Anda di halaman 1dari 5

Nama : Airin Shabrina Elta Kusmana

NIM : 20420002
Tugas : Manajemen/Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan

JELASKAN MANAJEMAN YANG BERLAKU DI TEMPAT KERJA MASING MASING

A. Perencanaan / Planning
Perencanaan merupakan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan bagi
mahasiswa koas adalah merencakan apa saja buku yang akan dipakai saat memasuki
stase, jurnal mana saja yang masuk dalam kategori layak analisis, perangkat elektronik
apa saja yang harus disiapkan untuk jadwal koas online, dan pengadakan kuota internet
yang cukup bagus dan tidak terlalu mahal.
B. Organizing/Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang
yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki.
Pengorganisasian bagi mahasiswa koas, terutama yang sedang menjalankan system
pembelajaran online atau virtual adalah dengan terlebih dahulu melakukan pembagian
stase (topic) dan pembagian kelompok yang mana nanti kelompok tersebut akan
melakukan pembelajaran sesuai stase yang ditentukan dan dengan preceptor yang
ditentukan pula. Dosen yang menjadi preceptor akan membagikan tugas secara adil dan
sistematis dan kemudian melalui ketua kelompok yang telah dipilih secara musyawarah
antar kelompok kecil akan dibagikan dengan anggotanya yang akan melakukan tugas
sesuai yang ditentukan. Kemudian akan dilakukan presentasi sesuai jadwal topic oleh
mahasiswa melalui aplikasi virtual seperti zoom atau google meet. Sesuai paparan diatas,
awalnya pembagian tugas dilakukan untuk memilih ketua kelompok. Setelah ketua telah
terpilih, ketua akan membagikan tugasnya kepada para anggotanya secara adil, sehingga
masing-masing anggota mendapatkan tugas yang sama berat. Ketua juga memiliki andil
menjadi narahubung antara anggota mahasiswa dengan dosen preceptor.
C. Actuating/Pelaksanaan
Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja agar
mencapai tujuan organisasi. Merupakan tugas ketua kelompok untuk membuat para
anggotanya melaksanakan tugas masing-masing individu. Ketua harus secara tegas dan
jelas dalam memberikan arahan serta terbuka untuk beberapa masukkan dan kritik.
Anggota kelompok harus mengerjakan tugas presentasi referat atau analisis jurnal untuk
di paparkan di depan dosen perseptor sebelum jadwal yang di tentukan sehingga proses
pembelajaran menjadi dinamis.
D. Controlling/ Pengawasan
Controlling adalah proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah pihak kampus dan dosen. Pihak kamus
akan melakukan pengawasan dengan mengevaluasi pembelajaran dengan cara
pengumpulan laporan pembelajaran oleh dosen dan mahasiswa yang dilakukan oleh
kelompok masing masing stase setiap periodenya, sehingga pihak kampus memiliki bukti
bahwa proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Sebelum itu tentu saja pihak dosen
akan melakuakan pengawasan langsung untuk kelompok-kelompok kecil yang sedang
dibimbingnya.

PERENCANAAN PENANGANAN COVID-19


Masalah pandemi COVID-19 tak bisa lagi ditangani secara parsial atau secara sendiri-
sendiri dan sektoral. Dibutuhkan strategi nasional untuk menghadapi wabah ini karena
persoalannya sudah menyebar ke hampir semua wilayah dan berimbas ke berbagai sendi
kehidupan sosial ekonomi. Ini sudah menjadi masalah nasional dan bahkan global, yang harus
ditangani secara komprehensif, terpadu, dan perlu dilakukan mobilisasi nasional. Presiden RI
meminta para Kepala Daerah dapat mengikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan
tidak ada Kepala Daerah yang membuat kebijakan sendiri-sendiri dalam menangani COVID-19.
Semua kebijakan di daerah harus sesuai dan berada dalam koridor Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden serta peraturan perundang-undaangan
lainnya yang terkait, meski inovasi daerah dapat dilakukan sepanjang dalam koridor kebijakan
pusat dan aturan perundang-undangan.
Secara umum kebijakan Kementerian Dalam negeri dalam penanganan COVID-19
mencakup 3 (tiga) pilar utama;

1. Mencegah penyebaran wabah COVID-19 di daerah sinkron dengan kebijakan Pemerintah


Pusat;

2. Meningkatkan koordinasi dan harmonisasi pusat maupun daerah serta sinkronisasi program
dan anggaran; dan

3. Meningkatkan partisipasi sektor swasta dan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan
wabah virus corona secara terencana dan sistematis.

Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri


merumuskan kebijakan-kebijakan dalam Percepatan Penanganan COVID-19 yang mencakup
topik-topik pencegahan penyebaran penularan COVID-19, peningkatan kekebalan tubuh warga,
penguatan kapasitas sistem kesehatan, pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan, peningkatan
ketahanan pangan dan industri alat kesehatan, dan penguatan jaring pengaman sosial.

Kebijakan Percepatan Penanganan COVID-19 tidak dapat mencapai tujuan apabila tidak
ada komitmen dan penjabaran dalam bentuk rencana kegiatan dari seluruh pihak khususnya
Pemerintah Daerah. Untuk itu, membangun komitmen kepada seluruh pemangku kepentingan
menjadi kunci penting. Di samping itu, kapasitas kelembagaan dan koordinasi perlu makin
ditingkatkan. Mekanisme kelembagaan dan proses pemantauan pelaksanaan 2 Pedoman
Manajemen harus diperkuat untuk memastikan kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan.

Program/Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2020, Direktorat Manajemen Penanggulangan


Bencana dan Kebakaran mempunyai 3 (tiga) kegiatan utama terkait penanganan COVID-19 yang
pada prinsipnya memiliki tujuan utama untuk memberikan pedoman/petunjuk ataupun arahan
kepada Pemerintah Daerah dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 di daerah.
Kebijakan-kebijakan dimaksud juga bertujuan untuk dapat meneruskan arahan ataupun kebijakan
di tingkat pusat untuk dapat diimplementasikan di tingkat Pemerintah Daerah sesuai dengan
karakteristik epidemologi dan kapasitas Kesehatan yang dimiliki.

 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan Pelayanan


Kesehatan (Sesuai profesi sekarang sebagai coasst)
Pandemi COVID-19 telah meresahkan dan mengkhawatirkan masyarakat luas. Begitu
banyak persebaran informasi yang belum jelas kebenarannya, yang akhirnya
mengakibatkan situasi pandemi semakin tidak terkendali. Profesi dokter adalah salah satu
yang paling diperhatikan dan sering dijadikan contoh berperilaku oleh masyarakat dalam
menghadapi penyakit COVID-19. Dokter harus kompeten, memiliki pengetahuan yang
cukup, keterampilan mutakhir, dan selalu memeliharan hubungan baik dengan pasien,
keluarga pasien, dan rekan sejawat yang lain, dan selalu bekerja dengan integritas. Sesuai
dengan mukadimah KODEKI, salah satu sifat dasar yang harus ditunjukan oleh dokter
adalah integritas ilmiah dan sosial, termasuk media sosial. Oleh karena itu, penting bagi
dokter untuk dapat menjaga perilaku baik sosial, media sosial, dan ilmiah untuk
membantu peperangan melawan COVID-19 ini. Setiap dokter juga harus memperlakukan
teman sejawat seperti ia ingin diperlakukan.

Perilaku sosial sebagai dokter maupun co assisten diharapkan dapat melakukan


protokol kesehatan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari seperti social distancing,
penggunaan masker, praktik cuci tangan yang benar untuk memberikan contoh yang baik.
Aktif memberikan edukasi pada masyarakat sekitar mengenai pentingnya mematuhi
protokol kesehatan yang ada dan bahaya dari penyakit COVID-19 untuk meningkatkan
kewaspadaan mereka. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan tingkat risiko
pekerjaan.

Saat ini, penggunaan sosial media sebagai media komunikasi dan penyebaran
informasi telah berkembang secara luas. Sosial media juga sering menjadi alat bagi
tenaga medis untuk berpartisipasi, mengeluarkan pendapat, memberi konsultasi, bahkan
hingga memberikan terapi pada pasien (telemedicine). Adanya sosial media dapat
membantu mempermudah edukasi secara luas ke masyarakat tanpa perlu bertatap muka,
namun dokter harus memperhatikan kebenaran ilmiah dari informasi yang diberikan.
Berikan informasi dengan bukti sumber ilmiah yang terpercaya untuk melindungi
masyarakat dan diri sendiri. Nyatakan pendapat secara profesional dan sesuai dengan
bidang masing-masing, dan dokter maupun co assisten diharapkan tidak terlibat dalam
perdebatan online dalam bentuk apapun.
Secara ilmiah, di era pandemi ini begitu banyak kontroversi ilmiah yang muncul
mengenai COVID-19. Untuk itu, diperlukan sikap ilmiah yang rasional dalam
menghadapinya. Dokter memiliki kewajiban untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan melalui pertemuan ilmiah, pendidikan,
atau penelitian untuk dapat memberikan penanganan terbaik pada pasien, terlebih
mengingat bahwa COVID-19 adalah sebuah penyakit baru yang masih banyak diteliti
sehingga banyak perubahan dan perbaruan informasi dalam tatalaksananya. Dokter
maupun co assisten dan tenaga medis lainnya diharapkan tidak memberikan informasi
tanpa dasar bukti ilmiah yang jelas dan kuat ke masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai