Anda di halaman 1dari 27

Pengantar Epidemiologi

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan


frekuensi. Model ekologi yang berbeda telah dipakai untuk menggambarkan
hubungan timbal balik dari faktor faktor ini yang berkaitan dengan pejamu,
agent, dan lingkungan. Perubahan salah satu dari tiga komponen ini, yang
disebut sebagai segitiga epidemiologi (trias epidemiology), akan
mempengaruhi keseimbangan diantara komponen tersebut dan dengan
demikian akan meningkatkan atau menurunkan frekuensi penyakit.
Sehingga, penelitian tentang factor penyebab (etiologi) perkembangan dari
penyakit merupakan salah satu orientasi utama epidemiologi atau ultimate
goal of epidemiology. Perspektif yang lebih luas direfleksikan dalam suatu
definisi epidemiologi yang lebih komprehensif yang dikemukakan oleh last
(2001):
Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan dengan
keadaan atau kejadian pada populasi tertentu dan aplikasi dari studi
tersebut untuk mengontrol masalah masalah kesehatan.
Kontribusi Epidemiologi Terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan
Proses
Manajemen Kontribusi Epdiemiologi
Perencanaan
Pendekatan Pendekatan
Fungsional Proses
1 2 3 4
1. Epidemiologi Deskriptif
a. Person
b. Place
Identifikasi
c. Time
Planning Teknik Kebutuhan dan
2. Deskripsi masalah
Masalah
kesehatan dalam istilah
mortalitas, morbiditas
dan factor risiko
3. Demografi
4. Analisis etiologi (risk
factors)
Estimasi terhadap:
1. Magnitude of loss
2. Amenability untuk
Administrasi Penetuan
pencegahan atau
dan Politik Prioritas
reduksi
3. Ukuran ukuran
epidemiologi
Penyusun 1. Kuantifikasi tujuan
Tujuan 2. Kelayakan
Implementasi
1. Alternative alternative
aktifitas untuk
2. Analisis cost benefit
mencapai tujuan
Mobilisasi dan
1. Monitoring program dan
Organizing koordinasi
2. Pemasaran
sumber daya
Directing
Coordinating
A. Uji klinik
Controlling Teknik Evaluasi
B. Penilaian Outcome
Perkembangan Epidemiologi
Dalam lingkungan rumah sakit, ilmu epidemiologi dapat
menjembatani keinginan klinisi untuk menerapkan ilmu biomedik dan
bioteknologi dalam pengambilan keputusan klinik dan keinginan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif, efisien,
dan terjangkau pada saat dibutuhkan.
Metode Epidemiologi
Perkembangan metode epidemiologi antara lain dipengaruhi oleh:
1. Metode pengukuran fenomena kesehatan: teknologi diagnostik
klinik, biomedik, elektromedik, social ekonomik dan perilaku.
2. Metode kuantitatif untuk mengidentifikasi pola kejadian dan
memperkirakan dampak suatu factor (dikenal sebagai risk factor)
terhadap terjadinya penyakit.
3. Metode penelitian yang menyangkut rancangan pengamatan atau
pengumpulan data dalam uji klini (randomized clinical trial),
rancangan kohor, kasus control, survai surveillance penyakit.
Aplikasi Epidemiologi
Bagi manajer rumah sakit, sebagai pedang bermata dua. Pertama,
Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan
dalam pelayanan pasien oleh staf rumah sakit. Kedua, Epidemiologi
digunakan untuk memantau pola penyakit di masyarakat yang
mencerminkan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jenis jenis
pelayanan yang dapat di berikan oleh rumah sakit. Dukungan epidemiologi
bagi Rumah Sakit, manajer rumah sakit dapat mengembangkan produk
pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan permintaan pasar,
mengingat peran epidemiologi untuk memantau dan meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dan fungsinya sebagai market intelligence untuk
terus menerus mengikuti situasi pasar bagi palyanan rumah sakit.
Proses Kebijakan Kesehatan dan Epidemiologi
Apa itu kebijakan?
a. Kebijakan
Policy (kebijakan) adalah seperangkat panduan
pengambilan keputusan. Walt (1994.42 3) membedakan
antara systemic (macro) plicy, yang ditentukan dari
karakteristik dasar sebuah populasi, dan sectoral (micro)
policy, yang berfokus pada level keputusan yang lebih
rendah.
1. Kebijakan publik
Kebijakan publik merujuk pada kebijakan - kebijakan
pemerintah.
2. Kebijakan kesehatan
Konsep WHO dimana kebijakan kesehatan masyarakat
adalah :
"Puts health on the agenda of policy makers in all
sectors and at all levels, directing them to be aware of
the health consequences of their decision and to
accept their responsibilities for health" (World Health
Organization, 1986)
b. Siapa yang membuat kebijakan
Pertama, pada sistem yang ektrim, sistem kebijakan
unicentric dimana kebijakan ditentukan oleh suatu otoritas atau
lembaga yang berwenang yaitu pemerintah secara umum. Kedua,
pada ekstrim yang lain adalah sistem kebijakan multicentric,
secara esensial merupakan marketplace, dimana banyak pihak
yang terlibat. Ketiga, sistem kebijakan tipe intermediate adalah
sistem plucentric dimana model ini merupakan sebuah jaringan
(network). Keberhasilan kebijakan hanya dapat dicapai bila
didukung sepenuhnya oleh para pelaku. Ini adalah "system policy
neocorporatist" yang telah diterapkan di Jepang dan Jerman pada
dekade ini.
