Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah suatu unit fungsional yang berfungsi sebagai
pelaksana pusat pengembangana kesehatan, pusat pembinaaan peran
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada masyarakat yang menempati wilayah tertentu agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Puskesmas merupakan ujung tombak berhasil tidaknya pembangunan
kesehatan di suatu wilayah. Pembangunan kesehatan merupakan upaya
memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh
akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga
dipandang sebagai suatu investasi untuk mendukung peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta berperan penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan karena pembangunan hanya dapat
berjalan apabila dilakukan oleh manusia yang sehat.
Untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan yang meliputi upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi
tanggung jawab puskesmas, maka perlu ditunjang dengan tersedianya
pembiayaan kesehatan yang cukup. Pembiayaan kesehatan merupakan
besarnya dana yang harus disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat
untuk menyediakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan perseorangan, keluarga maupun kelompok dan masyarakat.
Pembiayaan kesehatan yang baik akan menunjang pelayanan
kesehatan yang optimal. Dengan pemberian pelayanan kesehatan yang optimal
diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu,
pembuatan makalah ini penting dilakukan untuk mengetahui manajemen
pembiayaan kesehatan di Puskesmas Tawaeli, masalah-masalah pembiayaan
kesehatan yang ada serta solusi yang dapat mengatasinya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan
yang akan diamati dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Puskesmas?
1.2.2 Bagaimanakah pembiayaan kesehatan di Puskesmas Tawaeli?
1.2.3 Masalah-masalah pembiayaan kesehatan apa saja yang terdapat di
Puskesmas Tawaeli?
1.2.4 Bagaimana solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai pembiayaan kesehatan meliputi
gambaran pembiayaan kesehatan di Puskesmas Tawaeli, masalah-masalah
pembiayan kesehatan di Puskesmas Tawaeli serta solusi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu , merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik-beratkan kepada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar Puskesmas
berpedoman pada empat asas pokok yaitu:
a. Asas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajah kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya serta
bertanggungjawab terhadap semua masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya.
b. Asas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaran pelayanan
kesehatan Puskesmas.
c. Asas keterpaduan
Setiap upaya pelayanan kesehatan harus diselenggarakan secara
terpadu, baik keterpaduan lintas program maupun lintas sektoral.
d. Asas rujukan
Ketika menangani kasus di luar kemampuan Puskesmas maka harus
melakukan rujukan, dimana rujukan kasus kedokteran adalah Rumah Sakit
yang lebih memadai sedangkan rujukan masalah kesehatan masyarakat
adalah Dinas Kesehatan Setempat.
2.2 Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan adalah masukan finansial yang diperlukan dalam
rangka memproduksi pelayanan kesehatan, baik yang bersifat promotif-
preventif maupun kuratif-rehabilitatif. Menurut Azwar, biaya kesehatan
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu dari penyedia
layanan kesehatan dan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Dari sisi penyedia
layanan kesehatan, biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan dari sisi
pengguna jasa pelayanan, biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk mendapatkan jasa pelayanan kesehatan.
Secara umum, sumber pembiayaan kesehatan berasal dari 2 sumber
yaitu:
a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah ( provinsi
dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan
penjualan), pinjaman luar negeri serta asuransi sosial.
b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,
sumbangan sosial dan pengeluaran rumah tangga.
Biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
a. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanana kedokteran, yakni
yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan penderita
b. Biaya pelayanan kesehatan
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat, yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok
sebagai berikut:
a. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan harus tersedia dalam jumlah
yang cukup dalam arti dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang
inigin memanfaatkannya.
b. Penyebaran
Syarat lain yang harus dipenuhi ialah penyebaran dana yang harus
sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan
dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelanggaraan setiap upaya
kesehatan.
c. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika
pemanfaatannya tidak mendapatkan pengaturan yang seksama, niscaya
akan banyak menimbulkan masalah yang jika berkelanjutan akan
menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Adapun sumber pembiayaan yang diperolah oleh Puskesmas Tawaeli
berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung
operasional puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan upaya
kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif dalam
mencapai target program kesehatan.
Dana BOK diberikan ke puskesmas Tawaeli setiap akhir bulan
sesuai dengan RPK (Rencana Pelaksana Kegiatan) bulanan yang
disepakati dalam lokakarya mini yang diselenggarakan secara rutin di
setiap akhir tahun. Minimal 60% dari total alokasi dana BOK puskesmas
Tawaeli digunakan untuk program kesehatan prioritas dan maksimal 40%
digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas.
Adapun program kesehatan prioritas yang di targetkan adalah
sebagai berikut:
a. Upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk.
b. Upaya menurunkan angka kematian balita.
c. Upaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua.
d. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus
baru HIV/AIDS.
e. Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi
semua yang membutuhkan.
f. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru
malaria dan TB.
g. Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum
dan sanitasi dasar yang layak.
Adapun program kesehatan lainnya meliputi:
a. UKM esensial diluar kegiatan prioritas berdaya ungkit tinggi antara
lain pelaksaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak
lanjutnya dalam UKS; Kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja
dan calon pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan
termasuk kelompok resiko tinggi; senam nifas; pelaksanaan senam
ibu hamil; pelaksanaan pemantauan kebugaran jasmani anak sekolah,
remaja dan pekerja; pelaksanaan penyuluhan pemanfaatan tanaman
obat keluarga.
b. Upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKM pengembangan
berdasarkan permenkes Nomor 75 Tahun 2014; pelacakan kasus
kematian ibu dan bayi; autopsi verbal kematian ibu dan bayi.
c. Penyegaran/refreshing kader kesehatan dan upaya kesehatan lainnya
yang bersifat lokal spesifik.
Dana BOK selain untuk program kesehatan juga digunakan untuk
manajemen kesehatan meliputi:
a. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini untuk menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK) atau plan of action (POA) tahunan
setelah Puskesmas menerima alokasi dana BOK dari kabupaten/kota.
Proses penyusunan RPK melibatkan seluruh jajaran puskesmas dan
jaringannya.
b. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini bulanan atau tribulanan untuk
membahas evaluasi kegiatan bulan sebelumnya dan menyusun
rencana kegiatan bulan yang akan datang. Penyelenggaraan lokakarya
mini bulanan melibatkan seluruh jajaran puskesmas dan jaringannya,
sedangkan penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan yang
membahas dukungan lintas sektoral untuk mengatasi berbagai
masalah dan pemecahan masalah yang dihadapi, melibatkan kepala
desa, anggota pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan lintas
sektor kecamatan;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat yang diperlukan ditingkat desa untuk
membahas pelaksanaan program kesehatan di tingkat desa;
d. Pelaksanaan pembinaan/supervisi kegiatan ke lapangan oleh kepala
Puskesmas dan koordinator program/kegiatan;
e. Pelaksanaan konsultasi, pengiriman laporan, menghadiri undangan
dan keperluan lainnya terkait dengan BOK ke kabupaten/kota.
2. Dana Rutin
Dana rutin adalah dana yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan operasional dalam pelayanan kesehatan masyrakat serta
pengadaan barang-barang. Dana rutin diberikan ke Puskesmas Tawaeli
setiap 3 bulan dimana pada awalnya Puskesmas merekap kebutuhan
operasional dan pengadaan barang yang kemudian diajukan ke pusat untuk
disetujui agar dana yang dibutuhkan oleh Puskesmas bisa diperoleh.
Biaya kegiatan rutin dibagi atas dua macam:
a. Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
pelaksanaan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan tidak hanya pada
tindakan yang dilakukan tetapi juga peralatan yang dapat digunakan.
Jika pelayanan kesehatan memerlukan tindakan yang lebih sulit serta
peralatan yang lebih canggih maka tarifpun akan tinggi.
b. Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan
Kedalam biaya ini termasuk gaji karyawan, pemeliharaan bangunan dan
peralatan, pembayaran rekening listrik dan air dan lain sebagainya.
3. Dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS)
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, veteran, perintis kemerdekaan
beserta keluarganya dan badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. Dana
BPJS diberikan ke Puskesmas Tawaeli setiap bulan, 75% dari total alokasi
dana BPJS puskesmas Tawaeli digunakan untuk jasa dan 25% digunakan
untuk penunjang.
BPJS Kesehatan dalam menyelenggaran jaminan kesehatan,
menggunakan sistem pembiayaan kapitasi kepada fasilitas kesehatan
tingkat pertama milik pemerintah daerah. Dana kapitasi ini dibayarkan
langsung oleh BPJS kesehatan kepada bendaharawan dana kapitasi pada
puskesmas yang didasarkan pada jumlah peserta BPJS yang terdaftar di
Puskesmas dikalikan dengan besaran kapitasi per jiwa. Hal ini mengatur
agar jasa dokter dan tenaga kesehatan lain serta dukungan operasional
pelayanan dapat langsung digunakan di Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan yang termasuk di dalam cakupan pembayaran
kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Pasal 16
Permenkes 71 Tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputii:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
Dalam Pasal 17 Permenkes 71 Tahun 2013, Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 untuk pelayanan
medis mencakup kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, meliputi:
a. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan.
b. Kasus medis rujuk balik.
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama.
d. Rehabilitasi medik dasar.
Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan
kesehatan yang dikelola oleh BPJS, termasuk juga orang-orang asing
yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah
membayar iuran. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan
2.3 Masalah-Masalah dalam Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Tawaeli
Adapun berbagai masalah yang ditinjau dari sudut pembiayaan
kesehatan sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara, terutama di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia dana yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tidaklah memadai. Rendahnya alokasi dana anggran ini saling
terkait dengan masih kurangnya kesadaran pengambilan keputusan akan
pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan keputusan
menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif melainkan
bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan.
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai
karena kebanyak justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau
dari penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang
kebanyak bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah
yang dihadapi dalam pembiayaan masalah ini. Adalah mengejutkan
dibanyak negara ternyata biaya pelayanaan kedokterannya jauh lebih
tinggi daripada pelayanan biaya kesehatan padahal semua pihak sudah
mengetahui bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif
daripada pelayanan kesehatan masyrakat.
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempurna namun jika apa yang dimiliki
tersebut dapat dikelola dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari
pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya, kehendak yang
seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya memang belum sempurna.
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
menyebabkan hal ini, diantaranya adalah tingkat inflasi, tingkat
permintaan, kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan pola penyakit,
perubahan pola pelayanan kesehatan, perubahan pola hubungan dokter-
pasien, lemahnya mekanisme pengendalian biaya dan penyalahgunaan
asuransi kesehatan.
Selain masalah-masalah di atas, ditemukan pula masalah pembiayaan
kesehatan lainnya yang ada di Puskesmas Tawaeli meliputi:
1. Masalah pertanggungjawaban dana
Setiap alokasi dana yang dianggarkan oleh pemerintah untuk
Puskesmas Tawaeli diperlukan laporan pertanggungjawaban beserta surat
laporan perjalanan dinas untuk membuktikan terealisasinya kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap koordinator program. Sayangnya,
para koordinator program kurang bertanggung jawab akan program yang
dikelolanya, hal ini terlihat dari lambannya pembuatan laporan
pertanggungjawaban dan surat laporan perjalanan dinas sehingga saat
dilakukan evaluasi oleh pusat maka laporan pertanggungjawaban yang
diberikan kurang maksimal bahkan kadang terdapat beberapa kegiatan
yang tidak memiliki laporan pertanggungjawaban.
2. Kurangnya bukti dokumentasi kegiatan
Selain masalah di atas, terdapat pula masalah kurangnya bukti
dokumentasi kegiatan. Hal ini disebabkan karena masih terdapat petugas
kesehatan yang belum menggunakan Hp yang dilengkapi oleh kamera
sehingga mereka tidak dapat mendokumetasikan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan. Kurangnya bukti dokumentasi kegiatan menjadi salah satu
faktor yang dapat menghambat pembuatan laporan pertanggung jawaban.
3. Menunda-nunda pelaksanaan kegiatan
Puskemas Tawaeli di setiap tahunnya membuat rencana pelaksana
kegiatan (RPK) yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan di setiap bulannya, kegiatan-kegiatan tersebut di evaluasi setiap
empat bulan. Sayangya, masih juga terdapat koordinator program yang
kurang bertanggung jawab dengan menunda-nunda kegiatan yang
dikelolanya. Hal ini menjadi temuan ketika dilakukan evaluasi sehingga
beresiko untuk mengurangi dana yang diberikan oleh pusat.
2.3 Solusi yang Ditawarkan
Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah
dilakukan berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan, berbagai upaya
yang dimaksud dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Upaya meningkatkan jumlah dana
Upaya untuk meningkatkan jumlah dana yang dibutuhkan pada pelayanan
kesehatan dilakukan dengan dua cara yakni :
a. Terhadap pemerintah
Upaya yang dilakukan disini adalah meningkatkan alokasi biaya
kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Harusla
diakui bahwa upaya ini tidak mudah, apalagi jika perekenomian negara
tidak memungkinkan.
b. Terhadap bahan-bahan lain diluar pemerintah
Termasuk dalam kegiatan ini ialah menghimpun dana dari sumber
masyarakat serta dari sumber bantuan luar negeri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
Upaya yang dilakukan disini pada dasarnya berkisar pada dua hal yakni :
a. Penyempurnaan sistem pelayanan
Apabila sistem pelayanan dapat disempurnakan, misalnya lebih
mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat dan atau
melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
dapatlah diharapkan makin sempurnanya penyebaran dan pemanfaatan
dana yang tersedia.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
Tujuan utama ialah memberikan bekal kepada pengelola, sehingga
dengan bekal yang dimaksud dapat dilakukan pengelolaan dana yang
sebaik-baiknya.
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan
Upaya yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Memperlakukan Peraturan sertifikat kebutuhan
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan
ialah memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan (certificat of need
laws). Artinya penambahan suara dan atau fasilitas kesehatan yang baru
hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan
masyarakat terhadap sarana dan atau fasilitas kesehatan tersebut.
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan
Upaya kedua yang dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan
adalah memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibility study)
yang bersifat sosial. Artinya pembahasan sarana dan atau fasilitas
kesehatan yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa
sarana dan fasilitas kesehatan tersebut tetap dapat menyelenggarakan
kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat sosial.
c. Melakukan peraturan pengembangan yang terencana
Upaya ketiga yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan adalah memperlakukan perauran pengembangan yang
terencana (development plan laws). Artinya pengembangan sarana,
fasilitas dan pelayanan kesehatan hanya dibenarkan apabila sesuai
dengan rencana pengembangan yang sebelumnya telah disetujui oleh
pemerintah.
d. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan
Upaya keempat yang dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan
ialah menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional
medical standard). Artinya pelayanan kesehatan hanya dibenarkan
untuk diselenggrakan jika tidak menyimpang dari standar baku yang
telah ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu
Upaya kelima yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menyelenggarakan program menjaga mutu (quality
asurance program). Program menjaga mutu ini dipandang penting
karena sesungguhnyalah standar baku pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan tidak adak ada gunanya tanpa mekanisme pengawasannya.
Kegiatan program menjaga mutu banyak macamnya. Misalnya audit
kedokteran (mediacal audit).
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan
Upaya keenam yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan (rate
regulation). Dengan diselenggarakannya peraturan tarif pelayanan ini,
maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dapat menaikkan
tarif semaunya. Dampak positifnya jelas akan membantu pengendalian
biaya kesehatan.
g. Asuransi kesehatan
Upaya ketujuh yang dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan
ialah menyelenggarakan program asuransi kesehatan (health insurance)
yang telah dimodifikasi yakni yang melibatkan peran serta tanggung
jawab penyedia pelayanan kesehatan serta pemakai jasa pelayanan
kesehatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu , merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
2. Adapun sumber pembiayaan yang diperolah oleh Puskesmas Tawaeli
berasal dari beberapa sumber, yaitu Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK), dana rutin dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
3. Masalah-masalah pembiayan kesehatan di Puskesmas Tawaeli meliputi
masalah pertanggungjawaban dana, kurangnya bukti dokumentasi kegiatan
dan menunda-nunda pelaksanaan kegiatan.
4.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap para pembaca dapat
menjadikannya sebagai salah satu referensi dan dapat menambah wawasan
dalam pengembangan pengetahuan tentang manajemen pembiayan kesehatan
Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai