Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK


(KTR)

TAHUN 2022
PUSKESMAS KALIANGET
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KALIANGET
Jl. Yos Sudarso No. 201 Kertasada – Kalianget
No. HP. 081937342645, Email : pkmkalianget@gmail.com
Kode Pos 69471

KERANGKA ACUAN KERJA


KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)
PUSKESMAS KALIANGET TAHUN 2022

I. PENDAHULUAN
Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang
sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif
merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok
atau biasa di sebut penetapan KAWASAN TANPA ROKOK . Hak untuk
menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia,WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan
rokok akan menjadi masalah kesehatan dunia.Dari tiap 10 orang dewasa yang
meninggal 1 orang diantarany meninggal karena di sebabkan asap rokok. Dari
data terakhir WHO Tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian
setiap tahunya. serta 70% terjadi di negara berkembang termasuk di dalamya
Asia dan Indonesia .Di Tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650
Juta orang maka akan ada 10 juta kematian pertahun .
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di
dunia setelah Cina dan India (WHO 2008) .Pada tahun 2007 ,Indonesia
menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah Cina,Amerika
Serikat,Rusia dan Jepang.Pada Tahun yng sama riset Kesehatan Dasar
menyebutkan bahwa penduduk berumur diatas 10 Tahun yang merokok sebesar
29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada Tahun 2010 untuk
kelompok umur diatas 15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada
kelompok umur 15-24 Tahun,dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir
10% dalam kurun waktu 3 Tahun.Peningkatan juga terjadi pada umur produktif
yaitu, 25-34 Tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (20120).

II. LATAR BELAKANG


Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini telah banyak
diupayakan oleh berbagai pihak baik lembaga/institusi Pemerintah maupun
swasta dan Masyarakat. Namun pada kenyataanya upaya yang telah dilakukan
tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan ,periklanan/promosi dan
ataupun pengguna rokok.
Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan dari resiko
fisik kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang
menanggung semua “biaya” atau kerugian akibat rokok ,tetapi pada kenyataanya
perokok membebankan secara fisik dan ekonomi kepada orang lain juga. Beban
ini meliputi resiko orang lain terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya ,dan
biaya yang di bebankan pada Masyarakat untuk pelayanan Kesehatan. Agar
permasalahan dan kondisi tersebut diatas dapat dikendalikan maka perlu
dilakukan Upaya pengamanan terhadap bahaya Merokok melalui penetapan
Kawasan Tanpa Rokok dan juga membatasi uang gerak para perokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok ini perlu diselenggarakan
ditempat-tempat umum, tempat kerja dan angkutan umum, tempat kerja adalah
tiap ruangan atau lapangan tertutup, terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja
bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, contohnya
perkantoran (kelurahan, kecamatan, separtemen, swasta dsb). Tempat belajar
mengajar (Sekolah, kursus, pelatihan), pertambangan, tempat pelayanan
masyarakat (Puskesmas, rumah sakit,balai kesehatan, kantor pos, tempat
pembayaran listrik, tempat pembayaran pajak, tempat pembayaran air, dll)

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

Tujuan Penetapan KTR adalah:


 Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku Masyarakat untuk hidup sehat
 Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal
 Meningkatkan Produktivitas Belajar Siswa yang Optimal
 Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih ,bebas dari asap rokok
Di Sekolah Dan Lingkungan Sekitar.
 Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula
 Mewujudkan generasi muda yang sehat
 Memberikan acuan bagi pemerintah Daerah dalam menetapkan KTR
 Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok
 Memberikan ruang dan lingkungan yang sehat bagi Masyarakat
 Mnurunkan Angka Perokok Aktif
Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan Sekolah yang bersih, sehat dan bebas rokok.

Tujuan Khusus
1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
mengubah
2. perilaku Masyarakat untuk hidup sehat
3. meningkatkan produktivitas kerja yang optimal
4. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih ,bebas dari asap rokok
5. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula
6. Mewujudkan generasi muda yang sehat
7. Memberikan acuan bagi pemerintah Daerah dalam menetapkan KTR
8. Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok
9. Memberikan ruang dan lingkungan yang sehat bagi Masyarakat

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Berdasarkan UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, materi muatan peraturan perundangan harus mencerminkan asas-
asas: pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan,
bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan. Selain itu, menurut UU 36/2009 tentang
Kesehatan, pembangunan, kesehatan di Indonesia harus didasarkan atas
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminasi, serta norma-
norma agama.
Mengingat permasalahan utama terkait perilaku merokok adalah tentang
risiko kesehatan terhadap perokok serta orang-orang yang terpapar asap rokok
sekunder dan tersier, maka asasasas yang harus mendasari pengaturan KTR
adalah:
Pengayoman. Bahwa pengaturan KTR harus berfungsi memberikan
perlindungan untuk menciptakan ketenteraman masyarakat. Mengingat tugas
negara adalah mengayomi semua pihak yang bertikai, terutama kelompok
rentan, sehingga terjadi ketentraman antara berbagai pihak, raperda KTR juga
harus memperhatikan asas pengayoman, sehingga KTR berfungsi memberikan
perlindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat. Perilaku merokok
yang dilakukan sebagian warga tidak dapat ditolak oleh warga lainnya karena
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan secara hukum untuk mendapatkan
haknya. Warga tidak perokok dan kaum rentan seperti bayi, balita, anak, remaja
dan wanita hamil membutuhkan perlindungan dan kepastian hukum dalam
mendapatkan hak-haknya seperti dimaksudkan UUD 1945.
Kemanusiaan. Bahwa pengaturan KTR harus mencerminkan perlindungan
dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
Keadilan. Bahwa pengaturan KTR harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara. Walaupun seorang perokok memiliki hak
untuk merokok, di saat yang sama ada hak orang lain yang tidak merokok
menjadi terabaikan. Maka mayoritas penduduk tersebut harus mendapatkan
keadilan dalam mendapatkan udara yang sehat dan tidak mendapatkan dampak
buruk dari produk tembakau. Dari sudut pandang ini, penyelenggaraan KTR
merupakan praktik perwujudan asas keadilan secara merata ke semua lapisan
masyarakat.
Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Bahwa pengaturan
KTR tidak boleh membedakan berdasarkan latar belakang seperti agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial. Perilaku merokok dan dampak buruk
merokok terjadi pada berbagai kelompok. Oleh karena itu pengaturan
seyogyanya berlaku untuk semua golongan baik tingkat sosial, ekonomi, ras,
pendidikan, kedudukan sosial, hukum, politik dan gender. Pembiaran kegiatan
kelompok merokok yang mengganggu kelompok bukan perokok merupakan
bentuk diskriminasi terhadap kelompok bukan perokok.
Ketertiban dan kepastian hukum. Bahwa pengaturan KTR harus mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. Polutan rokok
menyebabkan ruangan atau tempat publik yang dipakai para perokok menjadi
gangguan bagi pihak lainnya. Secara fisik ruangan dan lingkungan menjadi tidak
nyaman, berasap dan berbau. Secara kesehatan jelas mengancam kesehatan
orang sehat, apalagi yang menderita sakit. Pada dasarnya, aktifitas merokok
mengganggu ketertiban. Perilaku merokok dimana saja menimbulkan gangguan
pada ketertiban. Pihak yang dirugikan membutuhkan kenyamanan yang
dilindungi oleh hukum. Dibutuhkan suatu kepastian hukum bahwa ruang publik
maupun ruang privat yang dipakai oleh dua pihak yang berbeda kepentingan,
menjadi nyaman dan tertib.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Bahwa pengaturan KTR
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan
individu, masyarakat, dan kepentingan bangsa dan negara.
Manfaat. Bahwa pengaturan KTR harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga
negara. Asap rokok tidak memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Perilaku
merokok lebih banyak didorong oleh sifat adiktif dari zat yang ada di dalam
rokok. Bahkan ketika dalam kandungan, bayi pun sudah terpapar oleh asap
perokok aktif yang merokok di dalam rumah atau di tempat publik. Raperda KTR
bermanfaat untuk mencegah bayi, anak, remaja untuk terinisiasi merokok,
terpapar zat membahayakan dari asap rokok; mencegah perokok pasif dari
akibat bahaya asap rokok; mengurangi kebiasaan merokok dari perokok aktif.
Pada akhirnya harapannya adalah dapat mencegah terjadinya penyakit yang
menurunkan produktivitas serta menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat
besar. Berdasar hasil penelitian, trilyunan rupiah telah dipakai untuk
mengkonsumsi dan mengatasi gangguan dan penyakit akibat rokok, puluhan kali
lipat dari keuntungan cukai rokok yang diperoleh negara.
Dengan demikian, asas-asas yang digunakan dalam naskah akademik dan
rancangan peraturan daerah yang diajukan adalah:
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Keadilan
4. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
5. Ketertiban dan kepastian hukum
6. Keseimbangan, keserasi, dan keselarasan
7. Manfaat

