PENDAHULUAN
sumber daya manusia. Upaya ini harus dimulai sedini mungkin. Arah kebijakan
turunnya kualitas generasi muda. Upaya ini ditujukan bagi remaja yang
merupakan modal bagi kemajuan bangsa yang akan datang (Baron, 2006).
Dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok, lebih
dari 200 juta di antaranya adalah wanita. Data WHO menyebutkan, di negara
berkembang jumlah perokoknya 800 juta orang, hampir tiga kali lipat negara
maju. Hingga tahun 2000 konsumsi rokok per kapitanya mencapai 1370 batang
per tahun, dengan kenaikan 12 persen. Setiap tahun tidak kurang dari 700 juta
anak-anak terpapar asap rokok dan menjadi perokok pasif. Setiap tahun ada empat
setahunnya adalah tidak kurang dari 200 miliar dolar Amerika. Kalau tidak ada
penanganan memadai, maka di tahun 2030 akan ada 1,6 miliar perokok (15% di
terjadi di negara berkembang) dan sekitar 770 juta anak yang menjadi perokok
1
1
pasif dalam setahunnya 20 sampai 25% kematian di tahun itu dapat terjadi akibat
Perilaku merokok telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan di berbagai
tempat, bahkan di tempat umum. Rokok pun dapat dengan mudah didapatkan.
Hanya ada beberapa tempat yang telah memberlakukan batasan umur dalam hal
19 tahun 2003 menyatakan perlunya tercipta kawasan bebas rokok pada tempat-
tempat yang menjadi akses umum. Kawasan yang dimaksud adalah tempat
umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat belajar mengajar, tempat ibadah
untuk membeli rokok. Biaya yang harus dikeluarkan seorang perokok tiap
yakni pria 63,1% (naik 1,4% dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5% (tiga
kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anak-
anak (usia 13-15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5% dan anak
perempuan 2,3%. Sebanyak 30,9% dari anak-anak yang merokok ini telah mulai
2
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perokok pemula (usia 5-9
tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun (2001-2004)
persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8%. Delapan puluh persen
golongan pemula ini akan menjadi perokok tetap. Rokok yang banyak dikonsumsi
di Indonesia adalah rokok kretek yaitu sekitar 80% dari semua rokok yang
beredar di pasaran. Rokok kretek mempunyai kadar nikotin dan tar 2-3 kali lebih
Negara konsumen rokok di dunia ± 181,958 milyar batang perhari. Data lain
menunjukkan bahwa dari 14 propinsi yang ada di Indonesia, 59,04% laki-laki usia
10 tahun ke atas dan 4,83% wanita pada usia yang sama saat ini adalah perokok
Indonesia dikategorikan tinggi. Hasil survey yang dilakukan oleh Global Youth
Tobacco (2006), prevalensi merokok remaja usia 13-15 tahun laki-laki adalah
Menurut Rice & Dolgin (2007) masa remaja adalah periode perkembangan
antara masa anak-anak sampai masa dewasa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
masa remaja dibedakan menjadi remaja awal, berada pada rentang pada usia 11-
14 tahun dan masa remaja akhir dengan rentang usia 15-19 tahun. Menurut Smet,
(2005) dalam penelitian ”Perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004”
3
menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%,
perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%,
pelajar paling banyak menghabiskan rokok <1 batang per hari 45,8% dan jumlah
rokok yang dihisap ≥ 6 batang per hari sebesar 3,13% (Smet, 2005). Perilaku
banyak orang yang melakukannya. Bahkan mereka mulai merokok pada usia
faktor sosial kultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat
bersama teman-teman 46%, seorang anggota keluarga bukan orang tua 23%, dan
orang tua, keluarga yang tidak harmonis dan mencontoh dari orang tua yang juga
pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar
adalah perokok juga. Pengaruh diri sendiri, remaja merokok dengan alasan ingin
tahu atau melepaskan diri dari masalah dan rasa bosan. Pengaruh iklan,
banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar telah
mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok (Anna, 2006).
4
Kota Kendari dengan luas wilayah 295,89 Km2, mempunyai 10 Kecamatan
Sekolah Lanjutan Atas dan 26 buah Sekolah Lanjutan Pertama. Penelitian tentang
Rokok pada remaja belum pernah dilakukan di sekolah tersebut, sehingga data
pasti prevalensi merokok dikalangan remaja belum ada. Hal inilah yang
SMU Hasrati Kendari sebagai langkah awal upaya preventif terhadap perilaku
B. Rumusan Masalah
adalah :
2. Apakah sikap permisif orang tua berhubungan dengan perilaku merokok pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
b. Bagi institusi sebagai bahan bacaan dan dan dapat dijadikan masukan
2. Manfaat praktis
6
Peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama