PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
perilaku yang sering dijumpai di berbagai tempat dan dianggap sebagai kebiasaan
UNDP (2002) adalah 1.504 batang per orang per tahun. Hal ini menyebabkan
konsumsi rata-rata rokok di Indonesia menjadi 189,2 juta batang per tahun. Selain
kaum remaja. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan hasil
bahwa usia mulai merokok adalah usia antara 15-20 tahun. (Musdalipa, 2003).
mengarah bahwa rokok memiliki dampak negatif. Merokok yaitu demi relaksasi
dan ketenangan meskipun mereka telah paham bahwa terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang
bukan perokok. Bahkan merekapun tahu bahwa rokok memberi dampak buruk
yaitu: perokok ringan (1-10 batang/ hari), perokok sedang (11-20 batang/ hari), dan
perokok berat (> 20 batang/ hari) (Mutadin, 2002). Pada umumnya, penelitian yang
telah dilakukan terkait dengan perilaku merokok pada mahasiswa hanya kepada
informan dengan kategori perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat
(Heavy Smoker). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai
informan yang mengonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil yakni = 5 batang/
hari. Istilah untuk perokok ini adalah social smoker yaitu individu yang merokok
hanya pada situasi sosial atau situasi tertentu (Hahn dan Payne, 2003).
Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki, atau sudah menikah dan mempunyai
Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang
dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih
dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000
remaja mulai merokok setiap hari. kok pada Angka kejadian merokok pada remaja
sosial pada mahasiswa diketahui bahwa sampai saat ini, tidak ada cara standar
umum bersama orang lain dari pada sendiri, merokok pada situasi sosial tertentu
seperti pada saat pesta atau pada saat sedang bersosialisasi dengan orang lain.
Di lingkungan k a m p u s D-III PPNI Kendari, mahasiswa cenderung untuk
bermula dari coba-coba dan ada juga karena pengaruh dari teman yang merokok.
Dari hasil wawancara dengan petugas keamanan kampus bahwa mahasiswa laki-
laki yang berada di kampus kesehatan ini sebagian besar adalah perokok dan
tidak jarang mahasiswa perempuan juga nampak ikut bergabung, dan tempat yang
sering digunakan untuk merokok yaitu di kantin kampus, lapangan parkir, lobi-lobi
Faktor dari dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja.
Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam Komalasari (2007)
perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam
masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan masa topan karena
menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan
Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik kepada lawan
jenis
Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2014) menyebutkan bahwa sekitar 6 juta orang
per tahun mengalami kematian akibat rokok dan WHO pada 2015 menegaskan
sekitar 15 dari setiap 100 orang dewasa AS berusia 18 tahun atau lebih tua
(15,1%) rokok saat ini merokok. Ini berarti sekitar 36,5 juta orang dewasa di
orang dengan gangguan depresi mayor dan 806 kontrol, merokok dikaitkan
kemungkinan untuk gangguan depresi mayor lebih dari dua kali lipat bagi perokok
berat (> 20 batang/ hari). Di antara 671 wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit
lanjut. Merokok meningkatkan risiko penyakit depresi sebesar 93% (rasio hazard
(HR) = 1,93, 95% CI 1,02-3,69); ini tidak dijelaskan oleh aktivitas fisik atau
konsumsi alkohol.
Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya membakar uang, apalagi
jika hal tersebut dilakukan remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri.
Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif
karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Komalasari &
Helmi, 2000).
Indonesia sebesar 34,2% dan semakin meningkat pada tahun 2013 menjadi
36,3%. Untuk konsumsi rokok pada setiap harinya per orang di Indonesia pada
tahun 2013 sebanyak 12,3 batang per hari (setara satu bungkus) (Kemenkes,
2013). Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan 20,3
% anak sekolah merokok (Laki-laki 36%, perempuan 4.3%), 57,3% anak sekolah
usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat
umum atau enam dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap
rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Data Global Adult Tabacco
34,8%, dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok terbesar di dunia.
Kandungan rokok terdiri dari berbagai macam zat yang beracun seperti,
nikotin, tar, asam asetik yaitu zat yang biasa digunakan dalam pembuatan
pembersih lantai, naptalin yaitu bola-bola yang digunakan untuk pewangi pakaian,
sodium hidroksida, formalin atau pengawet, asetanisol, geraniol atau zat aktif pada
pestisida, hidrogen sianida atau bahan racun tikus, tollene atau bensin, hidrasin
atau bahan bakar pesawat, cinnamaldehyde atau racun anjing, kadmium atau zat
beracun pada batu baterai, urea atau zat yang terdapat pada urin yang biasa
digunakan untuk pembuatan cat, dan polonium -210 atau isotope radioaktif
mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu
dalam hanafiah (2012) secara umum, semakin baik sikap dan norma subjek,
semakin besar kontrol yang di rasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk
menyimpulkan bahwa yang menjadi alasan mengapa remaja pria mulai merokok
sosial, hasil-hasil riset sangat jelas, remaja pria mulai merokok karena pengaruh
dukungan lingkuan sosial, teman-teman, orang tua, saudara kandung, dan media
(Widianingsih, 2001).
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri untuk berperilaku
lebih baik.
pertambahan pengalaman dan usia yang merupakan hal yang harus terjadi karena
permukaan sifat- sifat (trait) yang sebenarnya, yang harus berbenturan dengan
(dalam Sarwono, 2011) inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode
remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Oleh karena itu
kebanyakan remaja menanamkan konsep diri yang salah yaitu dengan melakukan
autonomy).
Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang
tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk itu mahasiswa biasanya merokok
diluar dari lingkungan kerabat dekat dan keluarganya. Maka tempat yang
bebas untuk melakukan apa saja termasuk merokok apalagi di tunjang oleh uang
saku yang diberikan oleh orang tua dan di wilayah kampus juga terdapat kantin
yang menjual rokok dengan jarak yang jauh dari ruang belajar mahasiswa
(Ginting, 2011).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui berdasarkan
data-data yang telah disajikan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah prevalensi
remaja yang merokok di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya berbagai riset, survey dan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu,
semakin tahun semakin tinggi pula jumlah perokok remaja yang meninggal akibat
kanker paru-paru. Dari tahun 2000 sampai tahun 2010 telah terjadi lonjakan jumlah
remaja yang meninggal sebanyak 25 kali lipat (Kompasiana dalam Nastiti, 2014).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa saat ini perilaku merokok pada remaja
merupakan suatu masalah serius yang mengancam kesehatan remaja saat ini.
menggurangi konsumsi rokok secara bertahap serta dengan niat dan motivasi
yang kuat untuk tidak merokok, maka dari itu dibutuhkan suatu kesadaran yang
B. RUMUSAN MASALAH
Menyadari dampak negatif dari aktivitas merokok yang dilakukan oleh para
pengguna rokok baik bagi dirinya maupun bagi orang yang berada di sekitarnya
maka hal ini perlu ditinjau lebih jauh sehingga nantinya dapat mengurangi angka
pengguna rokok dan angka gangguan kesehatan karena aktivitas merokok. Hal ini
juga di dukung oleh kurangnya media tentang kesehatan bahaya rokok yang
rokok. Mahasiswa juga dengan mudah merokok karena peraturan yang kurang
ketat terhadap larangan merokok di area kampus dan mudahnya melihat iklan
rokok dengan idola mereka, kemudian dengan gagahnya idola mereka tersebut
menggunakan rokok sehingga dari akses yang dilihat atau didapatkan kemudian
hal yang pasti mahasiswa tahu dampak buruk dari rokok, namun mahasiswa masih
keperawatan atau kesehatan sangatlah dituntut untuk berperilaku sehat dan bebas
dari merokok karena mereka adalah contoh untuk meningkatkan mutu kesehatan
apalagi berkaitan dengan rokok, tetapi tidak sedikit kita temukan mahasiswa
kesehatan memiliki perilaku merokok yang sangat berat. Dikatakan sangat berat
dengan jumlah yang tidak sedikit (bukan dalam bentuk perbatang tetapi dalam
bentuk bungkusan) dalam hal ini pada saat membeli rokok dapat kita ketahui
bahwa perilaku merokok mahasiswa ini sudah tergolong berat. Maka dari itu
C. TUJUAN PENELITIAN
1) Tujuan Umum
Untuk menganalisis secara mendalam mengenai perilaku aktivitas
2) Tujuan Khusus
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Ilmiah
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut
yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan
pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling
berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah
satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan
mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga
dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang
dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin
(Mangku, 1997).
yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok merupakan hal yang
oleh orang dewasa dan ternyata telah merambah juga ke dunia anak-anak.
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang
disekitarnya.
Menurut Sumarno (dalam Mulyadi, 2007) menjelaskan cara merokok yang
lazim dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan menghisap
dan menelan asap rokok ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan. Cara yang
kedua dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya menghisap sampai mulut
Hukum merokok ini masih pro dan kontra. Terdapat 3 kelompok dengan
Alasannya: tidak ada nash/ hukumnya yang jelas/ pasti, baik dalam Al
dll.
c. Mengharamkan.
Al Quran:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
157)
Kelompok ini juga menganggap merokok sebagai salah satu hal yang
menganiaya diri sendiri dan menuju kebinasaan. Hal ini tentu saja bukan
tanpa dalil, melainkan terkait dengan ayat Al Quran di atas. Hal ini juga
didukung dengan fakta ilmiah bahwa dari sekitar 4000 bahan kimia yang
terkandung dalam sebatang rokok, sekitar 400 jenisnya adalah zat-zat yang
berbahaya dan sekitar 40 jenisnya adalah racun yang mematikan. Selain itu,
membunuh, secara nyata ada di dalam rokok. Hidrogen sianida, racun yang
konsentrasi, juga ada dalam rokok. Tidak hanya itu, DDT (racun pembunuh
bakar korek api), ethyl alcohol, dan masih banyak lagi , semuanya ada dalam
3. Kategori Perokok
rokok harian yaitu: (a) perokok ringan (110 batang/ hari), (b) perokok sedang
(1120 batang/ hari), (c) perokok berat (>20 batang/ hari). Taylor (2009)
kurang dari 5 batang/ hari dan biasanya chippers tidak menjadi perokok berat
lainnya pada perokok adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya
pada situasi sosial atau situasi tertentu misalnya saat bertemu dengan teman
lama di suatu acara atau pesta. Situasi sosial tersebut bertindak sebagai isyarat
(Taylor, 1979). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden,
dan individu yang mulai merokok pada usia dewasa jumlahnya sangat kecil.
Faktor kognitif berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain:
orang tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin
dalam kegiatan sosial dan tidak adanya kebijakan sekolah terhadap perilaku
merokok.
contemplation.
c. Tahap IV : Relapse
tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon dalam (Ogden,
Namun, jika individu tidak memiliki strategi coping dan memiliki positive
outcome expectancies serta self efficacy yang rendah maka individu akan
merokok, yaitu:
diinginkan.
perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan
rokok.
tergolong sebagai perokok yang baru (Floyd & Yelding, 2003). Ada beberapa
alasan sehingga perokok tetap merokok, antara lain: pengaruh anggota keluarga
yang merokok, untuk mengontrol berat badan, membantu mengatasi stres, self
esteem yang rendah dan pengaruh lingkungan sosial (Floyd & Yelding, 2003).
1997).
perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari:
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accessebility of information).
d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau
situation).
(ACTH) yang terdapat pada area spesifik di otak (Hahn & Payne, 2003). Rose
(Marks, Murray, et all, 2004), mengatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi dalam
demikian, efek positif merokok sangat kecil dibandingkan dengan efek negatifnya
Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih
mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia
orang di sekitar perokok dan lingkungan (Floyd & Yelding, 2003). Passive
karena menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali
lebih banyak dan amonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999). Polusi
lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap rokok dan
karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat (Donatelle &
Davis, 1999). Gangguan akut dari polusi ruangan akibat rokok adalah bau yang
Menurut Davison dan Neale (2001) untuk menjadi seorang pecandu rokok
terjadi dalam beberapa tahap, diawali dengan adanya sikap positif terhadap
bahwa merokok akan memberikan konsekuensi positif bagi individu. Sikap positif
merokok dari orang orang di sekitar. Adanya sikap positif ini akan mendorong
remaja untuk mencoba merokok, mengingat karakteristik remaja yang senang
regular karena di dalam rokok terkandung nikotin yang bersifat adiktif. Nikotin
merupakan zat psikoaktif yang merangsang serta memotivasi perokok untuk selalu
merokok (Aditama dkk, 1998). Jika nikotin telah masuk ke dalam tubuh maka tubuh
berat untuk memenuhi kebutuhan nikotin dalam tubuh. Adanya toleransi terhadap
nikotin akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan nikotin untuk mendapat efek
yang diinginkan. Kondisi ini akan berlanjut pada munculnya kecanduan atau
perilaku merokok yang biasa dilakukan akan mengalami gejala putus zat (Joewana,
2005).
perokok eksperimen, dan perokok sering. Non perokok adalah orang yang sama
sekali tidak pernah merokok meskipun hanya satu hisapan, perokok eksperimen
adalah orang pernah mencoba merokok meskipun hanya satu hisapan atau
merokok 1-3 batang dalam 30 hari terakhir tetapi tidak merokok dalam 24 jam atau
7 hari terakhir. Adapun orang yang dikategorikan sebagai sering merokok apabila
merokok 4 batang atau lebih dalam 30 hari terakhir dan merokok paling tidak satu
tahapan, mulai dari tahap awal sampai menjadi pecandu. Interval waktu dari tahap
percobaan awal sampai penggunaan secara teratur rata-rata 2 atau 3 tahun atau
bahkan lebih lama, terutama apabila rentang waktu percobaan pertama dan kedua
lebih lama. Dengan demikian apabila pada anak-anak perlu waktu 23 tahun untuk
menjadi perokok secara teratur maka masa remaja (usia SMP dan SMU)
merupakan masa yang penting untuk upaya pencegahan menjadi perokok (Sarafino
Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa kategori atau tahapan merokok
didasarkan pada jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari, semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap setiap hari semakin berat perilaku merokok seseorang. Tahapan
merokok juga didasarkan pada intensitas perilaku merokok yang dilihat dari alasan
kecanduan terhadap efek nikotin yang terkandung dalam rokok yang ditandai oleh
adanya ketergantungan baik secara fisiologis maupun psikologis. Teori atau konsep
merokok. Strategi prevensi primer lebih ditekankan pada tahap persiapan dan tahap
saja, tetapi juga pada remaja. Perilaku merokok, laki-laki dan perempuan umumnya
pertama kali dilakukan ketika memasuki masa remaja. Secara nasional, menurut
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, perokok di Indonesia pada
umumnya mulai merokok pertama kali pada umur 15-19 tahun. Dapat disimpulkan
bahwa usia remaja merupakan usia umum individu mulai merokok (Martini, 2014).
untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri
(personal), sosio kultural dan pengaruh kuat dari lingkungannya (Aditama, 1997)
Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam iklan-
popularitas dan bahkan lambang kejantanan di kehidupan remaja saat ini. Semua
ungkapan di atas adalah mimpi bagi remaja, dan mereka menganggap kalau
mereka merokok mereka akan mendapat semua predikat diatas. Selain itu, bagi
sebagian remaja lainnya, kebiasaan merokok juga disangkanya dapat dipakai untuk
kepercayaan diri dan mengontrol berat badannya akan lebih sering mulai mencoba
merokok. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh ini lebih terasa pada
remaja putri dibandingkan dengan remaja pria. Ada pula pendapat salah yang
kesepian, kesedihan, kemarahan dan rasa frustasi. Harus disadari juga bahwa
kurangnya pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan juga merupakan
pengaruh orang tua dan teman sebaya. Banyak sekali data yang menunjukkan
bahwa kemungkinan menjadi perokok akan jauh meningkat bila orang tuanya
adalah perokok. Angka di Amerika Serikat menunjukkan bahwa remaja yang orang
tuanya perokok itu lima kali lebih sering menjadi perokok pula bila dibandingkan
dengan yang orang tuanya tidak merokok. Punya teman-teman yang perokok juga
merupakan faktor yang amat penting bagi seseorang remaja untuk mulai merokok.
Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja biasanya dilakukan
Rokok saat ini tidak hanya jadi bahan konsumsi pria dewasa namun anak-
anak dan wanita pun turut menjadi pencandu rokok remaja mulai mengenal dan
merasa lebih tenang setelah menghisap rokok, hal itu hanya sesaat dan akan
batang rokok perhari dengan hitungan Rp.600,- per batang. Maka pengeluaran per
hari mencapai Rp.6000,- sehingga pengeluaran per orang per bulan mencapai
yang dilakukan secara rutin setiap tiga tahun di Indonesia. Globa l Y outh Tobacc o
Survey ( GYTS) adalah survey berbasis sekolah untuk masalah merokok pada anak
sekolah usia 13-15 tahun dan masyarakat sekolah yang telah dilakukan di
terkini adalah data Global Adalut Tabacco Survey (GATS) yang dapat
menggambarkan secara lebih tajam besarnya masalah rokok pada orang dewasa
industri dan cukai rokok didapatkan dari beberapa sumber dari Kementrian terkait di
Tenggara: 74.2%), Prevalensi merokok terus meningkat baik pada laki-laki maupun
perempuan. Prevalensi merokok pada perempuan meningkat empat kali lipat dari
1.3% pada tahun 2001 menjadi 5.2% pada tahun 2007 Kenaikan prevalensi
merokok tahun 2007 adalah tiga kali lipat pada remaja laki-laki dan lima kali lipat
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), terdapat 24,3% perokok aktif yang
tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko mengenai
Perokok bukan hanya pada kalangan orang tua bahkan pada anak usia 2-5
Kendari, ditempat inilah peneliti tertarik melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan
mahasiswa didik ditempat ini telah terpapar informasi tentang bahaya dan dampak
rokok terhadap kesehatan baik diri sendiri maupun bagi orang lain, namun masih
kampus.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma dengan judul pengaruh rokok
bersifat adiktif dapat menyebabkan terbentuknya sifat egois dari para perokok, hal
ini dapat terlihat dari kebiasaan merokok di depan umum dan di tempat-tempat
organis dan faktor non-organis, dimana faktor organis dibentuk oleh faktor genetik
dan integritas kerja sistem organ tubuh, misalnya otak. Sedangkan faktor non-
merokok yang dimediasi oleh pengetahuan tentang rokok pada remaja laki-laki.
(63,63%), orang tua (16,36%) dan keluarga (12,72%) yang merupakan orang paling
Metode/
Nama Hasil dan
No. Judul Variabel
Peneliti Kesimpulan
Penelitian
1 Alvin Faktor-faktor Desain Kebiasaan orang
Fadilla penyebab dalam tua/ perilaku orang
merokok penelitian tua terhadap
pada remaja ini adalah aktivitas perokok
penelitian memberi kontribusi
deskriptif besar terhadp
perilaku merokok
pada anak.
2 Nur Pengaruh Desain Pembentukan
Rahmah Rokok dalam karakter seseorang
Terhadap penelitian dipengaruhi oleh
Kesehatan ini adalah faktor organis dan
Dan penelitian faktor non-organis,
Pembentukan deskriptif dimana faktor
Karakter organis dibentuk
Manusia oleh faktor genetik
dan integritas kerja
sistem organ tubuh
misalnya, otak.
Sedangkan faktor
non- organis
berhubungan
dengan faktor
lingkungan dimana
seseorang itu
bermukim
3 Fathin Analisis Penelitian Siswa yang
Faridah Faktor-Faktor ini merokok memiliki
Penyebab menggunak pengetahuan
Perilaku an metode tentang rokok,
Merokok pendekatan bahaya dari
Remaja di cross merokok, tujuan
SMK X sectional. dari penerapan
Surakarta Penelitian pictorial
ini adalah health warnings
penelitian rendah atau
kuantitatif kurang.
dengan
jenis
penelitian
adalah
penelitian
survei.
Rancangan
pada
penelitian
ini adalah
penelitian
analitik.
yang mempengaruhi perilaku merokok dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu
Hanafiah (2012), secara umum, semakin baik sikap dan norma subjek, semakin
besar kontrol yang dirasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk
melakukan perilaku tersebut. Niat adalah tergeraknya hati menuju apa yang
dianggapnya sesuai dengan tujuan baik berupa perolehan manfaat atau
perokok. faktor sosial berpengaruh secara langsung dan tidak langsung kepada
model yang kuat di lingkungannya, misalkan pimpinan kelompok atau guru atau
orang paling cantik/ paling cakep dalam kelompok merokok, maka anggota lain
juga ikut merokok. Faktor sosial di sisi lain dapat berperan sebaliknya sebagai
3. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau
berbuat.
situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik
fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk itu mahasiswa
biasanya merokok di luar dari lingkungan kerabat dekat dan keluarganya. Maka
apalagi ditunjang oleh uang saku yang diberikan oleh orang tua dan di wilayah
kampus juga terdapat kantin yang menjual rokok dengan jarak yang jauh dari
Keterangan :
B = Behavior
F = Fungsi
BI = Behavior Intention
SS = Social Support
AI = Accessebility of Information
PA = Personal Autonomy
AS = Action Situation
G. KERANGKA TEORI
berat dan merokok sedang pada mahasiswa dengan bertitik tolak bahwa perilaku
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accessebility of information).
d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau
situation)
Behaviour Intention
Social Support
Accessebility of
Information Fungsi Behaviour
Personal Autonomy
Action Situation
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. KERANGKA KONSEP
kerangka teori penelitian, maka peneliti membuat kerangka konsep tersebut dapat
Niat perilaku
Dukungan sosial
Perilaku Merokok
Informasi tentang
kesehatan Sedang dan Merokok
Berat
Kebebasan untuk
menentukan perilaku
B. DEFENISI KONSEPTUAL
1. Niat Perilaku
Niat perilaku menurut Ajzen (2006) dalam Hanafiah (2012) secara umum,
semakin baik sikap dan norma subjek, semakin besar kontrol yang dirasakan,
maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tersebut. Niat
adalah tergeraknya hati menuju apa yang dianggapnya sesuai dengan tujuan
Salafuddin, 2001). Niat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keinginan
2. Dukungan Sosial
sosial dalam penelitian ini adalah seseorang yang mendukung dan tidak
setiap jenjang administrasi kesehatan, baik itu di tingkat unit pelaksana upaya
kesehatan, tingkat kabupaten atau kota, tingkat provinsi, maupun tingkat pusat.
Informasi dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya akses yang diperoleh
konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjadi makhluk yang memiliki
Menurut Engel, dkk (1994) situasi dan kondisi yang mendukung adalah
pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang
spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan objek. Situasi dan kondisi
yang mendukung dalam penelitian ini menyangkut aturan, waktu dan tempat
perilaku merokok.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu),
terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan segenap partisipan yang
terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata. Sumber datanya
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan
tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
individu.
Menurut Yin (1993), ada beberapa jenis studi kasus, yaitu studi kasus yang
bersifat exploratory dan descriptive. Lebih lanjut, Yin mengatakan bahwa studi
dan mengapa, serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan apa/apakah.
kasus yang lainnya, yaitu pertama studi kasus intrinsik yang merupakan usaha
penelitian untuk mengetahui lebih dalam mengenai suatu hal. Jadi, studi kasus ini
tidak dimaksudkan untuk membangun teori. Kedua, studi kasus instrumental yang
suatu teori. Kasus di sini hanya merupakan alat mencapai tujuan lain. Ketiga, studi
1. Lokasi Penelitian
Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan dimulai pada April 2017 hingga Mei 2017
C. SUBJEK PENELITIAN
1. Informan Pendukung
mahasiswa yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini Pimpinan atau Wakil
pengajar, satpam dan ibu kantin yang dapat memberikan informasi tentang
2. Informan utama
merokok sedang.
D. SUMBER DATA
1. Data Primer
merokok berat dan merokok sedang, pimpinan atau wakil pimpinan Direktur
kampus kesehatan PPNI Kendari, dosen, satpam, dan pemilik kantin yang
2. Data Sekunder
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas
metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara
mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud
terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per
satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta
responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika
akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif,
hidup, dinamis.
3. Observasi
merokok yang di pajang atau di tempel pada dinding atau sisi ruangan kelas
dan adakah papan peraturan yang ditegakan bagi mahasiswa untuk menjauhi
dilakukan.
G. INSTRUMENT PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan melengkapi diri dengan:
3. Buku catatan
H. PENGOLAHAN DATA
berikut :
a. Pengumpulan data, dilakukan dengan wawancara mendalam dalam wawancara
b. Reduksi data, data yang diperoleh difokuskan pada permasalahan yang diteliti.
suatu kejadian.
d. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan, skema, matriks
e. Penarikan kesimpulan (konsep), dari data yang disajikan kemudian dibahas dan
Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dilakukan secara manual
sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan
penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis. Data yang
dikumpul adalah data yang bukan angka sehingga analisa data dimulai dengan
J. KEABSAHAN DATA
teknik triangulasi. Adapun dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan
dengan cara membandingkan (cross check) antara informasi informan yang satu
dengan yang lain, hal ini dilakukan untuk melihat korelasi informasi yang didapatkan
dan informasi dari hasil wawancara dalam bentuk diskusi. Misalnya, data diperoleh
dengan wawancara mendalam dan tehnik FGD lalu dicek dengan observasi.
K. ETIKA PENELITIAN
Lembar ini ditandatangani oleh subjek penelitian. Pada lembar tersebut juga
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang
L. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Kualitatif Dengan
Desain Studi Kasus
Pengumpulan
s
Reduksi data kesimpulan