. Tujuan
I.3.1. Untuk mengetahui Program Pemerintah apa saja terhadap Kesehatan Lansia Di
Indonesia.
I.3.2. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah apa saja terhadap Kesehatan Lansia Di
Indonesia.
BAB II
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

2.1. Program Pemerintah Di Indonesia Terhadap Kesehatan Lansia


Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar, yang diawali
pada tahun 1996 dengan ditetapkannya tanggal 29 Mei yang diperingati setiap tahun
sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998, perhatian ini diperkuat dengan
diterbitkannya Undangundang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
sebagai landasan hukum keberadaan para lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non
diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif
secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah
berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
pengembangan kelompok lanjut usia.
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami
permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang
sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal
ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan riset kesehatan dasar
(riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama adalah penyakit tidak
menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping
upaya penyembuhan dan pemulihan.
Program pembinaan kesehatan lanjut usia telah dikembangkan sejak tahun 1986,
sedangkan pelayanan geriatri di rumah sakit mulai dikembangkan sejak tahun 1988 oleh
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Kariadi di
Semarang Jawa Tengah.
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan
kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana pengembangan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di
seluruh Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia
sehat, aktif, mandiri dan produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan
berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila).
Tujuan umum program pemerintah di Indonesia terhadap kesehatan lansia yaitu
meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri,
aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Tujuan Khusus, yaitu :
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lanjut usia, Meningkatnya
ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia, Meningkatnya koordinasi
dengan lintas program, lintas sektor, profesi/organisasi profesi, organisasi masyarakat,
dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya, Meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
lanjut usia, Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun),
dan lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia >= 60 tahun dengan masalah
kesehatan). Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta, lintas
program, dan lintas sektor.
Pengertian berikut terdapat beberapa batasan pengertian yang dapat memberikan
kemudahan dalam memahami beberapa istilah dalam Rencana Aksi Nasional Kesehatan
Lanjut Usia, sebagai berikut :
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
2. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berkenaan dengan diagnosis dan
pengobatan atau hanya pengobatan kondisi dan gangguan yang terjadi pada lanjut usia.
3. Pasien Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara
interdisiplin.
4. Perawatan Jangka Panjang (Long Term Care/LTC) bagi lanjut usia menurut WHO
adalah kegiatan yang dilakukan oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat
diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya, sesuai dengan keinginannya,
dan dengan kemungkinan memiliki kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan
pribadi serta kemanusiaan.
5. Perawatan di rumah (home care) bagi lanjut usia adalah perawatan yang diberikan
kepada lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat dirinya sendiri, hidup sendiri
atau bersama keluarga namun tidak ada yang mengasuh. Perawatan diberikan oleh care
giver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau profesional, dengan home nursing (kunjungan
rumah) oleh perawat profesional.
6. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah
kerjanya.
7. Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia adalah
Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra lanjut usia dan lanjut usia
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat.
8. Kelompok Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat,
yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah,
swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada
upaya promotif dan preventif.
9. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
10. Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif.
11. Lanjut usia sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau walaupun
menderita penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol.
12. Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki kemampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
13. Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan melakukan
pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam kehidupan sosialnya
seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan sebagainya.
14. Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan untuk berdaya
guna bagi dirinya dan atau orang lain.
15. Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan terkait program
kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat terlaksana
sesuai kebijakan dan standar yang ada.
16. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya preventif, promotif,
kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia.
17. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
18. Perilaku CERDIK adalah perilaku yang bertujuan untuk pencegahan penyakit tidak
menular berupa C : Cek kesehatan secara berkala, E : Enyahkan asap rokok, R : Rajin
aktifitas fisik, D : Diet sehat dengan kalori seimbang, I : Istirahat yang cukup, dan K :
Kelola stress.
19. Perilaku gizi seimbang adalah empat pilar gizi seimbang yang meliputi mengonsumsi
pangan beraneka ragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik,
mempertahankan dan memantau berat badan normal.
20. Kelanjutusiaan adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui masalah dan
solusi tentang lanjut usia dengan mengedepankan proses menjadi lanjut usia (ageing) sejak
usia dini hingga akhir hayat. Pendekatan tersebut bersifat multidisiplin dan relevan dengan
siklus hidup manusia.
21. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) adalah kewajiban bagi semua perusahaan (korporat) untuk
menyisihkan sebagian keuntungannya yang harus digunakan untuk kepentingan sosial
masyarakat di sekitar perusahaan, sebagai wujud tanggung jawab sosial dari perusahaan
tersebut.
22. Peer group adalah kelompok sebaya.
23. Income generating adalah kegiatan yang dapat mendatangkan tambahan penghasilan
sebagai sumber keuangan.

