BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini peneliti membahas latar belakang masalah yang menyangkut peran iklan rokok
dan kelompok teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok beserta rumusan
masalah dan pokok bahasan, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta diakhiri dengan
sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Asap rokok mudah sekali ditemui dimana-mana, dan juga sudah menjadi bagian hidup sehari-
hari, seolah-olah merokok sudah menjadi bagian dari budaya. Perilaku merokok merupakan
perilaku yang menyenangkan bagi sebagian orang, sementara bagi orang lain mungkin
merokok merupakan perilaku yang merugikan karena dengan merokok akan semakin banyak
penyakit yang diderita. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat
dipungkiri lagi. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,
tetapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok kini merupakan penyebab kematian
10% penduduk dunia (A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati, 2005: 87).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk
dewasa sedunia, atau 1,1 milyar orang, 200 ribu diantaranya wanita adalah perokok. Data
menunjukkan bahwa di seluruh dunia sekitar 47% pria dan 12% wanita adalah perokok
(Anton, 2004: 1). Di Indonesia, dari 208 juta jiwa penduduk pada tahun 2001, sekitar 27,7%
yang berusia di atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir. Prosentase
yang mulai merokok pada usia di bawah 20 tahun sebanyak 68%. Proporsi terbesar (92,0%)
dari individu yang merokok menyatakan biasa merokok di rumah ketika bersama anggota
keluarga lainnya. Penelitian Tjandra Yoga Aditama dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta,
pada tahun 2000, dengan 2.074 responden siswa usia sekolah, mendapatkan fakta sebanyak
21% responden merokok (Prima Armiati, 2004: 1). Hal ini didukung dengan survei yang
dilakukan oleh Sarjani Jamal (2006: 1) pada anak-anak sekolah usia 13-15 tahun di Jakarta
menunjukkan bahwa lebih dari 20% adalah perokok tetap dan 80% diantaranya ingin berhenti
merokok tetapi tidak berhasil.
Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaan merokoknya sejak
berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada
saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan
apakah nantinya individu menjadi perokok atau bukan (Guntoro Utamadi, 2002: 2). Menurut
Zainun Mutadin (2002: 1) hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap
tahun semakin muda, bila dahulu individu mulai berani merokok biasanya mulai SMP maka
sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai banyak yang merokok secara
diam-diam. Merokok di usia muda merupakan titik awal untuk menjadikan individu sebagai
perokok di masa yang akan datang. Remaja merupakan kelompok yang rentan untuk menjadi
perokok. Menurut A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati (2005: 58) ketertarikan
awal individu untuk merokok pada umumnya muncul saat usia remaja, 15-19 tahun atau
sewaktu duduk di bangku SMA. Kebiasaan merokok di kalangan remaja mempunyai dampak
negatif yang lebih berbahaya jika dibandingkan dengan perokok secara umum, karena dari
kebiasaan merokok tersebut dapat menjadi “Jembatan” yang membawa individu pada bahaya
yang lebih besar seperti bahaya narkotika terutama ganja.
Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa remaja merokok, beberapa sebabnya adalah
kurangnya pengetahuan secara mendalam akan akibatnya, melihat dan mengikuti kebiasaan
di lingkungannya (misalnya orang tua, teman, guru), identitas diri, menyangkut rasa
kedewasaan dan harga diri, terpengaruh oleh iklan-iklan rokok, memperoleh rasa tenang
ketika merokok, serta merokok sudah lumrah bagi manusia (Kevin, 2003: 1). Remaja yang
merokok juga merupakan fenomena yang ada di masyarakat. Berdasarkan dari penelitian
Surindo tentang gaya hidup remaja, dapat dijelaskan bahwa gaya hidup remaja banyak
dipengaruhi gemerlapnya kota besar yang glamor. Berkaitan dengan gaya hidup ini, menurut
Surindo 41,8% remaja pria pernah merokok. Dari jumlah itu, hampir setengahnya menjadi
perokok tetap. Bahkan remaja putri yang merokok mencapai 26,7%. Menurut Surindo (Nhiru
Muhammad, 2000: 1) sebagian besar karena yakin dapat mengurangi stres (44,8%), dan
hanya 19,8% merokok karena pergaulan. Sebaliknya menurut pelajar SMU 13 (Surindo
dalam Nhiru Muhammad, 2000: 2) munculnya budaya merokok di kalangan remaja
diakibatkan oleh pergaulan dan gencarnya iklan rokok, yang mendorong remaja untuk
merokok.
Adapun pengertian dari iklan rokok dalam PP RI No. 19 Pasal 1 Thn. 2003 adalah suatu
kegiatan untuk memperkenalkan, memasyarakatkan dan mempromosikan rokok dengan atau
tanpa imbalan kepada masyarakat dengan tujuan mempengaruhi konsumen agar
menggunakan rokok yang ditawarkan (www.tempointeraktif.com). Iklan rokok secara tidak
langsung dapat mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba
untuk merokok. Iklan tersebut menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria,
melambangkan kejantanan dan sportivitas serta lifestyle merupakan alasan utama para wanita
merokok. Rokok menjadi gaya hidup dan citra diri individu yang sehat, sukses dan dinamis.
Dalam usahanya memperluas pasar bagi produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan
remaja sebagai target utamanya, mengingat kebiasaan merokok akan terbawa terus sampai
dewasa (Guntoro Utamadi, 2002: 1-2). Selama ini orang menganggap citra atau image dari
merokok menandakan orang gaul, terlihat keren, membuat tubuh bugar, stres hilang, menjaga
kecantikan atau membuat tubuh ideal. Ini adalah akibat promosi rokok yang dilakukan
sedemikian rupa (Raun Gultom, 2004: 2). Di Indonesia, perusahaan rokok berlomba-lomba
memberikan sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja, dan konser musik. Dalam
promosinya, rokok diasosiasikan dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Di Indonesia pada
tahun 2002 iklan rokok mencapai 7% dari pendapatan media massa (A. Setiono
Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati, 2005: 45), sehingga menimbulkan persepsi bahwa
rokok adalah sarana untuk mencapai kedewasaan, mencapai kepercayaan diri dan sebagainya
(Raun Gultom, 2004: 2). Hal ini didukung dengan penelitian dari WHO yang memperkirakan
bahwa kenaikan jumlah perokok Indonesia, khususnya anak usia muda, karena gencarnya
iklan rokok melalui berbagai media, sponsorship pada kegiatan olahraga dan hiburan (A.
Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati, 2005: 50).
Masa remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam usia
ini remaja selalu berusaha mencari identitas, selama pencarian itu remaja tidak terlepas dari
pengaruh teman sebaya. Sikap, kebiasaan, dan perilaku remaja, pada dasarnya banyak
dipengaruhi juga oleh kelompok teman sebayanya yang dianggap oleh para remaja sebagai
orang-orang yang mampu memberikan dukungan emosional dan perasaan aman pada remaja
ketika mencoba peran barunya. Yang merupakan teman sebaya adalah anak-anak atau remaja
dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 1996: 219). Oleh karena
itu, rokok terus diisap dan dibeli dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun. Dan
jumlah orang yang berhenti merokok, tak seberapa dibandingkan perokok-perokok baru dari
kalangan kaum muda, pelajar atau mahasiswa. Rokok sudah beredar akrab di kalangan
pelajar SLTP dan SLTA hingga mahasiswa. Bahkan ada anak-anak jalanan yang masih kecil-
kecil sudah merokok, tak peduli itu puntung rokok yang dibuang orang lain (Raun Gultom,
2004: 1). Merokok merupakan hal yang baru bagi remaja dan biasanya remaja mau
melakukan perilaku merokok agar mendapat pengakuan sebagai anggota dalam suatu
kelompok teman sebaya.
Kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok akan meningkat, jika memiliki
teman-teman yang merokok atau sering berkumpul bersama teman-teman yang merokok.
Menurut Zainun Mutadin (2002 : 3) ada beberapa faktor yang menjadi alasan bagi remaja
melakukan perilaku merokok yaitu pengaruh orangtua, pengaruh teman, faktor kepribadian
dan pengaruh iklan. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian pula
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh
diri remaja tersebut yang akhirnya semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang merokok, begitu pula
dengan remaja non perokok biasanya mempunyai sahabat yang non perokok juga (Al Bachri
dalam Zainun Mutadin, 2002 : 3).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Antara Peran Iklan Rokok dan Kelompok Teman Sebaya Terhadap
Kecenderungan Perilaku Merokok pada siswa SMAN 53”.
d. Remaja
Adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai adanya
perubahan besar baik fisik, psikologis dan social dengan batasan usia 15-19 tahun.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Hubungan antara peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap kecenderungan
perilaku merokok pada siswa SMAN 53.
2. Hubungan antara peran iklan rokok terhadap kecenderungan perilaku merokok pada siswa
SMAN 53.
3. Hubungan antara kelompok teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok pada
siswa SMAN 53.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau menambah wawasan dalam ilmu
psikologi, khususnya psikologi sosial, psikologi industri & organisasi serta menambah
pengetahuan dan pemahaman khususnya mengenai peran iklan rokok dan kelompok teman
sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok pada remaja.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para remaja, orang tua, guru
dan produsen rokok tentang kecenderungan perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja,
sehingga dapat menjadi acuan dalam mengontrol dan dalam memberikan intervensi atau
pencegahan peningkatan jumlah perokok di kalangan remaja.
E. Sistematika Penelitian
Adapun maksud dari penulisan sistematika skripsi ini adalah untuk memudahkan pembaca
mengikuti alur pikiran penulis, karena itu dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan
pembagian bahasan menjadi lima bab dan setiap bab dibagi menjadi sub bab yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab pengantar ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pokok
bahasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Pokok pembahasan dalam bab tinjauan pustaka ini meliputi pengertian, uraian konsep, teori
dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta hasil-hasil penelitian yang ada hubungannya
dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam bab ini juga diuraikan kesimpulan tinjauan
pustaka berupa hipotesis-hipotesis yang merupakan jawaban sementara atas pertanyaan
dalam tujuan penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi
operasional, variabel-variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode
pengumpulan data dan metode analisa data.
Bab IV : Laporan Penelitian
Dalam bab ini, dijelaskan mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian dan segala
persiapan yang telah dilakukan, laporan pelaksanaan, penelitian dan hasil penelitian.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab penutup dari skripsi. Adapun penulisan bab V ini dimulai dengan
rangkuman hasil penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dan kesimpulan dan
diakhiri dengan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bahasan ini akan dikemukakan tentang beberapa pengertian kecenderungan perilaku
merokok, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, faktor-faktor yang
menyebabkan kebiasaan merokok, tahapan perilaku merokok, alasan-alasan merokok serta
dampak negatif perilaku merokok. Dilanjutkan dengan memaparkan definisi peran iklan
rokok, unsur-unsur iklan, fungsi iklan, serta aspek-aspek yang berperan dalam iklan rokok.
Setelah itu dilanjutkan dengan memaparkan definisi kelompok teman sebaya, faktor-faktor
yang mempengaruhi kelompok teman sebaya serta aspek-aspek dalam peranan kelompok
teman sebaya. Dilanjutkan dengan memaparkan definisi remaja, ciri-ciri remaja, tugas-tugas
perkembangan remaja. Kemudian diakhiri dengan pemaparan teori keterkaitan antara peran
iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok pada
remaja serta hipotesis.
A. Kecenderungan Perilaku Merokok
1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan, baik kesehatan perokok itu
sendiri maupun orang lain yang berada disekitar perokok. Rokok menurut Dep. P & K (dalam
M. Zainal Fatah dan Annis Catur Adi, 2003: 7) adalah gulungan yang berisi tembakau dan
terbungkus, kadang juga ditambahkan zat-zat lain untuk memberikan rasa dan menjadi
kebiasaan individu yang menikmatinya dengan membakar dan menghisapnya.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang perilaku merokok maka perlu
diberikan beberapa definisi atau batasan perilaku merokok, menurut M. Zainal Fatah dan
Annis Catur Adi (2003: 16) perilaku merokok adalah suatu tindakan individu sebagai hasil
dari berbagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang berkaitan dengan rokok
dan merokok. Hal ini sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Imam Soedikoen (1995:
9) yang menyatakan bahwa merokok sebagai kegiatan individu untuk menghisap asap
tembakau melalui rokok lalu asap tembakau yang dihirup masuk melalui saluran pernapasan
ke paru-paru, dimana asap tersebut mengandung racun yang berbahaya. Sedangkan definisi
perilaku merokok secara sederhana menurut Usmi Karyani dan Ermanto Dwi Atmoko (2001:
14) adalah suatu kegiatan menghisap sejumlah bahan yang terdapat dalam sebatang rokok.
Adapun pengertian kecenderungan menurut Peter Salim (1995: 341) adalah kecondongan
untuk bertindak sesuai dengan keinginan akan sesuatu kegiatan tanpa ada paksaan dari luar
melainkan dari dalam diri individu sendiri.
Dari ketiga definisi tersebut dapat diartikan bahwa perilaku merokok merupakan suatu proses
kegiatan individu untuk menghisap asap rokok kedalam mulut, dimana asap tersebut masuk
melalui saluran pernapasan lalu dikeluarkannya kembali, tetapi disamping itu ada hal yang
terkait dengan perilaku merokok, seperti efek dari merokok terhadap kesehatan dan dapat
mencemarkan lingkungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kecenderungan perilaku merokok adalah keinginan individu untuk melakukan kegiatan
menghisap asap rokok kedalam mulut, dimana asap tersebut masuk melalui saluran
pernapasan lalu ke paru-paru kemudian dikeluarkannya kembali.
2. Unsur-unsur Iklan
Unsur-unsur iklan menurut Kennedy (dalam Hartanto dkk, 2005: 33-35) mencakupi:
a. Ilustrasi
Memegang peranan penting dalam pembuatan iklan khususnya di media cetak. Menurut
Kennedy (dalam Hartanto dkk, 2005:33) gambar lebih berarti dari pada kata dalam
mengungkapkan sesuatu dan lebih mudah di ingat.
b. Headline
Headline yang baik harus singkat dan jelas, mengundang minat dan rasa ingin tahu, memuat
informasi yang cukup yang dibutuhkan konsumen.
c. Copy
Isi dari copy adalah pengembangan dari pesan penjualan, pemberian dukungan, pernyataan
yang didasarkan bukti-bukti dan penjelasan tentang produk.
d. Warna
Warna dalam iklan itu penting karena mampu menarik perhatian dan menciptakan suasana
hati. Tujuan penggunaan warna adalah menarik perhatian dan menyeleksi keinginan
konsumen. Warna memiliki bahasa psikologis yang menciptakan suasana psikologis, seperti
warna merah yang menunjujkkan kehangatan dan kegembiraan.
e. Layout
Merupakan gambaran sebenarnya yang akan digunakan dalam perencanaan rancangan akhir
iklan dan berfungsi sebagai alat informasi yang menterjemahkan konsep visual iklan kepada
orang lain.
f. Ukuran
Semakin besar ukuran suatu iklan akan semakin baik karena penempatan pada posisi
strategis.
Kelima unsur diatas harus memperhatikan hukum persepsi yakni: objek harus mendapat
penekanan lebih ketimbang latar belakang dan hukum geometri yaitu yang diletakkan
didepan harus lebih besar dari pada yang dibelakang. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
besar ukuran suatu iklan akan semakin baik.
3. Fungsi Iklan
Di era globalisasi kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat. Iklan bukan
hanya sekedar perpanjangan tangan dari produsen ke konsumen yang memaksakan
kehendaknya agar masyarakat menjadi konsumtif. Iklan ada karena iklan mempunyai fungsi.
Adapun fungsi dasar iklan menurut Rotzoill (dalam Rendra Widyatama, 2005: 147) yaitu:
a. Fungsi Precipitation
Berfungsi menimbulkan dampak percepatan perubahannya suatu kondisi konsumen dari
keadaan yang semula tidak bisa mengambil keputusan terhadap suatu produk kemudian dapat
mengambil keputusan.
b. Fungsi Perssuation
Berfungsi membangkitkan keinginan dari khalayak sesuai pesan yang diiklankan. Hal ini
meliputi persuasi atas daya tarik emosi, menyebarkan informasi tentang ciri-ciri suatu produk
dan membujuk konsumen untuk tetap membeli.
c. Fungsi Reinforcement
Berfungsi meneguhkan konsumen pada suatu keputusan yang telah diambil sebelumnya.
Peneguhan ini meliputi mengabsahkan daya beli para konsumen yang sudah ada terhadap
suatu produk dan mengabsahkan keputusan sebelumnya dalam mengkonsumsi produk.
d. Fungsi Reminder
Berfungsi mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap produk yang diiklankan,
misalnya memperkuat loyalitas konsumen akan produk yang sudah disenanginya. Sekalipun
muncul produk baru yang sejenis, namun bila individu tetap setia dengan produk yang lama
karena terpengaruh iklan, maka iklan tersebut dapat dikatakan mampu melakukan fungsi
reminder.
Hal ini didukung dengan pendapat Lee dan Johnson (2004: 10-11) yang membagi 3
kelompok fungsi iklan diantaranya adalah:
a. Fungsi Informasi
Pemberian informasi yang dapat disampaikan melalui iklan bisa berupa memberitahu
konsumen tentang produk-produk baru, informasi produk, ciri-ciri, memberitahu tentang
perubahan harga dan lokasi penjualannya.
b. Fungsi Persuasif
Iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau
mengubah sikap konsumen terhadap produk atau perusahaan tersebut.
c. Fungsi Pengingat
Mengingatkan konsumen tentang sebuah produk sehingga konsumen akan tetap membeli
produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya.
Menurut Hurlock (2004: 217) faktor-faktor yang mempengaruhi teman sebaya diantaranya
adalah :
1. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik
perhatian, sikap yang tenang dan gembira.
2. Reputasi sebagai individu yang sportif dan menyenangkan.
3. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
4. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, kesenangan bersama orang
lain, dan sopan.
5. Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti
peraturan-peraturan.
6. Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, tidak
mementingkan diri sendiri dan terbuka.
7. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota-anggota lain dan hubungan
yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
8. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok.
Mengenai pengaruh teman sebaya terhadap remaja juga dikemukakan oleh Vernon (dalam I
Made Wirta, 1992: 10) bahwa pertemuan teman sebaya sering untuk tujuan kepuasaan,
persahabatan, saling bantu-membantu pada hal-hal yang bermanfaat dan sebagai pendorong.
Dalam penelitian Light dan Keller (dalam I Made Wirta, 1992: 10) menemukan bahwa
kenakalan remaja banyak dipengaruhi teman sebayanya.
3. Aspek-aspek dalam Peranan Kelompok Teman Sebaya
Dalam melakukan pengukuran terhadap peranan teman sebaya pada perkembangan masa
remaja maka dapat diukur melalui empat aspek dalam peranan kelompok teman sebaya.
Hetherington dan Parke (1993: 464) menyebutkan empat aspek peranan kelompok teman
sebaya yaitu :
a. Teman sebagai pemberi penguat
Yaitu hubungan teman sebaya selama masa remaja menjadi sangat penting dan pentingnya
teman sebaya sebagai agen penguat semakin meningkat, dimana pada masa ini remaja
membutuhkan sosok teman yang dapat menerima dirinya apa adanya dan memberi semangat
dalam menghadapi segala masalah.
b. Teman sebagai model
Yaitu remaja memperoleh banyak pengetahuan dan berbagai macam respon melalui
pengamatannya terhadap tingkah laku teman sebayanya. Teman menjadi model peran, yang
dijadikan dasar atau pegangan oleh remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari gaya bicara, penampilan serta aktivitas yang
dilakukannya.
c. Teman sebagai proses pembandingan sosial
Teman sebaya berguna sebagai standar bagi remaja dalam mengevaluasi dirinya. Dengan
melihat teman sebayanya, remaja menemukan cara yang objektif dalam menilai karakteristik
dan kemampuan dirinya. Peran teman sebaya sangat dibutuhkan dalam menerima
perkembangan fisik, sosial, dan emosionalnya.
b. Teman sebagai pemberi kesempatan sosialisasi dan belajar
Menurut Zarbatany (dalam Hetherington dan Parke, 1993: 465) Teman sebaya menyediakan
kesempatan untuk bersosialisasi dan belajar mengembangkan suatu hubungan. Fungsi ini
meningkat sejalan dengan perkembangan individu yang semakin banyak menghabiskan
waktunya dengan kelompok sebayanya dibandingkan dengan keluarganya (Larson dan
Richards, 1993: 465)
Dari uraian diatas terdapat empat aspek peranan kelompok teman sebaya yang akan dijadikan
blue print yaitu sebagai pemberi penguat, sebagai model, teman sebaya dan proses
pembandingan sosial serta sebagai pemberi kesempatan sosialisasi dan belajar. Keempat
aspek tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar dalam membuat skala kelompok teman
sebaya.
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
dewasa”. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, maka status individu dalam masa ini tidak
jelas, yaitu individu bukan lagi termasuk anak-anak tetapi bukan juga orang dewasa, sehingga
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Oleh karena itu masa remaja disebut juga
sebagai masa mencari identitas, yaitu sebagai usaha individu untuk menjelaskan siapa dirinya
(Hurlock, 1980: 206-207).
Dalam menentukan batasan usia remaja , Santrock (1996: 206) membagi masa remaja
menjadi dua yaitu remaja awal dan remaja akhir yang berbeda antara pria dan wanita, sebagai
berikut :
Pria Wanita
Remaja awal usia 14-17 tahun Usia 13-16 tahun
Remaja akhir usia 17-21 tahun Usia 16-21 tahun
2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Zulkifli (1992: 65) ada beberapa ciri yang harus diketahui, diantaranya :
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan
masa kanak-kanak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu,
remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak.
b. Perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan sexual pada anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya
mulai berproduksi, mengalami masa mimpi yang pertama tanpa disadari mengeluarkan
sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena sudah
mendapat menstruasi yang pertama.
c. Cara berpikir kausalitas
Yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga
remaja akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak
kecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berpikir remaja, akibatnya timbullah
kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar, merokok, dll.
d. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.
e. Mulai tertarik kepada lawan jenisnya
Dalam kehidupan sosial remaja mulai tertarik kepada lawan jenis dan mulai pacaran. Secara
biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14
sampai dengan 18 lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang
seusia dengannya.
E. Keterkaitan Peran Iklan Rokok dan Kelompok Teman Sebaya terhadap kecenderungan
Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok meningkat dari tahun ke tahunnya. Padahal rokok dapat merugikan
perokok itu sendiri. Untuk menjadi perokok individu haruslah melalui proses yang kompleks.
Kecenderungan perilaku merokok dapat pula terbentuk karena adanya stimulus dari dalam
individu yang mengakibatkan timbulnya respon untuk merokok. Adapun pengertian
kecenderungan perilaku merokok adalah keinginan individu untuk melakukan kegiatan
menghisap asap rokok kedalam mulut, dimana asap tersebut masuk melalui saluran
pernapasan lalu ke paru-paru kemudian dikeluarkannya kembali.
Jadi apabila individu memiliki kecenderungan untuk berperilaku merokok maka individu
akan mendekati dan melakukan perilaku merokok, sedangkan bila individu tidak memiliki
kecenderungan untuk berperilaku merokok maka individu akan menjauhi dan menghindari
perilaku merokok. Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan diatas, ditemukan banyak
faktor baik dari dalam diri individu maupun dari lingkungan, yang dapat menyebabkan
individu memiliki kecenderungan untuk berperilaku merokok hingga bertahan sebagai
perokok, diantara faktornya adalah pengaruh iklan rokok dan kelompok teman sebaya.
Gencarnya iklan rokok sangat mempengaruhi perilaku remaja, bagi perusahaan rokok, seperti
yang diungkapkan WHO (dalam A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati, 2005:
44-45) menjadi sponsor dalam suatu kegiatan sama pentingnya dengan menayangkan iklan
pada media massa, dan juga ada yang memasang spanduk rokok pada acara konser musik,
olahraga atau kegiatan lainnya yang banyak melibatkan kaum remaja. Kegiatan promosi
melalui kegiatan remaja dan iklan dipercaya secara tidak langsung dapat mendorong para
kaum muda untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba merokok, sehingga banyak
kaum remaja yang merokok dan terjadi peningkatan remaja merokok. Hal ini didukung
dengan pendapat A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati (2005: 45) bahwa terjadi
peningkatan drastis konsumsi tembakau pada remaja pada tahun 2001 yang mencapai 24,2%
dari semula 13,7% pada tahun 1995. Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki
usia 15-19 tahun yang kemudian menjadi perokok tetap. Hal ini sesuai dengan penelitian
Muji Sulistyowati dkk (2000: 22) yang menyatakan bahwa iklan rokok merupakan faktor
yang besar sekali pengaruhnya kepada remaja untuk berperilaku merokok.
Kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok juga akan meningkat apabila
kelompok teman sebayanya merokok. Jadi dapat diketahui bahwa teman sebaya turut
berperan dalam pembentukan atau perubahan sikap serta perilaku remaja. Adapun pengertian
kelompok teman sebaya adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi dan mempunyai umur yang relatif sama dengan minat serta pandangan yang
sama pula. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama untuk menerapkan
prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain yang bukan anggota
keluarga (B. Simandjuntak, 1991: 295). Lingkungan teman sebaya merupakan kelompok baru
yang memiliki ciri norma kelompok ditetapkan bersama oleh para anggota. Remaja selalu
bergaul dengan teman sebaya, secara sadar atau tidak sadar remaja saling pengaruh
mempengaruhi, sehingga selama perkembangannya pengaruh teman sebaya turut berperan
dalam pembentukan perilakunya. Beberapa ahli teori juga menggambarkan budaya teman
sebaya remaja sebagai pengaruh merusak yang mengabaikan nilai-nilai dan kontrol orang tua,
teman sebaya juga dapat mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan, merokok dan
bentuk tingkah laku lain yang dianggap oleh orang dewasa sebagai maladaptif (Santrock,
1996: 220). Hasil penelitian Light dan Keller (dalam I Made Wirta, 1992: 10) menemukan
bahwa kenakalan remaja banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perilaku disesuaikan
dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang baru, sehingga kecenderungan seorang
remaja untuk merokok juga akan meningkat jika memiliki teman yang merokok, sering
berkumpul bersama teman-teman yang merokok, dan memiliki kecenderungan pada perilaku
merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Santi Martini dkk (2000: 26) yang menyatakan
bahwa lingkungan teman sebayanya yang merokok dapat mempengaruhi kecenderungan
individu terhadap perilaku merokok.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku merokok dapat
dipengaruhi oleh perilaku individu serta bagaimana pengaruh iklan rokok dan kelompok
teman sebaya bersikap terhadap perilaku merokok. Hal ini didukung dengan penelitian
Surindo (dalam Nhiru Muhammad, 2000: 2) terhadap pelajar SMU 13 yang mengungkapkan
bahwa munculnya budaya merokok dikalangan remaja diakibatkan oleh pergaulan dan
gencarnya iklan rokok, yang mendorong remaja untuk merokok. Jadi apabila semakin besar
peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap remaja maka semakin tinggi pula
kecenderungan remaja untuk berperilaku merokok.
F. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan teori diatas maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan antara peran iklan rokok dan kelompok teman
sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok pada siswa SMAN xx.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan antara peran iklan rokok terhadap
kecenderungan perilaku merokok pada siswa SMAN xx.
3. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan antara kelompok teman sebaya terhadap
kecenderungan perilaku merokok pada siswa SMAN xx.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi,
sampel dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis
instrumen, metode analisis data serta hasil uji coba instrumen penelitian.
Spl = ( n x Js) / N
Keterangan :
Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi
N = Jumlah subjek dalam populasi
n = Jumlah subjek dalam sub populasi
Js = Jumlah subjek yang dibutuhkan
Berdasarkan atas perhitungan dengan rumus tersebut maka didapat sampel penelitian sebagai
berikut:
Tabel 3.1
SAMPEL SISWA/I KELAS XI SMAN 53 JAKARTA TIMUR
Kelas
Jumlah Siswa/i
XI IPS 1
(37 x 130) / 254 = 19
XI IPS 2
(36 x 130) / 254 = 18
XI IPS 3
(37 x 130) / 254 = 19
XI IPS 4
(36 x 130) / 254 = 18
XI IPS 5
(37 x 130) / 254 = 19
XI IPA 1
(37 x 130) / 254 = 19
XI IPA 2
(36 x 130) / 254 = 18
Jumlah
130
Pemilihan subyek yang akan dijadikan sampel dalam teknik proposional random sampling
dilakukan dengan cara undian, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Sutrisno Hadi,
2000:223) :
a. Membuat daftar nama yang berisi semua individu yang ada dalam populasi.
b. Beri kode nomor urut kepada semua individu.
c. Tulis kode masing-masing dalam selembar kertas kecil kemudian digulung.
d. Masukkan gulungan-gulungan kertas kedalam gelas kemudian dikocok.
e. Selanjutnya kertas tersebut diambil satu persatu sejumlah yang diperlukan.
Tabel 3.2
BLUE PRINT
SKALA PERAN IKLAN ROKOK
No
Aspek
Indikator
Nomor Item
Total
Fav
Unfav
1
Aspek daya tarik rasional
a. Harga Barang
b. Kualitas
c. Bentuk kemasan
1,15,23,42
14,44,2,25
30,40,3,53
7,43,16,26
22,45,13,24
41,39,18,4
8
8
8
2
Aspek daya tarik emosional
a. Menunjukkan
kesan dewasa
b. Menunjukkan
kesan gaul
c. Menimbulkan kepercayaan diri
d. Menunjukkan kesan keren
48,38,5,17
56,19,8,36
9,35,33,28
21,49,11,32
50,37,6,27
52,55,46,34
54,10,51,29
47,12,31,20
8
Total
28
28
56
1,21,38
3,39,23
22,2,41
4,40,24
6
6
2
Teman sebagai model
a. Penampilan
b. Gaya bicara
c. Aktifitas
5,44,42
7,45,26
9,46,28
6,43,25
8,27,60
10,59,47
6
6
6
3
Teman sebagai proses pembandingan sosial
a. Menerima
fisik
b. Emosional
c. Penerimaan
sosial
11,29,48
13,31,49
15,51,57
12,30,58
14,32,50
16,33,52
6
6
6
4
Teman sebagai pemberi kesempatan sosialisasi dan belajar
a.Memberikan kesempatan bersosialisasi
b.Memberikan kesempatan belajar
17,34,56
19,54,36
18,35,55
20,53,37
6
Total
30
30
60
Tabel 3.4
BLUE PRINT
SKALA KECENDERUNGAN PERILAKU MEROKOK
No
Tahapan
Indikator
Nomor Item
Total
Fav
Unfav
1
Persiapan merokok
a. Pandangan positif terhadap perokok
b. Mencari penerimaan dari teman sebaya
c. Pandangan bahwa merokok dapat menolong
1, 10, 14
2, 15
3, 40, 17
38, 55, 56
39, 16
18, 41, 57
6
2
Mulai mencoba merokok
a. Tekanan teman sebaya
b. Anggota keluarga merokok
c. Mengabaikan reaksi tubuh terhadap rokok
4, 20
5, 21, 43
6, 23
19, 42
44, 22, 58
45, 24
4
6
4
3
Menjadi perokok
a. Toleransi
b. Pandangan bahwa rokok hanya berbahaya pada orang lain
7, 25
8, 28
46, 26
27, 29
4
4
4
Memper
tahan
kan perilaku merokok
a. Merokok untuk menghasilkan reaksi emosional yang positif
b. Merokok untuk mengurangi reaksi emosional yang negatif
c. Kebiasaan
d. Kecanduan
9, 30, 47
11,32,50
12, 34
13, 36
48, 31, 49
51, 33, 53
52, 35
54, 37
6
4
4
Total
29
29
58
4. Sistem Penilaian
Sistem Penilaian yang digunakan untuk ketiga skala diatas menggunakan model skala likert
yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi, responden terhadap
suatu objek.
Dengan menggunakan model skala likert, maka ketiga skala diatas mempunyai sistem
penilaian tertentu yang terbagi menjadi dua kelompok pernyataaan yaitu pernyataan favorable
dan pernyataan unfavorable. Pernyataan-pernyataan ini disajikan dalam bentuk lima alternatif
jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai ( S ), ragu-ragu ( R ), tidak sesuai ( TS ), dan sangat
tidak sesuai ( STS ). Masing-masing jawaban memiliki interval nilai yang bergerak dari
angka 1 sampai angka 5. Setiap responden diminta untuk memilih satu dari lima alternatif
jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan berdasarkan apa yang dialami dengan sistem
penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.5
SISTEM PENILAIAN SKALA
JAWABAN
FAVORABEL
UNFAVORABEL
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Ragu-ragu (R)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
5
1
1
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi x dan y
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X = Jumlah nilai dari tiap item
∑Y = Jumlah nilai konstan
N = Jumlah subyek penelitian
2. Reliabilitas
Menurut Saifuddin Azwar (2003: 4) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya, artinya hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek dalam diri subyek yang diukur memang belum berubah.
Dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas, penulis menggunakan teknik Alpha Cronbach
yang dihitung dengan menggunakan komputer program SPSS versi 13.0 for windows.
Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach adalah:
k ∑Sj ²
α = ——— {1 – ——— }
( k – 1 ) Sx²
Keterangan:
Tabel 3.6
Kaidah Guildford & Fruchter
> 0,90
Sangat Reliabel
0,70 – 0,90
Reliabel
0,40 – 0,70
Cukup Reliabel
0,20 – 0,40
Kurang Reliabel
< x2 =" r²" x2 =" Korelasi" yx1 =" Korelasi" yx2 =" Korelasi" x2 =" Korelasi" x2 =" r" x1x2
=" Korelasi" ryx1 =" Korelasi" ryx2 =" Korelasi" rx1x2 =" Korelasi" r =" 0,901," r =" 0,404,"
r =" 0,722," p =" 0,195,"> 0,05 sehingga data tersebut dikatakan berdistribusi normal,
sedangkan untuk skala peran iklan rokok berada pada p = 0,000 dan kecenderungan perilaku
merokok berada pada p = 0,012 menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga data tersebut
dikatakan berdistribusi tidak normal.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai pembahasan, kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja kelas XI SMAN 53
Jakarta Timur dengan menggunakan sampel sebanyak 130 orang maka untuk hipotesis
pertama yang diuji dengan menggunakan rumus korelasi ganda diperoleh R = 0,901 dengan p
< 0,05 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan bahwa ada hubungan antara
peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku merokok
pada siswa SMAN 53 Jakarta Timur. Berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh, dimana
terdapat arah korelasi yang positif antara peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya
terhadap kecenderungan perilaku merokok sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap remaja maka semakin tinggi pula
kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Surindo (Nhiru Muhammad, 2000: 2) yang mengungkapkan bahwa
munculnya budaya merokok dikalangan remaja diakibatkan oleh pergaulan dan gencarnya
iklan rokok yang mendorong remaja untuk merokok.
Untuk hipotesis kedua yang diuji dengan menggunakan korelasi parsial diperoleh r = 0,404
dengan p < 0,05 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara peran iklan rokok dengan kecenderungan perilaku merokok pada siswa SMAN 53
Jakarta Timur. Berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh, dimana terdapat arah korelasi yang
positif antara peran iklan rokok dengan kecenderungan perilaku merokok maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar peran iklan rokok terhadap remaja maka semakin tinggi
pula kecenderungan remaja untuk melakukan peilaku merokok. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muji Sulistyowati dkk (2000: 22) yang menyatakan bahwa
iklan rokok merupakan faktor yang besar sekali pengaruhnya kepada remaja untuk
berperilaku merokok.
Untuk hipotesis ketiga yang diuji dengan menggunakan korelasi parsial diperoleh r = 0,722
dengan p < 0,05 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kelompok teman sebaya dengan kecenderungan perilaku merokok pada remaja SMAN
53 Jakarta Timur. Berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh, dimana terdapat arah korelasi
yang positif antara kelompok teman sebaya dengan kecenderungan perilaku merokok maka
dapat disimpulkan bahwa semakin besar peran kelompok teman sebaya terhadap remaja
maka semakin tinggi pula kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi Martini dkk (2000: 26) yang menyatakan
bahwa lingkungan teman sebayanya yang merokok dapat mempengaruhi kecenderungan
individu terhadap perilaku merokok. Begitu pula dengan hasil penelitian Light dan Keller
(dalam I Made Wirta, 1992: 10) yang menemukan bahwa kenakalan remaja banyak
dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Berdasarkan perhitungan kategorisasi pada masing-masing variabel didapatkan rata-rata skor
subyek. Perhitungan kategorisasi pada peran iklan rokok menunjukkan bahwa secara umum
rata-rata skor berada pada kategori sedang dengan mean temuan sebesar 136,98 dan untuk
kelompok teman sebaya yang secara umum rata-rata skor berada pada kategori sedang
dengan mean temuan sebesar 140,32. Sedangkan untuk kecenderungan perilaku merokok
menunjukkan bahwa secara umum rata-rata skor berada pada kategori tinggi dengan mean
temuan sebesar 144,58.
Untuk mengetahui berapa besar variabel-variabel yang mempunyai kontribusi terhadap
terjadinya kecenderungan perilaku merokok maka dapat dilihat pada hasil analisis regresi
dengan metode stepwise diperoleh hasil R² = 0,812. Hal ini berarti besarnya kontribusi yang
diberikan oleh peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya terhadap terjadinya
kecenderungan perilaku merokok adalah sebesar 81,2 %. Peran iklan rokok mempunyai
pengaruh terhadap kecenderungan perilaku merokok sebesar 77,6 % dan kelompok teman
sebaya sebesar 3,7 %. Sedangkan sisanya 18,8 % dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain,
misalnya identitas diri, mencontoh tokoh idola, pelarian karena depresi, ketidakharmonisan
dalam keluarga, keterbatasan sarana sebagai penyaluran bakat (Desi Utari, 1997: 26).
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diterangkan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan antara lain:
1. Ada hubungan yang signifikan antara peran iklan rokok dan kelompok teman sebaya
terhadap kecenderungan perilaku merokok pada siswa SMAN 53.
2. Ada hubungan yang signifikan antara peran iklan rokok dengan kecenderungan perilaku
merokok pada siswa SMAN 53.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kelompok teman sebaya dengan kecenderungan
perilaku merokok pada siswa SMAN 53.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran Teoritis
Penelitian ini masih dalam lingkup yang sangat terbatas, untuk itu disarankan dalam
penelitian selanjutnya dapat melengkapi keterbatasan tersebut. Bagi peneliti selanjutnya yang
berminat melakukan penelitian yang sama diharapkan mempertimbangkan faktor atau
variabel lain yang mempengaruhi perilaku merokok seperti identitas diri, mencontoh tokoh
idola, pelarian karena depresi, ketidakharmonisan dalam keluarga dan keterbatasan sarana
sebagai penyaluran bakat.
2. Saran Praktis
a. Bagi remaja hendaknya menyadari bahayanya merokok dan dianjurkan untuk mengurangi
merokok dengan cara mengalihkan keinginannya untuk merokok kepada kegiatan lain yang
positif seperti bermain musik serta dianjurkan untuk tidak mengikuti kebiasaan yang negatif
dari teman termasuk merokok.
b. Bagi orangtua diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok dan
dapat memberikan contoh yang baik supaya anak tidak melakukan perilaku merokok
dikemudian harinya.
c. Bagi guru hendaknya memberikan penyuluhan pada siswa-siswinya tentang bahaya
merokok dan mengawasi siswa-siswinya serta memperketat aturan disekolah misalnya
dengan memberikan sangsi apabila siswa-siswinya merokok.
d. Bagi produsen iklan hendaknya membatasi penayangan jam iklan di televisi dan
membatasi pembuatan iklan dimedia cetak khususnya di majalah remaja serta dianjurkan
lebih menonjolkan kalimat peringatan bahaya merokok beserta dampaknya pada setiap
bungkus rokok.
Diposkan oleh blogskripsi di 08:58
Label: psikologi