Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah


kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya
penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah
teratasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA,
Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan
kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu
penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun
2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes
justru menduduki peringkat tertinggi.
Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya
manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula pada besarnya
beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada
akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan
ekonomi.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan
masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat.
Di kalangan farmasis mulai ada panggilan untuk meningkatkan
peranannya dalam pelayanan kesehatan dan mendukung GERMAS, sehingga
munculah konsep pharmaceutical care. Konsep pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien
untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum,
selama, maupun sesudah penggunaan obat, dengan cara berinteraksi langsung
dengan pasien.

1
Ruang lingkup dalam pelayanan farmasi harus dilaksanakan dalam
kerangka sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien. Ruang
lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam
menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang
diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin
pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling
baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam
menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal.
Keberhasilan dalam mewujudkan kesehatan di Indonesia berdampak
terhadap terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka
kematian serta peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir.
Meningkatnya UHH saat lahir dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 69,8
tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik 2005), dan menjadi 70,8 tahun pada
tahun 2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik
2013) dan selanjutnya diproyeksikan terus bertambah, mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan di masa yang akan
datang. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di
dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk.
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar,
yang diawali pada tahun 1996 dengan ditetapkannya tanggal 29 Mei yang
diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998,
perhatian ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum keberadaan para
lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan
produktif secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut

2
pemerintah berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit
terbanyak pada lanjut usia terutama adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara
lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
pada lanjut usia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular.
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan
kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep
pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana
pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia.
Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia
sehat, aktif, mandiri dan produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan
berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila).
Untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
pengembangan kelompok lanjut usia Kementerian Kesehatan menetapkan
Permenkes No. 25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut
Usia Tahun 2016-2019.
Kementerian Kesehatan dan jajarannya memulai program keluarga sehat,
yaitu program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan sasaran utama adalah
keluarga. Program keluarga sehat mengutamakan upaya promotif dan preventif
yang disertai dengan penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),

3
kunjungan rumah secara aktif untuk peningkatan jangkauan dan total cakupan,
dan menggunakan pendekatan siklus hidup/life cycle approach.
Dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah
dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang
penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan,
serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan
benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang memberikan
informasi yang memadai tentang penggunaan obat.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi. Dari 35,2%
rumah tangga yang menyimpan obat, 35,7% di antaranya menyimpan obat keras
dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik tersebut diperoleh tanpa resep. Hal ini
memicu terjadinya masalah kesehatan baru, khususnya resistensi bakteri.
Berdasarkan fakta yang ada, pemerintah mendorong perlunya dilakukan
upaya kesehatan berbasis masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di
berbagai bidang, salah satunya dalam peningkatan penggunaan obat rasional
melalui program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat).
Program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
(GeMa CerMat) ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/427/2015 Tentang Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat.
Masyarakat perlu memahami bahwa dalam pelayanan kesehatan, obat
harus digunakan secara tepat dan rasional, agar mencapai efek pengobatan yang
maksimal.

4
GeMa CerMat merupakan upaya bersama antara pemerintah dan
masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian,
kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat
secara tepat dan benar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum adalah meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat


untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan
mengurangi beban biaya kesehatan bagi keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lanjut
usia.
b. Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan
lanjut usia.
c. Meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
profesi/organisasi profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media
massa dan pihak terkait lainnya.
d. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan
lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia.
e. Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
f. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menggunakan obat dengan benar, meningkatkan
kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih dan
menggunakan obat secara benar, dan akhirnya akan meningkatkan
penggunaan obat secara rasional, termasuk obat TB Paru.

5
B A B II
ISI

A. Data Permasalahan Kesehatan


a) Masalah kesehatan yang terjadi sekarang ini sangat kompleks, disatu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan, di lain pihak telah
terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular (penyakit
degeneratif).
b) Pola hidup dan paparan asap rokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan
yang tidak sehat, atau paparan zat-zat beracun di tempat kerja juga
berpengaruh terhadap kesehatan lanjut usia.
c) Belum semua puskesmas dan rumah sakit memiliki sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan santun lanjut usia.
d) Adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru
yang bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan
kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran
pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat.
e) Kurangnya pengetahuan Lansia tentang cara penggunaan obat yang tepat,
aturan pakai, waktu minum obat dan efek samping obat

Contoh : Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien Lansia di Posyandu.

