Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Masa remaja digambarkan sebagai periode dalam kehidupan ketika


seorang individu bukan lagi anak-anak, tetapi belum dewasa. Ini
adalah periode ketika seorang individu mengalami perubahan fisik dan
psikologis yang sangat besar. WHO mendefinisikan remaja sebagai
individu dalam kelompok usia 10-19 tahun dan “remaja” sebagai
kelompok usia 15-24 tahun. Dua kelompok umur yang tumpang tindih
ini digabungkan dalam kelompok “kaum muda”, yang mencakup
rentang usia 10-24 tahun (WHO, 2008).

Perokok wanita berisiko 25% lebih tinggi menderita penyakit jantung


dibandingkan dengan perokok laki-laki (Amos, Greaves, Nichter dan
Bloch, 2011). Wanita yang merokok memiliki kemungkinan lebih
besar menderita kanker payudara jika dibandingkan dengan wanita
yang tidak merokok. (Hutapea, 2013). Dampak negatif rokok terhadap
wanita yang secara eksklusif hanya menyerang kaum wanita yaitu
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, masalah kecantikan dan
kesahatan tulang (Muchtar, 2009).

Di samping lingkungan pergaulan, lingkungan keluarga juga turut


mengambil bagian dalam hal pembentukan perilaku seseorang, dalam
hal ini mahasiswi perokok. Terdapat beberapa mahasiswi perokok
yang mengaku mulai tertarik untuk merokok setelah melihat sosok
salah satu anggota keluarganya yang merokok. Sosok ini biasanya
mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam diri individu tersebut. Di
samping itu, faktor yang mendorong seseorang untuk mencoba hal-hal
baru termasuk merokok juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Banyak perokok yang awalnya hanya coba- coba, tetapi kini malah
menjadi pecandu berat. Selanjutnya, terdapat individu yang keinginan
merokoknya berasal dari dalam dirinya sendiri karena mempunyai
banyak hal yang dipikirkan. Jadi kebiasaan merokok yang mereka
lakukan itu untuk menghilangkan stres, menenangkan jiwa atau hanya
sekedar mengusir kejenuhan saja (Buckner & Vinci 2013; Mansouri et
al. 2018).

Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi


paling besar di banding faktor risiko lainnya. Seorang perokok
mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit
jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang
penyakit kanker paru dan Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya
(Kementrian Kesehatan Republik Indoneisa, 2019). Menurut
Kementrian Kesehatan, 2020 Perokok lebih mungkin terjangkit
COVID-19 dibandingkan dengan orang yang tidak merokok,
setidaknya dua kali lebih tinggi risiko terjangkit COVID19
dibandingkan Non Perokok. Menurut dr. Sumardi, secara evidence
merokok memang mengakibatkan kerusakan saluran napas dan
jaringan paru, sehingga berakibat terjadi Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (COPD). Kemudian juga nikotin yang terdapat pada tembakau
meningkatkan ekspresi reseptor ACE-2 sehingga Jurnal Al – Qiyam
Vol. 2, No. 2, December 2021 E – ISSN : 2745-9977 P – ISSN : 2622-
092X 173 2, baik jantung, ginjal, pembuluh darah, saluran cerna dan
mengakibatkan kerusakan organ. Hal itu mengakibatkan penanganan
yang lebih rumit di rumah sakit. (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).

Berdasarkan Global Health Observatory Data WHO (2015), angka


kematian remaja di Indonesia mencapai 82,5/100.000 populasi remaja.
Data Riskesdas (2013) menujukkan, 1,4% remaja berusia 10-14 tahun
dan 18,3% remaja berusia 15-19 tahun telah merokok, 56% perokok
laki-laki dan 59% perokok wanita memulainya sebelum 15 tahun. Data
SDKI (2012), 28% remaja perempuan dan 24% remaja laki-laki
meminum minuman beralkohol sebelum berusia 15 tahun, 32,1%
remaja perempuan dan 36,5 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun mulai
berpacaran sebelum usia 15 tahun, sekitar 0,7 % perempuan dan 4,5%
laki-laki berusia 15-19 tahun melakukan hubungan seks pra-nikah, 7%
remaja perempuan 15-19 tahun pernah melahirkan, dan 2,8% remaja
usia 15-19 tahun terlibat penyalahgunaan NAPZA.

Individu yang mulai beranjak dewasa, berusia 18-25 tahun,


kemungkinan untuk merokok lebih besar dibandingkan dengan usia di
kelompok lain, hampir 45 persen mengaku menggunakan tembakau
dan kebanyakan rokok (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Saat ini,
jumlah perokok di kota Samarinda cukup tinggi, berdasarkan proporsi
penduduk umur > 10 tahun kebiasaan merokok menurut
kabupaten/kota di kota Samarinda terdapat sebanyak 22.3 persen yang
merokok setiap hari dan sebanyak 4.1 persen yang merokok kadang-
kadang, selain itu berdasarkan karakteristik jenis kelamin proporsi
perempuan yang merokok setiap harinya sebanyak 1,1 persen dan yang
merokok kadang-kadang sebanyak 0,4 persen (Kemenkes Kaltim,
2013).

Banyak faktor menjadi penyebab seorang mahasiswi menjadi perokok


(Lestari 2012; Snow & Bruce 2003; Brahmana 2009; Wulandari 2007).
Hampir semuanya menyatakan bahwa faktor lingkungan mempunyai
andil yang sangat besar atas terbentuknya perilaku merokok dalam diri
mereka. Misalnya faktor lingkungan pergaulan yang mampu merubah
seorang yang bukan perokok menjadi perokok berat. Lingkungan
pergaulan mempunyai pengaruh yang cukup kuat karena dalam
kesehariannya seseorang selalu berinteraksi sosial dengan lingkungan
pergaulan bersama teman-temannya.

Menurut data World Health Organitation (WHO, 2017) diperkirakan


45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,
sedangkan dari Amerika Serikat sebanyak 23,5 % ibu hamil yang
merokok, dan 20% ibu hamil yang berhenti merokok selama
kehamilan, pada ibu hamil yang merokok dapat menimbulkan
komplikasi kehamilan. Salah satu komplikasi kehamilan yang
menyebabkan kematian janin disebabkan karena adanya gangguan
oksigenasi. Lebih separuh (57%) rumah tangga di Indonesia,
mempunyai sedikitnya satu orang perokok, dan hampir semua perokok
(91,8%) merokok di rumah. Lebih separuh (57%) rumah tangga di
Indonesia, mempunyai sedikitnya satu orang perokok, dan hampir
semua perokok (91,8%) merokok di rumah. Kelangsungan suatu
kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta
dan keadaan janin. Pengetahuan ibu adalah bagian paling mendasari
bagaimana tindakan ibu selama kehamilan dan kelangsungan hidup
bayi yang dilahirkan (Kemenkes RI, 2018).

Merokok adalah bentuk utama penggunaan tembakau. Secara nasional,


prevalensi merokok adalah sebesar 29%. Provinsi dengan prevalensi
merokok tertinggi di Indonesia adalah Jawa Barat 32,7%. Sedangkan
prevalensi merokok terendah adalah Provinsi Papua 21,9%. Terdapat
13 provinsi dari 33 provinsi yang mempunyai prevalensi merokok
lebih dari rata-rata nasional (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, persentase


merokok pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 32,20% dengan
provinsi tertinggi yaitu Gorontalo sebesar 36,56% dan terendah
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 25,80% sedangkan Provinsi Lampung
sebesar 35,95% dan merupakan tertinggi kedua dari seluruh provinsi di
Indonesia (BPS, 2019). Berdasarkan data BPS, data perokok dengan
jenis kelamin laki-laki sebesar 6,47% dan jenis kelamin perempuan
sebesar 0,14% (Badan Pusat Statistik, 2020). Perokok aktif perempuan
sebenarnya faham resiko dari perilaku merokoknya tersebut. Banyak
hal yang merugikan, terutama bagi kesehatan. Merokok bagi seorang
perempuan yaitu merokok dapat mengurangi sekresi estrogen yang
diduga bertanggung jawab atas gangguan menstruasi termasuk
timbulnya rasa nyeri. Merokok juga bisa menyebabkan perubahan
nada suara dan peningkatan bulu tubuh dan juga menopause terjadi 1
sampai 2 tahun lebih awal di kalangan perokok perempuan (Lestari,
Demartoto, 2011)
Hasil wawancara awal pada partisipan N berusia ±19 tahun partisipan
adalah perokok aktif sejak 4 tahun yang lalu di dalam kesehariannya
subjek bisa menghabiskan rokok sebanyak setengah bungkus, subjek
juga mengatakan jika tidak merokok subjek menjadi kurang percaya
diri dan tidak leluasa ngobrol dengan teman-temannya. Di sisi lain
subjek tidak mau di beda-bedakan dengan lakilaki dan subjek juga
mengatakan bahwa wanita juga mempunyai hak untuk merokok sama
seperti lakilaki. Subjek mempunyai keinginan untuk berhenti merokok,
namun subjek belum bisa berhenti 174 sepenuhnya. Subjek juga
mengetahui bahaya dari rokok mulai dari kanker, paru-paru hingga
kematian. Subjek juga sudah melakukan usaha seperti mengganti
rokok tembakau dengan mencoba rokok elektrik (vape) namun sampai
saat ini subjek masih mengonsumsi rokok tembakau

Dari lebih dari 5 juta orang yang meninggal setiap tahun karena
penggunaan tembakau, sekitar 1,5 juta adalah wanita. Sebagian besar
(75%) dari perempuan ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, penggunaan tembakau dapat membunuh hingga 8 juta
orang setiap tahun pada tahun 2030, di mana 2,5 juta di antaranya
adalah wanita. Sekitar 250 juta wanita di dunia adalah perokok harian.
Sekitar 22% wanita di negara maju dan 9% wanita di negara
berkembang merokok tembakau. Selain itu, banyak wanita di Asia
Selatan mengunyah tembakau. (World Health Organization, 2019).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak se-
Asia Tenggara dengan jumlah perokok 51,1 persen dari total
penduduknya. Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau dan
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Widyastuti
Soerojo, mengatakan di Jakarta, beberapa waktu lalu merinci, sejumlah
negara di Asia Tenggara dengan jumlah perokoknya, yakni di
Kamboja 1,16 persen dari total penduduknya, di Brunei Darussalam
0,06 persen, dan Thailand 10,22 persen, sedangkan jumlah proporsi
konsumsi tembakau (hisap dan kunyah) pada penduduk usia 15 tahun
ke atas, tahun 2018 pada laki-laki sebanyak 62.9 % dan perempuan 4.8
%. Prevalensi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun sebanyak 9,1
% (Kementrian Kesehatan Republik Indoneisa, 2019)

1.3 Kebaruan Penelitian


Table 1. Penelitian sebelumnya

No Penulis, Judul, Tujuan Lingkup Pendekatan Hasil


dan Tempat Penelitian Penelitian Penelitian
Publikasi
1 Eko Hendri S, Untuk SMK N 1 quasi menunjukan
Sholihatul mengetahui eksperimen penyuluhan
Nawangan
Maghfirah, Dian efektifitas dengan desain menggunakan
Laila penyuluhan Pretest- media video
Purwaningroom menggunakan postest iilai tertinggi
(2018). video dan control design pretest 75,
Efektifitas gambar rata-rata
Penyuluhan terhadap 60,65.
Seks Bebas pengetahuan Posttest nilai
Menggunakan seks tertinggi 100
Video bebas pada rata-rata
Dan Gambar remaja. 81,02.
Terhadap Penyuluhan
Pengetahuan menggunakan
Seks Bebas media gambar
Pada Remaja. nilai pretest
Penerbitan skor nilai
Artikel tertinggi 87,5
Mahasiswa rata-rata
Universitas 60,19.
Muhammadiyah Sedangkan
Ponorogo, posttest nilai
tertinggi 93,75
rata-rata
70,14.
Berdasarkan
hasil uji T-test
Independen
diperoleh nilai
p=0,005,
yang berarti
nilai p lebih
kecil dari
α=0,05.
Sehingga
Terdapat
perbedaan
yang
signifikan
yang
antara
penyuluhan
media video
dan gambar.
2 Suherni, 2 DR Mengetahui SMP deskriptif Tingkat
Yuni kusmiyati, tingkat dengan desain
Muhammadiyah penggetahuan
SST,MPH, 3 pengetahuan penelitiannya
Heni Puji tentang seks Kasihan Bantuk cros dengan
Wahyuningsuh, bebas pada Sectional
Yogyakarta kategori baik
SSiT, M.Keb remaja di SMP
(2020). Tingkat Muhammadiyah mayoritas
Pengetahuan Kasihan Bantul
terdapat pada
Seks Bebas pada Yogyakarta.
Remaja di SMP responden
Muhammadiyah berjenis
Ksihan Bantul
Yogyakarta kelamin
perempuan
(62,5%),
berumur 13
tahun
(54,2%),
memiliki ibu
berpendidikan
tinggi (60%),
memiliki ibu
tidak bekerja
(65,4%) dan
mendapatkan
sumber
informasi >3
sumber
sebesar
(62,1%)
3 Dikie untuk SMA Negeri 04 quasi adalah pretest
Perwiratam, mengetahui ekspermen, (6,1739),
Kota Bengkulu
(2020). efektivitas yaitu one posttest
efektivitas edukasi seks grup (9,9130),
edukasi seks menggunakan pretest- sedangkan
menggunakan media cased pada
posttest
media cased (card kelompok
(card of seks design with kontrol adalah
of seks education) pretest
control grup.
education) terhadap (6,1739),
terhadap pengetahuan posttest
pengetahuan dan sikap (7,5652).
dan sikap tentang seks Hasil analisis
tentang seks remaja di SMA rerata sikap
remaja di SMA Negeri 04 Kota remaja
Negeri 04 Kota tentang seks
Bengkulu.
remaja pada
Bengkulu.
kelompok
intervensi
adalah pretest
(31,2609),
posttest
(39,1739),
sedangkan
pada
kelompok
kontrol adalah
pretest
(31,1739),
postest
(35,8261).
Ada
perbedaan
peningkatan
skor
pengetahuan
dan sikap
remaja yang
diberikan
edukasi
tentang seks
remaja
menggunakan
media cased
(card of sex
education)
dan yang
diberikan
edukasi
tentang seks
remaja
menggunakan
ceramah
biasa demgan
4 SMA Negeri 1 (p < 0,05)
Meta Indriani1 , Tuntag Quasi-
Risma Aliviani untuk Eksperimenta
P2 , Isfaizah3. mengetahui l dengan didapatkan
(2019). efektivitas rancangan pengetahuan

Efektivitas pendidikan One Group sebelum


pendidikan kesehatan Pre-test Post- dilakukan
kesehatan dengan media test Desain pendidikan

dengan media audio visual kesehatan

audio visual terhadap dengan nilai

terhadap peningkatan rata-rata 15,03

peningkatan pengetahuan nilai terendah

pengetahuan remaja tentang 10 dan nilai

remaja tentang seks pranikah tertinggi 19,

seks pranikah di SMA Negeri 1 setelah

SMA Negeri 1 Tuntag dilakukan

Tuntag pendidikan
kesehatan
pengetahuan
meningkat
dengan nilai
ratarata 19,21
nilai terendah
16 dan nilai
tertinggi 23.
Analisis
bivariat
didapatkan
ada perbedaan
yang
signifikan
pengetahuan
tentang seks
pranikah
sebelum dan
sesudah
pendidikan
kesehatan
dengan media
audio visual
(p = 0,0001).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang mendorong munculnya perempuan perokok?


2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perempuan perokok?
3. Apa saja dampak sosial yang ditimbulkan oleh perempuan perokok?
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong munculnya

perempuan perokok?

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perempuan

perokok?
3. Untuk mengetahui dampak sosial yang ditimbulkan oleh perempuan

perokok?

1.5 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki dua tujuan penelitian yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Prilaku
Kesehatan Reproduksi Wanita Perokok Di Kelurahan Jatibening

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya sebelum diberikan penyuluhan kesehatan seks


bebas dengan pada remaja di SMP Muhammadiyah 28 Kota
Bekasi tahun 2022
2. Diketahuinya sesudah diberikannya penyuluhan kesehatan seks
bebas pada remaja di SMP Muhammadiyah 28 Kota Bekasi
tahun 2022
3. Diketahuinya sebelum dan sesudah diberikannya penyuluhan
kesehatan seks bebas pada remaja di SMP Muhammadiyah 28
Kota Bekasi tahun 2022.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Menjadi bahan untuk memperluas wawasan dan memperdalam
kajian tentang permasalahan perilaku kesehatan reproduksi pada
perokok wanita.

1.6.2 Manfaat Aplikatif


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif
bagi kalangan remaja sebagai upaya dalam meningkatkan
pengetahuan tentang seks bebas pada remaja
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai tingkat pengetahuan remaja kepada siswanya tentang
seks bebas, dan untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak
sekolah untuk upaya pencegahan dini terhadap perilaku
penyimpangan seks bebas bagi siswa siswinya dan dapat
memberikan Pendidikan Kesehatan terkait seks bebas
3. Hasil penelitian ini diharapkan peran orang tua sangat penting
untuk memberikan informasi di kalangan remaja tentang seks
bebas agar terhindar dari masalah tersebut.

1.6.3 Manfaat Metodologi

1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan


informasi secara luas di kalangan remaja tentang merokok
2. Sebagai salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan
informasi secara luas tentang merokok pada Wanita supaya

1.7 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Muhammadiyah 28 Kota Bekasi.
Fokus penelitian ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan terkait
seks bebas di kalangan remaja.

Anda mungkin juga menyukai