Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP

KUALITAS PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA DI SMPN


2 TAROGONG KIDUL GARUT

PROPSAL PENELITIAN

Diajukan dalam seminar usulan penelitian yang akan digunakan dalam


penyusunan Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Karsa Husada Garut.

Disusun Oleh :
ISMAIL MAULANA IBRAHIM
KHGC 18084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARSA HUSADA GARUT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
yang sangat dibutuhkan bagi semua manusia.Akan tetapi pergaulan di zaman
sekarang banyak sekali kalangan remaja yang terjerumus kedalam pergaulan
bebas salah satunya yaitu perilaku merokok Menurut Undang-Undang RI NO.
36 Tahun 2009 dalam Notoatmodjo (2010).
Dari beberapa studi yang dilakukan untuk menilai hubungan sosial
dengan perilaku merokok remaja, menyatakan bahwa adanya hubungan antara
kebiasaan merokok yang terkait dengan pengaruh sosial, baik dari keluarga
maupun teman-teman (De Vries et al., 2006).
Berdasarkan data Riskesdas 2007, terjadi peningkatan jumlah perokok
antara tahun 1995 hingga 2007. Pada kelompok usia 10-14 tahun terjadi
peningkatan dari 0,3% menjadi 2%, usia 15-19 tahun 13,7% menjadi 18,8%,
dan usia 20-24 tahun 20,3% menjadi 32,8%. Berdasarkan data ini didapatkan
peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun yang meningkat hampir
7 kali lipat. Berdasarkan data World Health Organization tahun 2019,
rokok membunuh lebih dari 8 juta orang per tahun di seluruh dunia.
Lebih dari 1,2 juta kematian tersebut dihasilkan dari pengguna perokok
pasif, sementara sekitar 8 juta kematian itu dialami oleh perokok aktif.
Berdasarkan data WHO jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 M orang
sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang per
tahun. Berdasarkan data WHO kebiasaan merokok masyarakat terus berlanjut,
maka pada tahun 2020 angka kematian akibat merokok diperkirakan akan
meningkat menjadi 10 juta pertahun dimana 70 persennya terjadi di negara-
negara berkembang (Araujo, 2009)
Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 303.926.600 orang (27%)
populasi penduduk di China merupakan perokok. Sebesar 51% laki-laki
merupakan perokok dan 2% perempuan. Rentang tertinggi perokok pada laki-laki
sekitar usia 40 sampai 54 tahun dan pada perempuan pada usia lebih dari 70
tahun. Indonesia menduduki posisi ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia setelah
China dan India. Diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 96.776.800 orang (45%)
dari populasi penduduk Indonesia merupakan perokok. Pada tahun 2010, sekitar
68% laki-laki dan 4% perempuan dari populasi penduduk Indonesia yang
merokok.
prevalensi perokok di pedesaan meningkat dari 36,6% tahun 2007
menjadi sebesar 37,4% pada tahun 2010. Sedangkan pervalensi perkotaan dari
31,2% pada tahun 2007 meningkat menjadi 32,3% pada tahun 2010. Berdasarkan
data diatas menunjukan bahwa jumlah remaja perokok setiap tahunya cenderung
mengalami peningkatan (Aginta, 2011).
Indonesia mengalami peningkatan terbesar perilaku merokok yang
cenderung dimulai pada usia yang semakin muda. Pada usia 10 -14 tahun, terdapat
2,0% remaja yang merokok, 0,7% di antaranya merokok setiap hari dan 1,3%
perokok kadang-kadang dengan rerata konsumsi 10 batang rokok per hari.
Proporsi penduduk menurut usia mulai merokok untuk kelompok usia muda (5 - 9
tahun) yang tertinggi adalah di Papua (3,2%), sekitar 30 kali lebih besar
dibandingkan dengan angka nasional (0,1%). Sementara, di Sulawesi Selatan
sekitar 0,8% atau 8 kali lebih besar dibandingkan dengan angka nasional. Untuk
kelompok usia mulai merokok 10 _ 14 tahun, Sumatera Barat menduduki posisi
tertinggi (13,6%), sedangkan Sulawesi Selatan sekitar 10,0%, lebih tinggi
dibandingkan dengan angka nasional (9,6%) (4) . Usia perokok di Indonesia kini
semakin muda, bahkan telah menyentuh usia anak-anak. Kondisi ini yang
menyebabkan Indonesia disebut sebagai satu-satunya negara di dunia dengan baby
smoker atau perokok anak. (5) . Sebuah fakta baru yang diperoleh bahwa
Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah perokok
terbanyak dengan angka 61,4 juta perokok aktif atau seperempat jumlah penduduk
Indonesia GATS (Global Adult Tobbaco Survey) (TCSC, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 masih sama dengan
tahun 2010 yaitu satu dari tiga orang satu orang didalamnya adalah perokok.
Perilaku merokok bervariasi dari berbagai aspek usia, jenis kelamin, dan
kelompok kerja, seperti pada penduduk berusia 10-14 tahun ditemukan 1,4 persen
perokok dan usia 15 tahun keatas dilaporkan ada peningkatan perilaku merokok
dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 tahun 2013. Sementara presentase
pengguna rokok 64,9 persen pada laki-laki dan 2,1 persen perempuan tahun 2013.
Penelitian Global Youth Tobacco Belakangan ini tingkat perokok
remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Diperkirakan dari 70
juta anak Indonesia, 37% atau sama dengan 25,9 juta anak Indonesia
adalah perokok dan jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah perokok terbanyak di Asia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia (HRKDI) tahun 2013 menunjukan bahwa proporsi perokok di
Indonesia sebesar 24,3% dari jumlah penduduk, mulai merokok pertama kali
pada saat usia 5-9 tahun sebesar 2,8%, usia 10-14 tahun sebesar 97,2% dan usia
15-19 mulai merokok pertama kali sebesar 74,9% (Noviana, A., Riyanti, E.,
2016).
Berdasarkan data WHO tahun 2015 tentang persentase penduduk
dunia yang mengkonsumsi produk dari tembakau pada penduduk Asia dan
Australia diketahui ada 57%, pada penduduk Eropa Timur dan pecahahan Uni
Soviet ada 14%, penduduk Amerika ada 12%, penduduk Eropa Barat ada 9%
dan pada penduduk Timur Tengah serta Afrika ada 8% (Alamsyah, 2017).
Merokok dapat di pengaruhi oleh lingkungan dan sosial. Modelling atau
meniru perilaku orang lain menjadi salah satu determinan dalam
melakukan perilaku merokok. Perilaku merokok pada usia remaja umumnya
semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan
yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok,
sehingga mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin
(Ramadhan et al., 2017).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Survei Sosial Ekonomi
Nasional di Samarinda (2017),didapatkan bahwa persentase tertinggi konsumsi
rokok teritinggi ada di tingkat SMP/Sederajat dengan 29.69%, SD/Sederajat
sebesar 25.26%, SMA/Sederajat sebesar 23.97% dan yang terendah untuk yang
tidak bersekolah / tidak menyelsaikan SD ada sebanyak 23.65% (KEMENKES,
2018)
Berdasarkan data World Health Organization tahun 2019, rokok
membunuh lebih dari 8 juta orang per tahun di seluruh dunia. Lebih
dari 1,2 juta kematian tersebut dihasilkan dari pengguna perokok pasif,
sementara sekitar 8 juta kematian itu dialami oleh perokok aktif.
Merokok bisa merusak proses berpikir dan menimbulkan gejala seperti
gelisah, konsentrasi terganggu, gangguan daya tangkap, gangguan fungsi
psikomotor dan stress. Perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan
pengaruh teman sebaya juga dipengaruh oleh lingkungan sosial dan meniru
perilaku orang lain..
Prestasi akademik adalah tolak ukur keberhasilan yang telah dicapai siswa
saat proses belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) prestasi
merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan lain-lain.
Prestasi akademik merupakan seluruh hasil yang telah dicapai (achievement)
dan didapat melalui proses belajar akademik (academic achievement). Tolak
ukur prestasi akademik berorientasi pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan, batas kelulusan
siswa harus dengan kriteria baik. Kriteria baik dapat ditetapkan oleh sekolah
sesuai dengan standar pelayanan pendidikan di sekolah tersebut.
Berdasarkan studi literatur yang telah peneliti lakukan bahwa merokok
merupakan suatu kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh salah satunya
yaitu suka terganggunya proses berpikir.Adapun gejala yang yang di timbulkan
seperti gelisah, konsentrasi terganggu, gangguan daya tangkap, gangguan
fungsi psikomotorik dan stress.
Berdasarkan hal tersebut,penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut sejauh
mana hubungan kebiasaan merokok terhadap kulitas prestasi akademik pada
anak remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,peneliti dapat merumuskan
bahwa permaslahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan
Kebiasaan Merokok terhadap Kualitas Prestasi Akademik Pada Remaja di
SMPN 2 Tarogong Kidul Garut
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah umuk mengetahui hubungan
kebiasaan merokok terhadap kualitas prestasi akademik pada remaja di SMPN
2 Tarogong Kidul Garut
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a.Mengidentifikasi perilaku merokok pada usia remaja (SMPN 2 Tarogong
Kidul Garut)
b. Menganalisis apakah ada hubungan perilaku merokok terhadap kualitas
prestasi akademik
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Akademik


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan
tentang bagaimana hubungan perilaku merokok terhadap kualitas prestasi
akademik pada anak usia remaja dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi tambahan bagi institusi dalam bidang ilmu keperwatan
khususnya Keperawatan Medikal Bedah (KMB) terkait hubungan
kebiasaan merokok terhadap kualitas prestasi akademik pada usia remaja
SMPN 2 Tarogong Kidul Garut.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta
wawasan baru khusus nya bagi peneliti yang baru melakukan pertamakali
serta sebagai sebuah pengalaman yang dianggap benar- benar berharga
bagi peneliti.
1.4.3 Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
informasi serta menambah pengetahuan mengenai hubungan perilaku
merokok terhadap kualitas prestasi akademik pada usia remaja.

Anda mungkin juga menyukai