2.1.1. Posyandu Lansia


Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, dan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia khususnya lanjut usia. Posyandu lansia adalah salah satu
kegiatan yang diagendakan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah dan jajaran
bawahannya untuk menangani masalah kesehatan penduduk lanjut usia. Kegiatan ini
berupaya untuk mengontrol keadaan penduduk lansia serta memberikan bimbingan
kepada mereka dalam merawat dan memantau keadaan kesehatan mereka sendiri.
Program Posyandu Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. program Posyandu Lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya.

2.1.2. Atensi
Asistensi Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut ATENSI adalah layanan
Rehabilitasi Sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas,
dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak,
perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi
psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan,
bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. Pelaksanaan
ATENSI bertujuan untuk mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, dan
komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasar; melaksanakan tugas dan
peranan sosial; dan mengatasi masalah dalam kehidupan.
Program-program rehabilitasi sosial antara lain :
2.1.2.1. Layanan Tidak Langsung
a) Kampanye sosial melalui kampanye pencegahan, publikasi, sosialisasi,
edukasi, dan perluasan informasi
Program Rehabilitasi Sosial di seluruh sektor dan masyarakat. Pada
dasarnya Kampanye merupakan suatu proses dirancang secara sadar,
bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu
tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah
ditetapkan. Sedangkan kampanye sosial merupakan serangkaian proses
komunikasi terencana bersifat non komersil dalam kurun waktu tertentu
yang berisi pesan tentang masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
b) Bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan Pendamping
Rehabilitasi Sosial
Bimbingan teknis kompetensi ditujukan bagi pengelola dan
pendamping ATENSI dengan tujuan meningkatkan kapasitas SDM baik
yang bekerja di balai besar, balai/loka, maupun LKS agar dapat
melaksanakan ATENSI sesuai dengan prosedur.
c) Refleksi kebijakan
Refleksi kebijakan dilaksanakan berdasarkan kasus permasalahan
yang terjadi di masyarakat, yang kemudian akan berimplikasi pada
rekomendasi kebijakan ATENSI PPKS.
d) Supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan
Dalam pelaksanaan program ATENSI perlu dilakukan supervisi,
monitoring dan evaluasi agar pelaksanaan program ATENSI berjalan
dengan efektif, efisien, dan akuntabel. Supervisi dilakukan dengan tujuan
agar balai besar/balai/loka/LKS terdampingi dalam pelaksanaan ATENSI
sesuai dengan pedoman operasional. Monitoring dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan oleh balai/loka dengan
rencana yang sudah disusun. Evaluasi bertujuan untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan atensi berdasarkan indikator kinerja yang sudah
ditetapkan dan memberikan rekomendasi perbaikan pelaksanaan
ATENSI.
e) Advokasi sosial
Suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi,
dan menyakinkan pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan
peran tanggungjawabnya dalam pemenuhan hak PPKS.
2.1.2.2. Layanan Langsung
a) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak
Merupakan upaya untuk membantu memenuhi standar kebutuhan
PPKS untuk dapat hidup layak secara fisik, mental, dan psikososial.
Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak dilakukan dengan cara
memberikan bantuan sosial, bantuan sarana, dan prasarana dasar, serta
bantuan kebutuhan dasar lainnya. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi:
sandang dan pangan; tempat tinggal sementara; dan akses kesehatan,
pendidikan, dan identitas.
b) Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak
Merupakan layanan pemenuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan,
dan kesejahteraan. Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak dilakukan
dengan cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian yang
berkelanjutan, serta memberikan bantuan sarana dan prasarana perawatan
sosial dan/atau pengasuhan anak.
c) Dukungan Keluarga
Merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota keluarga
berupa dukungan emosional, pengetahuan, dan keterampilan pengasuhan
anak dan/atau perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam keluarga,
serta dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi. Dukungan
keluarga dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada keluarga
dan/atau penguatan kapabilitas dan tanggung jawab sosial keluarga serta
memberikan bantuan perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga.
Dukungan kepada keluarga terdiri atas: keluarga sendiri; dan/atau
keluarga pengganti.
d) Terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual
Terapi fisik dilakukan untuk mengoptimalkan, memelihara, dan
mencegah kerusakan atau gangguan fungsi fisik. Terapi fisik dilakukan
dengan cara latihan terapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, dukungan
alat bantu, serta pelatihan dan terapi olahraga. Terapi psikososial
merupakan kumpulan terapi untuk mengatasi masalah yang muncul
dalam interaksi PPKS dengan lingkungan sosialnya baik keluarga,
kelompok, komunitas, maupun masyarakat.
Terapi psikososial dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis,
dan sosial, serta dukungan alat bantu.
Terapi mental spiritual merupakan terapi yang menggunakan nilai-
nilai moral, spiritual, dan agama untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan
jiwa dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi. Terapi mental
spiritual dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan,
dan/atau terapi yang menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan
alat bantu.
e) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan
Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan merupakan
usaha pemberian keterampilan kepada PPKS agar mampu hidup mandiri
dan/atau produktif. Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan
kewirausahaan dilakukan dengan cara pengembangan dan penyaluran
minat, bakat, potensi, dan menciptakan aktivitas yang produktif, akses
modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan
prasarana produksi, serta mengembangkan jejaring pemasaran.
f) Bantuan sosial dan asistensi sosial
Bantuan sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa
kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak
mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. Asistensi sosial
merupakan bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau
jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi.

g) Dukungan aksesibilitas
Dukungan Aksesibilitas merupakan upaya untuk membantu PPKS
memperoleh akses yang setara terhadap peralatan, pelayanan publik, serta
lingkungan fisik dan nonfisik. Dukungan Aksesibilitas dilakukan dengan
cara melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, dan advokasi sosial kepada
pemangku kepentingan serta penyediaan sarana dan prasarana yang
memenuhi standar aksesibilitas.

2.2. Kebijakan Pemerintah


A. Kebijakan
Prinsip-prinsip dalam mewujudkan lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan
produktif meliputi :
1. Menjadi lanjut usia sehat adalah hak asasi setiap manusia.
2. Pelayanan kesehatan primer adalah ujung tombak untuk tercapainya lanjut usia sehat
yang didukung oleh pelayanan rujukan yang berkualitas.
3. Partisipasi lanjut usia perlu diupayakan dalam kegiatan baik di keluarga maupun
masyarakat berupa kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan, minat dan
kondisi kesehatannya.
4. Pelayanan bagi lanjut usia diupayakan secara lintas program dan lintas sektor.
5. Pelayanan bagi lanjut usia perlu dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip keadilan
dan kesetaraan gender.
Kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia disusun berdasarkan prinsip-prinsip
mewujudkan lanjut usia sehat sebagai berikut :
1. Pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan
kesehatan dan kemampuan untuk mandiri, tetap produktif dan berperan aktif dalam
pembangunan, selama mungkin.
2. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran keluarga dan masyarakat, serta
menjalin kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
kelompok khusus, dan swasta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lanjut usia secara
berkesinambungan.
3. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik dengan
memperhatikan nilai sosial dan budaya yang ada.
4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan
peran, koordinasi dan integrasi dengan lintas program dan lintas sektor.
5. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian dari pembinaan
kesehatan keluarga.
6. Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai lanjut usia sehat,
mandiri, aktif dan produktif.
7. Upaya kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan rujukan yang berkualitas, secara komprehensif meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2.2.1. Posyandu Lansia


Pada Undang - undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat termasuk lanjut usia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan. Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa
semua masyarakat harus mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk lanjut usia
(lansia) dengan tidak memandang suku, ras, agama, dan budaya. Partisipatif
mengandung makna mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia.
Berkelanjutan mengandung makna bahwa program/kegiatan yang berupaya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali
melainkan terus berlanjut. Dasar dibentuknya program posyandu lansia ini berasal
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, Komnas lansia
sebagai lembaga semua unsur terkait dalam bidang peningkatan kesejahteraan lanjut
usia ditingkat pusat.

2.2.2. Program Atensi


PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL NOMOR 7
TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI
REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 Peraturan Menteri


Sosial tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial, perlu menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia ;

Mengingat : Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020


Tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL


TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT
USIA

2.2.3. Dasar Kebijakan Program Santun Lanjut usia


Pradigma baru dalam pembangunan kesehatan melalui “Visi Indonesia Sehat
2010” menyebabkan terjadinya pergeseran dari pelayanan medis menjadi
pemeliharaan kesehatan yang lebih menonjolkan aspek preventif dan promotif
disamping upaya kuratif dan rehabilitatif yang ada. Setiap upaya penanggulangan
masalah kesehatan akan lebih terfokus dalam menyehatkan keluarga dan masyarakat
dan dalam langkah-langkah pelaksanaannya lebih didasarkan pada kebutuhan
masyarakat. Perencanaan otonomi daerah sejak Januari 2001, mempunyai arti bahwa
tiap-tiap kabupaten/Kota mempunyai kewajiban dan fungsi untuk merencanakan,
melaksanakan maupun melakukan evaluasi sendiri upaya kesehatan di daerahnya,
yang tentunya disesuaikan dengan keadaan masalah yang ada, kesiapan sumber daya
manusia maupun pemdanaannya.

Mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi


para lanjut usia, dengan strategi yang sudah disebutkan diatas, perlu dilakukan
peningkatan upaya melalui pencegahan, pemelihataan dan peningkatan kesehatan,
disamping upaya penyembuhan dan pemulihan. Salah satu bentuk upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan berupa
peningkatan dan pengembangan kegiatan melaui “Strategi Puskesmas Santun Lanjut
Usia”.

Dasar hukum yang menjadi alasan perlunya perlakuan/penanganan khusus


bagi kelompok penduduk lanjut usia adalah :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia

2. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Daerah

4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/SK/XI/2005 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

Tujuan dari kebijakan Puskesmas Santun lanjut usia yaitu mempunyai tujuan
umum maupun tujuan khusus. Tujuan umum yaitu meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan terhadap Lanjut usia dalam rangka mencapai Indonesia sehat. Tujuan
khusus : Melakukan perencanaan lebih terarah dalam melaksanakan pelayanan
kepada lanjut usia sesuai dengan kebutuhan setempat, Melakukan pelayanan proaktif
serta pemberian pelayanan yang komprehersif dan lebih berkualitas bagi penduduk
lanjut usia, Memberikan kemudahan pelayanan sebagai bentuk penghargaan kepada
lanjut usia, Menurunkan angka kesakitan pada lanjut usia di wilayah kerja
Puskesmas, Mewujudkan lanjut usia yang produktif dan Bahagia.

2.2.4. Puskesmas Santun Lanjut Usia

Puskesmas Santun Lanjut Usia merupakan bentuk pendekatan pelayanan


proaktif bagi lanjut usia, untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan
kemandirian lanjut usia. Pelayanan kesehatan kepada Lanjut usia dapat dilakukan di
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Kelompok Lanjut Usia dan Juga oleh Bidan Desa.

Puskesmas Santun Lanjut Usia adalah Puskesmas yang melakukan pelayanan


kepada Lansia yang mengutamakan aspek promotif dan preventif di samping aspek
kuratif dan rehabilitatif, secara proaktif, baik dan sopan serta memberikan
kemudahan dan dukungan bagi Lansia. Unsur-unsur sebagai berikut :

a. Proaktif: berupa pelayanan kesehatan pada saat kegiatan di kelompok lanjut usia
yang melaksanakan kunjungan pada penderita yang dirawat di rumah.
b. Memberikan kemudahan proses pelayanan berupa fasilitas loket dan ruang
pemeriksaan tersendiri di Puskesmas atau sesuai dengan kondisi setempat.
c. Santun: pelayanan terhadap para lanjut usia dilakukan secara profesional dengan
memberikan perlakuan sopan, hormat dan menghargai sosok insan yang lebih tua
serta memberikan dukungan dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mencapai masa tua dengan derajat kesehatan yang optimal.
d. Pelayana oleh tenaga profesional serta penatalaksanaannya dikoordinasikan oleh
pengelola program lanjut usia di Puskesmas bekerjasama dengan unsur lintas
sektor maupun swasta berasaskan kemitraan.
e. Melaksanakan pelayanan dengan standar teknis pelayanan yang berlaku.

2.2.5. Jenis Program Yang Harus Dilaksanakan


Jenis program yang harus dilaksanakan yaitu :
a. Pelayanan dasar di Puskesmas santun Lansia
b. Pelayanan rujukan Rumah Sakit
c. Pelyanan kesehtan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif di semua faskes
d. Pelayanan kesehatan jiwa bagi Lansia
e. Pelayanan home care yang terintegrasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
f. Peningkatan inteligensia kesehatan bagi Lansia
g. Pencegahan penyakit tidak menular melalui posbindu PTM
h. Pelayanan gizi bagi Lansia dan Promosi kesehatan
BAB III

PENUTUP

Program kesehatan lanjut usia merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan


sebagai salah satu upaya kesehatan, mengingat makin besarnya jumlah lanjut usia di
Indonesia yang perlu mendapat perhatian, agar lanjut usia dapat menikmati masa tua
menjadi lanjut usia berkualitas.

Pelaksanaan program kesehatan lanjut usia melalui pendekatan yang


komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dilakukan secara berjenjang
sesuai tugas dan kewenangannya, baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan/desa dan puskesmas. Untuk itu diperlukan manajemen yang baik agar tercipta
kondisi yang bersifat koordinatif, integratif dan selaras serta kejelasan pelaksanaan
program agar tidak terjadi kerancuan dan duplikasi dalam pelaksanaan kegiatan.

Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan mempunyai makna bahwa


proses penuaan merupakan proses sepanjang hayat, dimulai semenjak dalam kandungan
dan berlanjut sampai memasuki lanjut usia. Untuk itu harus diperhatikan bagaimana
seseorang dapat menerapkan gaya hidup sehat dan beradaptasi dengan perubahan sesuai
dengan pertambahan usia disepanjang siklus hidupnya hingga tahap lanjut usia. Apabila
pelayanan kesehatan dengan pendekatan siklus hidup dapat dilaksanakan secara optimal
disetiap tahapan usia, maka dapat dipastikan akan berpengaruh positif terhadap kesehatan
saat kelak memasuki masa lanjut usia. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan lanjut usia
disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Lanjut usia dalam kondisi sehat,
membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih ditekankan pada upaya preventif dan
promotif agar lanjut usia dapat tetap sehat, aktif, produktif dan mandiri selama mungkin.
Bagi lanjut usia sakit, pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan status fungsionalnya,
baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan.

Rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia ini merupakan acuan bagi pembina
program dan pelaksana program terkait mulai dari tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, puskesmas dan desa dalam pengembangan program
kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan koordinasi yang
efektif antar lintas program terkait. Namun demikian dalam melaksanakan seluruh
rencana aksi, kerja sama lintas sektor dan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan yang memiliki perhatian terhadap masalah kelanjutusiaan khususnya
kesehatan lanjut usia, adalah hal yang sangat penting dan menentukan tingkat
keberhasilan pelaksanaan rencana aksi nasional ini.

Anda mungkin juga menyukai