Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN KELUARGA TERHADAP

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA


SMPN 1 TAMANAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Ferdi Satya Putra Pratama
NIM 20010043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
A. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN KELUARGA TERHADAP
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMPN 1 TAMANAN
1.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMPN 1 Tamanan
1.2 Persetujuan Etik
Penelitian ini bukan penelitian multi-senter, “Tidak Relevan”

B. IDENTIFIKASI
2.1 CV Peneliti

C. PROTOKOL PENELITIAN
3.1 Ringkasan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ketahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat
pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Remaja adalah tahap dimana masih
mencari jati diri mereka, mereka masih ingin mencoba hal–hal baru dan mudah terpengaruh
terhadap lingkungan yang mereka tinggali. Masa remaja termasuk masa yang sangat
menentukan karena pada masa ini anak anak mengalami banyak perubahan pada aspek
psikis dan fisiknya. Terlihat remaja yang merokok di lingkungan masyarakat dimana
situasi seperti itu sangat memprihatinkan, disamping itu masyarakat tidak pernah
menuntut remaja untuk merokok. Namun secara tidak langsung remaja meniru
perilaku merokok dari masyarakat disekitar mereka. Perilaku merokok pada remaja
memberikan gambaran keseluruhan epidemiologi kesehatan penggunaan produk tembakau.
Pengendalian tembakau dalam bentuk framework convention on tobacco control (FCTC).
Selain itu strategi monitor, protect, offer, warn, enforce and raise (MPOWER) menjadi
komitmen dalam menerapkan kebijakan pengendalian tembakau di tingkat global. Rokok
merupakan salah satu faktor resiko utama dari beberapa penyakit kronis yang dapat
mengakibatkan kematian, perokok juga mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk
terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang
penyakit kanker paru dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Merokok sebagai
salah satu bentuk perilaku beresiko pada kesehatan seseorang khususnya saat ini semakin
banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan kecenderungan tersebut sangat berdampak
besar bagi lingkungan dan juga keluarga. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang
menjadi pemacu seorang remaja merokok karena seorang remaja biasanya meniru perilaku
orang dewasa, dorongan dari teman sebaya serta lingkungan fisik. Faktor keluarga
dukungan dan peran keluaraga menjadi faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.
faktor keluarga dengan orang tua yang merokok menjadi salah satu penyebab remaja
merokok dikarenakan tidak adanya dukungan keluarga pada remaja untuk tidak merokok
sehingga peran penting dari keluarga sangat membantu.
3.2 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ketahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.(Mahyar Suara,
Asep Rusman, and Kusnanto 2020) Remaja adalah tahap dimana masih mencari jati diri
mereka, mereka masih ingin mencoba hal–hal baru dan mudah terpengaruh terhadap
lingkungan yang mereka tinggali. Di kalangan remaja saat ini, merokok bisa dikatakan
sebagai kebiasaan yang wajar. Bahkan di mata perokok, merokok sering dianggap
sebagai perilaku gentle/jantan dan menganggap bahwa lelaki yang tidak merokok seperti
seorang pecundang.(Mirnawati et al. 2018)
Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini
anak anak mengalami banyak perubahan pada aspek psikis dan fisiknya.
Terjadinya perubahan kejiwaaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja,
sehingga mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah
menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
(Fransiska and Firdaus 2019). Sering terlihat remaja yang merokok di lingkungan
masyarakat Situasi seperti itu sangat memprihatinkan, disamping itu masyarakat
tidak pernah menuntut remaja untuk merokok. Namun secara tidak langsung
remaja meniru perilaku merokok dari masyarakat disekitar mereka.(Parawansa and
Nasution 2022)
Perilaku merokok pada remaja memberikan gambaran keseluruhan
epidemiologi kesehatan penggunaan produk tembakau. melalui pengendalian tembakau
dalam bentuk framework convention on tobacco control (FCTC). Selain itu strategi
monitor, protect, offer, warn, enforce and raise (MPOWER) menjadi komitmen dalam
menerapkan kebijakan pengendalian tembakau di tingkat global. Penerapan World
Health Organization (WHO) dalam bentuk FCTC dan langkah- langkah MPOWER
diharapkan membantu semua orang di dunia terlindungi dari bahaya merokok. (Oktania,
Widjarnako, and Shaluhiyah 2023)
Rokok merupakan salah satu faktor resiko utama dari beberapa penyakit
kronis yang dapat mengakibatkan kematian.(Mahyar Suara, Asep Rusman, and
Kusnanto 2020) Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk
terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk
terserang penyakit kanker paru dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya.
(Umardani, Ronal, and Putra 2019). Selain itu perokok aktif ini dapat meningkatkan
jumlah kasus penyakit tidak menular di Indonesia dan berujung pada biaya besar yang
membebani pengobatannya. BPJS Kesehatan telah mencatat bahwa pengeluaran terbesar
digelontorkan untuk penyakit jantung, strok, dan kanker yang diakibatkan oleh
rokok(Dea Alvi Soraya 2023).
Merokok sebagai salah satu bentuk perilaku beresiko pada kesehatan seseorang
khususnya saat ini semakin banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan
kecenderungan tersebut sangat berdampak besar bagi lingkungan dan juga keluarga.
Perilaku merokok merupakan tindakan atau aktivitas menghisap gulungan tembakau
yang tergulung kertas kemudian dibakar dan dihisap, rokok dihasilkan dari tanaman
nicotina tabacum, nicotins rustica dan jenis lainnya yang mana asapnya mengandung
nikotin dan tar, dengan atau bahkan tanpa bahan tambahan. Seorang perokok tidak akan
peduli bahwa saat mereka menghisap rokok akan merugikan bagi kesehatan, perilaku
merokok akan sangat sulit dihentikan karena memiliki efek ketergantungan yang
ditimbulkan oleh nikotin dan akan menimbulkan penyakit jangka lama yang
ditimbulkan dari kecenderungan tersebut.
Jumlah perokok di dunia saat ini mencapai 70,2 juta orang atau sekitar 34,5
persen dari populasi total dunia. Indonesia berada di urutan ketiga, karena Indonesia
juga negara penghasil tembakau.(Dea Alvi Soraya 2023). Data Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan bahwa prevelensi remaja usia 10-19 tahun di Indonesia yang merokok
meningkat. Jawa Timur saat ini memiliki presentase merokok 0,34% penduduk
kelompok umur 10-14 tahun dan jumlahnya menjadi besar pada kelompok umur 15-19
tahun yaitu 11,41%. Jumlah ini cukup memprihatinkan, penduduk kelompok usia
sekolah ini harusnya dapat dihindarkan dari perilaku merokok apalagi dilakukan setiap
hari, sebab merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur menunjukkan data prevelensi remaja merokok di Bondowoso dengan
presentase usia 15-20 yaitu 25,38 angka tersebut cukup tinggi dan memprihatinkan.

Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal dapat disimpulkan bahwa perilaku


merokok remaja pada umumnya disebabkan karena faktor dari luar. Ketika remaja
memiliki teman yang merupakan perokok dan sering berkumpul dengan teman-
temannya yang merokok bahkan ditawari untuk merokok maka akan menyebabkan rasa
ingin mencoba dan ikut merokok. Selain itu, jika memiliki salah satu anggota keluarga
yang merokok di rumah maka akan memberikan dampak yang kurang baik bagi remaja,
diantaranya remaja menjadi penasaran dan akan mencoba mengikuti apa yang orang
dewasa lakukan, jadi dari ke 2 faktor tersebut pemahaman remaja terhadap bahaya
merokok perlu ditingkatkan lagi melalui edukasi yang mendalam agar mereka lebih
memahami apa penyebab dan bahaya merokok dan lain lain.

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang menjadi pemacu seorang remaja


merokok karena seorang remaja biasanya meniru perilaku orang dewasa, dorongan dari
teman sebaya serta lingkungan fisik yang kondusif selain itu adapun iklan iklan rokok
yang mungkin banyak dipajang di sepanjang jalan sehingga tidak menutup
kemungkinan remaja akan mengikuti tindakan tersebut.(Tati Setyawati Ponidjan dkk
2023).

Faktor keluarga dukungan dan peran keluaraga menjadi faktor penyebab


perilaku merokok pada remaja. faktor keluarga dengan orang tua yang merokok menjadi
salah satu penyebab remaja merokok dikarenakan tidak adanya dukungan keluarga pada
remaja untuk tidak merokok sehingga peran penting dari keluarga sangat membantu
seorang remaja untuk tidak merokok dengan menerapkan beberapa pola yang dapat
mereka berikan(Oktania, Widjarnako, and Shaluhiyah 2023)

D. ISU ETIK PENELITIAN


Peneilitian ini merupakan penelitian korelasi, peneliti tidak melakukan intervensi
apapun pada responden dan data yang didapatkan berasal dari data sekunder dari hasil
wawancara “Tidak Relavan”.
E. DAFTAR PUSTAKA
Ajhuri, Kayyis Fithri. 2019. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Dea Alvi Soraya. 2023. “Kemenkes: Jumlah Perokok Indonesia Terbanyak Ketiga Di Dunia.”
republika. https://news.republika.co.id/berita/rwa6sp463/kemenkes-jumlah-perokok-
indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia#:~:text=%22Jumlah perokok di dunia saat,persen
dari populasi total dunia. (November 10, 2023).
Diananda, Amita. 2019. “Psikologi Remaja Dan Permasalahannya.” Journal ISTIGHNA 1(1):
116–33.
Erika, Erika, and Ghani Rahman Dany. 2022. “Hubungan Stres Dan Lingkungan Terhadap
Perilaku Merokok Siswa Sma It Indah Medan Tahun 2022.” MIRACLE Journal 2(02):
278–84.
Fransiska, Mellia, and Putri Anggia Firdaus. 2019. “Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Putra SMA X Kecamatan Payakumbuh.” Jurnal
Kesehatan 10(1): 11.
Mahyar Suara, Asep Rusman, and Kusnanto. 2020. “Penyuluhan Bahaya Rokok Untuk
Meningkatkan Kesadaran Remaja Mengenai Dampak Buruk Rokok Bagi Kesehatan Di
Kelurahan Jatibening.” Jurnal Antara Abdimas Keperawatan 3(1): 26–30.
Mirnawati, Nurfitriani, F.M Zulfiarini, and W.H Cahyati. 2018. “Perilaku Merokok Pada
Remaja Umur 13-14 Tahun.” Higeia 2(3): 396–405.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. 5th ed.
Jakarta Selatan: salemba medika.
Oktania, Nia Primilies, Bagoes Widjarnako, and Zahroh Shaluhiyah. 2023. “Penyebab
Perilaku Merokok Pada Remaja.” 5(1): 85–92.
Parawansa, Ghayatri, and Fenty Zahara Nasution. 2022. “Konformitas Teman Sebaya Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki.” Educativo: Jurnal Pendidikan 1(2): 630–
36.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis: Pendekatan
Pengembangan-Keahlian. 6th ed. Jakarta Selatan: salemba empat.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
CV.
Tati Setyawati Ponidjan dkk, 2023. 2023. “Faktor Lingkungan Sebagai Determinan Perilaku
Merokok Pada Remaja.” : 125–31.
Umardani, Mohamad Kharis, Ahmad Ronal, and Johan Satria Putra. 2019. “Penyuluhan
Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan Remaja Serta Hukum Rokok Menurut Hukum
Positif Dan Hukum Islam.” Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3(2):
169.

Ajhuri, Kayyis Fithri. 2019. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Dea Alvi Soraya. 2023. “Kemenkes: Jumlah Perokok Indonesia Terbanyak Ketiga Di Dunia.”
republika. https://news.republika.co.id/berita/rwa6sp463/kemenkes-jumlah-perokok-
indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia#:~:text=%22Jumlah perokok di dunia saat,persen
dari populasi total dunia. (November 10, 2023).
Diananda, Amita. 2019. “Psikologi Remaja Dan Permasalahannya.” Journal ISTIGHNA 1(1):
116–33.
Erika, Erika, and Ghani Rahman Dany. 2022. “Hubungan Stres Dan Lingkungan Terhadap
Perilaku Merokok Siswa Sma It Indah Medan Tahun 2022.” MIRACLE Journal 2(02):
278–84.
Fransiska, Mellia, and Putri Anggia Firdaus. 2019. “Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Putra SMA X Kecamatan Payakumbuh.” Jurnal
Kesehatan 10(1): 11.
Mahyar Suara, Asep Rusman, and Kusnanto. 2020. “Penyuluhan Bahaya Rokok Untuk
Meningkatkan Kesadaran Remaja Mengenai Dampak Buruk Rokok Bagi Kesehatan Di
Kelurahan Jatibening.” Jurnal Antara Abdimas Keperawatan 3(1): 26–30.
Mirnawati, Nurfitriani, F.M Zulfiarini, and W.H Cahyati. 2018. “Perilaku Merokok Pada
Remaja Umur 13-14 Tahun.” Higeia 2(3): 396–405.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. 5th ed.
Jakarta Selatan: salemba medika.
Oktania, Nia Primilies, Bagoes Widjarnako, and Zahroh Shaluhiyah. 2023. “Penyebab
Perilaku Merokok Pada Remaja.” 5(1): 85–92.
Parawansa, Ghayatri, and Fenty Zahara Nasution. 2022. “Konformitas Teman Sebaya Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki.” Educativo: Jurnal Pendidikan 1(2): 630–
36.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis: Pendekatan
Pengembangan-Keahlian. 6th ed. Jakarta Selatan: salemba empat.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
CV.
Tati Setyawati Ponidjan dkk, 2023. 2023. “Faktor Lingkungan Sebagai Determinan Perilaku
Merokok Pada Remaja.” : 125–31.
Umardani, Mohamad Kharis, Ahmad Ronal, and Johan Satria Putra. 2019. “Penyuluhan
Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan Remaja Serta Hukum Rokok Menurut Hukum
Positif Dan Hukum Islam.” Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3(2):
169.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lingkungan

2.1.4 Pengertian Lingkungan

Lingkungan berperan penting dalam membangun pengetahuan.

Soegiono dan Tamsil Muis menggambarkan bahwa John Locke (1632-1704)

sebagai pencetus aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan

pengalaman manusia diperoleh setelah manusia menangkap apa yang ada di

lingkungannya menggunakan indra.

Lingkungan merupakan keadaan (kondisi,kekuatan) sekitar yang

mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku manusia. Lingkungan selalu

mengitari kehidupan manusia dari waktu dilahirkan sampai

meninggalnya,sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan

timbal balik. Sama halnya dalam proses belajar mengajar , lingkungan

merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam proses belajar dan

perkembangan anak. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang

baik terhadap perkembangan anak, begitu juga sebaliknya.

Manusia dan lingkungan merupakan dua unsur yang tidak dapat

dipisahkan. Manusia menjalani hidupnya di lingkungan, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan alam. Manusia dan lingkungan saling

mempengaruhi satu sama lain. Manusia yang mempengaruhi lingkungan atau

lingkungan yang mempengaruhi manusia. Lingkungan meliputi kondisi dan

alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku

kita, pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan pengaruhnya sangat besar

terhadap anak, sebab sebagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan

yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pendapat sertain ini
menunjukkan bahwa tingkah laku, pertunbuhan dan perkembangan seseorang

dapat dipengaruhi oleh kondisi dan alam yang ditinggali oleh seseorang,

karena seseorang yang tinggal di suatu lingkungan dengan waktu yang lama

menyebabkan tingkah laku seseorang berubah sesuai dengan lingkungan

tersebut. lingkungan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Lingkungan juga sangat mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan,

tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Proses

pembelajaran juga terjadi di lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan sebagai

sumber belajar siswa untuk menstimulus rasa ingin tahu dalam diri siswa

yang akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa.

2.1.4 Jenis- Jenis Lingkungan

Jenis-jenis lingkungan yang dapat mengoptimalkan kegiatan

pendidikan menurut Andrianto (2011, hlm. 9-10) sebagai berikut:

1. Lingkungan Alam

Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah sesuatu yang bersifat

ilmiah atau dari alam, seperti sumber alam, iklim suhu dan lain

sebagainya. Lingkungan alam bersifat menetap, dengan mempelajari

lingkungan alam diharakan siswa dapat mengenal lingkungan dan

mempelajari lingkungan alam dengan baik.

2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana siswa berinteraksi dengan

manusia lain yang ada di sekitarnya. Pengenalan lingkungan sosial pada

siswa sebaiknya dimulai dari yang terkecil dan terdekat terlebih dahulu.

3. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya adalah lingkungan buatan atau lingkungan yang

sengaja dibangun oleh manusia untuk tujuan tertentu yang bermanfaat

bagi manusia di dalamnya.

2.1.1 Fungsi Lingkungan

Lingkungan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan.

Menurut Hamalik (2013, hlm 196) bahwa lingkungan pendidikan/pengajaran

memiliki fungsi fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi psikologis, stimulus bersumber dari lingkungan yang merupakan

rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan

tingkah laku tertentu.

2. Fungsi pedagogis, lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat

mendidik, khususnya lingkungan yang disiapkan sebagai suatu lembaga

pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga

sosial.

3. Fungsi instrusional, program instruksional merupakan suatu lingkungan

pembelajaran yang dirancang secara khusus.

2.1.4 Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial dibagi menjadi tiga, yakni:

1. Lingkungan Sosial Lembaga.

Lingkungan sosial lembaga meliputi, pendidik, administrasi dan teman-

teman sekelas. Hubungan yang harmonis diantara ketiganya dapat

mempengaruhi mahasiswa untuk belajar. Belajar sendiri juga termasuk

budaya akademik.
2. Lingkungan Sosial keluarga

Lingkungan ini tidak dapat ditampikkan bahwa membawa pengaruh besar

dalam hal-hal yang menyangkut pembelajaran maupun pendidikan.

Suasana yang terjadi didalam keluarga, sifat-sifat orang tua, pengelolaan

keluarga, hubungan atau interaksi antar anggota keluarga merupakan

bagian dari lingkungan sosial yang ada di keluarga yang dapat

mempengaruhi peserta didik.

3. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik dapat

mempengaruhi belajar. Termasuk juga seorang mahasiswa. Karena

mahasiswa adalah manusia yang masih mencari ilmu atau dalam proses

pendidikan, sehingga masih dikatakan peserta didik. Hanya saja

kedudukannya di atas lebih tiggi dari pada siswa, namun hakikatnya

tetaplah orang yang belajar. Lingkungan yang kumuh, teman bergaul

yang tidak mendudukung dapat mempengaruhi proses tersebut.

3.1 Konsep Faktor Keluarga

3.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan Pendidikan yang pertama dan utama.

Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan

kepribadian anak, karena Sebagian besar kehidupan anak berada di Tengah-

tengah keluarganya. Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kepribadian

anak, orangtua harus membutuhkan suasana edukatif di lingkungan

keluarganya sedini mungkin. Suasana edukatif yang dimaksud adalah orang

tua yang mampu menciptakan pola hidup dan tata pergaulan dalam keluarga

dengan baik sejak anak dalam kandungan (suswanto, 2008).


Dalam suatu keluarga, ada dua tokoh yang akan mempengaruhi

perkembangan anak yaitu ayah dan ibu. Menurut Freud (dalam Dagun,

2002:7), bahwa hubungan anak dengan ibunya sangat berpengaruh dalam

pembentukan pribadi dan sikap-sikap sosial anak dikemudian hari, karena

ibulah tokoh utama dalam proses sosialisasi anak.

Sementara itu dipihak lain, berkaitan dengan peran tokoh ayah dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli psikologi.

Hasil penelitian terhadap anak yang tidak mendapat asuhan dan perhatian

ayah menyimpulkan, “perkembangan anak menjadi pincang, kemampuan

akademisnya menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial

terbatas. Bahkan bagi anak laki laki, ciri maskulin (ciri-ciri kelelakiannya)

bisa menjadi kabur. Selain itu ayah juga dapat mengatur serta mengarahkan

aktivitas anak, misalnya menyadarkan anak bagaimana menghadapi

lingkungannya dan situasi di luar rumah, mendorong anak mengenal lebih

banyak, mengajak anak berdiskusi. Semua tindakan ini adalah cara ayah

(orang tua) untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan hidupnya dan

dapat mempengaruhi anak dalam menghadapi perubahan sosial serta

membantu perkembangan kognitifnya dikemudian hari” (Dagun, 2002:13)

3.1.4 Fungsi Keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk menjadikan

anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada

anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan

untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

4. Fungsi Ekonomi

Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan

kesehatan(Marliyn M. Friedman, hal 86; 2010)

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah.Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan

pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama

diperoleh anak ialah dalam

keluarga.Peralihan bentuk pendidikan informal ke formal memerlukan

kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap

sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Juga sangat

diperlukan

kepercayaan terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama

di ruangan sekolah.

3.1.3 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Suprajitno (2012) yaitu sebagai berikut:


a) Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu

rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikaan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah

b) Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c) Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

d) Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah,

anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawianan/meniti

karier.

e) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah

satu bekerja dirumah.

f) Single Parent

Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.

g) Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

i) Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,

keduanya saing mencari pada waktu-waktu tertentu.

j) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

k) Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

l) Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

m) Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak

anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

n) Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orangtua dari anak-anak.

o) Unmarried paret and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di adopsi.

p) Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

(Friedman,

2010).

3.1.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:

a) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara

jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan.

Komunikasi

keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan

berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan

mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam

keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita

negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat

sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan

tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan

gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

1) Karakteristik pemberi pesan

a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

c) Selalu menerima dan meminta timbal balik

2) Karakteristik pendengar

a) Siap mendengarkan

b) Memberikan umpan balik

c) Melakukan validasi

b) Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi

sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau

informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status

sebagai istri/suami.
c) Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,

memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lagimate power),

ditiru (referent power), keahlian (experpower), hadiah (reward power), paksa

(coercive power), dan efektif (efektif power).

d) Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga

dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang

secara sadar atau tidak, dapat mempersatukan aggota keluarga. Norma, pola

perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam

keluarga. Budaya, kupulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi,

dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. (Friedman,

2010)

Anda mungkin juga menyukai