Anda di halaman 1dari 61

PELANGGARAN ATURAN

KAWASAN TANPA ROKOK


(KTR)
APA KATA MEREKA ??

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok


masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan
anak dan remaja bahkan para pejabat sebagai akibat gencarnya promosi
rokok di berbagai media massa. Hal ini memberi makna bahwa masalah
merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok berisiko
menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat
terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang
tidak merokok (perokok pasif). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-
langkah pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui
penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu diselenggarakan di fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan
tempat lainnya yang ditetapkan serta menjadi kewajiban asasi bagi kita
semua terutama para pimpinan/penentu kebijakan di tempat tersebut
untuk mewujudkannya.
Namun kenyataannya masih banyak masyarakat, pejabat-pejabat
serta aparatur sipil negara yang turut melanggan peraturan tersebut. Tidak
jarang pada pejabat yang masih terbiasa dengan perilaku buruknya yaitu
merokok di lingkungan kerja. Tidak jarang bagi pimpinan mereka untuk
memberikan peringatan, tetapi itu bukan menjadi suatu hambatan bagi
merka yang gemar melanggar peraturan. Dalam hal ini akan disampaikan
pendapat para mahasiswa terhadap fenomena tersebut.
SAMBUTAN
REKTOR UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Sambutan Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung
Daftar Isi

PENDAHULUAN

MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG ROKOK

KAWASAN TANPA ROKOK

FENOMENA PELANGGARAN KAWASAN TANPA ROKOK

APA KATA PARA MAHASISWA

KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN

P
engendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok
yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi
menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa
disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap
rokok telah menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit
yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di
dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang
diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data
terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara
berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia. Di
tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta
orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization
(WHO), hampir 6 juta kematian per tahun disebabkan karena
menghisap tembakau. Angka ini diperkirakan akan meningkat
menjadi lebih dari 8 juta kematian di tahun 2030. Indonesia
menduduki peringkat ke 4 dunia sebagai pengonsumsi rokok
tertinggi dengan jumlah perokok aktif mencapai 65,2 juta jiwa.
Terdiri dari 52,9% laki-laki dewasa, dan 12,3% perempuan dewasa
(WHO, 2018).
Sebagai salah satu negara penyumbang asap rokok terbesar
di Asia Tenggara, Pemerintah Indonesia melakukan upaya
penanggulangan perilaku merokok. Pemerintah membuat
kebijakan dan strategi pengendalian terhadap konsumsi produk
tembakau, antara lain; monitoring konsumsi produk tembakau,
perlindungan terhadap paparan asap rokok, upaya pelayanan
berhenti merokok, peningkatan kewaspadaan masyarakat akan
bahaya produk tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsor
produk tembakau, dan menurunkan akses terhadap produk
tembakau (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2018 Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-
3 dengan prevalensi merokok penduduk umur lebih dari sama
dengan 10 tahun. Prevalensi tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat
29,3%, Gorontalo 29,2%, dan Lampung 29,00% (Riskesdas, 2018).
Sedangkan menurut Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2018
didapatkan bahwa prevalensi perokok pada penduduk umur ≥10
tahun menurut Kabupaten/Kota di Kota Bandar Lampung
terdapat 24,88% (Riskesdas Provinsi Lampung, 2018).
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini
telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik
lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut
jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok. Asumsi lain
adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang
menanggung semua “biaya” atau kerugian akibat merokok.
Tetapi pada kenyataannya perokok membebankan secara fisik
dan ekonomi kepada orang lain juga. Beban ini meliputi risiko
orang lain yang terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya dan
biaya yang dibebankan pada masyarakat untuk pelayanan
kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut di atas dapat
dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan terhadap
bahaya merokok melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan
juga membatasi ruang gerak para perokok.
BAB II
MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG
ROKOK

Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah


nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan
penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek
permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial,
politik, utamanya aspek kesehatan.
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama
dengan perokok dan terpapar pada asap rokok di lingkungannya
dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa
anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan
risiko terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma,
serta kelambatan pertumbuhan paruparu. Kerusakan kesehatan
dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa
dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus-menerus
terpapar juga akan mengalami peningkatan risiko Kanker Paru
dan jenis kanker lainnya.
Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia
yang berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat
adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin.
Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan
merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan
Penyakit Paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit
Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir
rendah (BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir
mati.
Sekitar 1,5 juta orang dari rumah tangga perokok yang
berobat penyakit Hipertensi dengan biaya yang dihabiskan
mencapai Rp.219 miliar sebulan atau Rp.2,6 triliun lebih setahun.
Rumah tangga perokok juga mengeluarkan belanja untuk berobat
penyakit Asma sebesar Rp.1,1 triliun, penyakit TBC Rp.636 miliar,
penyakit pernafasan lain Rp.4,3 triliun, dan penyakit Jantung 2,6
triliun. Jika biaya rawat inap tidak disubsidi, maka total biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat akibat penyakit yang berkaitan
dengan tembakau adalah Rp.15,44 triliun.
Fakta membuktikan bahwa bahaya tembakau terhadap
kesehatan sangat besar, jauh lebih dari yang disadari oleh
sebagian besar masyarakat. Kebiasaan merokok berhubungan
dengan kejadian berbagai penyakit, sebagian besar berakibat
kematian. Uraian berikut ini memaparkan risiko kesehatan bagi
perokok, rokok dan Indonesia sebagai perspektif dan data yang
yang antara lain berisi hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 yang
diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Berbagai evidence based menyatakan bahwa mengonsumsi
tembakau dapat menimbulkan penyakit kanker (Mulut, Pharinx,
Larinx, Oesophagus, Paru, Pankreas, dan kandung kemih),
penyakit sistem pembuluh darah (Jantung Koroner, Aneurisme
Aorta, pembuluh darah perifer, Arteriosklerosis, gangguan
pembuluh darah otak) dan sistem pernafasan (Bronchitis, Chronis,
Emfisema, Paru Obstruktif Kronik, Tuberkulosis Paru, Asma,
Radang Paru, dan penyakit saluran nafas lainnya).
Indonesia menduduki peringkat ke 4 dunia sebagai
pengonsumsi rokok tertinggi dengan jumlah perokok aktif
mencapai 65,2 juta jiwa. Terdiri dari 52,9% laki-laki dewasa, dan
12,3% perempuan dewasa (WHO, 2018). Pada tahun 2018
Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-3 dengan prevalensi
merokok penduduk umur lebih dari sama dengan 10 tahun.
Prevalensi tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat 29,3%, Gorontalo
29,2%, dan Lampung 29,00% (Riskesdas, 2018). Sedangkan
menurut Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2018 didapatkan
bahwa prevalensi perokok pada penduduk umur ≥10 tahun
menurut Kabupaten/Kota di Kota Bandar Lampung terdapat
24,88% (Riskesdas Provinsi Lampung, 2018).
Penyakit-penyakit akibat rokok pada akhirnya juga
melemahkan potensi SDM kita. Diketahui asap rokok memicu
sedikitnya 25 macam penyakit, mulai dari penyakit saluran
pernafasan, Kanker Paru-Paru, penyakit pembuluh darah,
Impotensi, Stroke, hingga Kanker Kandung Kemih. Dari semua itu
Kanker Paru-Paru yang tergawat di peringkat pertama.
BAB III
KAWASAN TANPA ROKOK

A. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok


Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan Produk Tembakau (Kemenkes RI, 2011).
Dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya
perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman
gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
(Kemenkes RI, 2011).
Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah antara lain sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011).
1. Fasilitas pelayanan kesehatan, adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2. Tempat proses belajar mengajar, adalah sarana yang
digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan
dan/atau pelatihan.
3. Tempat anak bermain, adalah area, baik tertutup maupun
terbuka, yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-
anak.
4. Tempat ibadah, adalah bangunan atau ruang tertutup yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk
beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.
5. Angkutan umum, adalah alat angkutan bagi masyarakat
yang dapat berupa kendaraan darat, air dan udara
biasanya dengan kompensasi.
6. Tempat kerja, adalah ruang atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
7. Tempat umum, adalah semua tempat tertutup yang dapat
diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang
dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan
masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat.
8. Tempat lain yang ditetapkan, adalah tempat terbuka yang
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

B. Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok


Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), tujuan
penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah:
1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian
dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup
sehat.
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas
dari asap rokok
4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
5. Mewujudkan generasi muda yang sehat

C. Sasaran Kawasan Tanpa Rokok


Menurut Anonim (2012) dan Kementrian Kesehatan RI
(2011), sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
1. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Pasien.
c. Pengunjung.
d. Tenaga medis dan non medis.
2. Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat proses
belajar mengajar.
b. Peserta didik/siswa.
c. Tenaga kependidikan (guru)
d. Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di
sekolah).
3. Sasaran di Tempat Anak Bermain
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat anak
bermain.
b. Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.
4. Sasaran di Tempat Ibadah
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat ibadah.
b. Jemaah.
c. Masyarakat di sekitar tempat ibadah.
5. Sasaran di Angkutan Umum
a. Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin,
hiburan, dsb).
b. Karyawan.
c. Pengemudi dan awak angkutan.
d. Penumpang.
6. Sasaran di Tempat Kerja
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana
penunjang di tempat kerja (kantin, toko, dsb).
b. Staf/pegawai/karyawan.
c. Tamu.
7. Sasaran di Tempat Umum
a. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana
penunjang di tempat umum (restoran, hiburan, dsb).
b. Karyawan.
c. Pengunjung/pengguna tempat umum.
BAB IV
PELANGGARAN KTR DAN APA KATA
MEREKA??

A. KASUS
Apa yang harus kita lakukan bila setaraf pejabat atau
penguasa tidak mengindahkan tentang Merokok sementara
sudah dilakukan beberapa tindakan seperti Kebijakan KTR,
sdh ada Perbup ttg KTR, sudah dilakukan KAP tetapi masih
belum berhasil, dan tidak memungkin memberikan
punishment kepada mereka.

B. PENDAPAT PARA MAHASISWA


Pertama kita harus memberikan edukasi terlebih dahulu

bagaimana cara mengurangi agak tidak ketergantungan untuk

merokok setiap hari, dengan cara mengadakan penyuluhan

tentang bahaya merokok dimana orang yang merokok memiliki

risiko lebih besar terkena penyakit yang memengaruhi jantung

dan pembuluh darah (kardiovaskular). Merokok bisa

menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner, tekanan darah

tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan penyakit lainnya seperti

yang sudah tertera pada bungkus rokok sebagai peringatan.

setelah kita memberikan edukasi melalu penyuluhan jika

masih tetap merokok maka kita harus mengatasinya dengan


cara menegur secara baik - baik dan menjelaskan bagaimana

bahaya merokok bagi kehidupan dan lingkungan sekitar dan

memberikan cara bagaimana cara agar berhenti merokok

dengan cara mengurangi jumlah rokok setiap harinya.

Sebaiknya pemerintah membuat peraturan mengenai sanksi

untuk orang yang merokok agar mengurangi angka kejadian

penyakit akibat merokok di indonesia (Siti Nurjanah /

20420036).

Kawasan tanpa rokok adalah suatu program untuk

mengurangi perokok dan menjadikan tempat tersebut lebih

sehat dan nyaman. KTR merupakan agenda yang langsung

diawasi oleh pemerintah daerah. Apabila ada atasan kita masih

melakukan merokok tentu kita ingatkan terlebih dahulu.

Kemudian jika tidak mempan bisa kita buat efek jera misal kita

bersepakat dengan bagian kita apabila dia merokok maka yang

sekitarnya pergi. Dari hal tersebut akan menimbulkan efek

dikucilkan apabila dia masih merokok. Kemudian terus

dimotivasi agar bisa berhenti merokok. Kemudian pemerintah

daerah diharapkan membuat peraturan tegas terkait sanksi

apabila ada yang masih merokok di kawasan tanpa rokok.

Pemerintah daerah juga diharapkan mengatur peraturan agar

rokok tidak dijual bebas karena dari beberapa kasus ditemukan

anak dibawah umur sudah mencoba rokok karena akses yang

mudah di temukan. Kemudian kepada pemerintah pusat


diharapkan dapat meningkatkan cukai rokok agar rokok dapat

mahal sehingga akan berkurang jumlah perokok. (Hardwiko

Defityanto / 20420018).

Kalo seandainya atasan merokok sembarangan

dilingkungan kerja adalah: Melakukan rapat/kesepakatan dan

komitmen seluruh karyawan dan atasan mengenai tidak

merokok di lingkungan kerja secara sembarangan untuk

kepentingan dan kesehatan bersama dan melakukan denda

yang cukup besar serta membuat surat pernyataan supaya ada

efek jera tujuannya agar tidak ada yang melangggar dengan

merokok sembarang gunanya untuk kepentingan bersama

seluruh karyawan tanpa terkecuali jika nasehat atau teguran

halus dan bahkan kasar tidak diindahkan. (Nurul Atika /

20420030).

Memang benar sekali pernyataan yang disampaikan bu

april masalah rokok sudah sangat lumrah dikehidupan sehari

hari, bahkan orang orang terdekat kita pun melakukan hal

yang sama. Seperti apa yang disampaikan oleh bu april bahwa

teguran sudah tidak mempan untuk menasihati seorang yang

sudah kencanduan rokok maka dari itu kita sebagai tenaga

kesehatan hanya bisa melakukan edukasi dan sosialisasi

karena sangat sulit untuk merubah kebiasaan seseorang yang

tidak di dasari oleh kemauan pribadi. Jadi dengan sosialisasi

dan edukasi yang terarah diharapkan akan merubah padangan


atau kebiasaan seseorang, salah satunya dengan strategi tidak

perlu menyuruh stop atau berhenti secara spontan dengan

tidak usah merokok lagi karena akan sangat sulit untuk

dilakukan tetapi dengan mengurangi rokok dari yang asalnya 2

bungkus perhari menjadi 1 bungkus perhari dan seterusnya

hingga akhirnya berkuran dan dengan harapan bisa berhenti,

juga diselingi dengan aktivitas dan cemilan atau makanan

pengganti yang akan menghilangkan keinginan atau hasrat

merokok tersebut. (Ine Ahyar Hasriza/ 20420025).

Menurut saya sebaiknya dibentuk sebuah komitmen

antara staf yang ada di tempat tersebut, serta ditegaskannya

sebuah peraturan atau dengan diberikan nya punishment bagi

yang merokok di ruangan. Kemudian, memberikan pengertian

juga kepada si perokok bahwa merokok di ruangan dapat

menganggu kenyamanan bahkan kesehatan staf yang lain nya.

Memang sulit untuk memberhentikan kebiasaan merokok

apalagi yang sudah sangat aktif, namun setidak nya jangan

sampai si perokok tersebut menganggu orang lain. Mengingat

lagi bahwa kita sebagai tenaga kesehatan yang pastinya lebih

paham tentang kesehatan seharusnya lebih peduli tentang

kesehatan itu sendiri dan kepedulian itu dimulai dari diri kita

sendiri, keluarga, teman dan kemudian terhadap orang lain

terutama yang berada di sekitar kita. Jangan sampai kita


sebagai tenaga kesehatan malah mengganggu kesehatan itu

sendiri. (Dini Anggraeni / 20420012).

Menurut saya upaya untuk mengatasi permasalahan

merokok harus melihatkan semua pemangku kepentingan

terkait. Mulai dari pemerintah, masayaarakt praktisi kesehatan

dan juga para perokok itu sendiri. Banyak orang yang sadar

akan bahaya merokok tetapi Karena pergaulan dan gaya hidup

sulit dihentikan oleh karena itu perlu media untuk membantu

berhentinya merokok dan menurut saya harus ada sanksi tegas

dari pemerintah untuk para perokok. (Rizki Rozha Sativa /

20420049).

Menurut saya untuk perokok memang sangat sulit untuk

berhenti,, bnyak sekali alasan yang mereka katakan jika kita

tegur seperti contoh ayah saya sendiri, namun kakak saya 2

laki-laki sudah berhenti semua dri perokok aktif. Memang sulit,

tapi adanya kesadaran pada mereka tentang bahaya dan

kerugian merokok. Selain itu adanya penyakit yang mereka

derita akibat merokok. Mungkin bila teguran saja itu tidak

akan bisaa, dengan memberikan peringatan tentang bahaya

merokok bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi keluarga

dan orang-orang disekitar kita, di masayaarakta maupun di

lingkungan pekerjaan (Titiana Yulia Putri / 20420050).

Menurut saya lebih baik di beri peringatan secara tertulis

dan menjalin pendekatan untuk bisa di bicarakan secara baik


baik, tetapi apabila yang bersangkutan tetap melanggar, saya

kira bisa diberikan sanksi. Mengingat besarnya dampak dan

resiko yang ditimbulkan oleh perokok tersebut, selain

membahayakan dirinya sendiri tetapi juga membahayakan

orang lain. Dan jika saya mengamati di lingkungan tempat

tinggal saya, kebanyakan orang yang merokok berkata “sulit

untuk menghentikan kebiasaan merokok secara

spontan/mendadak “sehingga alangkah baiknya apabila kita

sering melakukan edukasi/memberikan solusi seperti

mengurangi jumlah rokok dalam per harinya dan dapat

mengganti rook dengan memakan permen, dan hal tersebut

tentu nya harus ada dukungan dari orang-orang terdekat di

sekitar perokok dan yang memang si perokok mau

mendengarkan orang tersebut. (Siti Zainah / 20420053).

Menurut saya yang harus dilakukan adalah pertama

memberi tahu resiko tentang fakta-fakta bahaya asap rokok,

lalu lakukan edukasi kepada perokok tersebut. Setelah itu kita

bantu dengan memberikan dukungan misalnya dengan

mengurangi jumlah rokok perharinya, setelah itu berhasil lalu

mengganti rokok tersebut dengan permen. Bila si perokok

mengulangi lagi atau tidak menjalankan dengan baik, maka

kita harus mengingatkan kembali resiko bahaya merokok, dan

mulai mengurangi jumlah rokok perharinya. Sampai si perokok

menjalankan program berhenti merokok dengan kesadaran


dirinya. Lalu yang kedua bisa dengan cara membuat peraturan,

jika ada yang merokok didalam ruangan maka harus membayar

denda. Agar perokok tersebut menjalankan peraturan dan jika

ingin merokok agar diluar ruangan. (Mertha Dewi / 20420048).

Bila dengan semua cara sudah dilakukan dan tidak.

Mendapatkan hasil. Sebaiknya diadakan rapat untuk membuat

kesepakatan membangun pojok merokok dimana diberikan

satu ruangan untuk mereka merokok seperti yang sudah

diterapkan di sebagian kantor-kantor di daerah. Bila tidak

berhasil juga maka harus diberikan sangsi seperti yang

dilakukan oleh perusahaan kilang minyak yang dicontohkan

tadi. (Rini Budiarti / 20420033).

Untuk malasah merokok itu lebih ke pribadinya

dikarenakan sifat rokok sendiri memberikan rasa rilek dan

candu terhadap si perokok, oleh sebab itu untuk menghentikan

perokok kita tidak bisa dengan aturan-aturan yang ada hanya

saja kita bisa mengatur tempat-tempat yang diperbolehkan

untuk merokok bukan ditempat-tempat umum, langkah

langkah yang perlu kita lakukan untuk membuat si perokok itu

sendiri lebih kepada masukan dari orang-orang tersayang dan

terdekat dengannya karena yang mampu memberi pengaruh

pada hidup dia ya orang-orang tersebut, dengan kita edukasi

pada mereka peluang untuk merubah si perokok akan lebih

mudah. (Mulki Adli / 20420028).


Pendapat saya tentang upaya yang dilakukan jika atasan

merokok :

a. Kita ajak diskusi atasan tentang bahaya rokok, efek samping

dan dampak bagi lingkungan sekitar seperti apa.

b. Setelah itu kita secara personal edukasi atasan untuk tidak

merokok di lingkungan puskesmas, mungkin susah, tetapi

kita harus terus mencoba dan melakukannya dengan sopan

dan lembut.

c. Apabila atasan masih merokok dilingkungan puskesmas,

maka ajak semua pegawai puskesmas untuk dilakukannya

rapat, yang isi rapat tersebut membuat kesepakatan dan

komitmen larangan merokok dilingkungan puskesmas.

d. Buatlah sanksi tertulis yang keras apabila ada apabila ada

pegawai yang melanggar peraturan, baik berupa denda atau

yang lainnya.

e. Usulkan keperintah untuk peraturan larangan merokok

dilingkungan puskesmas, agar pelanggar berfikir untuk

melakukan kesalahan. (Diki Septian / 20420010).

Bagi saya masalah merokok memang sampai sekarang

masih menjadi permasalahan yang sangat meresahkan dan

seakan tidak ada ujungnya, dimana saya pribadi belum

menenmukan sesorang perokok aktif yang benar-benar bisa

berhenti dari merokoknya, dan juga dari orang-orang terdekat

saya sendiri khususnya yang laki-laki, rata-rata perokok aktif,


sebelum saya masuk kuliah kedokteran saya sudah berusaha

untuk menasehati orang-orang terdekat saya terlebih dahulu,

mungkin karena waktu itu saya juga masih bisa dikatakan di

bawah umur jadi pesan yang saya sampaikan hanya di

tanggapi sebagai candaan atau lelucon, dan sayapun tidak

melanjuntukan, disaat saya sudah kuliah kodokteran dan

mempelajari bagaimana efek dan bahaya rokok pada tubuh pun

saya ulangi nasihat saya yang dulu kepada orang terdekat,

terapi dengan landasan ilmu pengetahuan, ternyata cara

itupun tetap sama, tidak sepenuhnya berhasil, jadi kalau

ditanya mengenai bagaimana mengatasintentang masalah

rokok ini bagi saya pun masih menjadi PR besar, tetapi saya

pernah membaca disuaru artikel bahwa yang menyebabkan

sesorang berhenti merokok itu adalah kemauan dari diri dia

sendiri, jadi tugas kita adalah selalu menasihati tapi tidak bisa

memaksa, katna semua butuh proses, terimakasih itu jawaban

saya menurut pengalamnan saya dan pastinya dari teman-

teman dan bapak sendiri saya akan lebih banyak belajar,

mohon maaf atas kesalahan saya pak. (Indah Dwi Cuyunda /

20420021).

Faktor penguat untuk kawasan tanpa rokok di instansi

berupa penguat kebijakan, himbauan berupa media, sosial,

pengawasan internal dan penerapan sanksi. Dapat juga

membuatkan fasilitas tempat yang memang khusus untuk


merokok serta harus adanya komitmen yang jelas antara

atasan, staf dan bawahan tentang sanksi yang diberlakukan

jika merokok di tempat kerja. (Fakhri Rizki / 20420017).

Menurut saya jawaban untuk pertanyaan bu Aprilia

adalah seperti ini : Dikarenakan yang merokok adalah

seseorang yang paham betul mengenai bahaya merokok dan

juga seorang pemimpin alangkah baiknya untuk diajak

berbicara sekali lagi dengan cara yang halus dan di tanya

apakah alasan beliau merokok? Mengapa tetap merokok

meskipun tahu bahayanya? Kerugian apa yang akan diterima

oleh dirinya sendiri dan lingkungan jika beliau merokok ?

Setelah itu minta beliau memikirkan apakah tindakannya

benar untuk tetap merokok setalah dia tahu bahaya dari

merokok untuk diri sendiri dan lingkungan. Tekankan juga

kepada beliau untuk tidak memberi jawaban yang selalu beliau

jadikan statment bahwa merokok dan tidak merokok akan

tetap meninggal. Kesimpulannya buat si perokok untuk

merenungkan sendiri akibat dan resiko dari tindakan yang

dilakukannya dengan merokok sehinggal beliau bisa berubah.

Selanjutnya bisa dibuat kesepakatan di kantor atau di

lingkungan kerja untuk pelarangan merokok dan bisa diberikan

sanksi kepada pelanggar yang tetap merekok sepagai

pendukung program berhenti merokok. (Dinda Dwi Fajarwati /

20420011).
Pendapat saya yaitu untuk mengatasi masalah merokok

pertama kita dapat lakukan edukasi pengetahuan mengenai

bahaya merokok dan bagaimana agar dapat berhenti merokok

dengan berbagai cara seperti mengurangi rokok terlebih dahulu

hingga akhirnya dapat berhenti secara perlahan. Jika sudah

dilakukan edukasi atau sosialisasi akan tetapi tidak terdapat

perubahan yaitu tidak mengurangi merokok/ berhenti merokok

maka dapat dilakukan teguran dan juga harus dilakukan

rapat/diskusi bersama mengenai permasalahan merokok tadi

karena menganggu kenyamanan dan kesehatan bersama,

sehingga jika perlu diberlakukan sanksi bagi pegawai yang

masih melanggar agar mempunyai kemauan dan berusaha

untuk berhenti merokok. (Ica Berliana / 20420019).

Pemecahan masalah yang dapat saya usulkan adalah

sebaiknya ibu april bekerja sama dengan seseorang/tokoh yang

memiliki tingkatan jabatan atau posisi yang lbh tinggi dengan

bapak yang merokok tersebut untuk bersama-sama dapat

menegur ataupun untuk memberi peringatan, di luar dari

kenyataan seberapa sulit untuk membuat laporannya, hal ini

sebaiknya bisa dicoba. (Jeane Lawren / 20420024).

Mengenai masalah merokok yang masih banyak di

kalangan masyarakat dan lingkungan rumah masih banyak

yang merokok, untuk mengatasinya Pertama kita harus

memberikan edukasi terlebih dahulu Bagaimana cara


mengurangi agak tidak ketergantungan untuk merokok setiap

hari, dengan cara mengadakan penyuluhan tentang bahaya

merokok dimana orang yang merokok memiliki risiko lebih

besar terkena penyakit yang memengaruhi jantung dan

pembuluh darah (kardiovaskular). Merokok bisa menyebabkan

stroke, penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi

(hipertensi), gagal jantung, dan penyakit lainnya seperti yang

sudah tertera pada bungkus rokok sebagai peringatan. setelah

kita memberikan edukasi melalu penyuluhan jika masih tetap

merokok maka kita harus mengatasinya dengan cara menegur

secara baik - baik dan menjelaskan bagaimana bahaya

merokok bagi kehidupan dan lingkungan sekitar dan

memberikan cara bagaimana cara agar berhenti merokok

dengan cara mengurangi jumlah rokok setiap hari nya.

Sebaiknya pemerintah membuat peraturan mengenai sanksi

untuk orang yang merokok agar mengurangi angka kejadian

penyakit akibat merokok di Indonesia. (Siti Nurjanah Npm :

20420036).

Menurut saya kita sedikit memberikan penjelasan tentang

biaya dikeluarkan saat membeli rokok perharinya, contoh

dalam 1 hari merokok 1 bungkus berarti biaya yang keluar

sekitar 20rb jika dikalikan 30 hari maka total pengeluaran

menjadi 600rb, apalagi dalam kondisi seperti ini alangkah lebih

baik dipergunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, dan


berikan pilihan atau kesepakatan kepada semua staff yang

perokok, seandainya dia merokok terutama di lingkungan kerja

maka akan terkena denda,untuk dendanya kesepakatan semua

mau berupa uang ataupun yang lain,jika di luar lingkungan

kerja mungkin untuk yang perokok aktif agak sulit berhenti

sekaligus tapi harus dikurangi perlahan lahan setiap harinya

harus ada pengurangan, dan dikombinasi dengan makan

permen serta lakukan hipnoterapi bagi individu atau kelompok

perokok, agar sedikit demi sedikit mereka bisa mengurangi

atau lepas dari rokok. (Supriyadi / 20420037).

Seorang atasan yang mempunyai pangkat atau kekuasaan

yang tinggi di suatu instansi kesehatan yang melakukan

tindakan merokok...sedangkan sudah jelas sekali efek dari

bahaya merokok itu tersebut, sebaiknya :

a. Cari waktu yang tepat (jangan memilih sembarang momen

untuk menegur atasan)

b. Menggunakan gaya bicara yang lembut dan ide teguran

menuju perbaikan, menyiapkan argumen yang valid dan

sampaikan inti dari masalah dan beri argumen yang sesuai.

c. Menunjukkan sikap yang menghargai, hormat dan sopan

dan menyampaikannya dengan sikap yang tenang.

d. Apabila masih tidak ada respon juga diskusikan kembali

karena tdk mudah untuk merubah pola kebiasaan


seseorang untuk mengikuti sebuah aturan walaupun dan

sekalipun itu atasan kita .

e. Apakah diberikan tempat khusus ruangan untuk merokok

jadi tidak sembarangan (ex: tidak dalam area ruangan

kerja)

f. Pasang banner dan leaflet di area yang fokus atau area yang

mudah terlihat tentang bahaya merokok (walaupun

terkadang kendala nya suka terabaikan dan masih saja ada

yang merokok)

g. Atau berikan sanksi tegas bagi yang melanggar baik pegawai

dilingkungan tersebut dan tidak memandang bawahan atau

atasan ( berupa pengurangan jasa remun/tukin atau

jaspel). (Erika Maulina Yanti / 20420016).

Masalah rokok di kehidupan sehari hari masih banyak

terjadi, bahkan orang terdekat seperti ayah saya sendiri pun

masih melakukan hal yang sama, teguran secara baik halus

pun sudah disampaikan namun kadang masih saja maka

sebagai tenaga kesehatan kita harus tiada henti menghimbau

mengedukasi seorang yang merokok menjelaskan bahaya

bahaya rokok kepada mereka apa saja efek samping kedepan

yang sangat berbahaya, untuk berhenti merokok memang

sangat susah jika harus berhenti spontan solusinya mungkin

dengan berhenti perlahan mengurangi porsi rokok di setiap hari

nya, dan itupun harus dengan dukungan penuh orang sekitar


yang terus mengingatkan nya mengedukasi setiap hari nya

bahaya merokok. (Amarah Muthia / 20420003).

Saya bekerja di kantor Bawaslu. Sebenarnya sama saja,

saya pun bekerja di kantor yang pemimpinnya semua laki-laki

dan semuanya perokok berat. Pimpinan di kantor ada 5 orang

anggota Bawaslu. Dan dalam kantor itu saya sendiri yang dr

tenaga kesehatan. Saya memang bekerja bukan pd profesi saya.

Tapi saya sllu di butuhkan, saya sllu menjadi bahan untuk

mencari solusi setiap pertanyaan pimpinan yang minta tolong.

Benar, bahwasanya kita sebagai tenaga kesehatan dan semua

pun tahu, bahwa merokok itu dilarang di dunia kesehatan dan

seluruh masyarakat pun tau bahayanya merokok. Tapi untuk

menasehati pimpinan yang berulang-ulang kali saya rasa juga

tidak enak atau kurang pantas. Tapi dari hasil sering kali

menasehati, akhirnya berkurang juga pimpinan untuk

merokoknya. Sejak adanya Covid 19 ini, pimpinan sudah mulai

khawatir dgn kondisi fisik masing-masing dan sudah maulai

menjaga kesehatan, karena di daerah saya kab. Mesuji skrg

sudah ada yang terkena postif Covid. Yang awalnya daerah

saya aman, dan masuk zona hijau. Pimpinan pun yang sedang

merokok sudah mulai sadar dan selalu di ruangan masing-

masing. Ketika kami Briefing semua pimpinan sudah

mematikan rokoknya. Jadi ada manfaatnya juga memasehati

dan menakut-nakutikan bahwa merokok juga menjadi alasan


menurunnya imun. Karena saat ini kita benar-benar harus

menjaga kesehatan tubuh kita, keluarga, lingkungan, dan

teman-teman di kantor atau tempat kerja masing-masing.

(Diliana).

Untuk perokok memang sangat susah jika harus berhenti

spontan, dikarenakan perokok aktif yang sangat susah untuk

berhenti, solusinya mungkin dengan berhenti perlahan

mengurangi porsi rokok di setiap hari nya, itupun harus

dengan dukungan penuh orang sekitar yang terus

mengingatkan. Dan yang paling penting ada kesadran dari

individu untuk berhenti merokok. (M Shendy Febrian S /

20420025).

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan Iklan Layanan

Masyarakat. Dimana iklan tersebut adalah iklan yang dibuat

dan ditayangkan untuk tujuan-tujuan nonkomersil dan

semata-mata untuk penerangan umum. Iklan layanan

masyarakat merupakan sebuah iklan yang menyajikan pesan-

pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian

masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka

hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam kehidupan umum.

(Zaqia Hanum / 19420044).

Bahwasanya untuk mengedukasi masyarakat yang

merokok itu sangatlah sulit, namun bila kita terus terusan

mengedukasi tentang efek dari merokok dan penyakit apa yang


akan mereka alami di karenakan rokok di kemudian harinya

saya rasa itu akan membuat ketakutan tersendiri. Terutama

yang mengedukasi nya adalah anak istri. Lalu peran

pemerintah harus tegas terhadap pabrik yang memproduksi

rokok untuk menaikan harga rokok, jadi masyarakat akan

berpikir ulang bila ingin membeli rokok, seperti negara tetangga

yang telah menetapkan harga rokok jauh berkali kali lipat

harga nya di banding harga rokok di indonesia. Sekian

pendapat saya, mohok maaf bila banyak kekurangan dalam

menjawab. (Nur Afni Balqis Julia / 20420046).

Memang benar mengenai pernyataan yang disampaikan

bu april masalah rokok sudah sangat lumrah dikehidupan

sehari-hari, bahkan orang-orang terdekat kita pun melakukan

hal yang sama. Contohnya dulu ayah saya sendiri merupakan

perokok berat dan tanpa ada rasa bersalah di dalam rumah

ayah saya tetap merokok sampai pada akhirnya ayah saya

berhenti merokok karena terkena penyakit jantung coroner.

Seperti apa yang disampaikan oleh bu april bahwa teguran

sudah tidak mempan untuk menasihati seorang yang sudah

kencanduan rokok maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan

hanya bisa melakukan edukasi dan sosialisasi karena sangat

sulit untuk merubah kebiasaan seseorang yang tidak di dasari

oleh kemauan pribadi. Jadi dengan sosialisasi dan edukasi

yang terarah diharapkan akan merubah padangan atau


kebiasaan seseorang, salah satunya dengan strategi tidak perlu

menyuruh stop atau berhenti secara spontan dengan tidak

usah merokok lagi karena akan sangat sulit untuk dilakukan

tetapi dengan mengurangi rokok dari yang asalnya 2 bungkus

perhari menjadi 1 bungkus perhari dan seterusnya hingga

akhirnya berkurang dan dengan harapan bisa berhenti, juga

diselingi dengan aktivitas dan cemilan atau makanan pengganti

yang akan menghilangkan keinginan atau hasrat merokok

tersebut serta seseorang akan berhenti merokok apabila sudah

terjadi sesuatu di dalam kehidupannya entah itu pada dirinya

sendiri atau pada diri orang yang di cintainya. (Putri Vega

Wati / 20420032).

Masalah rokok dan perilaku merokok bukanlah masalah

yang beru lagi ada di masyarakat. Bukan hanya masalah yang

bersifat Nasional, bahkan merokok dapat dikatakan sebagai

masalah kesehatan global. Perilaku merokok saat ini tidak

terbatas pada suatu golongan tertentu. Baik kalangan medis

maupun non-medis, masih ada presentase kecil atau besar

yang merokok. Contohnya seperti yang diceritakan oleh Bu

April. Edukasi tentang bahaya rokok dan perilaku merokok

sudah sering dilakukan. Banyak orang sudah melakukan

penyuluhan atau bahkan webinar tentang bahaya merokok.

Perlunya peraturan yang mengikat tentang larangan

merokok mungkin dapat diterapkan. Tentunya peraturan yang


dibuat nantinya diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua

pihak dengan suportif, sehingga nantinya dapat mengeliminasi

perilaku merokok sedikit demi sedikit, hingga akhirnya perilaku

itu hilang. Mungkin juga perlu ditimbangkan kelompok

pengawas peraturan jika nantinya memang ada peraturan

tentang merokok ini. (Made Prativi Mahendra Svandevi /

20420026).

Merokok sendiri merupakan kebiasaan buruk yang tidak

hanya merusak diri sendiri namun juga orang lain di sekitar.

Sangat meresahkan memang karena saya juga merasakan hal

tersebut di lingkungan saya sendiri baik itu teman ataupun

keluarga. Jelas sangat susah sekali untuk memberikan

masukan apalagi untuk membua mereka berhenti merokok.

Tetapi sebenarnya ada beberapa cara jiga memang benar benar

niat untuk berhenti merokok dan merugikan orang lain,

diantaranya : dimulai dengan menghindari kumpul-kumpul

bersama teman-teman yang sedang merokok, gantikan dengan

hal positif seperti olahraga dan aktifitas lain, lebih cari tau

informasi bahayanya merokok dan perlu diingat juga bahwa

merokok ini bukanlah satu satunya sarana dalam pergaulan.

Juga kita sebagai publik healt jangan pernah lelah untuk

memberitahu atau menegur demi kebaikan kita semua. (Airin

Shabrina Elta Kusmana / 20420002).


Menurut saya jika hanya teguran dengan kata-kata yang

baik hingga kasar tadi pun tidak diperdulikan, dibutuh kan

sanksi yang di tulis kedua belah pihak, dari pihak puskesmas

kepada para staf nyaa, yang apabila dilanggar akan adanya

pemotongan gaji atau hal lain, dan di tuliskan juga bahwa di

dalam puskesmas dilarang merokok karena mengganggu staf

lain, apabila di langgar berikan sanksi-sanksi yang sesuai, itu

semua adalah kesepakatan bersama dari pegawai-pegawai

puskesmas. terimakasih pak, mungkin ini jawaban yang bisa

saya berikan. (Adinda Putri / 20420001).

Saya setuju dengan pernyataan bu april mengenai

masalah rokok pada kehidupan sehari-hari. Menurut

pandangan saya yang menjadi masalah kenapa masih banyak

orang yang merokok padahal sudah tahu mengenai bahayanya

bahkan seorang leader juga mempunyai perilaku seperti itu

dikarenakan rokok dianggap sudah menjadi tradisi dan budaya

yang melekat di masyarakat. Menurut saya untuk

menyikapinya, kita jangan bosan bosan untuk memberitahu

dan mengingatkan tentang bahayanya dan bisa juga dengan

memberikan pemahaman bahwa merokok tidak hanya

merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan orang lain yang

ada di dekatnya. Kita juga perlu untuk menanyakan kepadanya

apa yang menjadi alasan orang tersebut tidak merubah

perilaku merokoknya, dan mencari solusi bersama. Menurut


saya seperti itu, mohon maaf apabila masih banyak

kekurangan. (Eggy Lasmawati / 20420015).

Menurut saya orang akan berhenti merokok jika dia bisa

menghindari faktor pemicu dia merokok, Sedapat mungkin

hindari faktor atau kebiasaan yang dapat membuatnya kembali

merokok, seperti berkumpul dengan sesama perokok, minum

kopi, atau minum minuman keras. selain menghindari faktor

pemicu, dukungan keluarga dan kerabat terdekat juga penting

agar perokok ini berhenti, Beri tahu kerabat dan lingkaran

pertemanan dekat bahwa dia sedang dalam proses berhenti

merokok. Dukungan orang lain dapat begitu berperan dalam

membantunya berhenti merokok. Mereka yang akan

mengingatkan dan membantu menjaga situasi menjadi lebih

kondusif sehingga tujuan lebih mudah tercapai. (Muhammad

Fazar Sidiq Alhayat / 19420026).

Menurut pendapat saya memang harus ada sanksi tegas

untuk masalah ini, karena masing” individu yang terlibat disini

sudah bukan orang awam lagi melainkan orang” yang sudah

berpendidikan tinggi yang tentunya sebagai role model

masyarakat,dan lebih tau apa yang harus mereka lakukan, dan

mereka tau hal apa yang bisa di timbulkan jika mereka

melanggar, karena jika mereka terus melanggar yang rugi

bukan hanya mereka sendiri tetapi perokok pasif yang

menghirup asap terlalu banyak. Mungkin karna mereka terlalu


menggampangkan dan kurang ada sanki tegas sehingga merasa

acuh tak acuh dengan peraturan yang ada. Jadi kesimpulannya

alangkah lebih baik ada hitam diatas putih, perjanjian diatas

matrai, guna untuk mempertegas sanksi yang berlaku. (Anisa

Cahyanti Istiqomah 20420057).

Untuk menjawab bu april dan berpendapat kebetulan

permasalahan yang sama terjadi pada saya namun beda

ranahnya kalau saya pada ranah keluarga karena saya belum

bekerja jadi saya rasakan hal yang sama pada keluarga, Ayah

sebagai kepala keluarga adalah perokok aktif dan sangat aktif

bisa 2-3 bungkus rokok per harinya. saya sangat ingin ayah

saya berhenti merokok karena itu mengganggu saya dan ibu

saya, sampai setelah ibu saya terkena serangan jantung dan

masuk rumah sakit dengan obrolan saya ke ayah, ayah mulai

mengurangi merokok dan merokok di luar rumah, namun

seiring berjalannya waktu menjadi seperti awal lagi merokk

aktif kembali dan mulai merokok di dalam rumah lagi, saya

obrolkan ke ayah saya, namun jawabannya hanya iya tanpa

action, sampai saya membuat skripsi mengangkat tema

hipertensi akibat rokok, dengan harapan ayah pun

menerapkan, sampai saat ini di titik saya sudah bingung

bagaimana berbicara dengan ayah saya prihal merokok,

mungkin tidak menjawab tetapi mohon arahannya pak adang

dan bapak bapak serta ibu ibu, bagaimana cara saya


mengobrol mohon maaf “menasehati” ayah saya agar saya bisa

di dengar dan di terapkan sebelum terjadi hal hal yang

membuatnya terpaksa seperti kasus pada ibu saya mohon

arahanya pak, bu (Nanang Dismiantoni / 20420029).

Menurut saya untuk menanggulangi kebiasaan merokok

ini yang paling penting adalah dengan terus mengedukasi dan

meningkatkan risk awareness. Selain memberikan edukasi

mengenai bahaya rokok bagi dirinya dan bagi orang lain, kita

juga dapat memberikan informasi mengenai alternatif lain

pengganti rokok yang memiliki resiko kesehatan yang lebih

rendah seperti penggunaan terapi pengganti nikotin yang

berbentuk permen, koyo dll. Dan untuk mengatasi para

pemimpin atau seseorang dengan status sosial yang lebih tinggi

ketika ikut melanggar peraturan untuk tidak merokok harus

dilakukan dengan berbagai pendekatan. Kita bisa tanyakan

terlebih dahulu penyebab orang tersebut tetap merokok tanpa

menyinggung perasaanya. Dan kita perlu mengingatkan

peranan mereka sebagai pemimpin dan role model yang akan

dijadikan panutan oleh orang lain. Selain itu bisa juga dengan

melakukan kesepakatan untuk membuat larangan merokok

beserta sanksinya apabila melanggar. Dan apabila memang

merokok sangat sulit untuk dihindari, maka dapat

direncanakan untuk penetapa KTR (kawasan tanpa rokok).

(Sasqia Putri Aulia / 20420056).


Sepertinya mencoba menyadarkan atau menegur seorang

perokok, saya rasa sangat sulit sekali karena hal merokok itu

adalah suatu kecanduan yang biasanya menurut pengamatan

saya sangat sulit di stop kecuali itu semua kembali kepada

kesadaran perokok tersebut untuk berhenti sendiri dalam

kebiasaan merokoknya. Dan biasanya menurut yang saya

amati seorang perokok kemungkinan akan berhenti merokok

jika mereka sudah sampai pada tahap terganggu kesehatannya.

Dengan kata lain mereka sudah jatuh sakit seperti terkena

stroke ringan atau penyakit berbahaya lainnya. (Dwita Canggi

Siregar / 20420013).

Mengetahui kasus yang diberikan oleh bu april tadi

tentang masalah rokok yang masih menjadi masalah umum

yang belum bisa ditangani dan masih terjadi di lingkungan

sekitar, menurut saya untuk melakukan pencegahan masalah

rokok tidak hanya diberi tahu agar berhenti merokok saja,

karena sebagian besar merasa sulit untuk melepas kebiasaan

merokok trsebut, sulit untuk mengubah yang telah menjadi

kebiasaan yang bahkan berhari-hari dilakukan, sehingga perlu

dibutuhkan peran orang sekitar untuk selalu bisa

menyadarkan perokok tersebut dan menghindarkan dari faktor-

faktor pemicunya seperti berkumpul dengan orang-orang yang

merokok, serta dari pihak lain dari kesehatan misalnya

melakukan penyuluhan tentang bahayanya merokok apa saja


dampaknya kepada masyarakat sskitar, agar dri pihak keluarga

atau kerabat dekat bisa menesahati lebih dalam, tidak hanya

sekedar berkata berhenti merokok, dukungan orang lain sangat

membantu dalam pencegahan merokok. (Iga Afifah

Rahmadini / 20420020).

Yang pertama yang bisa dilakukan tetap Harus

dikomunikasikan dan didiskusikan perihal masalah merokok

dengan instansi nya untuk membangun kesepakatan, aturan

ataupun sanksi terhadap pelanggaran aturan. Mengubah

perilaku merokok memang sangat sulit, sehingga untuk orang

yang memang memiliki modal mental sering merokok untuk

memiliki ruangan/area khusus merokok. Dimana lokasi nya

disepakati oleh semua orang yang ada pada tempat tersebut.

Dan bila hal ini masih tidak berhasil, maka bisa disepakati

untuk diberikan sanksi tegas bisa berupa denda

uang/pemotongan gaji. Atau sanksi lain yang sifatnya tegas.

(Putri Puspita Sari / 20420055).

Untuk perokok aktif memang sangat susah diberikan

edukasi agar berhenti merokok, bahkan ayah saya sendiri yang

perokok aktif juga susah diedukasi sampai akhirnya ayah saya

terkena TIA barulah beliau mencoba mengurangi merokok

(yang biasanya perhari bisa sampai 2-3 bungkus). Dan saya

selalu memantau tensi beliau/hari karna saya jg waswas kalo

terjadi serangan lagi. Ayah saya hanya mau berhenti merokok


beberapa hari jika tensinya tinggi, jika tensi sudah turun

diambang normal orang dengan HT, beliau akan merokok lagi,

begitu juga seterusnya apabila tensi naik lagi. Walaupun

keluarga sudah mengingatkan selalu tetapi hanya di iyakan

saja tanpa ada aksi untuk berhenti. Mungkin memang harus

dari keinginan yang kuat diri sendiri untuk tidak merokok lagi.

(Mardheianti / 19420057).

Langkah yang dapat dilakukan adalah :

a. Melakukan pendekatan personal, karna faktor kedekatan

sangat penting ketika kita memiliki misi untuk mengedukasi

secara santun

b. Diajak dialog, tentang apa kesulitan beliau sehingga sulit

untuk meninggalkan perilaku merokok

c. Membantu mencarikan solusi, tanpa mengucilkan perilaku

beliau

d. Memberikan kepercayaan bahwa beliau bisa merubah

perilakunya

e. Berikan apresiasi atas usahanya merubah perilaku

f. Mendekatkan diri ke anggota keluarga, mencari tau siapa

yang dihormati/disegani/dituai agar dapat mengigatkan

untuk berhenti merokok atau merokok jangan dalam

ruangan
g. Bila semua masih gagal, ditempat kerja difasilitasi ruangan

khusus merokok yang jauh dari tempat kerja dengan

ventilasi yang cukup

(Puspa Sari / 20420031)

Menurut saya Apabila ada atasan yang merokok sebaik

nya dilakukan:

a. Kesepakatan bersama mengenai sanksi apa yang dapat di

berlakukan apa bila melanggar peraturan larangan meroko

tersebut,

b. Tanpa pandang bulu apakah itu atasan atau pun karyawan

karena untuk kepentingan bersama

c. Sampaikan bahwa atasan adalah role model disuatu instansi

tersebut.

d. Untuk saling mengingatkan sebaiknya pasang leaflet tentang

bahaya merokok baik dari segi kesehatan atau dari segi

agama.

e. Tempatkan ditempat yang jelas ttg larangan merokok

ditempat tersebut.

(Arizwansayaah / 20420007)

Menurut saya dengan memberikan peringatan atau

dengan sering di ingatkan kepada si perokok tersebut dengan

memberikan komitmen bersama untuk tidak merokok

diruangan,dengan memberitahu bahwa itu mengganggu

pekerjaan dan kesehatan Bersama. Untuk mencari solusinya,


kita harus memahami akar permasalahan penyebab tingginya

jumlah perokok dan prevalensi merokok di Indonesia, yakni

tradisi dan budaya merokok yang melekat di masyarakat.

Tradisi dan budaya merokok harus diubah untuk mengurangi

dampak negatif dari rokok dan mengutamakan kemaslahatan

masyarakat. Jika dilihat dari karakteristik dan perilakunya,

upaya untuk mengatasi masalah rokok di Indonesia harus

dilakukan berbagai pendekatan (pendekatan holistik) secara

budaya, kesehatan, ekonomi, regulasi dan komunikasi.

Pendekatan holistik ini diperlukan agar dalam penanganannya,

dapat dipetakan bagaimana aspek tradisi dan budaya merokok

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Oleh karena itu, upaya

mengatasi permasalahan merokok harus melibatkan semua

pemangku kepentingan terkait, mulai dari pemerintah,

masyarakat, praktisi kesehatan, akademisi, pelaku industri dan

juga para Perokok itu sendiri. (Ega Zinnia Palar / 20420014).

Akar masalah ini adalah mengapa rokok tetap ada

walaupun notabennya rokok adalah sesuatu yang berbahaya

terhadap kelangsungan hidup kita (jika dikaji dari segi

kesehatan). Tetapi bila dikaji dari sisi ekonomi, rokok memiliki

sumbangsih pendapatan negara yang cukup besar melalui

cukai rokok. Apabila sektor ini dihilangkan, secara tidak

langsung akan berdampak terhadap perekonomian negara

Indonesia. Harus ada opsi yang dikorbankan, apakah


memusnahkan rokok, tetapi opsi perokonomian negara akan

menjadi korban (mengingat bea cukai memiliki sumbangsih

terhadap perekonomian negara), sedangakan dari segi

kesehatan, bila tetap dimusnahkan akan menekan angka

kematian akibat rokok. Sebagai seseorang yang berada di

bidang kesehatan, maka menurut saya opsi pertama yang

harus dikorbankan, untuk meningkatkan angka harapan hidup

di masyarakat.

Banyak sekali larangan merokok di berbagai platform

media sosial, tetapi mengapa angka penyakit akibat rokok tetap

tinggi? Solusi yang terpikirkan untuk merubah perilaku

merokok ialah:

a. Adanya peraturan yang bersifat mengikat bagi perokok.

b. Edukasi generasi cilik untuk menargetkan kaum yang bisa

dimodifikasi gaya hidupnya.

c. Bagi tenaga kesehatan, untuk tidak berhenti untuk

memberikan edukasi bagi masyarakat tentang bahaya

merokok.

Ketiga poin diatas, harus dilakukan secara bersamaan

(kolaborasi). Karena mengubah perilaku membutuhkan waktu

dan usaha ekstra sehingga didapatkan hasil yang diinginkan

kelak. (Gusti Agung Putu Yogy Veda Ananta / 20420060).

Kalau menurut saya sangat sulit untuk mengubah

kebiasaan merokok karena sudah mendarah daging, para


perokok tidak akan berhenti sampai mereka terdesak atau

mengalami sakit yang diakibatkan dari bahaya rokok. Dari 100

% perokok kemungkinan hanya 20% yang berhenti dengan

sendirinya, 20 % berhenti karena sakit dan sisanya 60 % masih

mengalami kesulitan untuk mereka berhenti merokok. Di

Wilayah saya kebijakan KTR sudah di buat tetapi belum semua

yang mengindahkan, pada saat saya menjadi juri Sekolah

Sehatapiun saya melihat langsung di ruangan kepala sekolah

masih ada yang merokok termasuk kepala sekolahnya yang

notabennya satuan pendidikan harus memberikan contoh yang

baik kepada anak didiknya, di perkantoranpun seperti itu

bagaimana bisa bawahan berhenti untuk merokok sementara

atasannya saja perokok aktif yang ujungnya mereka akan

berkumpul dan tetap merokok bersama sambil berbincang –

bincang. Dari hal tersebut kita bisa melihat begitu sulit kita

untuk mengubah prilaku merokok menjadi tidak merokok

karna para pemimpin atau pemangku kebijakan pun masih

menganggap itu hal yang biasa.

Ada satu kabupaten di Provinsi Lampung yang membuat

regulasi atau peraturan yang dibuat bupati yaitu salah satu

sayaarat untuk pejabat esselon 3 selain test assesment

kepatutan harus tidak merokok dan bila ketahuan merokok

dikantor maka di nonjobkan, ternyata hal tersebut kurang

berhasil juga karena peraturan tersebut hanya formalitas


tertulis saja tetapi action nya masih belum maksimal, dan itu

hanya diperiode sebelumnya setelah pergantian pimpinan

daerah peraturan tersebut tidak ada kelanjutannya bahkan

dialihkan ke peraturan yang lain.

Kesimpulannya prilaku merokok merupakan PR yang

paling sulit untuk dilakukan bila tidak didukung dengan

kebijakan, serta peraturan yang tegas dan berkelanjutan dari

pemangku kebijakan dikarenakan kebijakan KTR yang ada di

daerah tidak memiliki dampak pengurangan merokok. Kawasan

yang telah ditentukan dalam kebijakan KTR merupakan

tempat-tempat yang ada di perkotaan misalnya kantor, sekolah,

restoran, pasar dan rumah sakit, sedangkan di pedesaan

hampir tidak ada tempat pelarangan merokok. Kebijakan untuk

mengurangi prevalensi perokok selain KTR sebaiknya ditambah

pembatasan penjualan rokok di warung-warung dan sales

penjual rokok di desa-desa. Larangan merokok di dalam rumah

belum ada dalam Perda KTR, ini dapat menjangkau perkotaan

maupun perdesaan dan Fungsi pengawasan harus

dicantumkan dengan jelas dalam perda KTR. (Aprilia Diantika /

20420005).

Menurut saya Merokok masih menjadi salah satu masalah

terbesar dalam masyarakat yang dapat menimbulkan kerugian

bagi kesehatan bahkan menyebabkan kematian. Di Indonesia

sendiri merupakan negara perokok terbesar ke-3 (tiga) di dunia


setelah China dan India. Bahkan World Health Organization

mencatat 28% masyarakat Indonesia adalah perokok. Dampak

negatif rokok dimulai ketika pembakaran rokok dimana

pembakaran rokok akan menghasilkan asap rokok utama

(mainstream smoke) yang dihasilkan dari hisapan perokok aktif

yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap rokok

samping (sidestream smoke) yaitu asap rokok dari pembakaran

rokok yang terhirup oleh perokok pasif mengandung 75% kadar

bahan berbahaya. Untuk itu perlu adanya penanggulangan

masalah merokok tersebut. Menurut saya harus mengedukasi

seseorang mengenai bahaya merokok, slain itu dalam

penanggulangan yakni dengan adanya hal yang membantu

orang untuk berhenti merokok (3 main levers for helping

someone quit smoking) yaitu dengan membantu meyakin kan

seseorang untuk bisa berhenti merokok, memotivasi untuk

berhenti merokok, dan menegaskan bahwa perubahan berhenti

merokok adalah tanggung jawab dari seorang perokok itu

sendiri. Atau dapat juga dilakukan smoking cessation seperti

konseling, terapi perilaku, self help, brief advice dll. Selain itu

harus adanya aturan yang nyata mengenai tindakan merokok

terutama di tempat layanan kesehatan dan tempat umum.

Salah satu upaya atau alternative dalam menanggulangi

menurut saya dengan melakukan :


a. Memciptakan lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga

menjadi contoh dalam terbentuknya kebiasaan yang baik.

b. Peran orangtua mengetahui siapa teman dari anak kita dan

mengetahui perilakunya.

c. Peran sekolah serta keluarga untuk memberikan

pengetahuan atau pendidikan mengenai dampak nyata dari

merokok serta memberikan contoh perilaku untuk tidak

merokok.

d. Masyarakat dapat ikut sertadengan cara mengupdate

informasi mengenai bahaya merokok melalui sosial media,

karena yang kita ketahui generasi muda saat ini

memanfaatkan informasi melalui teknologi.

e. Mengajak masyarakat untuk peduli kesehatan dengan cara

tidak merokok

(Diah Adelia Emilda / 20420008)

Pendapat saya, sebaiknya kesepakatan bersama seluruh

staf, dan jadikan hasil musayaawarah itu sebagai sebuah

peratuan yang tertulis. Apabila ada pelanggaran maka akan

ada sanksi tertentu,dan solusi bagi si perokok sebaiknya

sediakan ruangan area rokok. Walaupun sebenarnya sekarang

KTR diberbagai instansi-instansi mulai diterapkan. Tapi seribu

satu yang benar-beanr ada, kebanyakan hanya tulisan semata.

Jadi lebih baik sediakan ruang area rokok, apa lagi di kasus ini

yang merokok adalah pemimpin atau atasan kita. Bahkan


dalam kehidupan pribadi saja tidak mudah untuk melarang

keluarga atau suami kita untuk tidak merokok. Ini juga saya

alami sendiri, suami saya perokok aktif dalam satu hari bisa

menghabiskan satu bungkus, kadang omongan saya sebagai

istri sudah tidak dihiraukan lagi. Jadi jalan yang saya tempuh

menghindar kalau pas suami lagi merokok. (Ana Matofani /

20420059).

Menurut saya yang pertama harus dilakukan adalah

pendekatan terhadap individunya dan lebih banyak di edukasi

serta membuat Model Mental yang bersangkutan lebih terlihat.

Kemudian meminta dari pihak keluarga sebagai pihak terdekat

untuk dapat memberikan pengertian yang lebih bisa dimengerti

dan diterima. Adanya smoke area di area kerja sedikit

membantu, daripada merokok diruang tertutup. Atasan yang

paling berperan penting dalam kasus ini, apabila atasan

langsung memberikan pengertian dan arahan kemungkinan

mereka akan menurutinya. (Fina Fisabilillah / 20420052).

Pendapat saya tentang upaya yang dilakukan bila melihat

perokok aktif di area KTR?

a. Menanyakan apakah sudah tau ada peraturan pemerintah

tentang area bebas asap rokok

b. Menegurnya dengan sopan dan tersenyum


c. Memberikan penyuluhan tentang dampak merokok dan

memberitahu bahwa merokok haram hukumnya karena

dapat merusak organ tubuh manusia

d. Disetiap tempat terutama ruang tunggu ditempelkan poster

tentang bahaya merokok dan himbauan “Area Bebas Asap

Rokok”

e. Di Instansi pemerintah harus berkomitmen tidak ada yang

merokok di tempat kerja dan menegur orang lain jika dilihat

merokok di area KTR (Dina Mellisa / 20420058)

Jawaban menurut saya :

a Karna itu atasan kita pertama kali kita lakuakan edukasi

tentang bahaya merokok untuk kesehatan

b Lakukan komimen bersama saat diruangan untuk tidak

merokok dengan memberi kotak denda apabila ada yang

merokok diruangan untuk mengisi kotak tersebut 50

rb,karna kalau hanya teguran karna kita bawahan akan

lebih banyak gax enaknya atau takut

c Dikantor diberi tempat untuk pojok rokok selain tempat

tersebut dilarang merokok (Siti Lis Jarsiyah / 2042002).

Pertanyaan dari ibu april, terkait rokok tersendri adalah

hal yang menyangkut dengan bersifat karsinogen dapat

meyebabkan berbagai penyakit seperti ca nasofaring, dll, dalam

sebuah proses untuk seseorang berhenti merokok harus

memilik peran dari orang bnyak dengan memberikan edukasi


terkait bagi para pencandu rokok dan niat dari kesadaran bagi

pecandu tersebut dan juga peran pemerintah sangat diperlukan

dalam meningkatkan pembatasan untuk pemberian bagi para

perokok tersebut. (Muhammad Dodi Eka Saputra / 19420025)

Menurut saya, masalah rokok dimasyarakat ini sudah

menjadi hal yang dianggap biasa. Misalnya dibungkus rokok

sekarang sudah dicantumkan gambar paru-paru seseorang

yang merokok atau hal-hal yang menggambarkan dampak dr

merokok tersebut, nyatanya orang yang merokok akan tetap

merokok tanpa memperdulikan hal yang ada. Hanya edukasi

pun jika memang seseorang tersebut tidak niat dalam dirinya

untuk mengurangu rokok tidak akan terjadi. Mungkin kita

sebagai tenaga kesehatan jangan bosan-bosan untuk

mengedukasi sesering mungkin agar sedikit demi sedikit ada

kesadaran bahwa merokok bukan hanya merugikan siperokok

saja tapi merugikan orang-orang yang berada disekitarnya

jugaa. Menurut saya juga berhenti merokok tidak bisa langsung

100% mungkin perlahan bisa dikurangi terlebih dahulu

intensitas merokoknya dengan perlahan untuk tidak

membiasakan sering-serinb merokok. Karena ada beberapa

masyarakat yang bilang "kalo abis makan ga ngeroko terasa

pait" kata-kata itu yang saya sering dengar pada orang-orang

yang merokok, mungkin rokok yang mrk anggap pelengkap bagi

mereka setelah akan bisa perlahan dikurangi dengan misalnya


memakan permen. Kesimpulannya dari cara pengehentian

merokok ini harus dari kesadaran diri sendiri mengenai bahaya

rokok untuk perokok dan orang-orang disekitarnya. (Tyani

Khoerunnisa Sutrisno / 20420042).

Sebenarnya kami di lampung tengah sudah ada Peraturan

Bupati tentang Kawasan KTR, dan Peraturan Bupati itu jelas

tertera sangsi yang harus diterima bila kawasan KTR itu

dilanggar. Permasalahannya adalah semua pemangku

kebijakan itu sendiri belum sepenuhnya berkomitmen untuk

patuh dan tunduk terhadap Peraturan Bupati tentang KTR

tersebut, sehingga terkesan Peraturan Bupati itu dibuat

sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Lagi pula tidak ada

kejelasan siapa yang akan mengawasi Peraturan Bupati tentang

KTR itu bila ada yang melanggar, dan dimana sangsi itu harus

dibayarkan. Intinya semua harus punya komitmen, harus

punya kesadaran untuk mematuhi peraturan tersebut. Dan

sebagai petugas kesehatan harus bisa memberikan contoh yang

baik. Jangan berharap masyarakat bisa berubah andaikan dari

petugasnya sendiri blm bisa merubah. (Ardian Yulianto /

20420006).

Izin sedikit berpendapat mengenai merokok dan

bagaimana cara menghentikan para perokok aktif. Rokok

sendiri sudah banyak dikenal dan dikonsumsi di berbagai

kalangan. Karena rokok dijual sangat bebas dan mudah


didapatkan diberbagai tempat akibatnya anak-anak usia dini

sudah mulai mencicipi rokok tersebut dan tidak dipungkiri

wanita pun banyak sekali yang mengkonsumsi rokok hingga

mereka semua mulai kecanduan merokok. didalam rokok

banyak zat berbahaya yaitu nikotin, tar, karbon monoksida,

bahaya ini pun sudah tertera dijelaskan dengan jelas dalam

bungkus rokok tersebut tetapi sudah tidak di indahkan lagi.

Sangat susah untuk berhenti merokok bagi perokok aktif

dikarenakan sudah kecanduan dengan zat-zat yang ada

didalam rokok tersebut, banyak cara jika perokok tersebut

memang ingin berhenti merokok yaitu :

1. Adanya niat berhenti merokok dari si perokok tersebut

2. Adanya usaha dan tekad dari perokok tersebut

3. Adanya dukungan penuh dari keluarga dan orang sekitar

4. Adanya edukasi dan arahan tentang bahaya merokok

5. Mulai mengurangi rokok sedikit demi sedikit dari porsi yang

biasanya

6. Mengganti rokok dengan alternatif lain misalnya permen

(Diana Uyun Safeti / 20420009).

Berhenti merokok bukanlah sesuatu hal yang mudah

dilakukan bagi pencandu rokok dikarenakan adiksi/kecanduan

nikotin yang menjadi salah satu faktor kendala berhenti

merokok bila dilihat dari aspek biologis atau fisiologis. Nikotin


menempati ranking pertama yang menyebabkan kematian,

adiksi, dan tingkat kesulitan untuk tidak menggunakan lagi

dibandingkan dengan 4 zat lain seperti kokain, morfin, kafein

dan alkohol.

Upaya untuk menaggulangi berhenti merokok :

a. Memberi edukasi terhadap perkokok beserta keluarga,

tentang dampak buruk yang akan ditimbulkan dari perilaku

merokok. Merokok tidak hanya berdampak pada seorang

perokok itu sendiri namun orang disekitar perokok juga

berdampak serupa dengan perokok. Sehingga keluarga

dapat saling mengingatkan satu sama lain.

b. Peran komunikasi keluarga dalam mengatasi perilaku

merokok, bentuk komunikasi secara terbuka, antara lain

pada situasi banyak orang, atau pada saat berkumpul

bersama.

c. Pemimpin daerah maupun tempat bekerja, sebaiknya

menjalankan peraturan dilarang merokok dengan tegas.

Pemimpin harus memberikan contoh terlebih dahulu untuk

bawahannya, sehingga bawahan dapat mengikuti perilaku

pemimpinnya. Apabila melanggar peraturan, sebaiknya

diberikan sanksi berupa pemotongan gaji atau penundaan

kenaikan pangkat, bila melanggar peraturan hingga 3 kali.

d. Apabila perilaku merokok sulit dilkendalikan, sebaiknya

pemerintah atau pemimpin tempat bekerja, memiliki fasilitas


bilik rokok. Dimana bilik tersebut memiliki ventilasi yang

cukup, dan dalam bilik tersebut di batasi jumlah perokok,

dan lokasi berada 5 meter dari lokasi perkantoran atau

berbeda atap dengan kantor. Diharapkan dengan adanya

bilik merokok, mengurangi penyebaran penyakit. (Serlia

Marthasari / 20420034).

Merokok sepertinya sangat sulit untuk dipisahkan dari

masyarakat Indonesia.karena rata – rata masyarakat Indonesia

banyak yang merokok,laki-laki maupun perempuan, ada istilah

‘kalau gaul ga merokok ga keren’. Merokok ditempat umum jadi

hal biasa di Indonesia. Mengatasi situasi dimana ada perokok

disekitar kita sendiri bersamanya maupun didalam suatu

perkumpulan dan notabene si perokok memiliki jabatan

memang sulit,terkadang sudah ada peraturan tertulis didalam

ruangan tapi tetap merokok dan orang orang disekitar merasa

segan dan takut untuk melarang,sering terjadi diacara acara

desa yang dihadiri pejabat yang kadang memang tidak

terpasang AC di gedung pertemuannya.dan akhirnya para

undangan dan masyarakat yang hadir ikut ikutan merokok

didalam ruangan dan rata rata ASN nya.Masyarakat yang hadir

dan yang tidak merokok tidak bisa berbuat apa apa untuk

mencegahnya.

Saran saya :
a. Sebaiknya pejabat yang perokok aktif dapat memberi contoh

yang baik kepada masyarakat

b. Seperti tidak merokok di dalam ruangan disaat acara

berlangsung

c. Ciptakan budaya malu pada diri sendiri jika disekitarnya

ada poster kawasan tanpa rokok Untuk tidak merokok

d. Tanamkan jiwa bertoleransi yang tinggi dan menghargai

orang sekitar yang bukan perokok

e. Tidak malu atau marah apabila di tegur langsung

(Sayaafrizal A R / 20420038).

Sangat disayangkan apabila seorang tokoh atau

pemimpin apalagi yang bekerja di bidang kesehatan tidak

memberi contoh perilaku yang baik di lingkungan kerjanya,

dalam hal ini perilaku merokok aktif.

a. Bahaya yang ditimbulkan akibat perilaku tersebut:

- Lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak nyaman

- Perilaku merokok tersebut akan diikuti oleh yang lainnya

- Timbulnya gangguan kesehatan akibat terpapar asap

rokok pada tenaga kerja lainnya

b. Usulan upaya yang dapat dilakukan untuk menghentikan

hal merokok aktif ini di tempat kerja:

- Menyampaikan keluhan ketidaknyamanan kerja akibat

rokok ini ini langsung terhadap atasan tersebut saat

Rapat atau Evaluasi bulanan


- Apabila masukan saat Rapat atau Evaluasi tersebut tidak

digubris, beberapa orang dari kita dapat menyampaikan

langsung keluhan di lingkungan kerja akibat perokok ini

kepada Pimpinan tertinggi di tempat kerja kita

- Mengaktifkan Bagian K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja ) di lingkungan kerja kita untuk mengawasi

lingkungan kerja yang bebas rokok

- Menyediakan ruangan khusus untuk merokok di

lingkungan kerja kita dengan sirkulasi udara yang cukup

(Toman Ria Sitorus)

Menurut saya, Masalah mengatasi prilaku merokok ini

memang sangat suit untuk memberi kesadaran yang benar bagi

para masyarakat yang tidak bisa lepas dari merokok namun,

kita harus teteap mengidahan uaya upaya agar masyarakat

mau dari hati untuk tdak merokok lagi.

a. Dalam Bidang Pekerjaan :

Dalam bidang pekerjaan lebih baik di beri peringatan dilarag

merokok diarea kantor, dan memberikan punisment yang

sangat tegar agar mereka pekerja tidak melakukan

penyimpangan, apa bila ada yang merokok ditegur dan

diberikan sangsi tegas.

b. Dalam Bermasyarakat :
Dalam bermasyarakat aparat desa, lebih baik bekerja sama

dengan tenaga kesehtan, serta pemerintah untuk

menanamkan benar-benar bahaya merokok serta

memberikan sanksi tegas terhadap pelangaran ini.

c. Dalam Balai Pengobatan :

Bagi pasien yang batuk, sesak kita sebaiknya mengedukasi

jika mereka terbiasa merokok, karna itu salah satu

penyebabnya dan diedukasi jika ada bayu atau ank kecil

dirumah agak menjaga kesehtan anak untuk tidak terpapar

asap rokok. (Indri Lovely Auria / 20420022).

Terkhusus kita orang kesehatan sangat paham akan

bahaya merokok, tentu sesama orang kesehatan (sejawat) kita

harus saling mengingatkan dan menegur jika salah,

memberikan masukan untuk tidak merokok. Dalam bidang

kesehatan sendiri terlebih masyarakat luas. Karena pada dasar

nya kita mengetahui alasan larangan meroko trsebut di buat.

Namun ada oknum kesehatan sendiri yang sering pura pura

buta dan pura pura tuliseakan menganggap persepsi dya

tentang merokok itu benar, example merokok atau tidak

merokok akan mati jua. Namun kita jangan pernah bosan

untuk menasehatinya katakan lah promkes kpd sejawat yang

belum patuh akan larangan dalam bidang nya sendiri.

Mungkin dapat di buatkan sangsi merokok dalam kantor

atau bahkan di berikan kebijakan lain bila merokok di tempat


terbuka tidak padat orang, agar tidak sembarangan merokok

karena dapat membahayakan diri nya dan orang banyak. Agar

di tegaskan lagi peraturan yang mengatur tentang bahaya

merokok, dengan menegaskan sangsi merokok dalam kantor

atau ada kebijakan lain merokok di luar kantor tatau di tempat

luas terbuka tidak pada kerumunan orang.

Dampak merokok

a. Kanker

Lebih dari 60 bahan kimia dalam rokok dapat menyebabkan

kanker karena bersifat KARSINOGEN. Mulai dari kanker

paru, kanker usus, kanker mulut,kanker pita suara.

b. Jantung

Sebagian besar yang terkena jantung koroner adalah

perokok karena zat beracun nya dapat merusak otot

jantung, dan nikotinnya faktor utama terjadinya

penumpukan plak pada pembuluh darah yang dapat

menyebabkan penyakit jantung koroner

c. Hipertensi

Nikotin rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit

dan keras karena penumpukan plak, kondisi ini harus


membuat jantung memompa Ebih berat dan memicu

hipertensi

d. Diabetes

Asap rokok mengandung radikal bebas bisa mengganggu

kinerja insulin yang dihasilkan pankreas, insulin tidak

dapat mengubah glukosa menjadi energi, gula tetap berada

dalam darah dan akan diabetes

e. Disfungsi ereksi

Kandungan dalam rokok dapat menghambat aliran darah ke

organ vital tidak bisa mempertahankan ereksi dan dapat

menurunkan kualitas sprema yang menjadi masalah

infertilitas. (Tari Monica Josephianney / 20420039).

Menurut saya kita sedikit memberikan penjelasan tentang

biaya dikeluarkan saat membeli rokok perharinya, contoh

dalam 1 hari merokok 1 bungkus berarti biaya yang keluar

sekitar 20 rb jika dikalikan 30 hari maka total pengeluaran

menjadi 600 rb, apalagi dalam kondisi seperti ini alangkah

lebih baik dipergunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, dan

berikan pilihan atau kesepakatan kepada semua staff yang

perokok, seandainya dia merokok terutama di lingkungan kerja

maka akan terkena denda,untuk dendanya kesepakatan semua

mau berupa uang ataupun yang lain,jika di luar lingkungan

kerja mungkin untuk yang perokok aktif agak sulit berhenti

sekaligus tapi harus dikurangi perlahan lahan setiap harinya


harus ada pengurangan ,dan dikombinasi dengan makan

permen serta lakukan hipnoterapi bagi individu atau kelompok

perokok, agar sedikit demi sedikit mereka bisa mengurangi

atau lepas dari rokok. (Wage Nurmaulina / 20420054).

Menurut saya untuk menghadapi suatu kasus mungkin

salah satunya adalah dengan cara menghimbau atau memberi

pemberitahuan tentang segala alasan mengapa merokok itu

dilarang dan mengapa kita harus mulai untuk berperilaku

hidup sehat. Untuk merubah perilaku seseorang memanglah

tidak mudah namun ada upaya-upaya yang sekiranya bisa

meminimalisir hal itu terjadi yakni salah satunya adalah

dengan memberikan "Hukuman" atau membuat efek jera bagi

siapapun yang melanggarnya dan berlaku untuk semua yang

ada dalam suatu kelompok atau institusi tersebut tanpa harus

melihat derajat jabatannya, namun tentu hal ini harus dengan

kesepakatan bersama, saya rasa hal ini cukup efektif. (Annisa

Rahmalia / 20240004).

Yang Pertama Karena yang kita tegur adalah atasan kita,

kita memberikan edukasi atas bahaya merokok itu sendiri

untuk kesehatan. Solusi agar terbiasa tidak merokok salah

satunya dengan mengganti merokok dengan permen. Jika hal

tersebut belum mampu untuk menggerakkan hatinya, kita

mengusulkan mengadakan rapat internal. Dalam rapat tersebut

membuat kesepakatan dan komitmen seluruh pegawai


termasuk atasan mengenai tidak merokok di lingkungan kerja.

Tentunya ada punishmen jika melanggar, dengan denda yang

cukup besar melakukan denda yang cukup besar secara

bertahap (mulai dari denda uang, teguran lisan, hingga teguran

tertulis) supaya memberikan efek jera. Tujuannya agar tidak

ada yang melangggar aturan yang sudah dibuat dan disepakati

bersama untuk tidak merokok di lingkungan kerja. Yang

terakhir, perlunya regulasinya yang jelas melalui Peraturan

Daerah itu sendiri untuk KTR di dalam suatu daerah tersebut.

(Yusuf Firmansayaah / 20420044).

Permasalahan rokok ini sudah menjadi masalah yang

sangat umum di masyarakat, dari berbagai kalangan, baik dari

kalangan non medis seperti ayahnya pak nanang dan kalangan

medis seperti permasalahan yang bu april sedang hadapi.

Sudah banyak edukasi, penyuluhan, iklan tentang bahaya

merokok, bahkan di bungkus rokokpun sudah jelas tertulis

bahaya merokok. Dan pertanyaan ini sendiri sudah sering

ditanyakan di berbagai kesempatan. Apakah ini salah individu

perokok/lingkungan/sistem yang melonggarkan aturan

merokok. Menurut saya perlu adanya peraturan yang jelas dan

tegas di Indonesia sendiri, dan perlunya punishment yang jelas

dan tegas juga. Namun seberapa efektif peraturan tersebut

tergantung kerjasama semua masyarakat dan kesadaran diri.

(Yunitasari / 20420043).
BAB V
KESIMPULAN

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang


dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan Produk Tembakau. Dalam rangka
penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat
Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa
Rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini
telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik
lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan
tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok. Asumsi lain
adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah
yang menanggung semua “biaya” atau kerugian akibat
merokok.

Anda mungkin juga menyukai