PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ruang lingkup dalam pelayanan farmasi harus dilaksanakan dalam
kerangka sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien. Ruang
lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam
menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang
diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin
pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling
baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam
menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal.
Keberhasilan dalam mewujudkan kesehatan di Indonesia berdampak
terhadap terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka
kematian serta peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir.
Meningkatnya UHH saat lahir dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 69,8
tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik 2005), dan menjadi 70,8 tahun pada
tahun 2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik
2013) dan selanjutnya diproyeksikan terus bertambah, mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan di masa yang akan
datang. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di
dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk.
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar,
yang diawali pada tahun 1996 dengan ditetapkannya tanggal 29 Mei yang
diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998,
perhatian ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum keberadaan para
lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan
produktif secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut
2
pemerintah berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit
terbanyak pada lanjut usia terutama adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara
lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
pada lanjut usia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular.
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan
kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep
pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana
pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia.
Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia
sehat, aktif, mandiri dan produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan
berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila).
Untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
pengembangan kelompok lanjut usia Kementerian Kesehatan menetapkan
Permenkes No. 25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut
Usia Tahun 2016-2019.
Kementerian Kesehatan dan jajarannya memulai program keluarga sehat,
yaitu program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan sasaran utama adalah
keluarga. Program keluarga sehat mengutamakan upaya promotif dan preventif
yang disertai dengan penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),
3
kunjungan rumah secara aktif untuk peningkatan jangkauan dan total cakupan,
dan menggunakan pendekatan siklus hidup/life cycle approach.
Dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah
dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang
penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan,
serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan
benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang memberikan
informasi yang memadai tentang penggunaan obat.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi. Dari 35,2%
rumah tangga yang menyimpan obat, 35,7% di antaranya menyimpan obat keras
dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik tersebut diperoleh tanpa resep. Hal ini
memicu terjadinya masalah kesehatan baru, khususnya resistensi bakteri.
Berdasarkan fakta yang ada, pemerintah mendorong perlunya dilakukan
upaya kesehatan berbasis masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di
berbagai bidang, salah satunya dalam peningkatan penggunaan obat rasional
melalui program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat).
Program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
(GeMa CerMat) ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/427/2015 Tentang Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat.
Masyarakat perlu memahami bahwa dalam pelayanan kesehatan, obat
harus digunakan secara tepat dan rasional, agar mencapai efek pengobatan yang
maksimal.
4
GeMa CerMat merupakan upaya bersama antara pemerintah dan
masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian,
kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat
secara tepat dan benar.
B. Tujuan
5
B A B II
ISI
6
(kunjungan rutin ke rumah pasien).
7
C. Hasil Yang Telah Dicapai
a. Lansia bisa memahami cara penggunaan obat yang tepat sesuai dengan
informasi penggunaan obat yang telah diberikan oleh petugas farmasi di
posyandu lansia, maka efek samping obat yang tidak di inginkan dapat
dicegah.
8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Merupakan kewajiban bagi tenaga kesehatan terutama tenaga kefarmasian yang
ada di UPTD Puskesmas Buntok untuk memberikan informasi obat yang jelas
dan benar kepada pasien khususnya pasien lansia.
Informasi obat yang tepat bagi lansia sangat diperlukan karena merupakan salah
satu bentuk kontribusi terwujudnya Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat.
Dengan melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien diharapkan
dapat meningkatkan kemandirian, pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya penggunaan obat secara tepat dan benar.
Pelayanan kesehatan yang santun terhadap lansia dapat membuat lansia merasa
nyaman dalam melakukan pengobatan
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah :
1. Gerakan masyarakat Cerdas Menggunakan Obat peru ditingkatkan terus secara
lebih luas dan berkesinambungan sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat
dan mandiri.
2. Perlunya koordinasi dengan lintas program, lintas sector, organisasi masyarakat
dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia.
3. Perlunya diterapkan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di setiap
Puskesmas, Rumah Sakit dan unit Kesehatan lainnya untuk mendukung
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016 – 2019.
9
BAB IV
PENUTUP
10