Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN SHARED VISION OPBS

Disusun oleh :

Rika Risalam Mahdur

1806269373

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

2018
Shared Vision

Manusia pasti memiliki visi dalam hidupnya, baik itu secara pribadi ataupun
bersama. Visi merupakan suatu daya dari kekuatan yang mengagumkan dan
mendapatkan dukungan oleh banyak orang. Visi juga dapat dikatakan sebagai
sesuatu yang diingikan yang dapat terwujud di masa yang akan datang. Dalam
mencapai suatu visi diperlukan beberapa hal diantaranya menggerakan dan
mengarhkan current reality ke visi, mendekatkan atau menurunkan visi ke current
reality, berhitung dan bermain dengan creative tension yaitu gap antara current
reality dan visi. Visi bersama dapat diartikan sebagai uraian atau gambaran jelas
mengenai masa depan yang ingin dicapai atau diciptakan oleh semua stakeholder.
Pendapat lain mengemukakan bahwa visi bersama adalah sebuah kesepakatan
bersama dimana seluruh anggota bersedia berkorban untuk mencapainya. Visi
bersama lebih ditekankan kepada kata bersama bukan pada visinya.

Sebagai seorang public health kita sering menghadapi masalah kesehatan.


Masalah kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari visi kita bersama. Isu lokal
kesehatan saat ini diantaranya gizi buruk, tuberculosis (TBC), angka kematian ibu
(AKI), angka kematian bayi (AKB), mutu pelayanan, perilaku hidup bersih sehat
(PHBS), biaya mahal, serta rendahnya akses keluarga miskin ke sarana kesehatan
masyarakat. Munculnya isu-isu masalah kesehatan di Indonesia diperlukan
evaluasi mengenai visi yang telah dibangun. Visi bersama untuk menghasilkan
sehat dibangun oleh seluruh unit penghasil kesehatan. Unit penghasil kesehatan
diantaranya keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Menghadapi masalah
kesehatan diperlukan visi yang dibangun oleh seluruh unit penghasil kesehatan
baik itu keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pada current reality, keluarga dan
masyarakat sangat memiliki pengaruh besar seperti pada kasus AKI. Keluarga dan
masyarakat akan jelas menjawab tidak ada yang ingin mengalami kematian ibu
pada saat melahirkan, tetapi peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Visi ini
tidak hanya semata-mata dibangun tetapi harus dicapai.
Melalui kasus diatas dapat disimpulkan bahwa visi bersama terbangun dari
visi pribadi. Visi pribadi lahir dari pemahaman dalam setiap pribadi. Visi bersama
lahir dari pemahanaman bersama. Tujuan membangun visi bersama diantaranya
sebagai berikut : menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis,
menumbuhkan komitmen seluruh anggota dalam organisasi, mengintegrasikan
resources organisasi baik material dan non material, serta menjamin
kesinambungan kepemimpinan organisasi. Tujuan visi bersama dapat dicapai
apabila visi bersama telah dibangun. Visi bersama dapat dibangun apabila visi
memiliki kriteria. Kriteria visi yaitu imaginable, memungkinkan untuk dicapai,
memiliki nilai yang diinginkan oleh seluruh anggota organisasi (desirable),
terfokus pada permasalahan utama instansi, berwawasan jangka panjang, tidak
mengabaikan perkembangan jaman, menjembatani keadaan sekarang dan masa
depan, memberikan makna bagi kehidupan anggota organisasi, serta membentuk
suatu standar keunggulan.

Strategi membangun visi bersama yaitu mengatakan (telling), menjual


(selling), menguji (testing), mengkonsultasikan (consulting), serta menciptakan
bersama (cocreating). Strategi pertama yaitu mengatakan (telling) dimana suatu
visi harus disosialisasikan kepada seluruh anggota secara langsung, jelas, dan
konsisten. Strategi kedua yaitu menjual (selling) dimana diperlukannya saluran
yang tetap terbuka untuk respon dengan menjaga hubungan antara pemimpin dan
anggotanya. Strategi ketiga yaitu menguji (testing) dimana pimpinan
menyampaikn kepada anggota melalui kelompok-kelompok untuk megetahui
reaksi dari visi sebelum melangkah lebih jauh. Strategi keempat yaitu
mengkonsultasikan (consulting) dimana pimpinan menyatukan suatu visi dari
beberapa visi untuk input yang kreatif dari organisasi. Strategi terakhir yaitu
menciptakan bersama (cocreating) dimana pimpinan bersama seluruh anggota
melalui suatu proses kolaboratif menciptakan visi bersama.

Visi bersama melibatkan pimpinan maupun anggota organisasi. Berbagai


sikap pasti akan muncul dalam menyikapi suatu visi. Kemungkinan sikap anggota
organisasi terhadap visi menurut Peter Senge dalam Fifth Discipline diantaranya
komitmen, pengerahan, kepatuhan tulus, kepatuhan formal, kepatuhan yang
terpaksa (menggerutu), tidak patuh, apatis, maupun menentang. Visi bersama
dikatakan baik apabila dapat menginspirasi orang, nyata, mendorong orang untuk
berbuat, dan melibatkan semua. Keberhasilan atau kesuksesan dibutuhkan suatu
hasrat, visi, dan aksi yang nyata untuk mencapainya.

Anda mungkin juga menyukai