Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PROGRAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT

DAN MASALAH YANG DIHADAPI DALAM BIDANG FARMASI

Oleh : Mega Lubertin Telaumbanua

Program Studi Profesi Apoteker Angkatan XXVII


Fakultas Farmasi
Universitas Perintis Indonesia
E-mail : megalubertin2@gmail.com

Kesehatan sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang baik,

setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Semakin

padat aktivitas yang dilakukan maka kesehatan masyarakat seringkali terabaikan.

Dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menunjang kesehatan, perlu adanya

tindakan atau upaya yang dilakukan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan (Prasetyo, 2018).

Perlu disadari bahwa sangat penting peran masyarakat dalam

meningkatkan kesehatan, maka Departemen Kesehatan menetapkan visi :

“Masyarakat mandiri untuk hidup sehat”, yaitu masyarakat Indonesia harus

menyadari kondisi yang terjadi, mau dan mampu mengenali, mencegah dan

mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga masyarakat bisa bebas dari
gangguan kesehatan yang dihadapi maupun lingkungan yang tidak mendukung

(Dikson at all, 2017).

Derajat kesehatan masyarakat merupakan gambaran suatu kualitas sumber

daya bangsa dalam menciptakan kesejahteraan bersama. Salah satu indikator yang

digunakan dalam mengukur tingkat derajat kesehatan masyarakat adalah

persentase penduduk yang mempunyai banyak keluhan kesehatan. Salah satu isu

strategis dan rancangan kebijakan pembangunan kesehatan 2015-2019 sebagai

tindak lanjut pencapaian target dari MDGs (Millenium Development Goals) pada

tahun 2015 yaitu pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular

(Setiawan at all, 2018).

Penurunan atau rendahnya kesehatan, antara lain yaitu gaya hidup yang

tidak sehat, kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan

lingkungan, menurunya kesehatan individu dan keluarga, kekurangan gizi dan

wabah penyakit menular. Dampak dari rendahnya kesehatan tentu tidak terbatas

pada kehidupan individu dan keluarga, kehidupan sosial dapat dipengaruhi juga

dari penurunan status kesehatan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pendekatan

untuk meningkatkan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka

mewujudkan kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan

pemeliharaan kesehatan (Sugyati at all, 2017).

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita semua dalam

kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat memiliki fokus yang


bergeser dari bukan hanya untuk individu tetapi untuk populasi. Kesehatan

masyarakat adalah tentang hal apa yang membuat kita sakit, apa yang membuat

kita sehat, dan hal apa yang bisa dilakukan bersama tentang hal tersebut.

Permasalahan penyakit misalnya influenza, AIDS, perubahan iklim, atau

tentang biaya perawatan kesehatan, merupakan hal yang perlu

diperhatikan untuk melihat dampak yang dihasilkan dari permasalahan

kesehatan yang ada. Dampak yang dihasilkan bukan hanya dilihat pada

individu tetapi juga pada kelompok yang berisiko serta populasi secara

keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut akan muncul pertanyaan dasar

mengenai hal apa saja yang menentukan kesehatan dan juga penyakit. Sehingga

dari hal tersebut, dapat dilakukan pilihan untuk intervensi dalam upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Peran tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam peningkatan kesehatan

masyarakat. Ikut serta membangun dan mendisiplikan masyarakat dalam menjaga

kesehatan mereka. Pelayanan kesehatan adalah aktivitas atau upaya yang

dilakukan sendiri atau secara bersama-sama untuk meningkatkan kesehatan,

mencegah atau memulihkan penyakit baik dalam bentuk perorangan ataupun

kelompok. Agar pelayanan kesehatan tersebut berhasil atau berjalan dengan

semestinya maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti tersedia dan

berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau,

dan bermutu (Telaumbanua, 2020).

Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tentunya memiliki

peranan penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sebagaimana

tercantum dalam undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan


yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikannya di bidang kesehatan untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan ( Saibi, 2015).

Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care merupakan pelayanan yang

secara langsung dan bertanggung jawab terhadap profesi apoteker dalam

peningkatan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian umumnya meliputi

pelayanan resep, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), konseling, dispensing,

Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Pelayanan Informasi Obat (PIO)

(Dhananjaya at all, 2020).

Orientasi terhadap kepentingan pasien tanpa mengesampingkan produk

dikenal dengan konsep Pharmaceutical Care. Dengan banyak ditemukannya

masalah yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya, semakin meningkatnya

keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat; serta adanya tuntutan

dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu terutama di rumah

sakit maupun di komunitas, Pharmaceutical Care merupakan hal yang mutlak

harus diterapkan. Apoteker memberikan pelayanan kefarmasuan yang dibutuhkan

pasien sesuai kondisi penyakit. Apoteker harus berkomitmen untuk memberikan

pelayanan yang berkesinambungan. Pelayanan kefarmasian harus dilaksanakan

secara berurutan yaitu penyusunan informasi pasien, evaluasi atau pengkajian,

penyusunan rencana pelayanan kefarmasian pada pasien, implementasi rencana

pelayanan, monitoring rencana pelayanan, dan tindak lanjut.


Masalah – masalah yang sering terjadi pada masyarakat yang dapat

menurunkan derajat kesehatan masyarakat terutama pada penggunaan obat.

Seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat maka dapat mengakibatkan tingkat

resistensi bakteri. Pemahaman masyarakat yang menerima obat antibiotik sangat

penting untuk keberhasilan terapi dan menghindari kejadian resistensi. Perlu

diketahui bahwa bakteri resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan

antibiotik yang salah. Maka peranan seorang farmasis memberikan informasi obat

kepada masyarakat atau pasien yang diberikan antibiotik. Penggunaan antibiotik

yang disiplin sesuai aturan pakai akan meningkatkan kualitas kesehatan pasien,

sebaliknya penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik

akan berkurang. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kepatuhan serta keyakinan dalam penggunaan antibiotik (Nurmala at all, 2020).

Masalah masalah yang terjadi di masyrakat seperti masalah perilaku

kesehatan, lingkungan yang tidak bersih dan pelayanan kesehatan yang kurang

memadai, kurangnya pemenuhan gizi bayi, balita dan ibu serta beragam penyakit

menunar dan tidak menular. Penggunaan obat- obat narkotika dikalangan remaja

maupun dewasa saat ini sudah banyak terjadi. Pelayanan kesehatan di tempat-

tempat yang jauh dari kota dapat mengakibatkan kurangnya perhatian dari

pemerintah. Kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang pentingnya

imunisasi pada bayi dan balita. Kurangnya perhatian kesehatan pada warga binaan

atau narapidana juga menjadi kendala dalam peningkatan kesehatan, dimana

kebutuhan obat serta kondisi lingkungan dirutan yang cukup memprihatikan.

Firmansyah et all, mengungkapkan dalam tulisannya, setiap narapidana memiliki

hak- hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan konsumsi. Ini didukung
oleh UU No. 12 pasal 14 Tahun 1995 mengatur tentang Hak-Hak Dasar Napi.

Yang terjadi dilapas atau rutan kota Banda Aceh ditemukan masalah, diantaranya

tidak tersedianya mobil ambulance yang dapat membantu petugas lapas yang

menangani pasien/ narapidana yang berada dalam kondisi darurat. Kemudian

belum adanya kerja sama antara pihak Lapas dan Rutan dengan Dinas Kesehatan

setempat yang dapat menunjang tersedianya sarana pelayanan Kesehatan seperti

halnya biaya berobat dengan JKA (Jaminan Kesehatan Aceh), Jamkesmas

(Jaminan Kesehatan Masyarakat) dan sejenisnya. Diketahui kurangnya tenaga

Kesehatan: dokter, perawat, apoteker, dokter gigi, dan ahli gizi yang merupakan

pihak penting dalam menunjang Kesehatan para narapidana. Dinyatakan juga

kurangnya anggaran dana bagi pelayanan Kesehatan yang berdampak pada

kurangnya persediaan obat diklinik sebagai pertolongan pertama bagi narapidana

dan dana untuk memenuhi kebutuhan makanan.

Masalah terkait pada pengelolan obat pada lansia yang disampaikan pada

penelitian Assalwa dkk, 2021, pada usia 60 tahun keatas terjadi penurunan

kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan luar. Fungsional tubuh juga

mengalami penurunan mulai dari penurunan fungsi organ (fisiologis), penurunan

pengetahuan (kognitif), dan penurunan psikologis. Penurunan fungsional tubuh ini

menyebabkan komplikasi penyakit mulai dari penyakit akut hingga penyakit

kronis seperti hipertensi, diabetes, cardiovascular diease, stroke dll. Komplikasi

penyakit dapat menyebabkan pasien lansia menerima obat dalam jumlah yang

banyak (lebih dari 5 jenis obat) dlam sekali terapi atau biasa disebut dengan

polifarmasi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan dama

ketdakpatuhan konsumsi obat yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia.


Penurunan fisiologis, kognitif, dan psikologis juga dapat menyebabkan

kesalahpahaman dalam penggunaan obat.

Pada penelitian Pratiwi at all, 2020, permasalahan pasien terutama yang

berhubungan pada penyakit yang diderita pasien seringkali menganggap sebagai

penyakit biasa. Pasien atau masyarakat masih bnyak yang belum mengetahui

bagaimana cara mengobati permasalahan penyakitnya dengan baik, aman dan

efektif sesuai tujuan terai, sehingga dalam penggunaan dan pemilihan obat yang

digunakan selama ini dilakukan tidak secara tepat dan benar. Akibatnya kesalahan

pada penggunaan obat yang salah dapat menyebabkan kecatatan dan penurunan

kualitas hidup. Kebiasaan yang sering terjadi dan dilakukan masyarakat adalah

dengan langsung minum obat ketika mengalami sakit tanpa berkonsultasi dengan

petugas kesehatan. Maka dari itu pengobatan sendiri (swamedikasi) harus

dilakukan dengan pemantauan apoteker selaku orang yang berwenang terhadap

obat.

Dhananjaya at all,2020 mengungkapkan masalah yang terjadi di

puskesmas yang memiliki pelayan kefarmasian masih sangat terbats dan jarang,

dikarenakan pelayanan kefarmasian merupakan minoritas yang masih belum

dianggap penting. Namun kasus yang bermunculan di puskesmas mengenai

kesalahan pemberian obat, kesalahan informasi obat, penjualan obat narkotika

dan psikotropika dan lain sebagainya. Undang-undang yang mengatur pelayanan

kefarmasian di puskesmas mewajibkan setidaknya terdapat satu apoteker untuk

mendukung regulasi pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian di

puskesmas.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Taslim at all, 2020, tentang

pemberian resep obat off- label pada pasien balita disalah satu unit pelayan

kesehatan. Resep off- label adalah obat-obatan yang dituliskan oleh dokter yang

tidak sesuai dengan izin penjualan dari marketing authirisation (MA) atau

penggunaan obat diluar indikasi yang disetujui oleh lembaga berwenang.

Peresepan obat off-label dapat dikatakan tidak legal, tetapi merupakan masalah

yang perlu diperbaiki berkaitan dengan dosis, rute pemberian, indikasi dan

kontraindikasi. Sehingga pada anak balita yang mempunyai metabolisme tubuh

yang berbede dengan daya metabolisme orang dewasa memungkinkan pemberian

obat yang sama pada anak akan menimbulkan respon obat yang berbeda.

Contohnya kasus off- label kriteria dosis banyak terjadi pada penggunaan obat

yang dijadikan pulvis (serbuk). Obat yang dijadikan pulvis ditemukan pada

penelitian ini adlah resep racikan yang mengandung Dexamethason tablet,

Paracetamol tablet, Glyceryl Guaikolat tablet dan Chlorpheniramine Maleat tablet.

Dosis penggunaan obat Glyceryl Guaiakolat tablet yang tertera pada brosur untuk

anak 2-6 tahun 50-100 mg setiap 4 jam maksimal diberikan sebanyak 600 mg.

Pada resep ditemukan pemberian obat Glyceryl Guaiakolat dengan dosis yang

lebih kecil dari dosis yang tertera pada brosur yaitu untuk anak usia 3,5 tahun

diberikan 90 mg sehari. Domperidone belum disetujui penggunannya oleh FDA

dalam peresepan pada anak usia dibawah 2 tahun dan anak dengan berat badan

dibawah 35 kg. Efek samping domperidone yaitu estrapiramidal, galaktorea,

ginekomastia, sembelit atau diare, kelelahan, ruam kulit dan gatal-gatal. Adanya

kasus off-label ini harus lebih diperhatikan agar penggunaan obat sesuai dengan

kriteria pasien yang menerima obat- obatan.


Sebagai seorang farmasis memiliki aktivitas yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu dengan memberikan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat tentang imunisasi pada bayi dan balita maupun

dewasa walaupun pada pemberian tidak berperan, sehingga dapat meningkatkan

partisipasi dan peran dari masyarakat. Pendidikan yang diberikan pada siswa-

siswi di sekolah masing masing tentang penyuluhan penularan penyakit seksual :

HIV & AIDS dan penyalagunaan dan penggunaan yang salah obat- obat

narkotika, alkohol, merokok. Memberikan edukasi tentang penyelenggaraan

keluarga berencana, penggunaan obat yang benar, promosi kesehatan yang baik

dengan pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat,

pencegahan keracunan dengan tindakan awal, pertolongan pertama kesehatan,

pemberian antidotum. Pemberiaan pemahaman penyakit degeneratif, obesitas

penyakit kronik dan penyakit menular. Perlu seorang farmasis mengadakan

penyuluhan atau pemberian informasi bagaimana cara persiapan, penanggulangan

bahaya dan keadaan darurat seperti bahaya banjir, gempa, kecelakaan berat,

pencegahan, penanggulanagan penyakit dan persiapan obat pertama. Dalam

pelaksanaan penyuluhan dan pemberikan informasi kepada masyarakat bisa

dilakukan dalam kelompok maupun secara individu yang dikelola dengan baik.

Farmasi berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui

Komite Pengendalian Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan

antiseptik dan desinfektan, menyusun prosedur, kebijakan untuk mencegah

terkontasminasinya produk obat yang diracik, pemilihan alat-alat kesehatan,

injeksi, infus, serta alat kesehatan balut yang digunakan diruang perawatan, ruang

tindakan, maupun di unit perawatan intensif (ICU). Memberikan informasi dan


edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah

bertambah parah atau pencegahan kambuhnya penyakit. Pemberian informasi

kepada pasien atau masyarakat tentang pola hidup yang baik, menjelaskan obat-

obatan yang harus digunakan sesuai indikasi, cara penggunaan, dosis dan waktu

penggunaannya. Perlu seorang farmasis selalu meng- update informasi terbaru

tentang obat- obatan dan penyakit supaya dalam penerapan praktik kerja seorang

farmasis dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat.

Kesimpulan

Kesehatan sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang baik, setiap

manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Upaya kesehatan

adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita semua dalam kesehatan

masyarakat. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tentunya

memiliki peranan penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam meningkatkan kesehatan masyrakat ada banyak hambatan-hambatan yang

terjadi seperti dalam penggunaan obat antibiotik, penyalagunaan obat narkotika,

peresepan polifarmasi pada lansia, peresepan obat off-label pada balita dan lain-

lain. Dengan adanya masalah tersebut peran seorang farmasis atau apoteker

merupakan faktor penting dalam menunjang kesehatan masyarakat dengan

berbagai program peningkatan kesehatan, salah satunya pemberian penyuluhan

dan edukasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

tentang penggunaan obat serta perlunya seorang apoteker meng-update informasi


terbaru terkait dengan obat-obatan untuk menunjang derajat kesehatan

masyarakat.

Daftar Pustaka

Assalwa, U., Ningrum, P. G., Tindawati, M. T., Zahro, S., Trisfalia, R. R.,
Yuliani, P. A., Syarifudin, F., Najah, N. L. A., Devi, S. A., Irmatiara, F.,
Priyandani, Y., 2021. Profil Perilaku Pengelolaan Obat Pada Lansia. Jurnal
Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 9-14.

Dhananjaya, A. P. ,Tjiang, M. W., Devi, S. A. N. N., Artania, I. A. P. N., Astuti,


W. M. N., 2020. Tugas Pokok Dan Fungsi (TUPOKSI) Apoteker Di
Puskesmas Dalam Pelayanan Obat Menurut Peraturan Perundang-
Undangan. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10
(2) : 62 – 70. http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs.

Nurmala, S., Gunawan O. D., 2020. Pengetahuan Penggunaan Obat Antibiotik


Pada Masyarakat Yang Tinggal Di Kelurahan Babakan Madang.
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.10, No.1, Juni 2020 : 22-31. p-
ISSN : 2087-9164 e-ISSN : 2622-755X.

Prasetyo, Y., 2013. Kesadaran Masyarakat Berolahraga Untuk Peningkatan


Kesehatan Dan Pembangunan Nasional. Medikora Vol. XI. No. 2 Oktober
2013: 219-228.

Pratiwi, Y., Rahmawaty, A., Islamiyati, R., 2020. Peranan Apoteker Dalam
Pemberian Swamedikasi Pada Pasien BPJS. Jurnal Pengabdian Kesehatan
STIKES Cendekia Utama Kudus. Vol. 3, No. 1, Januari 2020.
http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id.

Saibi, B. Y., 2015. Peran Apoteker Komunitas Dalam Peningkatan Derajat


Kesehatan Indonesia. JMI. Vol.12 No.1, Mei 2015 128.

Setiawan, A. T., Ilyas, A., Wibowo, P. A., 2018. Pencegahan dan Edukasi
Masyarakat Dalam Penanganan Endemik Penyakit Berbasis Web Untuk
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Di Kota Pekalongan. Jurnal Litbang
Kota Pekalongan Vol. 15 Tahun 2018.
Sugyati, C., Sjoraida F. D, Anwar K. R., 2017. Pemahaman Kebijakan Kesehatan
Masyarakat Bidang Ibu dan Anak Pada Pelaksana Lapangan di Jawa Barat.
Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 2– Nomor 1, April 2017, (Hlm 52-60).
Available online at: http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/jip.

Taslim, T., Rhinarda, T., Salim, R., 2020. Gambaran Resep Obat Off Label Pasien
Balita Di Salah Satu Apotek Swasta Padang Periode Januari- April 2017.
Jurnal Akademi Farmasi Prayoga,5(1), 2020. ISSN-Online : 2548-141X.
http:// jurnal.akfarprayoga.ac.id.

Telaumbanua, F. R., 2020. Peran Tenaga Kesehatan dalam Melaksanakan


Pelayanan Kesehatan WBP Rutan. The Role of Health Workers in
Implementing Health Services for WBP in Detention Centers. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. hhttps://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH Vol 11, No, 1, Juni 2020, pp;205-212. p-ISSN: 2354-
6093 dan e-ISSN: 2654-4563.

Tse, P. D. A., Suprojo, A., Adieidjaja, I., 2017. Peran Apoteker Posyandu
Terhadap Pembangunan Kesehatan Masyarakat. JISIP: Jurnal ILmu Sosial
Dan Ilmu Politik. ISSN.2442-6962. Vol. 6 No. 1 (2017).

Anda mungkin juga menyukai