Hal tersebut juga terjadi pada masyarakat yang memiliki kebiasaan merokok.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa asap rokok memiliki sifat yang berbahaya
bagi orang yang menghisapnya, karena asap rokok mengandung nikotin dan tar
yang dapat menyebabkan kecanduan dan dapat menyebabkan terjadinya kanker
paru-paru. Dari penelitian telah diketahui bahwa orang yang berperan sebagai
perokok pasif (orang bukan perokok yang menghirup asap rokok) memiliki resiko
yang lebih besar mengalami gangguan kesehatan akibat rokok daripada orang
yang berperan sebagai perokok aktif (orang yang merokok), dan jika hal tersebut
dikaitkan dengan kondisi perokok yang tidak memperhatikan kepentingan
masyarakat sebagai perokok pasif, maka hal tersebut tentu akan sangat
membahayakan masyarakat yang berada pada lingkungan sekitar perokok aktif,
terutama apabila terdapat anak-anak yang kemungkinan akan mengalami
gangguan pertumbuhan maupun gangguan kesehatan akibat menghirup asap
rokok.
Kondisi tersebut sebenarnya sangat sulit untuk dihindari maupun ditanggulangi,
sebab hal tersebut sangat berhubungan dengan kebiasaan dan perilaku masyarakat
yang sangat sulit untuk diubah. Meskipun demikian pemerintah tidak lepas tangan
begitu saja, terlihat dari dibuatnya kebijakan-kebijakan yang lebih memperhatikan
kesehatan masyarakat seperti pengadaan area bebas rokok, pembuatan tempat bagi
perokok (tempat untuk merokok), hingga pembuatan peraturan tentang larangan
merokok di tempat umum beserta sangsinya). Namun kondisi tersebut tidak
menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk tetap merokok ditempat-tempat
tertentu maupun pada waktu tertentu, yang kemudian hal tersebut menjadi
kebiasaan untuk melanggar peraturan-peraturan maupun melanggar kebijakankebijakan tersebut akibat faktor faktor tertentu.
Jika ditinjau dari pemikiran dan alasan kenapa orang merokok, maka
kemungkinan perokok tidak tahu dan percaya akan keberadaan peraturan larangan
merokok di kawasan tertentu yang bersifat mengikat dan memiliki sangsi apabila
dilanggar. Hal tersebut terjadi kemungkinan akibat kurangnya sosialisasi dan
penegakan peraturan yang tegas dan konsisten oleh pihak yang berwenang,
sehingga masyarakat merasa tidak memiliki kewajiban untuk merokok atau tidak
merokok pada kawasan tertentu. Hal tersebut dapat kita lihat langsung (dapat
dilihat pula pada televisi) bahwa masih terdapat masyarakat yang merokok pada
daerah yang tidak sepantasnya, padahal peraturan tersebut sudah dibuat semenjak
tahun 2011, bahkan tidak jarang Pegawai Negeri Sipil (PNS) merokok
disembarang tempat yang seharusnya bertindak sebagai contoh dan panutan bagi
masyarakat.
Disisi lain, aturan daerah tentang KTR setingkat perda/pergub untuk provinsi
Jambi belum ada, hanya sebatas himbauan agar menetapkan KTR di instansi
pemerintah dan swasta. Pemerintah Jambi lebih mementingkan dana hasil cukai
tembakau dengan menerbitkan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 9 tahun 2012
tentang Pedoman Umum Penggunaan dan Penetapan Alokasi Dana bagi Hasil
Cukai Tembakau yang pada Bab III huruf c berbunyi penetapan kawasan tanpa
asap rokok dan pengadaan tempat khusus untuk merokok di tempat umum.
Selain belum adanya aturan daerah kita mengamati penyediaan tempat bagi para
perokok terkesan seadanya dan tidak manusiawi, misalkan ruangannya kecil dan
pengap kalau tidak tempatnya panas yang semuanya jauh dari kenyamanan
sehingga perokok juga enggan untuk berada disana dan lebih memilih merokok
bukan ditempat yang disediakan. Selain itu masih maraknya event olahraga yang
meminta sponsor rokok, ini disebabkan cuma rokok yang mau memberikan donasi
besar-besaran atas terselenggaranya event olahraga tersebut serta memang belum
berlaku larangan pemerintah bagi rokok untuk mensponsori event olahraga di
Jambi
Kemudian dapat kita perhatikan juga bahwa penegakan kebijakan tersebut tidak
dibarengi dengan kerjasama dari instansi lain seperti pabrik rokok maupun