Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


AKIBAT ROKOK

DOSEN PENGAMPU : YARMALIZA,SKM,M.Kes

DIBUAT OLEH KELOMPOK 6

ULAN PURNAMA SARY (2205902010097)


FHADILA AZZAH (2205902010103)
MAGHFIRA ULFA YANTI (2205902010105)
ALFIONA ANJANI (2205902010122)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
T.A 2022/2023 GENAP
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG...........................................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................................ 5
1.KONSEP....................................................................................................................................................... 5
2.RISIKO..........................................................................................................................................................7
3.PENCEGAHAN..............................................................................................................................................7
4.PENANGGULANGAN....................................................................................................................................8
BAB III...................................................................................................................................................................10
PENUTUPAN.........................................................................................................................................................10
A.KESIMPULAN.....................................................................................................................................................10
B.SARAN............................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya Makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Adapun penulisan
ini bertujuan Assalamualikum untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR” untuk Makalah ini. Selain itu kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
literature atau sumber informasi pengetahuan

Namun kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin…

Penulis

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Manusia telah lama menggunakan tembakau, tetapi pengaruh negative mengkonsumsi


rokok baru dirasakan belakangan ini. Masyarakat telah percaya bahwa tembakau tidak
merugikan kesehatan dan perokok yang telah mengalami kecanduan bahkan memandangnya
sebagai sesuatu yang dapat memberi ketenangan. Seiring dengan makin maraknya
penggunaan/perokok,isu asap rokok dan perokok telah menjadi permasalahan nasional bahkan
internasional, apalagi didukung oleh industry rokok yang semakin giat menggalakkan
kegiatan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung, mulai dari hulu (agrobisnis,
cengkeh, dan sebagainya), kearah samping (industri kertas, cetakan, kemasan, dan
sebagainya), kea rah hilir (aktifitas promosi dan pemasaran). Merokok merupakan penyebab
utama terbesar kematian yang sulit dicegah dalam masyarakat. Pada tahun 1950, setiap tahun
hanya ada sekitar 300.000 kematian akibat kebiasaan merokok. Angka ini melonjak menjadi 1
juta kematian pada tahun 1965; 1,5 juta pada tahun 1990-an. Dari 3 juta kematian tersebut, 2
juta diantaranya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pola ini terus
berlanjut, maka pada tahun

Kebiasaan merokok telah terbukti merupakan penyebab terhadap kurang lebih 25 jenis
penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut antara
lain adalah kanker mulut, esophagus, faring, laring, paru, pancreas, dan kantung kemih. Juga
ditemukan penyakit paru obstruktif kronis dan berbagai penyakit paru lainnya, yaitu penyakit
pembuluh darah. Apalagi kalau kebiasaan merokok ditambah lagi dengan meminum alcohol.
Berbagai temuan ilmiah menunjukkan bahwa menghentikan kebiasaan merokok amat sangat
baik pengaruhnya terhadap pencegahnya terjadinya penyakit-penyakit yang telah diuraikan
terdahulu.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu epidemiologi penyakit tidak menular akibat rokok?


2. Bagaimana cara pencegahan merokok?
3. Bagaimana cara penanggulangan dari merokok?

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.KONSEP

Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap
dan dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman nikotin tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sisntesisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Kebiasaan merokok sudah menjadi masalah kesehatan utama yang terjadi di berbagai
negara. Secara global jumlah perokok di seluruh dunia mencapai 1,3 milyar orang dengan 942 juta
laki-laki dan 175 juta perempuan yang berusia 15 tahun lebih (Drope et al., 2018). Menurut the
tobacco control atlas ASEAN Region 4th Edition menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara
dengan jumlah perokok terbanyak di Associantion of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan
presentase perokok usia antara 25-64 tahun (36,3%) dimana sebanyak 66% perokok laki-laki dan
6,7% perokok perempuan (Lian dan Dorthoe,2018). Prevalensi berhenti merokok meningkat
sesuai dengan peningkatan usia (National Institute of Helth Research and Development Ministry
of Health of Indonesia 2011). Indonesia merupakn negara ke-5 terbesar dalam produksi tembakau.
Total produksi pada tahun 2011 sebanyak 258 juta batang tembakau dengan mayoritas perokok
dewasa di Indonesia mengonsumsi rokok linting, 3,7% hanya mengonsumsi rokok putih.

Tingak pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengonsumsi rokok.


Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah konsumsi terhadap rokok. Hal tersebut
di karenakan lebih terbentuknya kesadaran terhadap bahaya merokok. Hal ini serupa dengan hasil
survey tembakau global yang menyatakan bahwa prevalensi merokok banyak pada orang yang
memilki pendidikan rendah (Nasional Institute of Health Research and Development Ministry of
Health of indinesia, 2011). Hal ini sejalan juga dengan peneliitian yang dilakukan di china, bahwa
individu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi ini memiliki kemungkinan yang kecil
terhadap perilaku merokok (wang et al., 2018). Selain itu, rendahnya pendidikan lebih cenderung
tidak upaya tersebut dalam berhenti merokok, bahkan dapat meningkatkan kecanduannya dalam
merokok (Zhu et al.,2010). Namun, tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada seseorang. Kegiatan bekerja sambil merokok sudah
menjadi budaya di Indonesia, hal ini sesuai dengan laporan riskesdes 2018 dan survey tembakau
global yang menyatakan bahwa perokok lebih banyak pada orang yang bekerja dibandingkan
dengan orang yang tidak bekerja (National Institute of Health Research and Development
Ministry of Health of Indonesia, 2011.), ( Kementrian Kesehatan, 2018).

Merokok pada saat ini juga dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak
bebas dan dewasa, sifat ingin tahu, stress, kebosanan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka
menentang merupakan hal-hal yang dapat mengontribusi mulainya merokok. Sedangkan faktor
resiko lainnya adalah rasa rendah diri, hubungan antar perorangan yang jelek, kurang mampu
mengatasi stress, putus sekolah, sosial ekonomi yang rendah tingkat pendidikan orang tua yang
rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah (usia 11-15 tahun).

Kondisi finansial yang buruk tidak mempengaruhi perilaku seseorang untuk berhenti
merokok. Hal tersebut sesuai dengan studi yang dilakukan pada remaja di Indonesia yang
menyebutkan bahwa perokok lebih banyak terjadi pada orang dengan ekonomi rendah
(kusumawardani et al., 2018). Begitu juga dengan hasil penelitian di china utara, yang
menemukan bahwa semakin tingginya tingkat merokok, semakin rendah sosioekonominya (wang
et al.,2019). Menurut WHO,hal ini terjadi karena adanya pengalihan kegunaan uang yang

5
seharusnya di gunakan dalam memenuhi kebutuhan primer menjadi untuk pembeli rokok. Hal ini
pula yang menyebabkan perekonomian semakin memburuk, di tambah risiko penyakit yang
disebabkan oleh rokok bisa menguras penghasilannya untuk berobat (WHO,2004).

Pengeluaran kesehatan Indonesia akibat dari konsumsi rokok tidak dalam nominal kecil.
Berdasarkan data dari lembaga penerbit badan peneliti dan pengembangan kesehatan, total
pengeluaran kesehatan akibat konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar
Rp.13,67 triliun (kosen et al., 2017). Tentu hal ini jika terjadi terus menerus, perekonomian rumah
tangga akan semakin memburuk dengan pengeluaran yang akan semakin memburuk dengan
pengeluaran yang akan semakin membesar. Kesempatan bekerja di perkotaan lebih banyak ke
hilir. Seiring dengan banyak lapangan pekejaan yang ditawarkan dengan tingkat pendapatan di
perkotaan yang lebih tinggi dibandingkan di pedesaan mendorong orang-orang desa terutama
yang memiliki pendidikan rendah untuk mecari pekerjaan di daerah perkotaan. Hal itu
menyebabkan perokok di kota lebih banyak dibandingkan di desa. Namun hal ini tertolak
belakang dengan hasil studi yang menunjukkan bahwa perokok lebih banyak yang tinggal di
pedesaan di bandingkan perkotaan (National Institute of Health Research and Development
Ministry of Health of Indonesia, 2011), (kementrian kesehatan 2018),(Wang et al.,2018).
Perbedaan ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh erik dkk. Yang menemukan
bahwa penurunan merokok dipedesaan tertinggal daripada penurunan di perkotaan (Ziller et
at.,2019). Usia remaja merupakan usia yang rentan merupakan usia yang yang rentan dalam
memulai perilaku merokok karena pada usia tersebut remaja akan lebih untuk mencari jati diri
dengan mecoba-coba hal baru dan mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil
laporan riskesdes 2018 yang melaporkan bahwa perokok memulai merokok mayoritas pada usia
15-19 tahun, begitu pula dengan hasil survei tembakau pada dewasa secara global menyebutkan
bahwa rata-rata mulai merokok pada usia 17-19 tahun (National Institute of health research and
Development ministry of health of Indonesia,2011), (kementrian Kesehatan 2018), (Asma et
al.,2015). Hal ini tentu memerlukan perhatian khusus, dimana seseorang mulai merokok pada saat
remaja yang mana tidak mengetahui risisko dan bahaya dari rokok terutama efek ketagihan dan
dampak dari pembeliannya ini bisa menjadi beban orang lain terutama keluarga (kementrian
kesehatan,2015).

2.RISIKO

Banyak sekali dampak negative yang dihasilkan seorang perokok, baik perokok aktif
maupun perokok pasif. Jika dilihat dari aspek kesehatan, rokok akan berdampak pada sirkulasi
darah, jantung, lambung, kulit, tulang, otak, paru-paru, mulut dan tenggorokan, reproduksi dan
fertilitas, termasuk dapat meningkatkan risiko infeksi tuberculosis(TB). Perokok Indonesia 45%
mengalami stroke, 81% mengalami serangan jantung, dan 85% mengalami kanker paru-paru
(Asma etal.,2015). Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan seseorang menjadi
ketergantungan yang berarti tidak dapat berhenti merokok dan selalu membutuhkan rokok dalam
keadaan apapun (chaelotte Herrick,2010).

Rokok juga dapat menjadi salah satu penyebab terbesar kematian yang dapat dicegah di
masyarakat. Akibat yang ditimbulkan tidah hanya bagi perokok sendiri (perokok aktif) namun
juga pada orang yang ikut menghirup asapnya yang disebut dengan perokok pasif.

6
3.PENCEGAHAN

Penecegahan ini bisa dilakukan dari berbagai pihak termasuk individu yang harus
memiliki pengetahuan dan niat yang baik untuk tidak merokok, keluarga, masyarakat, guru dan
juga klinisi yang bisa memberikan informasi dan dukungan untuk tidak merokok, selain itu juga
pemerintah terutama Dinas kesehatan dan Dinas pendidikan berperan penting dalam upaya
pencegahan merokok. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan pemberian informasi yang jelas dan
masif ditambah bantuan sosial media yang marak digunakan oleh masyarakat mengenai bahaya
dan risiko dari rokok, sehingga penerimaan informasi bisa lebih efektif dan jelas.

4.PENANGGULANGAN

Berdasarkan WHO Report on the global tobacco epidemic 2008, terdapat 6 kebijakan
yang digunakan untuk mengurangi konsumsi rokok, yaitu memonitor kebijakan penggunaan dan
pencegahan tembakau, melindungi orang-orang dari asap rokok, menawarkan bantuan untuk
berhenti menggunakan tembakau, memperingati mengenai bahaya merokok, menegakan larangan.

Direktrorat promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat kementrian kesehatan


melaksanakan progam GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang bertujuan untuk
memasyarakatkan budaya hidup sehat yang memiliki 7 langkah,salah satunya adalah gerakan
untuk tidak merokok disertai cara menghindari perilaku merokok, karna memberi dampak buruk
bagi kesehatan (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian
Kesehatan,2017).

Upaya penanggulangan masalah rokok memerlukan kerjasama yang baik dari semua
pihak. Negara yang mempunyai program penangulangan rokok adalah Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, Hongkong, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Swediadan , Sudan, dan
Thailand. (Aditama, 1995). Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan harga rokok
dengan menaikkan pajak rokok. Tingginya pajak rokok dapat mempengaruhi kegiatan merokok
dari golongan anak-anak dan remaja serta perokok dari golongan menengah ke bawah. Upaya lain
adalah memasang peringatan untuk tidak merokok diberilakukan pada lingkungan-lingkungan
tertentu, seperti lingkungan sekolah, gedung pemerintah, fasilitas kesehatan, atau dalam
penerbangan tetentu. Mendirikan klinik berhenti merokok, seperti yayasan kanker Indonesia,
yayasan jantung Indonesia, dan lain-lain. Secara umum dikenal tiga aspek dari merokok, yaitu:
1. Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin.
2. Automatic habit, berupa kebiasaan dalam merokok, ritual habit seperti membuka
bungkus rokok, menyalakannya, menghisapnya dalam-dalam, merokok sehabis
makan, merokok sambil minum kopi, dan lain-lain
3. Ketergantungan secara fisokologis atau hanya ditunjukan terhadap efek balik yang
ditimbukan, tetapi juga memberikan bekal kepada perokok keterampilan khusus agar
dapat menolak keinginan merokok yang muncul sewaktu-waktu. Mulyono (1995)
mengemukakan upaya yang dapat di tempuh dalam menanggulangi pengaruh rokok
terhadap kesehatan manusia, yaitu:
a. Metode penghentian merokok secra bertahap
Penghentian merokok dapat dilakukan dengan cepat (metode langsung),
dimana perokok diharuskan langsung berhenti merokok dalam waktu singkat,
yaitu 5 atau sampek 10 hari, sedangkan metode lambat dilakukan secar
7
bertahap, yaitu selama beberapa minggu. Metode ini menekankan pada aspek
psikologis, yaitu keinginan kuat dari setiap perokok untuk berhenti merokok.
Pelayanan klinik berhenti merokok yayasan jantung Indonesia menerapkan
program berhenti merokok selama 4 hari. Hasil penelitian menujukkan
program tersebut memberikan hasil maksimal, yaitu 88,8% perokok berhenti
merokok selama 1 tahun
b. Metode pemakaian obat-obatan (nicotine replacement therapy).
Penggunaan nikotin dosis rendah dalam bentuk gum(permen) atau bentuk
pach(plester) adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam menanggulangi
pengaruh rokok dengan metode obat-obatan. Penggunaan nikotin dengan cara
mengunyah permen nikotin atau menempelkan plaster nikotin pada kulit
dimaksudkan untuk mengatasi efek balik akibat penghentian merokok bila
timbul ransangan ingin merokok. Hasil penelitian pada beberapa klinik
berhenti merokok menunjukan keberhasilan yaitu 58% perokok berhenti
merokok setelah pemakaian permen nikotin selama 3 sampai 6 bulan. Filtrasi
merupakan salah satu upaya penanggulangan pengaruh asap rokok terhadap
kesehatan manusia dengan cara melewatkan udara yang mengandung asap
rokok melalui media tertentu. Bahan filter akan menangkap asap rokok
melalui media tertentu. Bahan filter akan menangkap asap rokok kemudian
udara bersih diloloskan dari filter tersebut. Penyaringan atau filtrasi digunakan
untuk memisahkan pengotor (asap rokok) dari udara. Secara umum karbon
aktif digunakan sebagai filter untuk menangkap asap rokok tersebut.
Penaggulangan pengaruh rokok dan asap rokok merupakan tanggung jawab
semua pihak. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi
profesi dokter, media massa, alim ulama, dan masyarakat luas memiliki
tanggung jawab bersama dalam mengatasi masalah rokok. Dalam pelaksanaan
program penanggulangan tersebut, pemerintahan dapat menjalin kerjasama
dengan organisasi internasional world health organisasi (WHO), Asia Pasific
Association for The Control of Tobacco, dan lain-lain. Masalah rokok bukan
persoalan mudah tetapi semua pihak harus mendapat informasi yang lengkap
tentang pengaruh negative rokok, memahami peran, dan memberikan
kontribusi terhadap penanggulangan pengaruh rokok tersebut.

8
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa kebiasaan merokok dapat menjadi faktor risiko terhadap beberapa

penyakit tidak menular diantaranya Hipertensi, stress, jantung, PPOK, dan kanker paru.

B.SARAN

1. Bagi orang tua untuk tetap terus berperan dalam mengawasi, membimbing dan menjaga
anak dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik bagi anaknya seperti rokok, miras,
pergaulan bebas dan sebagainya. Menjaga komunikasi tetap berjalan dengan baik dan
hubungan harmonis yang sudah tercipta antara orangtua dan anak. Serta memberikan
teladan anak agar dapat membentuk karakter yang baik pada anak.

2. Bagi anak kiranya selalu mendengarkan apa yang menjadi nasehat dari orangtua
khususnya untuk tidak merokok agar terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak baik
seperti merokok

3. Bagi masyarakat agar dapat membentuk organisasi yang positif sebagai wadah bagi
remaja dan pemuda agar terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak baik, membentuk
karakter-karakter generasi muda yang baik dan menjaga kebersamaan dalam masyarakat
dan memelihara kesehatan bersama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia. Gambaran kebiasana Merokok Di Indonesia


Berdasarkan Indonesia Family Life Survey.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok dengan
Keinginan Behenti Merokok Masyarakat Desa Pakel.2022.
Jurnal Ilmu Kesehatan. Determinan Perilaku Merokok Pada Remaja.2022.

10

Anda mungkin juga menyukai