Tabel 1.2 Data Penyakit Terbanyak Pada Pasien Lansia Tahun


2016.

Tabel 1.3 Data Penggunaan Obat TB Paru Pada Pasien Lansia


Tahun 2016.

Tabel 1.4 Data pasien lansia yang pengobatannya dengan cara


Pendekatan langsung kepada keluarga pasien

6
(kunjungan rutin ke rumah pasien).

Berdasarkan beberapa permasalahan kesehatan di atas, maka penulis


tuangkan melalui

B. “ Karya Inovasiku Dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) “


Berikut inovasi dan penerapan yang dilakukan Tenaga Kefarmasian dalam
mendukung program pemerintah tersebut :
a. Melalui upaya edukasi dan promosi kesehatan dengan melakukan GeMa
CerMat pada lansia.
Adapun upaya edukasi dan promosi kesehatan tersebut dilakukan berdasarkan
indikator 8 tepat 1 waspada dari penggunaan obat rasional, yaitu :
1) Tepat dosis
2) Tepat pemilihan obat
3) Tepat indikasi
4) Tepat Pasien
5) Tepat Dosis
6) Tepat cara dan lama pemberian
7) Tepat harga
8) Tepat informasi
9) Waspda efek samping

b. Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga dari lansia yang


mendapatkan pengobatan TB kategori II melalui kunjungan rumah.
c. Melakukan pelayanan kefarmasian santun lanjut usia di Apotek Puskesmas
Buntok.

7
C. Hasil Yang Telah Dicapai
a. Lansia bisa memahami cara penggunaan obat yang tepat sesuai dengan
informasi penggunaan obat yang telah diberikan oleh petugas farmasi di
posyandu lansia, maka efek samping obat yang tidak di inginkan dapat
dicegah.

b. Tenaga farmasi telah melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga


melalui kunjungan rumah terhadap 3 (tiga) orang pasien lansia yang
mendapatkan pengobatan TB kategori II. Melalui pendekatan langsung
tersebut pasien termotivasi untuk taat dan patuh dalam pengobatan, sehingga
pengobatan tidak terputus (Lampiran tabel...).

c. Petugas farmasi telah melakukan pelayanan kefarmasian dengan


mendahulukan pelayanan kepada pasien lansia dan memberikan informasi
obat secara jelas kepada lansia. Dengan melakukan pelayanan kesehatan yang
ramah kepada lansia, sehingga lansia merasa senang dan nyaman

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
 Merupakan kewajiban bagi tenaga kesehatan terutama tenaga kefarmasian yang
ada di UPTD Puskesmas Buntok untuk memberikan informasi obat yang jelas
dan benar kepada pasien khususnya pasien lansia.
 Informasi obat yang tepat bagi lansia sangat diperlukan karena merupakan salah
satu bentuk kontribusi terwujudnya Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat.
 Dengan melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien diharapkan
dapat meningkatkan kemandirian, pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya penggunaan obat secara tepat dan benar.
 Pelayanan kesehatan yang santun terhadap lansia dapat membuat lansia merasa
nyaman dalam melakukan pengobatan

B. SARAN
Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah :
1. Gerakan masyarakat Cerdas Menggunakan Obat peru ditingkatkan terus secara
lebih luas dan berkesinambungan sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat
dan mandiri.
2. Perlunya koordinasi dengan lintas program, lintas sector, organisasi masyarakat
dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia.
3. Perlunya diterapkan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di setiap
Puskesmas, Rumah Sakit dan unit Kesehatan lainnya untuk mendukung
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016 – 2019.

9
BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah dengan Tema “ Karya Inovasiku Dalam Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat (Germas) ” dengan Judul “ Peran Serta Tenaga
Kefarmasian Dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Melalui Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) Terutama Bagi Lansia ”
Tentunya penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu sangat diperlukan masukan, kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tenaga
kesehatan khususnya tenaga kefarmasian untuk dapat melakukan inovasi – inovasi
yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai