Dasar hukum KTR di Indonesia cukup banyak antara lain yaitu Undang-Undang (UU)
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
dan lainnya.
Sumber: Survey Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan Kota Palembang
Selain prevalensi perokok yang setiap tahun terus meningkat, Dinas Kesehatan Kota
Palembang juga mencatat jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok juga mengalami peningkatan, pada bulan Januari
2013 terdapat 13. 535 orang dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 15. 974 orang. 4 Secara
umum faktor yang menyebabkan prevalensi perokok di Kota Palembang terus meningkat yaitu
dikarenakan perokok beranggapan bahwa, merokok adalah lambang kedewasaan, percaya diri
dan gengsi, obat penghilang kebosanan dan stres. Selain itu karena adanya rasa ingin tahu,
mendapatkan rokok masih sangat mudah, terpengaruh teman dan lingkungan, serta kurangnya
rasa peduli terhadap risiko bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan.
Ditetapkannya Peraturan Daerah tersebut yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok
di Kota Palembang merupakan suatu keputusan yang positif bagi banyak pihak, khususnya bagi
para pejuang antirokok serta mengingat pentingnya sebuah regulasi untuk memperkuat upaya
perubahan perilaku masyarakat agar dapat hidup sehat terutama dapat terbebas dari asap rokok
akan tetapi dalam praktiknya penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang sampai saat
ini masih belum berjalan dengan optimal karena masih terdapat beberapa kendala dalam
penerapannya.
Diterapkannya KTR ini juga sangat di perlukan komitmen dan peran serta dari
masyarakat. Harapan KTR ini dapat menjadi alternatif yang efektif dalam mengurangi perokok
aktif maupun pasif di palembang.
1.3 Tujuan
3. Untuk melihat apa saja yang termasuk content dalam segitiga kebijakan kawasan tanpa
rokok.
4. Untuk melihat apa saja yang menjadi konteks dalam segitiga kebijakan kawasan tanpa
rokok.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Walikota Palembang
2. DPR Kota Palembang
1. Dinas Kesehatan
2. Pengelola TTU (seperti kepala sekolah, kepala RS, kepala puskesmas, kepala
Instansi terkait)
3. Lembaga Swadaya Masyarakat
2.4 Konteks
1. Faktor Ekonomi
Rokok adalah salah satu penyumbang income bagi Negara dengan penjualan
rokok. Menurut data yang diambil dari APBN 201, pendapatan Negara dari cukai rokok
mencapai Rp. 149,9 tirilun, naik 6% dari APBN perubahan 2016. Meskipun secara
ekonomi tembakau dan rokok berdampak positif dan menguntungkan bagi perekonomian,
disisi lain rokok sebagai produk olahan tembakau adalah produk yang harus dibatasi atau
dihambat konsumsinya karena berdampak tidak baik bagi kesehatan. Salah satunya,
pengendalian konsumsi rokok dibatasi pemerintah dengan mengeluarkan Undang Undang
no. 39 tahun 2007 tentang cukai. Cukai rokok penting dalam membatasi konsumsi produk
turunan dari tembakau dari rokok, dengan semakin tinggi cukai akan semakin tinggi pula
harga untuk produk tembakau, dan diharapkan akan menurunkan atau menahan konsumsi
masyarakat terhadap rokok.
2. Faktor sosial budaya
Masyrakat Indonesia yang masih menjadikan kebiasaan merokok, bahkan
Indonesia dikenal dengan harga rokok termurah di dunia. Berikut merupakan daftar harga
rokok di 20 negara :
1. Australia
Harga rokok di Negeri Kanguru dipasang sebesar USD18,45 atau sekitar Rp245.000 per
bungkus.
2. Selandia Baru
Sedikit lebih murah dari Melbourne dan Sydney, harga rokok di Auckland dibanderol
sekitar USD15,81 atau Rp208.000 per bungkus.
3. Inggris
Sebungkus rokok di Negeri Ratu Elizabeth ini dihargai sebesar USD13,35 atau
Rp176.000.
4. Amerika Serikat
Harga sebungkus rokok di Negeri Paman Sam yaitu sekitar USD13 atau Rp171.000.
5. Singapura
Sebungkus rokok di Negeri Singa ini sebesar USD9,46 atau Rp124.000.
6. Kanada
Harga rokok di Toronto sebesar USD8,7 atau Rp114.000 per bungkus
7. Switzerland
Harga rokok di negara ini dibanderol USD8,29 atau Rp109.000 per bungkus.
8. Perancis
Sebungkus rokok di Negeri Menara Eifell ini dibanderol USD7,60 atau Rp100.000.
9. Hongkong
Harga rokok di negara ini dibanderol USD7,22 atau Rp95.000 per bungkus.
10. Jerman
Harga rokok di negara ini dibanderol USD5,84 atau Rp77.000 per bungkus.
11. Jepang
Sebungkus rokok di negara ini dibanderol USD3,74 atau Rp49.000.
12. Malaysia
Sebungkus rokok di negara ini dibanderol USD3,50 atau
13. China
Sebungkus rokok di negara ini dibanderol USD3,26 atau Rp43.000.=
14. India
Sebungkus rokok di negara ini dibanderol USD3,22 atau Rp42.000.
15. Meksiko
Harga rokok di negara ini dibanderol USD3,02 atau Rp39.000 per bungkus.
16. Afrika Selatan
Harga rokok di negara ini dibanderol USD2,89 atau Rp38.000 per bungkus.
17. Brazil
Harga rokok di negara ini dibanderol USD2,15 atau Rp28.000 per bungkus.
18. Filipina
Harga rokok di negara ini dibanderol USD1.36 atau Rp18.000 per bungkus.
19. Rusia
Harga rokok di negara ini dibanderol USD1.35 atau Rp17.000 per bungkus.
20. Indonesia
Harga rokok di negara ini dibanderol USD1.35 atau Rp17.000 per bungkus.
3. Faktor hukum
Berdasarkan jurnal yang kami dapatkan diketahui bahwa pelaksana dari kebijakan KTR
hanya berasal dari pihak yayasan karena sejak dikeluarkannya perda tersebut, pihak yang
memiliki kewenangan langsung dari walikota dalam hal pengawasan yaitu dinas kesehatan
dan satpol PP kota Palembang tidak pernah melakukan inspeksi ke lapangan terkait dengan
penerapan peraturan perda tentang KTR di Kota Palembang. Serta tidak adanya penegakkan
hokum yang tegas dari pihak satpol PP sebagai pihak yang menegakkan peraturan daerah
karena mayoritas petugas satpol PP adalah perokok.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kecendrungan Positif
Kecendrungan prilaku positif masyarakat di Kawasan Tanpa Rokok :
4. Meningkatkan jumlah dan ukuran media yang menunjukkan larangan dan sanksi bagi
para pelanggarnya pada lokasi-lokasi yang termasuk dalam kawasan tanpa asap rokok di
Kota Palembang , supaya keberadaan media larangan merokok tidak kalah jumlah
maupun kualitas dengan media-media yang mengiklankan penjualan rokok.
5. Membangun kolaborasi dengan berbagai stakeholder kebijakan, baik dari unsur swasta
maupun masyarakat untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut.
6. Masyarakat diharapkan mendukung setiap upaya yang melindungi remaja dari bahaya
rokok dengan tidak mempromosikan, mempengaruhi dan menyediakan rokok bagi
remaja usia di bawah 18 tahun sesuai dengan peraturan yang tertera dalam PP No. 109
tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan pasal 25 yang melarang setiap orang untuk menjual rokok
kepada anak usia di bawah 18 tahun.
7. Sejalan dengan panduan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan
rumah tangga yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, keluarga sebagai
kelompok terkecil dalam masyarakat agar menjadi role model dan referensi utama
berperilaku tidak merokok bagi remaja dengan tidak merokok, tidak merokok di dalam
rumah dan/atau tidak merokok di depan anak.