c. Bagaimana kebijakan dibuat
Tiga model umum ("theories"), model yang pertama adalah
"rational theory" (van der Grinten, 1996). Disebut juga "rational
comprehensive" (Walt, 1994). Ini adalah pendekatan top - down
dengan karakteristik perencanaan formal, dengan tujuan dan
target. Pada model ini epidemiologi dapat berperan besar dalam
membentuk perencanaan - perencanaan strategis. Model yang
kedua adalah disjointed incrementalism (Braybrooka and Lindlom,
1963), juga disebut muddling through (Lindlom, 1959) atau garbage
can model (van der Grinten, 1996). Pendekatan ini adalah bottom -
up dalam keadaan yang tidak stabil, situasi yang tidak diprediksi
oleh banyak pelaku, masing masing mempunyai power yang
terbatas dan sedikit informasi, kondisi ini ditemukan pada sistem
multicentric policy. Karakteristik yang ketiga, intermediate policy
model adalah lebih bervariasi, seperti pada sistem kebijakan
pluricentuic. Dunn (1981) merujuk pada bounded rationality dan
constrained maximization, dikenal bahwa kapasitas untuk
pembuatan kebijakan yang rasional adalah terbatas.
d. Siklus kebijakan
Walt (1994) menyajikan empat tahap proses kebijakan:
1. Identifikasi masalah dan pengenalan isu
2. Formulasi kebijakan
3. Implementasi kebijakan
4. Evaluasi kebijakan
e. Kebijakan dan Program Program
Intrumen kebijakan yang aktual untuk implementasi di buat daftar
oleh Pal (1992) sebagai berikut:
1. Nodality: kualitas dalam pusat jaringan informasi, misalnya
penyebaran informasi dan konsultasi untuk menunda atau
mengubah prioritas dan seberapa kuat untuk diupayakan
menjadi keputusan legislasi dan regulasi.
2. Treasure: mengeluarkan tenaga, misalnya menyumbang
bantuan bantuan, asuransi dan pajak incentive kegiatan
pembayaran.
3. Authority: pengendalian kegiatan meliputi legislasi, public
regulasi, self regulasi dan saksi.
4. Organization: kegiatan pemerintahan melalui penyediaan
secara langsung pelayanan, korporasi publik atau kerja sama.
f. Studi kebijakan
Dunn (1981), menjelaskan ada tiga pendekatan dan enam
prosedur analitik khusus yang digunakan dalam analisis
kebijakan. Pendekatan empirik memperhatikan fakta
termasuk monitoring kebijakan yang sudah selesai (deskripsi)
dan meramalkan efek pada masa yang akan datang
(prediksi). Pendekatan evaluative, memperhatikan nilai,
seperti penggunaan kata; prosedur korespondensi yang
dapat diterapkan pada saat yang lampau maupun kebijakan
yang akan datang. Pendekatan normative mengandung
rekomendasi untuk tindakan yang akan datang (prescription).
Epidemiologi dan Kebijakan Kesehatan
Penyusunan informasi dalam hal ini membutuhkan kontribusi dari
berbagai disiplin ilmu sosail, misalnya demografi, geografi, dan ekonomi,
juga biologi, ilmu medik, khususnya epidemiologi.
a. Kontribusi Epidemiologi terhadap Kebijakan Kesehatan
Empat hal utama yang menjadi fokus, yaitu; population focus,
health and prevention, health services, and health information.
1. Fokus Populasi
2. Kesehatan dan Pencegahan
3. Pelayanan Kesehatan
Epidemiologi memiliki peran yang besar dalam monitoring
kualitas dan kuantitas perawatan kesehatan, khususnya dalam
mengukur outcome kesehatan dan pelaksanaan evaluasi
4. Informasi Kesehatan
Epidemiologi dapat berkontribusi pada dua jenis informasi
kesehatan yang dibutuhkan untuk pembuatan kebijakan
kesehatan: (1) informasi deskriptif terhadap kesehatan populasi
dan utilisasi pelayanan kesehatan, dan (2) informasi analitik
terhadap penyebab masalah kesehatan dan efektifitas pelayanan
kesehatan.
b. Epidemiologi dan Siklus Kebijakan
1. Assessment of population health
Ahli epidemiologi dapat berkontribusi terhadap konseptual dan
pengukuran kesehatan menggunakan keahliannya dalam
mengolah data kesehatan populasi.
2. Assessment of potentisl interventions
Ahli epidemiologi dapat mengevaluasi dan menyusun fakta
berdasarkan efikasi intervensi yang potensial dan menilai
efektifitasnya.
3. Policy choices
Ahli epidemiologi dapat memberi saran terhadap pencegahan
penyakit, model dampak dari variasi intervensi terhadap
kesehatan populasi secara keseluruhan, dan memberikan dasar
tujuan dalam memilih prioritas diantara banyak pilihan.
4. Policy implementation
Ahli epidemiologi dapat berkontribusi dalam menyusun tujuan
dan objective yang berarti, menyediakan dasat dasar rasional
untuk alokasi resoursis, dan memberi saran terhadap data yang
dibutuhkan untuk mendukung evaluasi kebijakan.
5. Policy evaluation
Ahli epidemiologi dapat membantu mengembangkan desain riset
yang valid dan reliable, dan dapat melaksanakan surveilens
masalah kesehatan dan pelayanan kesehatan mendeteksi
kejadian yang tidak biasa dan mengevaluasi variasi wilayah
dalam pelayanan kesehatan.
c. Metode Epidemiologi yang Mana? (Spasoff, 1999)
Epidemiologi Epidemiologi
Dimensi
Etiologi Kebijakan
Pendekatan Analitik Deskriptif; modeling
Kegunaan Mencari penyebab Panduan kebijakan
Kegiatan Proyek penelitian Riset sintesis &
Data Baru aplikasi yang ada
Substrat Sampel Seluruh populasi
Time reference Lampau yang akan datang
Validitas Internal Internal & Eksternal
Klien Saintist, praktisi Pemerintah,
pengambil kebijakan

d. Keterbatasan Epidemiologi
Sebagai pengganti studi tunggal yang cepat dan studi yang buruk.
Syme dan Guralik (1987) menganggap komplikasi dari epidemiologi
ke kebijakan publik berasal dari (1) perbedaan interpretasi terhadap
bukti yang ada; (2) berbagai perbedaan prioritas terhadap variasi
intervensi; dan (3) perbedaan keinginan terhadap apakah intervensi
sebaiknya pada level individu atau masyarakat.
e. Riset Epidemiologi Kebijakan
Epidemiologi kebijakan sesungguhnya adalah riset sebagai a
systematic process for generating new knowledge (Walt, 1994).
Topik ini menjadi relevan pada masyarakat dari pada riset
epidemiologi, dan berkaitan dengan pengambil kebijakan lebih
langsung.
Translasi Studi Epidemiologi Dalam Kebijakan Kesehatan
Pertimbangan Kesehatan dan Sosial
Kesehatan adalah suatu konsep yang kompleks dan
multidimensional yang berhubungan kedalam suatu keanekaragaman
faktor fisik, mental dan sosial (WHO 1948, Aday 1994). Indikator fisik dan
kesehatan mental berfokus pada tingkatan individu, dimana faktor sosial
tergabung dalam konteks masyarakat yang lebih besar (contohnya
Kebijakan Kesehatan) (Aday 1994).
Definisi definisi
Kebijakan cenderung; untuk mengubah atau untuk kontrol yang sah,
sosial ekonomi dan lingkungan fisik (Cheadle et 1992) dan mendukung
tafsiran pada individu yang pengaruhnya sangat kuat pada sosial politik dan
lingkungan budaya mereka. Jaminan adalah menjamin fungsi kesehatan
masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan mendapat legislasi untuk
bertemu termasuk persetujuan dan cita cita bersama.
Tujuan dan Pengaruh kebijakan kesehatan
1. Meningkatkan rentang untuk hidup sehat pada seluruh orang
Amerika
2. Mengurangi perbedaan kesehatan antara orang orang Amerika
3. Mencapai akses untuk pelayanan, pencegahan pada seluruh orang
Amerika
Pengawasan Lingkungan dan Risiko Dalam Pekerjaan
Hal yang tidak bisa dipungkiri pada kekuatan faktor yang telah
dievaluasi:
a. Zat zat kimia seperti: pestisida, bensin, dan vinyl chlorida
b. Radiasi ionisasi, seperti: sinar X dan Radon
c. Listrik dan magnet dari ketinggian tegangan tinggi
d. Debu debu, seperti: debu batu bata dan debu silica
e. Alergi dan jamur, seperti: serbuk dan bulu binatang
Mengurangi Faktor Risiko Pada Perilaku
Faktor risio ini dapat dipertimbangkan Sukarelawan yang
sebahagian besar dari mereka berhubungan dengan praktik individu,
kebiasaan dan kecanduan. Sebenarnya semua faktor ini mempunyai subjek
pada kebijakan kesehatan untuk menurunkan risiko penyakit dan merubah
lingkungan sosial secara menyeluruh.
Mengatur Obat Obatan dan Perlengkapan Medis
Pengobatan yang berhasil untuk penyakit dalam keadaan yang bisa
betul betul dipengaruhi oleh pemberian izin dan pengaturan obat obat
baru.
Memperbaiki Pasien Masuk dan Kualitas Perawatan Kesehatan
Perubahan sistem pelayanan kesehatan bisa berdasar pada 3
komponen yang saling menguatkan:
1. Sosial, ekonomi dan pengaturan kebijakan pada promosi perilaku
sehat untuk mendapatkan kecelakaan kerja, dan standar promosi
hidup sehat termasuk perawatan medis
2. Sifat dasar masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan
masyarakat, memonitor indikator kesehatan, mendidik masyarakat
tentang faktor risiko promosi perilaku sehat, mengurangi risiko
udara, air, makanan, konsumen, tempat tempat kerja dan
kecelakaan dari tempat rekreasi.
3. Pelayananan pencegahan klinik, imunisasi, tes penyaringan dan
konsul dokter dan profesi kesehatan lainnya.
Setting Untuk Membuat Kebijakan Kesehatan
a. Pemerintah
Kebijakan kesehatan pemerintah yang tidak bisa dipengaruhi lebih
dahulu oleh hukum hukum yang telah lalu pada bagian legislative,
biasanya dari kebanyakan pemilihan antara orang orang swasta.
Peraturan yang biasanya tidak bisa dipengaruhi oleh badan badan
eksekutif dengan pemerintah, sering diberi masukan dengan
legislative (tapi tidak keliru).
b. Non pemerintah
Pengaruh sektor swasta, perusahaan perorangan dan perusahaan
swasta main dalam aturan yang penting dalam batasan kebijakan
kesehatan. Perusahaan perorangan dapat berpengaruh dalam
masyarakat demokrasi dan masyarakat banyak dengan memberikan
suara atau dengan menjadikan suatu pembelaan bagi issu
kesehatan tertentu dan kebijakannya. Pengusaha dalam memberi
pelayanan pada perawatan kesehatan bermain sangat penting
dalam pembentukan kebijakan kesehatan dan berusaha untuk
mencoba mempengaruhi pendapat masyarakat dan mempengaruhi
para karyawan yang terseleksi.
c. Masyarakat
Beberapa kebijakan informal dapat dijumpai diimplementasikan
kedalam suatu Masyarakat tanpa perubahan dalam hukum dan
aturan karyawan. Sering, aksi ini menjadi pemicu perubahan dalam
norma sosial yaitu kebijakan De Facto.
Perlengkapan epidemiologi, proses dan aturan aturan profesional
Pakar epidemiologi dan pembuat kebijakan kesehatan mempunyai
beragam perlengkapan pada pemberian mereka yang dapat membantu
menginformasikan proses perkembangan kebijakan. Banyak praktisi yang
mungkin tidak mempunyai title Ahli Epidemiologi masih sering membuat
suatu penilaian dengan menggunakan perlengkapan ini.
Surveilans kesehatan masyarakat
Sistem surveilans kesehatan masyarakat adalah komponen
komponen evaluasi, dan mempunyai beberapa karakteristik kunci. Hal ini
termasuk koleksi data, analisis, dan interpretasi data dasar kesehatan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi praktek
kesehatan masyarakat.
Penilaian risiko
Penilaian risiko kuantitatif menyediakan dasar teknik bagi
pengaturan tentang keracunan (Hertz Picciotto 1995). Penilaian risiko
adalah proses batasan risiko untuk atribut kesehatan dalam lingkungan
atau bahaya lainnya (WHO 1989).
Penilaian kesehatan masyarakat
Penilaian kesehatan masyarakat, suatu hubungan antara
epidemiologi, ilmu perilaku, dan disiplin ilmu lainnya, yang mengandalkan
data untuk membatasi masalah kesehatan masyarakat yang besar dan
faktor faktor yang mempengaruhi masalah ini secara umum bersandar pada
pengaturan data yang ada (contoh, data dari sensus, kematian, registrasi
penyakit, survey faktor risiko perilaku) untuk memberikan suatu cross
sectional Potret masyarakat.
Analisi biaya efektifitas dan biaya keuntungan
Biaya efektifitas dan biaya keuntungan sama dengan teknik analisa
yang mengizinkan suatu perbandingan efisiensi ekonomi dari berbagai
perawatan kesehatan dan teknologi pencegahan. Biaya efektifitas
membandingkan biaya moneter dari suatu intervensi pencegahan dengan
beberapa ukuran dari hasil kesehatan (contoh, simpanan tahunan).
Meta analisis dan evidence syntesis
Lebih dari 2 dekade, meta analisis telah berkembangan
menggunakan penemuan hasil studi penelitian yang rangkap. Kontribusi
dari meta analisis telah menyediakan sistem yang sistematis, dapat
dibalas, dan metode obyektif dari integritas penemuan studi perorangan.
Panel ahli dan review ahli
Sebenarnya Perwakilan pemerintahan, dalam cabang eksekutif dan
legislatif, kegunaan panel panel ahli dan review ahli adalah ketika
memeriksa studi epidemiologi dan hubungannya terhadap kebijakan
kesehatan.
Aturan Aturan Ahli Epidemiologi Pada Pembuatan Kebijakan Kesehatan
Untuk mendukung aturan yang lebih aktif bagi ahli epidemiologi
dalam proses pembuat kebijakan kesehatan, telah tersedia petunjuk:
1. Mengorganisasikan pengaruh partai partai dan sektor yang
mengkolaborasikan pemerintah.
2. Warga aktif dengan pemerintah dalam issu issu yang
mempengaruhi kesehatannya.
3. Tanggung jawab berkomunikasi atas bahaya kesehatan
4. Menyatukan kekuatan dengan profesional lainnya untuk
mendapatkan tujuannya
Data dan Alternatif Jalan Keluar
Melakukan pengumpulan data
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Data
adalah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan.
1. Jenis data
dari keempat jenis data dapat diuraikan menjadi:
a. Data keadaan geografis
Data geografis yang penting adalah tentang luas dan betas
batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca,
keadaan flora, dan keadaan fauna.
b. Data pemerintah
Data yang dikumpulkan, yaitu tentang bentuk pemerintahan,
peraturan perundang undangan yang berlaku anggaran
pendapatan dan belanja kesehatan, serta mekanisme dan proses
pengambilan keputusan.
c. Data kependudukan
Data yang diperlukan antara lain tentang jumlah penjabaran
(susunan umur, jenis kelamin, dan geografis), angka
pertambahan serta angka kelahiran penduduk.
d. Data pendidikan
Data yang diperlukan antara lain tentang tingkat pendidikan
penduduk serta fasilitas pendidikan yang tersedia
e. Data pekerjaan dan mata pencaharian
Data ini mengenai macam pekerjaan dan mata pencaharian
penduduk, karena jenis pekerjaan cenderung mengakibatkan
penyakit tertentu.
f. Data keadaan Sosial Budaya
Data tentang budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan,
dan anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan
termasuk di dalamnya soal soal pengobatan tradisional, yang
kesemuanya dapat dimanfaatkan atau dipertimbangkan dalam
merencanakan program kesehatan.
g. Data keadaan Kesehatan
1. Data yang menunjukkan status kesehatan penduduk seperti,
angka kematian (umum, bayi, ibu, dan penyakit tertentu),
angka harapan hidup rata rata,
2. Data yang menunjukkan kesehatan lingkungan pemukiman
seperti persentase penduduk yang mempunyai sumber air
bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah,
mempunyai rumah sehat, dll
3. Data yang menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan, jumlah
dokter, jumlah para medis, jumlah kunjungan, luas cakupan,
dsb.
2. Sumber data
Sumber data secara umum dibagi atas 3 macam, yaitu primer
misalnya wawancara langsung, sekunder misalnya laporan bulanan
puskesmas, dan tertier misalnya hasil publikasi badan badan resmi
seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan, dan Kantor
Kabupaten.
Masalah
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sedemikian rupa
sehingga jelas sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data dapat secara
manual, mekanikal, serta elektrikal.
Menetapkan Prioritas Masalah
Dari sekian banyak masalah yang ada, tidak semua dapat
diselesaikan karena:
1. Antar masalah mungkin terdapat keterkaitan, yang perlu
diselesaikan hanya masalah pokok.
2. Kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu dapat bersifat
terbatas.
Makin penting masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Kelayakan teknologi menunjuk pada penguasaan ilmu
dan teknologi yang sesuai
Menyusun Alternatif Jalan Keluar
Untuk menyusun alternatif jalan keluar digunakan berpikir kreatif
(creative thinking). Salah satu teknik berpikir kreatif diantaranya dikenal
dengan teknik analogi atau populer dengan sebutan synectic Technique.
Memilih Prioritas Jalan Keluar
Untuk memilih prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteri
matriks, untuk ini ada 2 kriteria yang lazim digunakan, yaitu
1. Efektivitas Jalan Keluar
2. Efisiensi Jalan Keluar
Melakukan Uji Lapangan
Uji lapangan ini dipandang penting karena sering ditemukan jala
keluar yang di atas kertas baik, ternyata sulit dilaksanakan. Tujuan uji
lapangan yakni untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor
penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut
dilaksanakan
Menyusun Rencana Kerja Selengkapnya
Kemudian menyusun uraian rencana kerja dari prioritas jalan keluar
secara lengkap yang terdiri dari:
1. Rumusan Masalah
2. Rumusan Misi
3. Rumusan Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus
4. Rumusan Kegiatan
5. Asumsi Perencanaan
6. Strategi Pendekatan
7. Kelompok Sasaran
8. Waktu
9. Organisasi dan Tenaga Pelaksana
10. Biaya
11. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan
Selanjutnya dilakukan penilaian, untuk melihat apakah tujuan tercapai atau
tidak. Secara keseluruhan melaksanakan program sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
Strategi Pembangunan Kesehatan
Haluan Kesehatan
Pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan produktif
bukan saja perlu peningkatan upaya kesehatan yang produktif bukan saja
perlu peningkatan upaya kesehatan yang ada, akan tetapi perlu juga re
orientasi upaya kesehatan nasional yang ada sekarang. Kebijakan tentang
peningkatan pembinaan, perlindungan dan pengembangan kesehatan
penduduk perlu disempurnakan.
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan
pendudukharus mengacu pada tiga hal sebagai berikut:
1. Melihat ada tidaknya kelainan pada patofisiologi pada seseorang
2. Mengukur kemampuan fisik seseorang seperta kemampuan aerobik,
ketahanan, kekuatan, dan kelenturan sesaui dengan umur.
3. Menanyakan pada yang bersangkutan bagaimana ia menilai atas
kesehatan sendiri.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan
maka memasuki era reformasi untuk Indonesia Baru telah terjadi
perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan
dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan
cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya
upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia
Paradigma berasal dari bahsa Yunani, mulanya serign digunakan
dalam istilah keilmuan, sekarang ini sering digunakan dalam arti model,
teori, konsep, persepsi, asumsi atau kerangka acuam dalam makna yang
lebih populer dapat diartikan sebagai visi kita terhadap realitas, sekilas
kajian paradigma.
Konsep baru tentang makna sehat, konsep sehat sakit senantiasa
berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai, peran penghargaan
dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Setelah tahun 1974 terjadi
penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memili makna tersendiri
bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai
pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru. Program
kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih efektif
yaitu program kesehatan yang mempunyai model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan.
Orientasi baru upaya kesehatan adalah orientasi menyehatkan
penduduk, suatu orientaso sehat positif, sebagai kebalikan dari atau
mengembalikan sesuatu yang terjadi. Perubahan paradigma yang
diutarakan oleh Bapak Menteri Kesehatan apabila dilaksanakan dapat
membawa dampak yang cukup luas.
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk
harus mengacu pada empat hal sebagai berikut:
1. Melihat ada tidaknya kelainan patofisiologi seseorang
2. Mengukur kemampuan fisik
3. Penilaian atas kesehatan sendiri
4. Indeks masa tubuh (BMI)
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya
kesehatan yang menekankan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan
upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat. Dalam pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana
mengajak dan menggairahkan masyarakat.
Masalah Kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh
karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen
politik.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
determinan masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk
pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Epidemiologi sering merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kebijakan publik, namun jarang merupakan
faktor satu satunya yang berpengaruh. Kebijakan publik merupakan
determinan utama kesehatan masyarakat, kebijakan kesehatan
masyarakat pada umumnya merujuk secara spesifik ke isu isu pelayanan
kesehatan. Namun kesehatan depengaruhi oleh rentan, luas keputusan
keputusan kebijakan dan tidak hanya bidang medik semata mata.
Model yang digunakan dalam mengambil kebijakan kesehatan yaitu,
(1) model teknik, (2) model sistem dan (3) model sistem informasi.
Perkembangan epidemiologi haruslah lebih intensive dan lebih mengikuti
kegiatan mutakhir bidang kesehatan. Pada kenyataannya kebijakan
kesehatan tergantung pada banyaknya faktor secara parsial yang
dijelaskan pada aplikasi pengetahuan epidemiologi. Model model ini
menekankan pada gaya hidup, lingkungan dan biologi manusia pada
kategori pentingnya persamaan pada sistem organisasi penaganan
kesehatan.
1. Model ini adalah komprehensif, ada masalah kesehatan dapat
dipecahkan pada suatu kombinasi dari empat divisi itu
2. Model ini memperbolehkan suatu sistem analisis dari suatu
penyakit atau pola yang mungkin diuji di bawah empat divisi
3. Model ini mengizinkan langkah tindak lanjut subdivisi, contoh:
lingkungan adalah pembagian sub kedalaman fisik, sosial, dan
psikologi.
4. Model ini menyediakan suatu prospektif baru pada kesehatan
yang menciptakan pengenalan dan explorasi pada bagian yang
diabaikan sebelumnya.
Aplikasi pada model model ini mencakup 4 (empat) langkah yaitu
sebagai berikut:
1. Seleksi pada penyakit yang berisiko tinggi dan kontribusi secara
substansial pada semua mortalitas dan morbiditas
2. Proprosi alokasi pada faktor kontribusi pada penyakit untuk 4
elemen pada model epidemiologi
3. Proporsi alokasi pada total pengeluaran kesehatan untuk 4
elemen pada model epidemiologi
4. Ketergantungan pada perbedaan proporsi antara nomor 2 dan
nomor 3.
Epidemiologi sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai peranan yang
sangat besar dalam pemecahan suatu masalah, dimana fungsinya tidak
terbatas hanya pada penilaian efektivitas sistem pelayanan operasional
saja, tetapi juga termasuk mempelajari perubahan yang diperlukan.
Pendekatan epidemiologi dikenal 4 fase yaitu:
1. Epidemiologi deskriptif
Pada fase ini informasi dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan :
a. What : masalah kesehatan atau kondisi kesehatan apa yang
sering terjadi dan manifestasinya dalam bentuk apa
b. Who : siapa yang tertimpa masalah
c. Where : dimana masalah tersebut terjadi
d. When : kapan masalah tersebut terjadi, kapan masalah
tersebut lebih intens terjadi
2. Epidemiologi analitik
Pada fase ini informasi dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan :
a. How : apa masalah yang terjadi mempunyai hubungan
dengan kondisi tertenti seperti adakah hubungannya dengan
kondisi vector, kondisi pelayanan kesehatan, kondisi
lingkungan atau kondisi sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Epidemiologi eperimental/intervensi
4. Epidemiologi evalustif
Disini dicoba untuk menilai efektifitas berbagai pelayanan
kesehatan/program kesehatan yang diterapkan untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
Risiko adalah besarnya kemungkinan untuk timbulnya masalah
(kesehatan). Hal yang mempengaruhi timbulnya risiko tersebut sebagai
faktor risiko. Risiko biasanya diukur secara:
1. Absolut dengan incidence rate, prevalence rate
2. Relative dengan relative risk/odd ratio
3. Attributable risk
Contoh pemkaian pendekatan epidemiologi dalam manajemen kesehatan
dan upaya pengambilan tindakan
No Variabel Penjelasan
a. Penentuan strategi dan
kebijaksanaan
1 Orang / Host b. Penentuan target dan prioritas
program efektifitas operasional
program
a. Kerjasama lintas sektoral
Tempat dan Waktu b. Jaringan suplai logistik
2
(trend masalah) c. Maintenance penentuan latihan dan
d. Pendidikan tenaga supervisi
a. Kerjasama lintas sektoral
b. Penentuan jenis pencegahan dan
pemberantasan lingkungan
c. Penentuan jenis penyuluhan dan
Penyebab (agent)
3 promosi kesehatan
riwayat alamiah
d. Kebijakan kesehatan lingkungan
e. Udara, air, higiene makanan
f. Kesehatan kerja
g. Sanitasi lingkungan keampuan obat.
a. Biaya untuk kecacatan
Biaya b. Biaya untuk kematian
4
(cost/efektifitas) c. Biaya pencegahan dan
penanggulangan
Kenapa hal itu
terjadi
a. Investigasi lapangan
5 (kesempatan
b. Operation research
memcahkan
masalah)
Langkah utama dalam pemasaran adalah identifikasi masalah
dengan menggunakan ilmu epidemiologi. Pemasaran dalam program
program kesehatan, dapat dapat berperan dalam penjualan komoditi dan
gagasan atau perilaku. Dalam kenyataan yang ada marketing hampir selalu
dimulai dengan promosi tentang sikap dan kepercayaan yang berkaitan
dengan kesehatan. Komunikasi kesehatan masyarakat sebagai marketing
program merupakan strategi perencanaan dan pelaksanaan program untuk
menghasilkan perubahan perilaku pada khalayak sasaran. Langkah pokok
marketing program kesehatan masyarakat meliputi:
a. Perencanaan
- Analisis masalah kesehatan
- Riset pengembangan
- Pengembangan strategi
- Uji coba bahan dan strategi
- Menulis rencana operasional
b. Pelaksanaan
- Produksi
- Pelatihan
- Distribusi
c. Pemantauan dan Evaluasi
Kinerja adalah penampilan hasil kerja personel dalam suatu
organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun
kelompok kerja personel. Pembangunan kesehatan sebagai upaya
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakanpusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dalam bentuk kegiatan pokok. Penilaian kinerja adalah
proses menilai hasil karya personel dalm suatu organisasi melalui intrumen
penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kerja merupakan suatu
evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya
pada standar baku penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini membantu
pengambilan keputusan bagian personalia dan memberikan umpan balik
kepada para personel tentang pelaksanaan kerja mereka.
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu:
(1) penilaian kemampuan personel dan (2) pengembangan personel.
Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk: (1) Mengenali
SDM yang perlu dilakukan pembinaan. (2) Menentukan kriteria tingkat
pemberian kompensasi. (3) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan.
(4) Bahan perencanaan manajemen program SDM masa datang. (5)
Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel. Hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan penilaian kinerja yaitu: (1) Memenuhi manfaat
penilaian dan pengembangan. (2) Mengukur /menilai berdasarkan pada
perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. (3) Merupakan dokumen legal.
(4) Merupakan proses formal dan nonformal.
Mengenai metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja
tidak ada kesepakatan antara ahli yang satu dengan yang lain, namun
demikian pada dasarnya penilaian ini dapat dibedakan atas beberapa
metode, yaitu penilaian teknik essai, penilaian komparasi, penilaian daftar
periksa, penilaian langsung kelapangan, penilaian didasarkan perilaku,
penilaian didasarkan insiden kritikal, penilaian didasarkan keefektifan,
penilaian berdasarkan peringkat.
Pada dasarnya ada dua aspek yang dapat dinilai yaitu keluaran dan
proses atau perilaku. Ini tergantung pada jenis pekerjaan dan fokus
penilaian yang dilakukan, pekerjaan yang sifatnya berulang dan keluaran
mudah diidentifikasikan maka penilaian biasanya difokuskan pada
keluaran, sedangkan pada pekerjaan yang hasilnya sulit diidentifikasi fokus
penilaian ditujukan kepada aktivitas atau proses. Faktor faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain karakteristik pribadi, motivasi,
pendapatan dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi dan pengembangan
karier.
Model epidemiologi dalam analisis kebijakan kesehatan harus luas,
komprehensif, dan harus mencakung semua hal yang mempengaruhi
kesehatan. Oleh sebab itu empat aspek utama harus diidentifikasi: (1)
sistem organisasi kesehatan; (2) gaya hidup; (3) lingkungan; (4) proses
biologis manusia. Model epidemiologi adalah model matematis, yang
memungkinkan suatu model simulasi seperti komputer untuk mendeteksi
suatu penyakit dengan tujuan mempelajari perilaku penyakit dalam suatu
populasi dalam variabel iklim, kepadatan populasi, populasi heterogen dan
seterusnya. Ini mungkin seperti model analitis, sebuah model pengambilan
keputusan secara ekonomi, sebuah model penjelasan atau model prediktif.
Manajemen kesehatan berbasi populasi mencakup keahlian untuk
(1) Menilai kondisi kesehatan dan kebutuhan kesehatan suatu target
populasi (2) Melaksanakan dan mengevaluasi bentuk intervensi yang
dirancang untuk meningkatkan kesehatan penduduk; dan (3) Penyediaan
perawatan yang efisien dan efektif untuk anggota masyarakat dengan cara
yang konsisten dalam kebijakan budaya masyarakat, dan nilai nilai
sumber daya kesehatan. Kebutuhan akan layanan kesehatan
membutuhkan 5 elemen yakni accessibility, availability, knowledge,
attitude, beliefs.
Jenis pelayanan kesehatan dapat dicirikan dalam hal jenisnya,
situsnya, tujuan, dan interval waktu yang terlibat. Skema kebijakan
kesehatan, utilisasi pelayanan kesehatan sampai pada kepuasan layanan
kesehatan sampai pada kepuasan layanan kesehatan, seperti yang di
ungkapkan oleh Aday sebagai berikut (1) Kebijakan Kesehatan; (2)
Karakteristik Sistem Kesehatan; (3) Karakteristik Populasi Berisiko;
(4)Pemanfaatan Layanan Kesehatan; (5) Kepuasan Konsumen dan (6)
Keterkaitan Faktor. Kesehatan adalah sebuah konsep multi dimensi
yang biasanya dapat diukur dalam hal: (1) Tidak adanya rasa sakit fisik,
cacat fisik, atau kondisi yang mungkin menyebabkan kematian; (2)
kesejahteraan emosional; dan (3) dapat berfungsi memuaskan sosial.
