Anda di halaman 1dari 42

363.

738
Ind
P

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Pedoman
Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok
Di fasilitas pelayanan
kesehatan
Di tempat proses
belajar mengajar
Di tempat ibadah
Di tempat anak bermain
Di angkutan umum
Di tempat kerja
Di tempat umum

PUSAT PROMOSI KESEHATAN


TAHUN 2011
1.
Pengendalian para perokok yang
menghasilkan asap rokok yang sangat
berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu
solusi menghirup udara bersih tanpa paparan
asap rokok atau biasa disebut penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.

PENDAHULUAN
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia. WHO memprediksi
penyakit yang berkaitan dengan rokok
akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10
orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya
meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir
WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara
berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia.
Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650
juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.

55
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun
2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar
setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama,
Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10
tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat
sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi


alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang ditunjukkan
dengan mulai merokok pada kelompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok
paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok
umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi
muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah
batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan.

Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat


berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan
salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau
biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.

6
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya
selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai
pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun
swasta dan masyarakat. Namun pada
kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut
jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok.
Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang
menanggung semua biaya atau kerugian akibat merokok. Tetapi pada
kenyataannya perokok membebankan secara fisik dan ekonomi kepada
orang lain juga. Beban ini meliputi risiko orang lain yang terkena asap rokok
di lingkungan sekitarnya dan biaya yang dibebankan pada masyarakat
untuk pelayanan kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut di
atas dapat dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan
terhadap bahaya merokok melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan
juga membatasi ruang gerak para perokok.

7
2.
MASALAH, FAKTA DAN DATA
TENTANG ROKOK
merokok sampai saat ini masih
menjadi masalah nasional yang
perlu secara terus menerus
diupayakan
penanggulangannya, karena
menyangkut berbagai aspek
permasalahan dalam kehidupan, yaitu
aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya
aspek kesehatan.

Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak


tinggal bersama dengan perokok dan
terpapar pada asap rokok di
lingkungannya dan disebut sebagai
perokok pasif. Sedangkan kita tahu
bahwa anak yang terpapar asap rokok
dapat mengalami peningkatan risiko
terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi
telinga tengah, Asma, serta
kelambatan pertumbuhan paru- paru.
Kerusakan kesehatan dini ini dapat
menyebabkan kesehatan yang buruk
pada masa dewasa. Orang dewasa
bukan perokok pun yang terus-
menerus terpapar juga akan
mengalami peningkatan risiko Kanker
Paru dan jenis kanker lainnya.

9

Dari aspek kesehatan, rokok
mengandung 4000 zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan, seperti
Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang
bersifat karsinogenik, bahkan juga
Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang
ditimbulkan karena kebiasaan merokok
seperti Emfisema, Kanker Paru,
Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru
lainnya. Dampak lain adalah terjadinya
penyakit Jantung Koroner, peningkatan
kolesterol darah, berat bayi lahir rendah
(BBLR) pada bayi ibu perokok,
keguguran dan bayi lahir mati.

9
Fakta

12
Data
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun Terjadi peningkatan prevalensi perokok
2010 : yang merokok setiap hari untuk umur
Prevalensi perokok saat ini sebesar 25-34 tahun dari 29,0% (2007)
34,7%. menjadi 31,1% (2010). Peningkatan
- Lebih dari separuh perokok (52,3%) terjadi pada kelompok umur 15-24
menghisap 1-10 batang rokok tahun dari 17,3% (2007) menjadi
setiap hari. 18,6% (2010).
- 2 dari 5 perokok saat ini merokok Lebih dari separuh (54,1%) penduduk
rata-rata 11-20 batang setiap hari. laki-laki berumur 15 tahun ke atas
- 4,7% perokok merokok 21-30 merupakan perokok tiap hari.
batang setiap hari.
- 2,1% perokok merokok lebih dari Rokok merupakan salah satu
30 batang setiap hari. penyebab kematian terbesar di dunia.
76,6% perokok merokok di dalam Diperkirakan hingga menjelang 2030
rumah ketika bersama anggota kematian akibat merokok akan
keluarga lain. mencapai 10 juta per tahunnya dan di
negara-negara berkembang
1,7% perokok mulai merokok pada diperkirakan tidak kurang 70%
usia 5-9 tahun dan tertinggi mulai kematian yang disebabkan oleh rokok.
merokok pada kelompok umur 15-19
tahun (43,3%). Dari tiap 10 orang dewasa yang
Persentase nasional penduduk meninggal, 1 orang diantaranya
berumur 15 tahun ke atas yang meninggal karena disebabkan asap
merokok setiap hari sebesar 28,2%. rokok. Di tahun 2025 nanti, saat
jumlah perokok dunia sekitar 650 juta
Persentase merokok penduduk
orang maka akan ada 10 juta kematian
merokok tiap hari tampak tinggi pada
per tahun.
kelompok umur produktif (25-64
tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%

11
Tahun 2007 di Indonesia, usia perokok Penyakit-penyakit
makin muda, jumlah perokok usia 15
19 tahun di Indonesia mencapai
akibat rokok pada
18,8% atau meningkat dari tahun akhirnya juga
2001 (12,7%). Begitu juga perokok melemahkan potensi
wanita jumlahnya meningkat terus tiap
waktu. SDM kita. Diketahui
asap rokok memicu
Dan yang lebih berbahaya adalah
dampak ekonominya. Merokok sedikitnya 25 macam
cenderung menyebabkan merosotnya penyakit, mulai dari
daya kerja penduduk, yang berakibat
pada menurunnya produktivitas
penyakit saluran
perusahaan dan produktivitas pernafasan, Kanker
nasional. Tiap batang rokok berarti Paru-Paru, penyakit
hilangnya waktu kerja produktif
sebanyak 10 menit. Pekerja perokok pembuluh darah,
pun jadi cenderung malas dan suka Impotensi, Stroke,
mangkir. Pendek kata, merokok
merupakan pemborosan nasional.
hingga Kanker Kandung
Kemih. Dari semua itu
Kanker Paru-Paru yang
tergawat di peringkat
pertama.

13
3.
PENGELOLAAN KAWASAN
TANPA ROKOK
Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) adalah ruangan
atau area yang
dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok
atau kegiatan
memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/
atau mempromosikan
produk tembakau.

14
14
Tempat proses belajar mengajar
Pengertian
adalah sarana yang digunakan untuk
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kegiatan belajar, mengajar, pendidikan
adalah ruangan atau area yang dan/atau pelatihan.
dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau.
Tempat khusus untuk merokok
adalah ruangan yang diperuntukkan
khusus untuk kegiatan merokok yang
berada di dalam KTR.
Rokok adalah salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar, dihisap dan/atau
dihirup termasuk rokok kretek,
rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari
tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang
asapnya mengandung Nikotin
dan Tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Merokok adalah kegiatan membakar
rokok dan/atau menghisap asap
rokok.
Perokok pasif adalah orang yang
bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap
rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
.

15
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Peraturan Pemerintah Republik
merupakan upaya perlindungan untuk Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
masyarakat terhadap risiko ancaman tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
gangguan kesehatan karena
.peraturan menteri pendidikan dan
lingkungan tercemar asap rokok.
kebudayaan RI Nomor 64 Tahun
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini
2015 tentang kawasan tanpa rokok
perlu diselenggarakan di fasilitas
di lingkungan sekolah.
pelayanan kesehatan, tempat proses
Instruksi Menteri Pedidikan dan
belajar mengajar, tempat anak
Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997
bermain, tempat ibadah, angkutan
tentang Lingkungan Sekolah Bebas
umum, tempat kerja, tempat umum
Rokok.
dan tempat lain yang ditetapkan,
.
untuk melindungi masyarakat yang
ada dari asap rokok.

Landasan Hukum
Beberapa peraturan telah diterbitkan
sebagai landasan hukum dalam
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok,
sebagai berikut :
.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan
116.
Undang-Undang Republik Indonesia
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.

16
17
diketah
ui dan

dilaksan
Penyeb akan
arluasa oleh
n semua
informa pihak,
si dan baik
sosialis pembin
asi a,
tentang pengaw
Kawasa as
n maupun
Tanpa perokok
Rokok dan
dilakuk bukan
an perokok
dengan dengan
mengg pemberl
unakan akuan
berbag sanksi
ai sesuai
metode hukum
dan yang
media diterapk
di an.
berbag
ai
kesem
patan
yang
ada
sehing
ga
pelaks
anaan
Kawasa LANGKAH-
n
Tanpa LANGKAH
Rokok
dapat PENGEMBA
22
NGAN
KAWASAN
TANPA
ROKOK

21
(1) Di Tempat Proses Pihak pimpinan mengajak bicara
karyawan/guru/dosen/siswa yang
Belajar Mengajar mewakili perokok dan bukan perokok
untuk :
Petugas kesehatan melaksanakan Menyampaikan maksud, tujuan dan
advokasi kepada pimpinan/pengelola manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
tempat proses belajar mengajar Membahas rencana kebijakan
dengan menjelaskan perlunya tentang pemberlakuan Kawasan
Kawasan Tanpa Rokok dan Tanpa Rokok.
keuntungannya jika dikembangkan Meminta masukan tentang
Kawasan Tanpa Rokok di area penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
tersebut. antisipasi kendala dan sekaligus
alternatif solusi.
Dari advokasi tersebut akhirnya Menetapkan penanggung jawab
pimpinan/pengelola tempat belajar Kawasan Tanpa Rokok dan
mengajar setuju untuk mekanisme pengawasannya.
mengembangkan Kawasan Tanpa Membahas cara sosialisasi yang
Rokok. Contoh tempat proses belajar efektif bagi karyawan/guru/dosen/
mengajar adalah sekolah, kampus, siswa.
perpustakaan, ruang praktikum dan
lain sebagainya. Kemudian pihak pimpinan membentuk
komite atau kelompok kerja
Yang perlu dilakukan oleh penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
pimpinan/pengelola untuk Rokok.
mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok adalah sebagai berikut : C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok
A. Analisis Situasi Komite atau kelompok kerja membuat
Penentu kebijakan/pimpinan di kebijakan yang jelas tujuan dan cara
tempat proses belajar mengajar melaksanakannya.
melakukan pengkajian ulang
tentang ada tidaknya kebijakan D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
Kawasan Tanpa Rokok dan Membuat surat keputusan dari
bagaimana sikap dan perilaku pimpinan tentang penanggung
sasaran (karyawan/guru/dosen/ jawab dan pengawas Kawasan
siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses
Tanpa Rokok. Kajian ini untuk belajar mengajar.
memperoleh data sebagai dasar Instrumen pengawasan.
membuat kebijakan. Materi sosialisasi penerapan
Kawasan Tanpa Rokok.
B. Pembentukan Komite atau Kelompok Pembuatan dan penempatan tanda
Kerja Penyusunan Kebijakan larangan merokok.
Kawasan Tanpa Rokok.

22
Mekanisme dan saluran H. Pemantauan dan Evaluasi
penyampaian pesan tentang KTR di Lakukan pemantauan dan evaluasi
tempat proses belajar mengajar secara berkala tentang kebijakan
melalui poster, stiker larangan yang telah dilaksanakan.
merokok dan lain sebagainya. Minta pendapat komite dan lakukan
Pelatihan bagi pengawas kajian terhadap masalah yang
Kawasan Tanpa Rokok. ditemukan.
Pelatihan kelompok sebaya bagi Putuskan apakah perlu penyesuaian
karyawan/guru/dosen/siswa terhadap masalah kebijakan.
tentang cara berhenti merokok.

E. Sosialisasi Penerapan Kawasan


Tanpa Rokok antara lain :
Sosialisasi penerapan Kawasan
Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi karyawan/guru/
dosen/siswa.
Sosialisasi tugas dan
penanggung jawab dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.

F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


Penyampaian pesan Kawasan
Tanpa Rokok kepada karyawan/
guru/dosen/siswa melalui poster,
tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara
dan lain sebagainya.
Penyediaan tempat bertanya.
Pelaksanaan pengawasan
Kawasan Tanpa Rokok.

G. Pengawasan dan Penegakan


Hukum
Pengawas Kawasan Tanpa
Rokok di tempat proses belajar
mengajar mencatat pelanggaran
dan menerapkan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Melaporkan hasil pengawasan
kepada otoritas pengawasan yang
ditunjuk, baik diminta atau tidak.

23
Indikator Kawasan
Tanpa Rokok
Indikator sangat diperlukan baik oleh petugas kesehatan
maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok sebagai alat ukur
dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di tatanan.
Secara umum idikator yang dilihat adalah indikator input,
proses dan output.

Indikator Input:
Adanya kajian mengenai kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok dan sikap serta perilaku sasaran terhadap
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Adanya Komite/Kelompok kerja penyusunan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Adanya infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok.

Indikator Proses:
Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa
Rokok.
Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok.
Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan
hukum.
Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi.

Indikator Output:
Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua
tatanan.

Indikator
Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
33
pada tiap-tiap tatanan adalah
sebagai berikut:
TATANAN INDIKATOR INPUT INDIKATOR PROSES INDIKATOR OUTPUT

Fasilitas 1. Adanya kebijakan tertulis 1. Terlaksananya sosialisasi 1. Lingkungan fasilitas


Pelayanan tentang KTR. kebijakan KTR baik secara pelayanan kesehatan
Kesehatan 2. Adanya tenaga yang langsung (tatapmuka) maupun tanpa asap rokok.
ditugaskan untuk tidak langsung (melalui media 2. Petugas kesehatan
memantau KTR. cetak, elektronik) yang tidak merokok
3. Adanya media promosi 2. Adanya pengaturan tugas dan menegur perokok untuk
tentang larangan tanggung jawab dalam mematuhi ketentuan
merokok/KTR. pelaksanaan KTR di fasilitas KTR.
pelayanan kesehatan. 3. Perokok merokok di
3. Terpasangnya pengumuman luar KTR.
kebijakan KTR melalui poster, 4. Adanya sanksi bagi
tanda larangan merokok, yang melanggar KTR.
mading, surat edaran, pengeras
suara.
4. Terpasangnya tanda KTR di
sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Terlaksananya penyuluhan KTR,
bahaya merokok, etika merokok
dan tidak merokok di fasilitas
pelayanan kesehatan.
35
Pemantauan dan Evaluasi
Kawasan Tanpa Rokok
Pemantauan dan Evaluasi merupakan upaya yang dilaksanakan secara terus
menerus baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok di
tatanan untuk melihat apakah Kawasan Tanpa Rokok yang dikembangkan telah
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok


Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan maupun permasalahan serta
menemukan pemecahan dalam Pengelolaan dan Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan
kegiatan dilakukan selama perjalanan Program Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan adalah:

a. Apa yang perlu dipantau?


Kebijakan yang dilaksanakan
Kajian terhadap masalah yang ditemukan
Penyesuaian terhadap kebijakan
b. Bagaimana cara memantau?
Menganalisis kajian kebijakan dan perilaku sasaran
Melakukan supervisi atau kunjungan lapangan untuk mengetahui secara langsung
perkembangan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan
dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Wawancara mendalam dengan penentu kebijakan
Diskusi kelompok terarah dengan masyarakat khalayak sasaran

c. Siapa yang memantau?


Petugas kesehatan
Pengelola porgram Kawasan Tanpa Rokok

d. Kapan mengadakan pertemuan?


Selama pengembangan Kawasan Tanpa Rokok berlangsung
Setiap saat diperlukan

Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok

Evaluasi atau penilaian adalah proses penentuan nilai atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan pada waktu
jangka pendek maupun jangka panjang di setiap tatanan sebagai berikut :

37
KAWASAN EVALUASI EVALUASI JANGKA PANJANG
TANPA ROKOK 4-6 BULAN 1-3 TAHUN

TEMPAT PROSES 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
BELAJAR MENGAJAR yang dipasang dan dilaksanakan oleh pimpinan dan
2. Adanya media promosi Kawasan karyawan/guru/dosen/siswa.
Tanpa Rokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat
proses belajar mengajar.
4. Karyawan /guru/dosen/siswa yang tidak
merokok bertambah banyak.
5. Semua karyawan/guru/dosen/siswa tidak
merokok di Kawasan Tanpa Rokok.
SPG ini disebut Duta sebagai Kawasan Tanpa Rokok, sesuai
Kampanye Anti Rokok dan dengan konsep Mal Ciputra yaitu
pada bulan Juni untuk memberikan kenyamanan dalam segala
memperingati Hari Tanpa hal seperti perparkiran, termasuk udara
Tembakau Sedunia di Mal bersih agar hidup sehat dan tentunya
lebih hemat.
Ciputra mengadakan
happening art yang bekerja
sama dengan sebuah sanggar
teater untuk lebih
Pondok Pesantren
memberikan kesan pada Hari Langitan
Tanpa Tembakau Sedunia
Pondok Pesantren Langitan letaknya di
tahun 2004.
Desa Widang, Kecamatan Widang,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Area
Duta kampanye bertugas dari pukul
Pondok Pesantren Langitan luasnya
11.00-12.00 WIB, dimana pengunjung
sekitar 7 hektar yang terbagi untuk
mulai padat. Dengan menggunakan
Pondok Pesantren Santri Putra dan
seragam yang menarik dari pihak mal,
Pondok Pesantren Santri Putri, yang
mereka bertugas berpasangan untuk
berasal dari berbagai daerah dan ada
setiap lantai mencari mangsa
pengunjung yang merokok. Dengan pula dari Malaysia.
teguran halus mereka meminta
Pesantren ini didirikan oleh
pengunjung untuk mematikan rokok.
KH.Muhammad Nur pada tahun 1852,
Karena yang menegur gadis cantik jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam
rentang waktu satu setengah abad
disertai dengan sapaan halus pengunjung
Pondok Pesantren Langitan telah
pun akhirnya mematikan rokoknya. Para
menunjukkan kiprah dan perannya bagi
pengunjung mendapat edukasi berupa
siar agama Islam dan mampu mencetak
leaflet tentang tips berhenti merokok
ulama besar bagi bangsa Indonesia,sebut
beserta nomor telepon hotline kampanye
saja KH. Hasyim Ashari.
berhenti merokok. Pengunjung yang
tertangkap merokok juga diberikan
Setelah melewati periode lima pengasuh
permen sebagai ganti rokok. Pada hari-
dari tahun 1852-2000, saat wawancara
hari pertama sepasang Duta Kampanye
berlangsung di tahun 2006, Pondok
berhasil mengumpulkan 60-80 batang
Pesantren Langitan berada di bawah
rokok perhari, sedangkan pada beberapa
pimpinan KH. Abdullah Faqih yang
hari berikutnya berkurang sampai 20
menyandang nama besar.
batang.
Tawaran Gaya Hidup Santri
Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh
pihak manajemen untuk kampanye tidak
KH. Abdullah Faqih beserta
merokok, tetapi dibalik itu semua ada
pendahulunya KH. Ahmad Marzuqi Zahid
makna tersendiri bagi Mal Ciputra,
sejak tahun 1987 telah meletakan dasar-

41
dasar tentang perilaku santri yang tidak KH. Abdullah Faqih kemudian membuat
merokok sebagai suatu norma atau suatu pengumuman tertulis yang berbunyi :
etika yang harus dipegang baik oleh Pengumuman Harus Diindahkan!
santri putra maupun santri putri. Setiap Tidak boleh merokok bagi
santri yang berusia di bawah 17 tahun siapapun dalam kamar, jerambah
dilarang merokok baik di dalam maupun dan emper pondok.
di luar area pondok pesantren.
KH.Abdullah Faqih terus melangkah Pengumuman ini ditempel di berbagai
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan tempat seperti di kelas, pondokan, kantin
baru yang diilhami oleh sebuah kaidah dan area terbuka lainnya. KH Abdullah
memelihara norma-norma yang baik dan Faqih memandang perilaku merokok
menggali norma-norma baru yang lebih lebih banyak mudharatnya daripada
baik, diantaranya penetapan Kawasan manfaatnya, terutama untuk kesehatan.
Tanpa Rokok di Pondok Pesantren Agama memperingatkan pada kita agar
diberlakukan secara tegas dan jangan sampai berbuat sesuatu yang
berkesinambungan. membahayakan diri sendiri atau orang
lain. Dan janganlah kamu menjatuhkan
Penetapan larangan merokok terus dirimu sendiri dalam kehancuran. Perilaku
meningkat menjadi di bawah 20 tahun, merokok juga merupakan pemborosan,
dibawah 23 tahun dan 25 tahun sampai oleh karena itu perlu dicegah agar santri
sekarang. Larangan merokok bagi santri terhindar untuk melakukan hal-hal yang
ini secara jelas tercantum dalam tidak baik, karena hanya ingin membeli
Peraturan Pondok Pesantren Langitan sebungkus rokok. Dahulu ketika larangan
tahun 2000 pasal III ayat 20 dan ayat 21 merokok masih sangat longgar santri
yang berbunyi : dilarang merokok bagi yang diusir dari pondok karena terbukti
santri yang belum berusia 25 tahun mencuri untuk membeli rokok cukup
dan dilarang merokok di Lokasi banyak. Namun ketika larangan ini
Pondok Pesantren. Peraturan ini diperketat seperti saat ini, santri yang
bersifat mengikat dan harus dipatuhi oleh diusir dari Pondok Pesantren karena
seluruh santri. Sementara untuk santri mencuri menurun drastis.
putri, perilaku merokok merupakan suatu
yang tabu. Tawaran gaya hidup santri Sistem pengawasan dilakukan secara
untuk tidak merokok disosialisasikan melekat oleh Guru/Ustad, pengurus
dalam rapat-rapat kepengurusan dan ke Pondok Pesantren, ketua kelompok,
seluruh santri pada kesempatan ketua kamar dan para santri sendiri.
pengajian atau di kelas. Apabila ada pelanggaran, guru atau
pengurus akan memberi sanksi sesuai
Pengawasan dan Sanksi kesepakatan/aturan yang ada seperti
rambut dicukur, membayar denda
Mekanisme pengawasan dan
sebesar antara Rp 5.000 sampai
pemberlakuan sanksi penerapan
Rp 10.000 atau membeli benda-benda
Kawasan Tanpa Rokok pun dibahas
kebutuhan pondok pesantren seperti
dalam rapat pengurus pondok pesantren.
semen 1 sak.

40
Bila pelanggaran tersebut beberapa kali


dilakukan maka KH Abdullah Faqih
sendiri yang akan memberi sanksi
dengan dijemur di depan rumah kyai
dalam tempo setengah hari atau sehari.
Sanksi yang dilakukan langsung oleh KH.
Abdullah Faqih dirasakan oleh santri
sebagai pukulan, rasa malu yang besar
dan kekuatiran bahwa mereka akan
kehilangan kesempatan untuk terus
menjadi bagian dari Pondok Pesantren. SMK Taruna Bangsa
Dan memang beliau adalah figur yang Bekasi
memiliki kepribadian dan keluhuran budi
yang menjadi teladan dan tuntunan bagi SMK Taruna Bangsa dengan 1250
semua santri. Jika pelanggaran masih siswa, 53 guru dan 16 staf ini memang
terulang lagi, maka santri dipersilakan pantas mendapat gelar juara 1
meninggalkan Pondok Pesantren Yayasan AIDS Indonesia Award untuk
Langitan. Sekolah Bebas Rokok yang diikuti oleh
42 sekolah di lingkungan
Kini perilaku merokok bukan lagi menjadi Jabodetabek.
bagian kehidupan santri di Pondok
Pesantren Langitan. Merokok bisa Peraturan tentang larangan merokok
dikatakan tabu, terlebih lagi untuk santri di sekolah ini berlaku ketat, baik untuk
putri. Kawasan Tanpa Rokok di Pondok siswa, karyawan maupun guru.
Pesantren Langitan telah terwujud karena Bahkan pada awal penerimaan guru
adanya komitmen yang tinggi untuk dan siswa larangan merokok ini telah
mewujudkannya dan para santri itu tercantum dalam peraturan sekolah.
berkata :
Sanksi bagi yang kedapatan merokok
Hak kami untuk bisa dimulai dengan peringatan sampai
pemecatan. Seluruh karyawan
menghirup udara bersih sekolah, dimulai dari pekarangan
tanpa asap rokok. sampai ruangan tertutup tidak
ditemukan satu batang rokokpun.

