Anda di halaman 1dari 7

Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah

Published on 20 Oktober 2015 by Candra Wiguna selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar
ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi
sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan.
kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :

Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan,


perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi 1. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan 2. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh
manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia
hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132
unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua 3. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat,
terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun 4. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan
optimal. 5. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.

Ketersediaan mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal 6. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal tenaga
kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga 7. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi
kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan
inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum
kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
variasinya antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi
pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.
8. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber
daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan
Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan
sistem informasi.
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena Strategi Paradigma Kesehatan
dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia
Indonesia di masa yang akan datang. Di negara kita mereka yang mempunyai
Paradigma berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang
informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. lebih efektif yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan
Memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan
dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya
Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri
dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat sebagai berikut:
Indonesia.
1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah 20-25 tahun mendatang.
kesehatan di waktu yang lalu, membuat kita melihat kembali prioritas dan
penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan 2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan.
Indonesia yang menjadi sumber daya manusia sehat dan produktif harus berpikir
dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Pembangunan penduduk 3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-
yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang sedikit saja. Perubahan preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
paradigma perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan
pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban penyakit 4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang
belum jatuh sakit agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan.
5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
masyarakat dititik beratkan pada :
6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan
1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
agar lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak. perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui
perubahan perilaku)
3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan 8. Penggerakan peran serta masyarakat.
perilaku).
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan
4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan bekerja secara sehat.
medis.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di
tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
sakit dan produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
upaya kuratif yang hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.

12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.


Upaya Program Kesehatan
Upaya kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pembangunan dan perbaikan rumah sakit terutama di daerah bencana
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan yang sesuai dengan dan tertinggal secara selektif; pengadaan obat, pengadaan peralatan dan
konsep paradigma baru. perbekalan kesehatan; dan penyediaan biaya operasional dan
pemeliharaan.
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif- Selanjutnya, perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan dasar yang
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan mencakup sekurang-kurangnya peningkatan promosi kesehatan,
merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan
berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar;
bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus peningkatan pelayanan kesehatan rujukan; pengembangan pelayanan
mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif
dokter keluarga; serta peningkatan peran serta masyarakat dan sektor
sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk
swasta dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
memiliki status kesehatan yang cukup.
Upaya lainnya dalam rangka peningkatan pemerataan, pelayanan
Upaya Tenaga Kesehatan kesehatan dilaksanakan melalui penempatan tenaga dokter dan
paramedis terutama di puskesmas dan rumah sakit di daerah tertinggal;
peningkatan ketersediaan, pemerataan, mutu, dan keterjangkauan harga
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
obat dan perbekalan kesehatan, terutama untuk penduduk miskin; dan
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Sebaliknya tenaga
peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.
kesehatan yang menekankan masalah preventif dan promotif adalah sarjana
kesehatan masyarakat yang juga sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan Melalui pelaksanaan berbagai kebijakan itu dan dibarengi dengan
pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, kemajuan di bidang sosial dan ekonomi, diharapkan taraf kesehatan
menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak penduduk miskin akan menjadi lebih baik.
individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan
memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu
mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi B. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan
pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, upaya
menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas yang akan dilakukan adalah pengangkatan dan penempatan tenaga
kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada merek kesehatan, seperti dokter dan tenaga keperawatan terutama di daerah
terpencil, peningkatan proporsi puskesmas yang memiliki tenaga dokter;
A. Meningkatkan Pemerataan dan Keterjangkauan Pelayanan peningkatan proporsi rumah sakit kabupaten/kota yang memiliki tenaga
Kesehatan dokter spesialis dasar, dan peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan.
Peningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
masyarakat dilaksanakan antara lain melalui penyelenggaraan pelayanan Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan untuk
kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya, memenuhi keperluan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan
serta kelas III rumah sakit. Melalui upaya ini diharapkan tingkat disparitas kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta rumah sakit
status kesehatan antara penduduk kaya dan miskin semakin berkurang. kabupaten/kota terutama di daerah terpencil dan bencana. Langkah
Untuk mengantisipasi berbagai kendala teknis di lapangan yang dihadapi tersebut perlu diikuti dengan peningkatan keterampilan dan
oleh masyarakat miskin dalam mendapatkan pelayanan yang layak, profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
misalnya hambatan administrasi dan prosedural, sosialisasi dan advokasi tenaga kesehatan, pembinaan tenaga kesehatan termasuk
kepada institusi penyelenggara akan lebih ditingkatkan, di samping pengembangan karier tenaga kesehatan; dan penyusunan standar
memperkuat pemantauan dan safe guarding. Selain itu, juga dilaksanakan kompetensi dan regulasi profesi kesehatan.
peningkatan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya;
Upaya lain yang penting untuk dilakukan adalah penjaminan masyarakat miskin; pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan;
terpenuhinya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan produk pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; dan
terapetik/obat, perbekalan kesehatan rumah tangga, obat tradisional, pengembangan wilayah sehat.
suplemen makanan, dan produk kosmetika melalui pengawasan
keamanan pangan dan bahan berbahaya; pengawasan pemakaian
narkotika, psikotropika, zat adiktif (Napza); dan pengawasan mutu, D. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
khasiat, dan keamanan produk. Kapasitas laboratorium pengawasan obat
dan makanan juga perlu diperkuat. Pengembangan obat asli Indonesia Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
akan dilaksanakan melalui pengembangan dan penelitian tanaman obat; akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular upaya yang perlu
peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam Indonesia; dan dilakukan antara lain pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
pengembangan standarisasi tanaman obat bahan alam Indonesia. peningkatan imunisasi; penemuan dan tatalaksana penderita;
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah; dan
Berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan itu, juga peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pencegahan dan
didukung oleh pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan pemberantasan penyakit.
kesehatan dan peningkatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan. Upaya khusus untuk mengatasi penyakit polio, yaitu (1) Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak dilakukan di seluruh
Pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan provinsi Indonesia untuk memutuskan mata rantai penularan virus polio
akan dilaksanakan melalui pengkajian kebijakan, pengembangan sistem tersebut. Pelaksanaan PIN direkomendasikan oleh tim dan para pakar
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, WHO SEARO dalam technical meeting di New Delhi bulan Juni 2005. PIN
pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum Polio 2005 akan dilaksanakan dua kali putaran, yaitu tanggal 30 Agustus
kesehatan. Selain itu, sistem informasi kesehatan baik nasional maupun 2005 dan 27 September 2005; (2) Sistem surveilans AFP yang ketat dan
daerah perlu dibangun dengan baik. Kebijakan untuk menjamin intensifikasi surveilans epidemiologi dilakukan di seluruh provinsi dan
pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan praupaya kabupaten/kota; dan (3) Peningkatan cakupan imunisasi dilakukan di
terutama bagi penduduk miskin perlu juga terus dilanjutkan. setiap desa.
Peningkatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan Dalam upaya penanggulangan flu burung, akan dilaksanakan
teknologi kesehatan akan dilaksanakan melalui penelitian dan respon cepat ke daerah yang belum terjangkit sebagai tindakan
pengembangan, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga peneliti, kewaspadaan dini dengan intensifikasi surveilans epidemiologi terhadap
sarana dan prasarana penelitian, serta penyebarluasan dan pemanfaatan kasus influenza dan pneunomia. Selain itu, akan dilaksanakan penyuluhan
hasil penelitian dan pengembangan kesehatan. kesehatan dan membangun jejaring kerja dengan berbagai pihak, serta
meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas sektor.

C. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


E. Meningkatkan Keadaan Gizi Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat akan
dilaksanakan kegiatan (1) pengembangan media promosi kesehatan dan Dalam rangka meningkatkan status gizi mayarakat terutama pada
teknologi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); (2) pengembangan ibu hamil, bayi, dan anak balita perlu dilakukan pendidikan gizi dan
upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
pondok bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda; Penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat
dan (3) peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
perlu ditingkatkan, sejalan dengan penanggulangan gizi-lebih, dan
Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perlu didukung
surveilans gizi.
oleh peningkatan kualitas lingkungan hidup yang dilaksanakan melalui
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi
Untuk mengatasi masalah busung lapar atau kurang energi dan menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai akibat masih rendah pengetahuan
protein tingkat berat di berbagai daerah di Indonesia telah dilakukan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat
langkah darurat berupa perawatan penderita di rumah sakit dan pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat.
pemberian makanan tambahan. Upaya berikutnya adalah menyusun Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif
rencana secara terpadu untuk menangani masalah ini mulai dari aspek berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon
produksi, distribusi sampai dengan konsumsi dan bersifat lintas sektor. Di batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat
bidang kesehatan telah dirumuskan program perbaikan gizi masyarakat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung
yang meliputi penanggulangan kurang energi protein; peningkatan tanpa didasari kedua respon di atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan
surveilans gizi termasuk melanjutkan penerapan sistem kewaspadaan lama karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
pangan dan gizi (SKPG) dan mengaktifkan posyandu; peningkatan
pendidikan gizi masyarakat; dan pemberdayaan masyarakat untuk
pencapaian keluarga sadar gizi. Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan
sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah
F. Meningkatkan Penanganan Masalah Kesehatan di Daerah Bencana meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.
Dalam rangka penanggulangan akibat bencana yang terjadi di
berbagai daerah, upaya-upaya yang akan terus dilanjutkan antara lain
Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang
adalah rehabilitasi dan rekonstruksi sarana pelayanan kesehatan yang
mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang
rusak, pemenuhan tenaga kesehatan, pencegahan dan pemberantasan
dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat
penyakit, penyediaan obat dan peralatan kesehatan, perbaikan gizi, serta
yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang
upaya untuk memulihkan fungsi pelayanan kesehatan di daerah bencana.
mendukung.
Selanjutnya, dalam rangka penanggulangan akibat bencana gempa bumi
dan tsunami yang terjadi di NAD dan Nias, Sumatra Utara, untuk
meningkatkan efisiensi dan keefektifan pelayanan kesehatan, dalam fase Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
rehabilitasi dan rekonstruksi, kerja sama lintas sektor dan lintas program predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan
akan lebih ditingkatkan terutama dengan Badan Rehabilitasi dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan
Rekonstruksi Aceh dan Nias, Sumatra Utara, termasuk ketersediaan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga
sumber pembiayaannya. faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai
kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
asalah Kesehatan Masyarakat
1. Masalah Kesehatan lingkungan
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga
perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan,
berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang
lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai
optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan
masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan
pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta
penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut
pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
2. Penyehatan lingkungan pemukiman
3. Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah
1. Masalah Perilaku Kesehatan
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika
yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan
Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru
menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat
sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar
dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi
lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah bau dan mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah
minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan
tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.
berkumpul keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah
pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat menimbulkan
masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya,
mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta
kemiskinan dan masalah sosial. pemusnahan dan pengolahan sampah.

3. Penyediaan air bersih Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah
sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya.
Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia.
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci. Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana
Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yang pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi
dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi
dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).
berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari
bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum 1. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain-
dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik
membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum. atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan,
kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan,
ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau
penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
2. Masalah Pelayanan Kesehatan

4. Pengelolaan limbah dan sampah


Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal.
Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.
atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat
yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan
limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk
lingkungan. memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat
sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana
dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana
(pembiayaan kesehatan).

3. Petugas kesehatan yang profesional


Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan, 2. Pembiayaan kesehatan
paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan
taat prosedur. Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatkan akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung
(enabling factors) masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia
Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar melalui asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi
akibat kedua syarat di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri),
yang terjadi karena kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi pekerja sektor industri (PT. Jamsostek), masyarakat miskin (Jamkesmas Program
secara merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda) bahkan masyarakat
sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering umum (Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah
menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal. Masyarakat pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan
cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. yang bermutu terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih
Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan
kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan
tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.
terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari 3. Masalah Genetik
tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek preventif dan promotif dalam
pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik
saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan
kesehatan hanya pada saat sakit. lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai
perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul
akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyebab
1. Sarana bangunan dan pendukung genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan
diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh
sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui
karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya
APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah
program pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan telah banyak kesehatan pada keturunannya.
meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai