Kata Pengantar
Sambutan Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung
Daftar Isi
PENDAHULUAN
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
P
engendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok
yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi
menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa
disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap
rokok telah menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit
yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di
dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang
diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data
terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara
berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia. Di
tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta
orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization
(WHO), hampir 6 juta kematian per tahun disebabkan karena
menghisap tembakau. Angka ini diperkirakan akan meningkat
menjadi lebih dari 8 juta kematian di tahun 2030. Indonesia
menduduki peringkat ke 4 dunia sebagai pengonsumsi rokok
tertinggi dengan jumlah perokok aktif mencapai 65,2 juta jiwa.
Terdiri dari 52,9% laki-laki dewasa, dan 12,3% perempuan dewasa
(WHO, 2018).
Sebagai salah satu negara penyumbang asap rokok terbesar
di Asia Tenggara, Pemerintah Indonesia melakukan upaya
penanggulangan perilaku merokok. Pemerintah membuat
kebijakan dan strategi pengendalian terhadap konsumsi produk
tembakau, antara lain; monitoring konsumsi produk tembakau,
perlindungan terhadap paparan asap rokok, upaya pelayanan
berhenti merokok, peningkatan kewaspadaan masyarakat akan
bahaya produk tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsor
produk tembakau, dan menurunkan akses terhadap produk
tembakau (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2018 Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-
3 dengan prevalensi merokok penduduk umur lebih dari sama
dengan 10 tahun. Prevalensi tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat
29,3%, Gorontalo 29,2%, dan Lampung 29,00% (Riskesdas, 2018).
Sedangkan menurut Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2018
didapatkan bahwa prevalensi perokok pada penduduk umur ≥10
tahun menurut Kabupaten/Kota di Kota Bandar Lampung
terdapat 24,88% (Riskesdas Provinsi Lampung, 2018).
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini
telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik
lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut
jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok. Asumsi lain
adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang
menanggung semua “biaya” atau kerugian akibat merokok.
Tetapi pada kenyataannya perokok membebankan secara fisik
dan ekonomi kepada orang lain juga. Beban ini meliputi risiko
orang lain yang terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya dan
biaya yang dibebankan pada masyarakat untuk pelayanan
kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut di atas dapat
dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan terhadap
bahaya merokok melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan
juga membatasi ruang gerak para perokok.
BAB II
MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG
ROKOK
A. KASUS
Apa yang harus kita lakukan bila setaraf pejabat atau
penguasa tidak mengindahkan tentang Merokok sementara
sudah dilakukan beberapa tindakan seperti Kebijakan KTR,
sdh ada Perbup ttg KTR, sudah dilakukan KAP tetapi masih
belum berhasil, dan tidak memungkin memberikan
punishment kepada mereka.
20420036).
Kemudian jika tidak mempan bisa kita buat efek jera misal kita
Defityanto / 20420018).
20420030).
kesehatan itu sendiri dan kepedulian itu dimulai dari diri kita
dan juga para perokok itu sendiri. Banyak orang yang sadar
20420049).
merokok :
dan lembut.
yang lainnya.
rokok ini bagi saya pun masih menjadi PR besar, tetapi saya
sendiri, jadi tugas kita adalah selalu menasihati tapi tidak bisa
20420021).
20420011).
Pendapat saya yaitu untuk mengatasi masalah merokok
20420036).
kerja)
f. Pasang banner dan leaflet di area yang fokus atau area yang
yang merokok)
tidak enak atau kurang pantas. Tapi dari hasil sering kali
saya aman, dan masuk zona hijau. Pimpinan pun yang sedang
(Diliana).
20420025).
Wati / 20420032).
20420026).
hal positif seperti olahraga dan aktifitas lain, lebih cari tau
bekerja jadi saya rasakan hal yang sama pada keluarga, Ayah
bisa 2-3 bungkus rokok per harinya. saya sangat ingin ayah
mengenai bahaya rokok bagi dirinya dan bagi orang lain, kita
dijadikan panutan oleh orang lain. Selain itu bisa juga dengan
perokok, saya rasa sangat sulit sekali karena hal merokok itu
Siregar / 20420013).
Rahmadini / 20420020).
Dan bila hal ini masih tidak berhasil, maka bisa disepakati
dari keinginan yang kuat diri sendiri untuk tidak merokok lagi.
(Mardheianti / 19420057).
secara santun
beliau
perilakunya
ruangan
g. Bila semua masih gagal, ditempat kerja difasilitasi ruangan
nya dilakukan:
tersebut,
tersebut.
agama.
ditempat tersebut.
(Arizwansayaah / 20420007)
di masyarakat.
merokok ialah:
merokok.
bincang. Dari hal tersebut kita bisa melihat begitu sulit kita
20420005).
konseling, terapi perilaku, self help, brief advice dll. Selain itu
mengetahui perilakunya.
merokok.
tidak merokok
Jadi lebih baik sediakan ruang area rokok, apa lagi di kasus ini
keluarga atau suami kita untuk tidak merokok. Ini juga saya
alami sendiri, suami saya perokok aktif dalam satu hari bisa
istri sudah tidak dihiraukan lagi. Jadi jalan yang saya tempuh
20420059).
Rokok”
KTR itu bila ada yang melanggar, dan dimana sangsi itu harus
20420006).
biasanya
dan alkohol.
bersama.
Marthasari / 20420034).
dan yang tidak merokok tidak bisa berbuat apa apa untuk
mencegahnya.
Saran saya :
a. Sebaiknya pejabat yang perokok aktif dapat memberi contoh
berlangsung
(Sayaafrizal A R / 20420038).
b. Dalam Bermasyarakat :
Dalam bermasyarakat aparat desa, lebih baik bekerja sama
Dampak merokok
a. Kanker
b. Jantung
c. Hipertensi
hipertensi
d. Diabetes
e. Disfungsi ereksi
Rahmalia / 20240004).
(Yunitasari / 20420043).
BAB V
KESIMPULAN