Kesadaran akan larangan merokok ini


terbawa sampai keluar kawasan
sekolah, sehingga tidak ditemukan
siswa Taruna Bangsa yang merokok di
lingkungan luar sekolah.

42
Universitas Kristen kampus. Bahkan tamu dan orang
asing yang sedang berada di
Petra Surabaya lingkungan kampus UKP terkena
larangan ini.
Universitas Kristen Petra (UKP), salah
satu perguruan tinggi bergengsi di Surat keputusan ini dilengkapi pula
Surabaya, sungguh bukan merupakan dengan sanksi-sanksi yang disesuaikan
tempat yang menyenangkan bagi dengan peraturan disiplin pegawai dan
perokok. Universitas yang berlokasi di ketentuan disiplin mahasiswa.
Jl. Siwalankerto ini sejak tahun 2003 Sanksi terhadap pelanggaran berupa
tepatnya 5 Juni 2003 dinyatakan sebagai peringatan, skorsing sampai dikeluarkan
Kampus Bebas Rokok. dari kampus. Hal ini berlaku bila yang
Ketentuan ini tertuang dalam Surat bersangkutan melalaikan surat peringatan
Keputusan Nomor. 303/Kept/UKP/2003 lebih dari tiga kali. Bagi mahasiswa surat
tentang Penetapan Kampus Bebas peringatan ditembuskan pada orang tua.
Rokok yang ditandatangani oleh rektor Namun jauh sebelum diberikan sanksi
UKP Ir. Paulus Nugraha, M.Eng, M.Sc. tersebut, terlebih dahulu diberikan sanksi
awal berupa pembinaan oleh badan
Dalam klausul pertimbangan, antara lain
konseling universitas.
disebutkan bahwa keputusan ini dibuat
sebagai langkah awal untuk menciptakan Begitu Surat Keputusan Nomor 3030 ini
lingkungan kampus yang sehat dan diterbitkan pada 5 Juni 2003, sosialisasi
nyaman, serta melindungi setiap warga dilakukan secara bertahap selama lebih
kampus untuk dapat menikmati udara dari setahun. Surat Keputusan ini
bersih dan bebas dari asap rokok. dilengkapi pula dengan petunjuk
pelaksanaanya dalam rangka memelihara
Larangan merokok meliputi seluruh
kampus agar bebas dari asap rokok.
gedung (ada tiga gedung, satu
Rambu-rambu larangan merokok
diantaranya berlantai 10) berikut ruang,
terpasang hampir di semua area,
selasar dan terasnya, fasilitas/barang
khususnya ruang dosen, kelas,
milik universitas (misalnya kendaraan
laboratorium, studio, administrasi dan
dinas) dan tempat-tempat umum yang
lain-lain tempat.
terpasang rambu dilarang merokok.
Pada Mei 2004, sosialisasi kian
Larangan merokok ini diberlakukan
digencarkan. Spanduk, poster, dan
tanpa kecuali karena yang terkena
rambu-rambu diperbanyak; stiker dan
bukan saja mahasiswa tapi juga leaflet pun dibagi-bagikan. Diadakan juga
staf pengajar, pegawai seminar-seminar anti rokok.
administrasi/pegawai lapangan,
karyawan koperasi dan Pada tanggal 16 Agustus 2004 peraturan
ini dinyatakan diberlakukan secara efektif.
rekanannya yang beraktivitas di
Tentu saja, sebagaimana lazimnya, surat
lingkungan kampus UKP, setiap
keputusan ini menimbulkan pro dan
rekanan UKP yang ditempatkan kontra. Demonstrasi pun terjadi, terutama
atau ditugaskan di lingkungan

43
oleh mahasiswa yang merokok. Pro Kawasan Tanpa Rokok
kontra ini sampai tercium oleh media
massa di Surabaya, sehingga peristiwa ini Provinsi DKI Jakarta
tersiar luas, terutama di surat kabar.
Diawali dengan pertemuan-pertemuan
lintas program yang membahas tentang
Komitmen UKP soal rokok, memang Kawasan Tanpa Rokok di tingkat provinsi,
tinggi. Tidak tersedia tempat khusus akhirnya disepakati bahwa dinas
untuk merokok di kawasan kampus. kesehatan DKI Jakarta akan melakukan
Kampus UKM bersih dari poster dan advokasi kepada Gubernur DKI bersama-
segala bentuk promosi rokok baik nyata sama dengan LM3 (Lembaga
ataupun terselubung. Segala bentuk Menanggulangi Masalah Merokok).
kerjasama dengan perusahaan rokok Dengan upaya yang gigih dan penuh
(dan minuman beralkohol) ditolak, baik itu kesabaran akhirnya Gubernur merespon
dalam bentuk sponsor untuk kegiatan Kawasan Tanpa Rokok dengan
seni dan olahraga ataupun kegiatan lain. mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur
Bahkan beasiswa yang ditawarkan untuk Nomor.16 Tahun 2004 tentang
mahasiswa pun ditolak. Pengendalian Rokok di Tempat Kerja di
Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Selanjutnya SK tersebut
Dengan demikian, UKP menjadi satu- disosialisasikan di seluruh jajaran
satunya kampus di Surabaya yang pemerintah daerah sampai kecamatan
menerapkan Kawasan Bebas Rokok, dan kelurahan bahwa di lingkungan kerja
walau belum sepenuhnya bebas dari di DKI harus ada Kawasan Tanpa Rokok.
asap rokok. Memang tidak mudah untuk
mengawasi lebih dari 10.000 mahasiswa Sebagai tindak lanjut dari SK Gubernur
dengan sekitar 300 tenaga pengajar dan tersebut diadakan pertemuan Kawasan
karyawan UKP; namun yang lebih Tanpa Rokok di Balai Kota dengan
diharapkan lagi dari setiap warga UKP melibatkan lintas sektor di bawah
adalah untuk menyadari betapa koordinasi Biro Administrasi Kesehatan
pentingnya menjaga lingkungan yang dan Biro Hukum untuk sosialisasi ke
bersih dan sehat dalam kampus (Sumber lintas sektor, dan hasilnya adalah
LM3). dukungan dari lintas sektor, khususnya
pihak swasta untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
kerja.

Kiranya SK Gubernur saja tidak cukup


untuk mewujudkan program Kawasan
Tanpa Rokok dapat berkibar dan
menyadarkan masyarakat bahwa asap
rokok sangat merugikan bagi kesehatan

44
tidak hanya bagi orang yang merokok Kawasan Tanpa Rokok
tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Kotamadya Bogor
Untuk memperkuat SK tersebut
disusunlah naskah akademik untuk Berawal dari Seminar tentang Rokok
pembuatan peraturan daerah dengan yang diadakan oleh Lembaga
melibatkan pakar rokok, konsultan dari Menanggulangi Masalah Merokok (LM3)
Pranata UI. Berkat usaha yang gigih dan dalam rangka kegiatan Hari Tanpa
dorongan dari beberapa LSM yang Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2004,
menangani masalah rokok, seperti WITT Dinas Kesehatan Kota Bogor khususnya
(Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) dan Subdinas Promosi Kesehatan tergerak
LM3, akhirnya naskah akademik tersebut mengembangkan Kawasan Tanpa
diajukan ke gubernur dan walikota. Rokok. Keinginan ini disambut dengan
Gayung bersambut, waktu itu Badan Pusat Promosi Kesehatan yang
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah ditindaklanjuti dengan pertemuan lintas
(BPLHD) sedang menyiapkan peraturan program di Lingkungan Dinas Kesehatan
daerah tentang pencemaran udara untuk Kota Bogor. Pertemuan ini bermaksud
diajukan ke DPRD, akhirnya rancangan untuk mendapatkan persamaan persepsi
peraturan daerah tentang rokok dapat tentang bahaya asap rokok dan perlunya
dimasukkan untuk menjadi bagian dari mengembangkan Kawasan Tanpa
peraturan daerah tentang pencemaran Rokok, hal ini disambut positif oleh lintas
udara. program. Selanjutnya diadakan
pertemuan dengan lintas sektor dengan
Setelah peraturan daerah disahkan dalam tujuan yang sama dan hasilnya tidak
Peraturan Daerah DKI Nomor 75 Tahun berbeda, lintas sektorpun menyambut
2005 dan diadakan sosialisasi mulai positif.
bulan Februari 2005, kemudian
diberlakukan mulai tanggal 6 April 2005. Lintas sektor dan unsur masyarakat yang
Peraturan daerah ini mengatur mengenai terlibat dalam pertemuan tersebut adalah
Kawasan Dilarang Merokok di tempat dinas kesehatan, anak sekolah, majelis
pelayanan kesehatan, tempat proses ulama, pers, dunia swasta (Mal
belajar mengajar, tempat bermain anak, Artalokasari), dinas pariwisata dan lain-
tempat ibadah, angkutan umum, tempat lain.
kerja dan tempat umum.
Setelah beberapa lama dilakukan Selanjutnya diadakan seminar beberapa
sosialisasi, dilakukan monitoring untuk kali untuk menyamakan persepsi diantara
mengetahui seberapa jauh keefektifan lintas sektor untuk pembentukan KTR
peraturan tentang rokok tersebut. hingga terbentuk Tim Perumus yang
terdiri dari berbagai unsur. Tim Perumus
membentuk 3 kelompok, yaitu Bidang
Sosialisasi, Bidang Pemantauan, dan
Bidang Program. Dengan penuh
semangat dan kekompakan diantara

45
anggota tim, dan demi terwujudnya visi Selain tim pembina dan pengawasan
Kota Bogor yaitu Kota Dalam Taman Kawasan Tanpa Rokok di tingkat
Menuju Kota Internasional, Tim Perumus Walikota, unit kerja masing-masing juga
menyusun draft SK Walikota dan membentuk tim monitoring seperti di
melakukan advokasi kepada Walikota. tingkat dinas, tingkat Puskesmas, tingkat
Gayung bersambut, hal ini sangat sekolah dan lain-lain. Tim ini dibentuk
didukung oleh Walikota Bogor, yaitu untuk memantau sejauh mana SK
Bapak Diani Budiarto dengan walikota tentang Kawasan Tanpa Rokok
disahkannya SK Walikota pada tahun dilaksanakan di masing-masing unit.
2004.
Dalam rangka pembinaan anak
Telah diterbitkan 3 Surat Keputusan sekolah pada event khusus,
sekaligus yang berkaitan dengan masalah diadakan pentas seni dan lomba
merokok, yaitu: yang berkaitan dengan rokok
1. Tentang perlindungan bagi orang yang
seperti lomba poster dan karya
bukan perokok.
tulis. Kegiatan ini diprakarsai
2. Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan Tertib Rokok.
oleh dinas kesehatan dengan
3. Tentang tim pembina dan Pengawasan disponsori oleh swasta yaitu
Kawasan Tanpa Rokok. Bank Mandiri, BNI, NISP dan lain
sebagainya.
Kawasan Tanpa Rokok artinya di
Sejauh ini ternyata efektivitas SK walikota
kawasan tersebut tidak diperbolehkan
tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah
merokok, diberlakukan di tempat
terlihat di lingkungan pendidikan, hal ini
pelayanan kesehatan, institusi
terbukti beberapa sekolah sudah
pendidikan, sarana peribadatan dan
memberikan sanksi bila ada siswa yang
angkutan umum. Sedangkan Kawasan
merokok, mulai dari sanksi yang ringan
Tertib Merokok artinya disediakan tempat
sampai yang berat yaitu dikeluarkan dari
tertentu untuk merokok, diberlakukan di
sekolah.
institusi pemerintahan dan swasta,
BUMN, dan BUMD. Sedangkan tim
pembina dan pengawasan Kawasan
Tanpa Rokok terdiri dari unsur pers,
OSIS, dinas kesehatan, dan bagian
hukum.

Setelah diterbitkan SK Walikota, diadakan


sosialisasi ke lembaga pendidikan (SMP
dan SMA), institusi pelayanan kesehatan
sampai ke Puskesmas dan kantor atau
lembaga pemerintah yang ada di Bogor.

46
PENUTUP

Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa Rokok


bertujuan untuk mempersempit area bagi perokok
sehingga generasi sekarang maupun akan datang dapat
terlindungi dari bahaya rokok. Dan hal tersebut
merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa,
baik individu, masyarakat maupun pemerintah. Komitmen
bersama sangat dibutuhkan dalam keberhasilan
penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Oleh sebab itu,
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) perlu
diwujudkan bersama.

Dengan adanya buku Pedoman


Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok ini
diharapkan dipergunakan sebagai acuan
bagi unit-unit di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja dan tempat
lain yang ditetapkan dalam menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok.

47
TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab :
dr. Lily S. Sulistyowati, MM

Penyusun:
Dra. Zuraida, SKM, MPH
Dra. Ruflina Rauf, SKM, M.Si
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes
Dr. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes
Andi Sari Bunga Untung, SKM, MSc(PH)
Yussiana Elza, SKM, M.Si

Kontributor:
Dra. Hafni Rochmah, SKM, MPH; Dra. Mieke Agustin, M.Kes;
Fuad Baradja; Hendra Sutedjo; Ani Nurhayati, SH;
Maharani Sofiaty, SH, MHUM; dr. Edih Suryono; dr. Mauliate DC Gultom;
dr. Dewi Irawati; Theresia Irawati, SKM, M.Kes;
Bayu Aji, SE, MSc(PH); Setio Nugroho, S.Sn;
Wiji Astuti, S.Sos; Astri Utami, S.Psi; Pang Rengga Sudira

48
49
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN

Gedung Prof.DR. Sujudi Lantai 10


Jln. HR. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9
Jakarta Selatan, 12950
Telp/Fax. 021.5203873

www.promosikesehatan.com

50

Anda mungkin juga menyukai