Beberapa dimensi memiliki pengaruh termasuk kualitas lingkungan fisik
individu dalam definisi kesehatan, tetapi dimensi ini tidak saat ini termasuk
dalam langkah yang paling banyak di gunakan kesehatan. Tidak ada satu
standar pengukuran status kesehatan bagi individu atau kelompok
penduduk. Biaya pemeliharaan kesehatan dipengaruhi oleh: (1) Jenis
pelayanan yang diberikan; (2) Biaya satuan dari setiap jenis pelayanan
yang diberikan; (3) Banyaknya (frekuensi) penggunaan setiap jenis
pelayanan; (4) Demografi dan epidemiologi kelompok peserta.
Kematian ibu dan anak di Indonesia akan terus meningkat.
Rekomendasi untuk pelayanan kesehatan pasca 2015 di Indonesia antara
lain:
1. Pemerintah harus lebih berkomitmen mengalokasikan data
kesehatan 5% APBN 2013 serta memastikan daerah daerah
untuk menganggarkan 10% APBD untuk kesehatan diluar gaji
2. Memastikan bahwa 2/3 dari total anggaran kesehatan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan bukan untuk infrastruktur
seperti yang selama ini banyak dilakukan pemerintah daerah
3. Belanja kesehatan yang selama ini lebih terfokus pada
pembiayaan kuratif, diupayakan agar lebih fokus pula pada
belanja kesehatan untuk upaya preventif guna menurunkan
angka kematian ibu dan anak.
4. Pemerintah membuat kebijakan mengenai anggaran untuk
meningkatkan kesehatan perempuan, misalnya dengan
mengharuskan 20% anggaran kesehatan untuk kegiatan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan memastikan anggaran
tersebut tepat sasaran
5. Penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi
komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi
dasar (PONED), posyandu dan unit transfusi darah yang selama
ini belum merata, harus diupayakan agar terjangkau oleh seluruh
penduduk.
6. Menjamin kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, untuk
mendukung kinerja mereka sebagai ujung tombak pemberi
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan.
7. Memastikan sistem rujukan dari rumah sakit ke puskesmas dan
holistic aktif.
8. Memperbaiki infrastruktur jalan dan fasilitas kesehatan sebagai
upaya multisektor
9. Memperbaiki sistem pencatatan terkain upaya penurunan AKI di
Indonesia sehingga data yang ditampilkan menggambarkan
kondisi kesehatan perempuan Indonesia saat ini
10. Memasukkan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi (melalui
pendidikan kesehatan reproduksi) untuk remaja dan perempuan
ke dalam indikator SPM serta mengupayakan tersedianya
layanan kesehatan reproduksi remaja di puskesmas yang secara
aktif juga memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolah sekolah sesuai jenjang pendidikan
11. Menghapus praktik aborsi tidak aman yang berpotensi
menyebabkan AKI di Indonesia
12. Melakukan pendekatan budaya kepada masyarakat untuk
mengubah pola pikir agar permasalahan kesehatan reproduksi,
khususnya kesehatan reproduksi remaja, merupakan masalah
bersama dan tidak lagi menganggapnya sebagai hal yang tabu
untuk dibicarakan
13. Pemerintah tidak hanya menggunakan indikator angka sebagai
target tetapi juga indikator input dan proses seperti penetapan
anggaran kesehatan perempuan, pemerataan jumlah tenaga
kesehatan yang terjangkau, serta pendidikan kesehatan
reproduksi untuk perempuan.
Millenium Development Goals (MDGs) adalah suatu kesepakatan
global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh
paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target yang terukur.
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi prioritas utama
dalam membangunsektor kesehatan. Kegiatan kegiatan yang mendukung
upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi,
meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi
KEK dan anemia pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan,
melahirkan, dan nifas. Diperlukan upaya keras untuk mencapai tujuan 5
MDGs meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan angka
kematian ibu (AKI) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks pada hubungan
interpersonal, konteks, keterampilan, implikasi, perilaku dan diatas semua
itu menerapkan konsep kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain ke
dalam tindakan. Sekarang ini, telah berkembang berbagai ilmu
kepemimpinan dari paradigma kepemimpinan tradiosional menjadi modern.
Kecenderungan kependudukan masa yang akan datang berdampak pada
aspek kuantitatif dan kualitatif. Masalah penduduk kuantitatif yakni (1)
Jumlah Penduduk Besar; (2) Pertumbuhan Penduduk Cepat; (3)
Persebaran Penduduk Tidak Merata. Masalah penduduk kualitatif yakni (1)
Tingkat kesehatan Penduduk yang Rendah; (2) Tingkat Pendidikan yang
Rendah; (3) Tingkat Kemakmuran yang rendah; (4) Kematian ibu yang
tinggi.
Transisi dalam aspek kesehatan merupakan bentuk transisi
epidemiologi dan transisi kependudukan. Transisi dalam bidang kesehatan
merupakan hal yang tidak bisa diabaikan, hal itu melekat dalam siklus
kehidupan, akan berlangsung sepanjang sejarah peradaban manusia.
Transisi epidemiologi menjadi issu penting karena tidak dapat dilepaskan
dari akselerasi pola penyakit tidak menular yang lebih cepat 2 3 generasi
dibandingkan dengna transisi epidemiologi di negara maju.
Pemerinta mempunyai wewenang dan kewajiban untuk melindungi
masyarakat melalui peningkatan cuka, larangan iklan secara menyeluruh,
penerapan kawasan tanpa rokok, peringatan kesehatan berbentuk gambar.

Anda mungkin juga menyukai