Anda di halaman 1dari 4

Perilaku Merokok dan Minum Alkohol pada Remaja

Tiara Pramudita, 1906292231

Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa. Remaja
sering mengalami permasalahan karena pribadinya yang masih labil dan belum terbentuk dengan
matang. Karakteristik umum perkembangan remaja yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
(high curiosity). Mereka cenderung ingin berpetualang menjelajahi segala sesuatu dan mencoba
yang belum pernah dialaminya. Kelompok remaja usia sekolah merupakan kelompok usia yang
memiliki risiko tinggi terhadap penngaruh buruk dari luar karena belum memiliki kematangan
emosional yang stabil (Puspandari, 2008).

Menurut data WHO tahun 2008, Indonesia menempati sebanyak 4,8% sebagai negara dengan
jumlah perokok tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India. Dari keseluruhan jumlah
perokok di Indonesia, sekitar 70% memulai merokok sebelum usia 19 tahun (Depkes RI, 2003).
Perokok di Indonesia rata – rata mulai merokok pada usia 15 – 19 tahun dimana usia tersebut
merupakan usia sekolah (Riskesdas, 2010). Perilaku merokok pada usia remaja semakin lama
semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya
frekuensi dan intensitas merokok. Menurut Salawati dan Amalia (2010), lebih dari separuh
perokok mengkonsumsi lebih dari sepuluh batang per hari, bahkan yang berusia 10 – 14 tahun
sudah didapat sebesar 30,5% yang mengkonsumsi lebih dari 10 batang per hari.

Faktor-faktor terkait dengan penggunaan rokok pada remaja diantaranya yaitu: (1) Faktor
lingkungan sosial dan fisik (cara media massa menampilkan produk rokok sebagai aktivitas biasa
dapat membuat remaja ingin mencoba produk tersebut, remaja cenderung menggunakan rokok
jika mereka melihat orang seusia mereka menggunakan produk ini, remaja mungkin cenderung
menggunakan produk rokok jika orang tua juga merokok); (2) Faktor biologis dan genetik
(remaja mungkin sensitif dan bergantung terhadap nikotin daripada orang dewasa, faktor genetik
dapat membuat berhenti merokok lebih sulit bagi kaum remaja, merokok selama kehamilan
dapat meningkatkan kemungkinan anak juga merokok secara teratur di kemudian hari); (3)
Kesehatan mental: terdapat hubungan yang kuat antara remaja yang merokok dengan depresi,
kecemasan, dan stres; (4) Pandangan pribadi: Ketika remaja mengharapkan hal-hal positif dari
merokok, seperti mengatasi stres dengan lebih baik atau menurunkan berat badan; (5) Faktor lain
meliputi: status sosial ekonomi yang lebih rendah, pendidikan yang rendah, kurang dukungan
atau keterlibatan dari orang tua, mudah mendapatkan rokok, prestasi buruk di sekolah, citra diri
atau harga diri rendah, melihat iklan produk tembakau di toko, televisi, internet, film, atau
majalah dan surat kabar.

Merokok dan bentuk penggunaan tembakau lainnya mempengaruhi setiap sistem organ dalam
tubuh, dan merupakan penyebab utama kanker, penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif
kronik, dan kerusakan janin. Lima juta kematian terjadi di seluruh dunia setiap tahun akibat
penggunaan tembakau (World Medical Association, 2007). Banyak remaja mungkin juga tidak
mengetahui tentang bahaya terkait dengan perokok pasif. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko
terkena kanker bibir, lidah, pipi, gusi, serta langit-langit mulut. Meskipun konsekuensi jangka
panjang dari produk tembakau diketahui, remaja tampaknya tidak terlalu mengkhawatirkan
akibat yang mungkin terjadi 20 atau 30 tahun dari sekarang. Tekanan teman sebaya dan
keyakinan bahwa penggunaan tembakau menyenangkan merupakan faktor yang paling
berpengaruh di kalangan remaja yang memulai penggunaan zat tembakau. Sebaliknya, remaja
yang memiliki sikap baik anti rokok dan tidak terpengaruh oleh teman sepergaulan akan
menurunkan kemungkinan niat untuk merokok oleh remaja (Smith et al., 2007).

Seorang perawat harus dapat menilai penggunaan tembakau. Tanyakan kepada remaja apakah
mereka atau teman mereka pernah menggunakan produk tembakau. Kaji leukoplakia oral pada
mukosa mulut (lesi mulut putih yang dapat menjadi kanker). Tentukan apakah remaja memiliki
kondisi pernapasan (seperti asma) yang dapat diperburuk oleh penggunaan tembakau. Perawat
juga perlu memberikan edukasi terkait risiko kesehatan dari produk tembakau dan cara berhenti
ketergantungan terhadap rokok. Para remaja juga perlu mengetahui merokok dalam jangka waktu
yang panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat berkembang dalam
waktu beberapa tahun ke depan.

Selain kebiasaan merokok, permasalahan yang sering terjadi pada masa remaja adalah konsumsi
alkohol atau penyalahgunaan minuman keras. Insiden penggunaan alkohol meningkat sepanjang
masa remaja. Remaja yang mulai minum sebelum usia 15 tahun lima kali akan mengalami
ketergantungan alkohol dibandingkan mereka yang mulai minum pada usia 21 tahun (Focus
Adolescent Services, 2008). Minum alkohol di bawah umur memengaruhi perilaku berisiko
kesehatan remaja dan berpotensi menimbulkan kecanduan. Penyalahgunaan alkohol akan
membawa dampak yang tidak baik untuk kesehatan fisik dan psikis remaja, seperti kepribadian
rusak, perubahan tingkah laku (bohong, manipulasi), gangguan pola pikir, pelanggaran norma,
fisik (gemetaran, gangguan tidur), perilaku kasar, pemarah, mudah tersinggung, bertindak brutal,
pekerjaan menjadi berantakan, drop out dari sekolah, sering berkelahi dengan orang lain.

Para remaja melaporkan bahwa alasan mereka melakukan minum sesekali atau rutin termasuk
efek kesenangan yang diperoleh dari efek alkohol. Kebosanan juga merupakan faktor pendorong
remaja untuk mengkonsumsi alkohol (McIntosh, MacDonald, & Mc Keganey, 2008). Ada empat
tahap menjadi tergantung pada alkohol: (1) Tahap percobaan: ketika remaja mencoba alkohol
dan menyukai efeknya; (2) Tahap pencarian: saat remaja mencari kesempatan untuk minum; (3)
Tahap ketergantungan: ketika minuman keras yang diinduksi alkohol menjadi prioritas utama
bagi remaja; (4) Tahap kecanduan: ketika remaja membutuhkan alkohol hanya untuk merasa
'normal’.

Ketergantungan alkohol sulit untuk diobati tetapi tidak dapat diabaikan. Remaja yang terus-
menerus mengonsumsi alkohol berisiko tinggi mengalami cedera saat mabuk. Konsumsi alkohol
merusak penilaian dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu, penggunaan
alkohol di bawah umur meningkatkan risiko melakukan atau menjadi korban kekerasan fisik atau
seksual, dan meningkatkan kemungkinan terlibat dalam aktivitas seksual berisiko yang dapat
menyebabkan kehamilan atau infeksi menular seksual (Department of Health and Human
Services, 2007 ). Tanda-tanda umum yang menunjukkan ketergantungan terhadap alkohol,
diantaranya adalah perilaku mencari alkohol kompulsif, gemetar, agitasi, penurunan berat badan,
sakit kepala, dan perubahan status mental.

Seorang perawat harus dapat menanyakan kepada remaja tentang penggunaan alkohol dan
aktivitas mereka dengan temannya yang mungkin sedang minum. Bicarakan dengan remaja
tentang penggunaan alkohol dan ajari mereka bahaya minum alkohol di bawah umur. Bantu
remaja membuat keputusan yang baik tentang penggunaan alkohol, termasuk mencari cara untuk
menolak mengonsumsi alkohol saat ditawarkan oleh teman atau di pesta. Diskusikan dengan
orang tua tentang pengaruh kuat yang mereka berikan terhadap keputusan anak mereka untuk
mengonsumsi alkohol.

Referensi
Bowden, V. R., & Greenberg, C. S. (2010). Children and Their Families The Continuum of Care
(2nd ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.

Centers for Disease Control and Prevention. (2020, December 16). Smoking & Tobacco Use.
Retrieved from Youth and Tobacco Use:
https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/youth_data/tobacco_use/
index.htm

Hockenberry, M., Wilson, D., & Rodgers, C. (2017). Wong's Essentials of Pediatric Nursing
(10th ed.). Missouri: Elsevier.

Kyle, T., & Carman, S. (2013). Essentials of Pediatric Nursing (2nd ed.). Philadelphia: Wolters
Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.

Rori, P. L. (2015). Pengaruh Penggunaan Minuman Keras pada Kehidupan Remaja di Desa Kali
Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Jurnal Holistik, Tahun VIII No.16 , 2-10.

Anda mungkin juga menyukai