Kegiatan Utama KTR


1. Deteksi dini factor risiko dan monitoring
2. Konseling dan rujukan
3. Usaha Berhenti Merokok
KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN
1. Perencanaan Pengawasan Kawasan tanpa
Pengawasan Kawasan
rokok di sekolah
Tanpa Rokok di sekolah
2. Menyiapkan Peralatan Dan Perlengkapan
kegiatan pengawasan tanpa rokok
A 3. Menghubungi pihak sekolah
4. Sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok
5. Inspeksi kawasan tanpa rokok dan
sekitarnya masih ada puntung rokok apa
tidaknya
Monitoring dan evaluasi Monitoring Kawasan tanpa rokok desa serta
penerapan kawasan evaluasi dan rencana tindak lanjut
B tanpa Rokok (KTR)
untuk desa tanpa asap
rokok

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


No Kegiatan Pelaksana Program Lintas Program Lintas Sektor Keterangan
Pokok UKGM Terkait Terkait
A Pengawasan - Menyusun rencana Program Sekolah : Sumber
Kawasan kegiatan Promkes : - Mengkoordinir pembiayaan BOK
Tanpa Rokok - Koordinasi dengan - Menyusun jadwal para guru dan (PTM)
di sekolah LP/LS kegiatan ada murid
- Menentukan tempat Monitoring dan
dan waktu penyuluhan
pelaksanaan Kawasan tanpa
kegiatan rokok
- Menyiapkan form
laporan
- Menyiapkan bahan
penyuluhan Dan
monitoring
B Monitoring - Menyusun rencana Program KTR dan Desa: Sumber
dan evaluasi kegiatan Tim: Kepala desa dan pembiayaan BOK
penerapan - Koordinasi dengan - Menyusun jadwal RT (PTM)
kawasan tanpa LP/LS kegiatan ada
Rokok (KTR) - Menentukan pemeriksaan
untuk desa tempat dan waktu kesehatan
tanpa asap pelaksanaan
rokok kegiatan
- Menyiapkan form
laporan
- Menyiapkan bahan
penyuluhan
- Menyiapkan alat
pemeriksaan
kesehatan
- Membuat laporan
kegiatan

Sasaran dari kegiatan ini adalah Kepala Sekolah, Guru, Tenaga


kependidikan, siswa,
dan pihak lain di dalam lingkungan Sekolah. Dengan melibatkan lintas program dan
lintas
sektor.
Sasasaran selain di lingkungan sekolah adalah :
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
 Tempat ibadah
 Tempat kerja
 Lokasi Masyarakat setempat( Lingkungan setempat)

I. JADWAL KEGIATAN
KEGIATAN jan feb mrt apr mei jun jul ags sep okt nov des
1. Penerapan
Kawasan Tanpa ᷉ ᷉
Rokok (KTR) di
sekolah
2. Monitoring dan
evaluasi
penerapan
kawasan tanpa ᷉ ᷉
Rokok (KTR)
untuk desa tanpa
asap rokok
II. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
PELAPORAN
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang
dicapai pada bulan tersebut.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dengan menggunakan format laporan yang telah ditetapkan
dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep setiap tanggal 5 bulan
berikutnya, evaluasi kegiatan dilakukan setiap tiga bulan sekali sesuai dengan
jadwal monitoring dan evaluasi Puskesmas Kalianget.

KEGIATAN PENCATATAN PELAPORAN EVALUASI


Pengawasan Kawasan Pencatatan kegiatan Pelaporan di buat Mengevaluasi
Tanpa Rokok di sekolah dilakukan oleh oleh pj program permasalahan saat di
penanggung jawab selanjutnya di laksanakan kegiatan
Usaha Berhenti Merokok program setiap kali laporkan ke kapus tersebut
selesai kegiatan dan dinkes

Kalianget, 15 Januari 2022


Kepala Puskesmas Kalianget
Kabupaten Sumenep,

Yenny Tri Suci

Anda mungkin juga menyukai