Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang di temui dalam kehidupan

sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah

kesehatan. Hasil studi menunjukan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaan

ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir memulai merokok pada saat dewasa.

Karena itulah, masa remaja sering kali di anggap masa kritis yang menentukan

apakah nantinya menjadi perokok atau bukan ( syair, 2009).

Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai di mana-mana di

dunia, kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan

berkependidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi

masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial.

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan

kenikmatan bagi si perokok, namun dinilai pihak dapat menimbulkan dampak

buruk bagi si perokok itu sendiri. Dibandingkan dengan yang bukan perokok,

rokok juga dapat menyebabkan kanker.(Ensiklopedia, 2007)

Berdasarkan data WHO jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 M orang

sementara kematian yang di akibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang pertahun.

Berdasarkan data WHO kebiasaan merokok masyrakat terus berlanjut, maka pada

tahun 2020 angka kematian akibat merook diperkirakan akan meningkat menjadi

10 juta pertahun diman 70% terjadi di negara-negara berkembang (Arujo, 2009).


2

Data WHO (2007) menyebutkan bahwa di negera berkembang jumlah

perokoknya 800 juta orang, hampir tiga kali lipat dari negara maju. Setiap

harinya sekitar 80-100 ribu remaja di dunia menjadi pecandu dan ketagihan

rokok. Bila pola ini terus menetap maka sekitar 250 juta anak-anak yang hidup

sekarang ini akan meninggal akibat kebiasaan merokok(Arujo, 2009).

Di indonesia hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum

mencapai 19 tahun. Perokok remaja adalah calon perokok jangka panjang dan

menempatkan mereka pada kerusakan kualitas generasi dan kematian dini yang

sebenarnya dapat dicegah. Umur mulai merokok pada usia anak dari tahun

ketahun mengalami peningkatan. Umur petama kali merokok pada usia 5-9

tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 yahun sebesar 17,5%, umur 15-19 tahun

sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun 14,6%, pada usia 25-29 tahun sebesar

4,3% dan pada usia > 30 tahun sebesar 3,9%, sehingga rata-rata jumlah batang

rokok yang dihisap setiap hari sebanyak 11-20 batang perhari (riskesdas, 2010).

Jumlah perokok di SDKI jakarta meningkat tajam selama 7 tahun terahir,

jumlahnya mencapai 35% dari jumlah penduduk jakarta. Pada tahun 2001,

jumlah perokok di jakarta mecapai 27,7%, tahun 2004 31,2%, pada tahun 2008

di perkirakan mencapai 35% dari 9,057 juta jiwa atau sekitar 3 juta jiwa (viva

news). Hasil survey pengetahuan dan prilaku merokok dikalangan pelajar DKI

jakarta 31,3% dari 1435 siswa SMP dan SMA (dari 41 sekolah di jakarta).

Temuan lain juga menginformasikan bahwa 53,6% pelajar yang merokok

mengaku merokok karena pengaruh kelompok atau komunitas sebaya mereka.

(SDKI, 2012)
3

Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait,

menyebutkan usia perokok mulai merokok di tanah air yang tertinggi ada di

kelompok remaj yaitu usia 15-19 tahun. Jumlah mencapai 63,7%. Ironisnya ada

anak yang mulai merokok di kelompok usia 5-9 tahun yang jumlahnya mencapai

1,8% ( jaya, 2009). Dirilis pada tanggal 11 september 2012 di indonesia ada 61,4

juta penduduk yang merokok, dan perokok pada usia 15-24 mencapai 51,7%

(Admin, 2012).

Dampak merokok bagi remaja diantaranya dapat meningkatkan resiko

kanker paru-paru dan penyakit jantung di usia yang masih muda. Selain itu

kesehatan kulit Bahaya merokok bagi remaja diantaranya dapat meningkatkan

resiko kanker paru-paru dan penyakit jantung di usia yang masih muda. Selain

itu kesehatan kulit tiga kali lipat lebih beresiko terdapat keriput di sekitar mata

dan mulut. Kulit akan menua sebelum waktunya atau biasa disebut dengan

penuan dini. Merokok di usia dini menyebabkan impotensi dan mengurangi

jumlah sperma pada pria dan mengurangi tingkat kesuburan pada wanita (Karyo,

2012).

Upaya pencegahan konsumsi rokok perlu dilakukan setiap lingkungan baik

di lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Salah satu upaya

pencegahan yang dapat dilakukan adalah memeberikan pendidikan kesehatan

dengan meningkatkan penegetahuan kepada sasaran yang rawan

menyalahgunakan dan meningkatkan kesadaran mereka tentang bahaya rokok.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai rokok ini

memerlukan dukungan dari orang tua, masyarakat dan pemerintah. Akan tetapi

setelah diajukan beberapa pertanyaan terkait bahaya merokok, ternyata siswa


4

belum mengetahui bahaya tentang rokok. Sebagian diantara mereka hanya

menjawab batuk-batuk.

Faktor terbesar pada anak usia remaja yang mempunyai kebiasaan

merokok adalah kebiasaan orang tuannya sekaligus figur. Anak pada usia remaja

akan lebih cepat berprilaku merokok pada ayah atau ibunya yang juga seorang

perokok (Triswanto, 2007).

Kompleksnya permasalahan rokok didunia termasuk indonesia, akibat

kurangnya pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang

terkandung dalam rokok dan dampak dari bahaya rokok. Pengetahuan yang

kurang baik akan cenderung mebuat seseorang berprilaku merokok. Ataupun

sebaliknya jika pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat akan

mencegah timbulnya prilaku merokok (Araujo, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan dengan metode wawancara di SMA 96

jakarta pada siswa X sebanyak 10 siswa didapat hasil bahwa siswa yang

mempunyai penegtahuan baik sebanyak 3 orang, siswa yang mempunyai

pengtahuan cukup sebanyak 2 orang, dan yang berpengetahuan kurang

sebanyak 5 orang (Notoatmodjo,2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, didpatkan hasil

bahwa masih banyak siswa yang mepunyai pengetahuan kurang tentang bahaya

merokok, maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Remaja Putra Tentang Bahaya Merokok pada siswa

kelas X di SMA 96 jakarta Barat Bulan mei tahun 2015”.


5

1.2 Perumusan Masalah

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh penelitian sebelmnya di SMA 96

jakarta tahun 2015 pada siswa X sebanyak 10 siswa didapat hasil bahwa siswa

yang mempunyai penegtahuan baik sebanyak 3 orang, siswa yang mempunyai

pengtahuan cukup sebanyak 2 orang, dan yang berpengetahuan kurang

sebanyak 5 orang (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan pernyataan diatas maka perumusan masalah dalam penelitian

Ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Putra Tentang

Bahaya Merokok di SMA 96 jakarta Barat tahun 2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk diketahui pengetahuan remaja putra tentang bahaya rokok

pada siswa kelas X di SMA 96 Jakarta 2015.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putra

tentang bahaya merokok pada siswa kelas X di SMA 96

Jakarta tahun 2015

b. Diketahui disribusi frekuensi sumber informasi remaja

putra tentang bahaya merokok pada siswa X di SMA 96

Jakarta 2015.
6

c. Diketahui distribusi frekuensi lingkungan remaja putra

tentang bahaya merokok pada siswa kelas X di SMA 96

Jakarta 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah teori atau

ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang bahaya

merokok bagi kesehatan.

2. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman nyata dan meningkatkan

penegetahuan kegiatan penelitian dan dalam membuat karya tulis.

3. Bagi institusi

a. SMA Negeri 96 Jakarta

Memberikan data bagi lembaga pendidikan

menegenai aspek tingakat penegetahuan siswa tentang

bahaya merokok bagi kesehatan sekaligus sebagai bahan

masukan dalam upaya menyukseskan anak bangsa dan

program anti merokok.

b. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang

berguna bagi oembaca serta keseluruhannya.


7

1.5 Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini membahas hubungan antara variabel bebas (sumber

informasi, lingkungan, sosial budaya.) dengan variabel terikat yaitu

pengetahuan remaja tentang bahaya merokok. Penelitian ini menggunakan

data primer pada sekolah SMA 96 Jl. Jati Raya No. 40, Cengkarang Barat,

Jakarta Barat bulan mei tahun 2015.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

a. Pengertian

1) Menurut notoatmodjo 2011, Pengetahuan merupakan hasil

dari tahun dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.

Sebagian besar, pengetahuan manusia di peroleh dari mata

dan telinga.

2) Menurut mahmud, 2011, pengetahuan juga merupakan

sesuatu yang tertinggal dari hasil pengindraan manusia

terhadap dunia luar, selain itu, penegtahuan merupakan

deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan alam

semesata, baik yang ada di dalam memori perorangan

maupun tertulis.

b. Tingkat pengetahuan

Menurut notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam

tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)
9

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau

rangsangan yang di terima. Oleh karena itu, tahu ini

merupakan tingkat penegtahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benra tentang objek yang di ketahui,

dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya tehadap

objek yang di pelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,


10

tetapi masih di dalam satu struktur organisai, dan masih

ada kaitannya satu sma lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5) Sistensis (synthesis)

Sistensi menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sistensis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian - penilaian itu di dasarkan pada

suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kreteri-kreteria yang ada.

c. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes atau kusioner tentang

objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya

dilakukan penelitian diman setiap jawaban benar dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi

nilai 0 (Notoatmodjo, 2010).


11

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan

(tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa

presentasi. Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diterpretasikan dengan skala yang bersifat

kuantitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentasi 76%-100%

2) Cukup : hasil presentasi 56%-75%

3) Kurang : hasil presentasi ,56%

( Wawan dan Dewi, 2010).

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh kebenaran

pengetahuan dapat dikelompokkan menajdi dua, yaitu :

1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini

gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga,

dan apabila kemungkinan ketiga gagal di coba

kemungkinan keempat dan seterusnya, samapi masalah

tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini


12

disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah )

atau metode coba salah (coba-coba).

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi kafena

tidak di sengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu

contoh adalah penemuan enzim urase oleh summers.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau

informal, para pemuka agama, pemegang pemeritah, dan

sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni

orang tang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ilmju pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Misalnya, cara

menghukum anak dengan dijewer telinganya atau dicubit


13

sampai sekarang berkembang menjadi teori atau

kebenaran, bahwa hukuman adalah metode meskipun yang

baik bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan

hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang tua untuk mendisiplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan

ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau

lebih populernya disebut metodologi penelitian (research

mehodology).

2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut dewi dan wawan (2010), faktor –faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita –

cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi mengenai hal - hal yang menunjukan kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan


14

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku

seseorang akan pola hidupnya terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

hanya merupak cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingakat kematangan seseorang dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

d. Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat penegtahuan seseorang. Bila

seseorang banyak memperoleh informasi maka akan

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.


15

2) Faktor eksternal

a. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau

kelompok.

b. Sosial budaya

Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

c. Sumber Informasi

Suatu sistem tanpa informasi akan tidak berguna,

karena suatu sistem yang kurang, mendapatkan informasi

akan mengalami kemacetan dan akhirnya berhenti.

Dengan demikian informasi sangat penting bagi suatu

sistem, informasi sendiri berasal dari data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi

yang menerimanya. Mendefinisikan informasi sebagai

data yang telah di proses sehingga mempunyai arti dan

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang

menggunakan data tersebut.

Jadi sumber informasi data yang merupakan

kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian

dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah

sesuatu yang terjadi pada saat tertentu, kesatuan nyata


16

berupa objek nyata seperti tempat, benda, dan orang-orang

yang betul-betul ada dan terjadi.

Teori yang menyebutkan pendidik terbaik adalah

orang tunya sendiri, termasuk dalam hal ini adalah

pendidik dalam bidang bahaya merokok. Maka dari itu

tingkat pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok

dapat di pengaruhi oleh informasi dari orang tua.(

Gunarsa, 2007)

Hasil survey yang dilakukan oleh yayasan jantung

indonesia (2010), sekitar 77 % pelajar di indonesia yang

merokok mengawali petualangan mereka dar tawaran atau

olok-olok temannya sendiri.

2.3 Remaja

a. Pengertian remaja

1) Menurut Widyastuti (2009), masa remaja adalah masa transisi

yang di tandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.

Masa ini antara 10-19 tahun, merupak suatu periode masa

pematangan organ reproduksi manusi, dan sering disebut masa

pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak

ke masa dewasa.

2) Menurut Soetjiningsih (2010), remaja adalah masa transisi

antara masa anak- anak dan masa dewasa. Timbul ciri- ciri seks

sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan – perubahan

psikolog serta kognitif.


17

b. Tahap – tahap perkembangan remaja

Menurut Sarwono (2010), mengatakan bahwa dalam proses

penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan

remaja, yaitu :

1) Remaja awal (aerly adolescent)

Seseorang remaja pada tahap ini masih terheran – heran

akan perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuhnya

sendiri dan dorongan – dorongan yang menyertai perubahan –

perubahan itu. Pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun.

Remaja mengembangkan pikiran – pikiran baru, cepat tertarik

pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara etoris. Dengan

dipegang bahunya saja oleh lawan jenis remaja sudah

berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihan- berlebihan ini

ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap edo

menyebabkan para remaja awal ini sulit di mengerti dan di

mengerti orang dewasa.

2) Remaja madya ( middle adolescent)

Dimulai pada usia sekitar 13-15 tahun, pada tahap ini remaj

sangat membutuhkan kawan-kawan, senang jika banyak teman

yang mengakuinya. Ada kecendrungan narsistis yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang

sama dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi

kebingungan karean tidak tahu memilih yang mana peka atau

tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimisis atau pesimis,


18

idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pad

ibi sendiri pada masa anak- anak) dengan mempererat

hubungan dengan kawan-kawan.

3). Remaja akhir ( late adolescent)

Dalam tahap remaja akhir biasanay dimulai pada usia 16-19

tahun, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai denagn pencapaian lima hal yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan unutuk bersatu dengan orang-

orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadunya (

private self) dan masyarakat umum.

c. Perubahan fisik

1. Tanda seks primer

Tanda seks primer adalah organ seks, pada laki-laki

gonadeltestes. Organ itu terletak di dalam skrotum, pada usia

14 tahun sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah ini terjadilah

pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2 tahun , kemudian

pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20


19

atau 21 tahun, sebagai tanda fungsi-fungsi organ reproduksi

pria matang. Lazimnya terjadi mimpi basah, artinya bermimpi

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual,

sehingga mengeluarkan sperma.

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama mama

puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan

lainnya berbeda, berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun

kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43

gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada

perempuan adalah datangnya haid, ini adalah permulaan dari

serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang

hancur dari uterus secar berkala, yang akan terjadi kira-kira

setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang

masa menoupause biasa terjadi pada usia sekita 50 (widyastuti,

2009).

2. Tanda-tanda seks sekunder

Menurut widyastuti (2009), tanda seks sekunder adalah :

a. Pada laki-laki

a) Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja

adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun

setelah testes dan penis mulai membesar.

b) Kulit menjadi kasar, tidak jernih, pori-pori

membesar.
20

c) Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif,

seringkali menyebabkan jerawat karena produksi

minyak yang meningkat.

d) Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar

dan kuat.

e) Terjadi perubahan suara yang mula-mula agak

serak, kemudian volumenya juga meningkat.

f) Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul

benjolan kecil-kevil disekitar kelenjar susu. Stelah

beberapa miggu besar dan jumlahya menurun.

b. Pada wanita

a) Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah

pinggul dan payudar mulai berkembang.

b) Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan

membulat.

c) Payudara membesar dan puting susu menonjol.

d) Kulit menjadi kasar, lebih tebal dan pori-pori

membesar.

e) Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif,

kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat, kelenjar

keringat baunya menusuk sebelum dan sesudah

masa haid. Suara menjadi merdu , suara serak jarang

terjadi pada wanita.


21

2.4 Rokok

a. Pengertian rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang

terbungkus, dihasilkan dari tanaman dan spesies lainnya

atau sintesis tang mengandung nikitin, tar dengan atau

tanpa naham tambahan (Heryani, 2014).

Rokok alah silinder dari kertas brukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

yang telah di cacah ( Jaya, 2009).

b. Jenis rokok

Menurut Jaya (2009), di Indonesia rokok dibagi menjadi

beberapa jenis, antara lain :

1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus

a) Klobot

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

jagung.

b) Kawung

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

aren.

c) Sigaret

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

d) Cerutu
22

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembangkau.

2) Rokok berdasarkan bahan baku

a) Rokok putih

Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan

efek rasa dan aroma tertentu.

b) Rokok kretek

Rokok yang bahan baku isinya daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok klembak

Rokok yang bahan baku isinya daun tembakau,

cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk

mendaptkan rasa dan aroma tertentu.

2.4.1 Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok dan dampak yang

ditimbulkan

Rokok merupakan sumber penyebab dari berbagai

penyakit. Sebgaimana kita ketahui didalam asap sebatang

rokok yang dihisap oleh perokok, tidak kurang dari 400 zat

kimia yang beracun dan setidaknya 200 antaranya berbahya

bagi kesehatan. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari

komponens gas 85% dan partikel. Racun pertama pada

rokok adalah Tar yang bersifat karsinogenik (dapat


23

menyebabkan kanker), nikotin suatu bahan adiktif yang

dapat membuat orang menjadi ketagihan, menimbulkan

ketergantungan dan toleransi dan gejala-gejala ketagihan

apabila berhenti merokok, dan karbon monoksida

(jurnalilmiah, 2013)

2.4.2 Zat- zat yang terkandung dalam asap rokok menurut Yoga

Aditama (2011) sebagai berikut :

1) Karbon monoksida

Karbom moniksida (CO) merupakan gas beracun

yang tidak bau sama sekali. Karbon monoksida

menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen, yang

biasanya dibawa oleh sel darah merah sehingga jantung

si perokok menjadi berkurang suplai oksigen. Hal ini

sangat berbahaya bagi orang yang menderita sakit

jantung dan paru-paru, karena akan mengalami sesak

nafas ataupun nafas pendek dan menurunkan stamina.

Karbon monoksida juga merusak lapisan pembuluh

darah dan menaikan kadar lemak pada dinding

pembuluh darah yang dapat menyababkan

penyumbatan. Ini meningkatkan resiko serangan

jantung.

2) Nikotin

Nikotin adalah suatu zat yang dapat membuat

kecanduan dan mempengaruhi sisten syaraf,


24

mempercepat detak jantung (melebihi detak normal),

sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.

Selain itu zat paling sering dibicarakan dan diteliti

orang, karena dapat meracuni saraf tubuh,

meningkatkan tekanan darah, menimbulkan

penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan

ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar

nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap

hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.selain itu

Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit

jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap

oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gigi melalui

aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi

dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan

akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat

ditemukan pada cairan gusi.

3) TAR

Tar adalah sebuah zat yang dihasilkan dalam

pembakaran tembakau(rokok biasa) dan bahan tanaman

lain ( rokok herbal) ketika sesorang merokok.

Merupakan campuran dari beberapa zat yang bersama-

sama membentuk suatu massa yang dapat melekat di

paru-paru. Sejenis cairan kental berwarna coklat tua

atau hitam yang merupakan subtasi hidrokarbon yang


25

bersifat lengket dan menempel pada paru-paru yang

dapat menyumbat dan mengiritasi paru-paru dan sistem

pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit bronchis

kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus

menyebabkan kanker paru-paru (penyakit maut yang

hampir tak dikenal oleh mereka yang bukan perokok).

Racun kimia dalam tar juga dapat meresap ke dalam

aliran darah dan kemudian dikeluarkan diurine. Tar

yang tersisa diakntung kemih juga dapat menyebabkan

penyakit kanker kantung kemih, selain itu tar dapat

meresap dalam aliran darah dan mengurangi

kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa

oksigen keseluruh tubuh, sehingga sangat besar

pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah. Kadar tar

pada rokok antara 0,5-35 mg per batang.

2.4.3 Zat-zat beracun lainnya yang terdapat dalam rokok menurut

Zainal Abidin (2009) antara lain sebagai berikut :

1) Kadium

Adalah zat yang dapat meracuni jarinag tubuh terutama

ginjal.

2) Akrolein

Merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti

aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandumng kadar

alkohol, artinya akrolein ini adalah alcohol yang


26

cairannya telah diambil, cairan ini sangat menggangu

kesehatan.

3) Amoniak

Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri

dari nitrogen dan hydrogen, zat ini tajam baunya dan

sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada

pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke

dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang

pingsan atau koma.

4) Asam format

Merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang

bergerak bebas dapat membuat lepuh, cairan ini sangat

tajam dan menusuk bauknya, karena zat ini dapat

menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.

5) Hidrogen sianida

Merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat

yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien

untuk menghalangi pernpasan dan merusak saluran

pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang

mengandung racun yang sangat berbahaya, sedikit saja

sianida dimasukan langsung ke dalam tubuh dapat

mengakibatkan kematian.

6) Nitrous oxide
27

Merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan

bila dihisap dapat menyebabkan hilangnya

pertimbangan dan menyebabakan rasa sakit. Nitrous

oxide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat

digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi

oleh dokter.

7) Formaldehid

Adalah sejenis gas yang tidak berwarna dan bau

tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan

pembasmi hama, gas ini juga sangat beracun keras

terhadap semua organisme hidup.

8) Fenol

Adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari

distilasi beberapa zat organic dari tar arang. Zat ni

beracun dan membahayakan kerana fenol ini terikat ke

protein dan menghalangi aktivitas enzim.

9) Asetol

Adalah hasil pemanasan aldehid sejenis zat yang

tidak berawran yang bebas bergerak dan mudah

menguap dengan alcohol.

10) Hidrogen sulfida

Adalah sejenis gas yang beracun yang gampang

terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi

oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).


28

11) Piridin

Adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau

tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alcohol

sebagai pelarut dan pembunuh hama.

12) Metil klorida

Adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara

hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama.

Zat ini adalah senyawa organic yang beracun.

13) Metanol

Adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap

dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap

methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan

kematian.

2.4.4 Bahaya rokok

Senyawa-senyawa kimia yang tegantung didalam

rokok terbukti membahayakan kesehatan para perokok aktif

dan perokok pasif penyakit yang diakibatkan rokok antara

lain :

1) Paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan dan

struktur fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru.

Pada saluran nafas besar, sel mukosa dan kelenjar

mukus bertambah banyak(hyperplasia). Pada saluran


29

nafas keci, terjadi radang ringan hingga penyempitan

skibst bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada

jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel

radang dan kerusakan alveoli.

2) Penyakit kardiovaskuler

Menurut jaya (2009), senyawa kimia yang

terkandung di rokok akan menigkatkan detak jantung,

tekanan darah, hipertensi dan penyumbatan arteri.

Disamping itu rokok menurunkan kadal HDL (

kolestrol baik dalam darah) dan menurunkan tingkat

elastisitas aorta (pembuluh darah terbesar pada tubuh

manusia ) yang dapat meningkatkan terjadinya

penggumpalan darah sehingga memicu berbagai

penyakit seperti :

a) Serangan jantung ( Trombosis Koroner )

Terjadi penggumpalan darah pada arteri

yang menyumbat suplai darah pada jantung

sehingga dapat mengakibatkan serangan jantung.

b) Serangan otak ( Trombosis Cerebral)

Terjadi pemblokiran pada pembuluh darah

yang menuju ke otak sehingga dapat menyebabkan

pingsan, stroke dan kelumpuhan.

c) Gagal ginjal
30

Terjadi penggumpalan darah pada arteri

yang menyumbat suplai darah pada ginjal sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan darah, bahkan

gagal ginjal.

d) Penyakit sistem sirkulasi

Terjadi penyumbatan pada pembukuh darah

kaki dan tangan sehingga mengakibatkan

pembusukan jaringan. Pecandu rokok rawan terkena

penyakit langkah buerger, yaitu artritis pada

pembuluh darah yang dapat menimbulakn gangrene

( kematian jaringan ) sehingga harus diaputasi.

3) Impotensi

Merokok menyebabkan terjadinya penyempitan

pembuluh darah pada sistem vaskular yang mengarah

ke penyumbatan arteri. Penis tidak bisa mendapatkan

darah yang cukup dari arteri yang tersumbat dan

akibatnay penis tidak bisa eeksi. Nikotin dapat

menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas

sperma menjadi buruk (Admin, 2011).

4) Gangguan saraf

Sistem saraf simpatik adalah cabang dari sistem

saraf otonomik yang merupakan bagian dari sistem

saraf peripheral yang bertugas mengontrol dan

mempengaruhi detak jantung, pencernaan, pernafasan,


31

respirasi, diamter pupil, pembuangan urin dan ereksi.

Senyawa kimia pada rokok akan memicu peningkatan

aktivitas sistem saraf tersebut sehingga menambah

beban pada sistem yang bertugas untuk mengantar

pembuluh darah dan jantung ( satiti, 2009).

5) Gangguan Indra Penglihatan

Asap rokok dapat merusak pembuluh darah mata,

sehingga menyebabkan mata merah dan gatal serta

meningkatkan resiko terkena katarak. Katarak yaitu

memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya

cahay yang dapat menyebabkan kebutaan (Promkes,

2012).

6) Gangguan Indra Pendengaran

Tembakau menyebabkan timbulnya endapan pada

dinding pembukuh darah sehingga menghambat laju

aliran darah kedalam telinga bagian dalam, perokok

dapat kehilangan pendengaran lebih awal dari pada

orang yang tidak merokok ( Admin, 2012).

7) Gangguan Indra Penciuman

Racun yang terkandung di dalam rokok, terutama

nikotin lambat laun akan merusak saraf penciuman

sehingga dapat menggangu fungsi indra penciuman.

Pecandu rokok menjadi kurang sensitif terhadap jenis


32

bau, bahkan ada kalanya tidal mampu mebedakan bau

secara benar (Satiti, 2009).

8) Gangguan Indara Pengecap

Racun yang terkandung dalam rokok terutama

nikotin secara bertahap akan merusak saraf pengecap

sehingga menggangu fungsi indra pengecap. Perokok

berat kurang bisa menikmati cita rasa makanan dan

minuman, sehingga nafsu makan cendrung menurun,

padahal tubuh membutuhkan asuoan gizi yang cukup

akibatnya berat badan perokok terus menurun (Satiti,

2009).

9) Gangguan Pencernaan

Tembaku merupakan salah satu bahan perngasang

yang dapat menyulitkan alat-alat pencernaan. Itulah

sebabnya seorang perokok berat cendrung mgalami

gangguan pencernaan ditandau dengan berbagai gejala

penyakit, yaitu mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian

atas dan kembung. Pada tahap selanjutnya, berat badan

perokok berat akan turun drastis karena mengalami

peradangan selaput lendir lambung (gastristis) sehingga

nafsu makan hialng, sakit kepal, muntah-muntah,

bahkan perdarahan lambung, perdarahan berat akan

ditandai dengan tinja yang berwarna kehitam-hitaman

(Satiti,2009).
33

10) Gangguan Hati

Senyawa kimia di dalam rokok akan mengganggu

fungsi hati, padahal hati merupakan organ yang

bertugas untuk memproses pembuangan obat-obatan,

alkohol dan racun lainnya di dalam tubuh (satit, 2009)

11) Gangguan pada Gigi

Jumlah kurang pada gigi perokok cendrung lebih

banyak dari pada yang bukan perokok. Karang gigi

yang tidak dibersihkan akan menimbulkan keluhan

seperti gusi berdarah, gigi dapat berubah warna akibat

efek dari tembakau ( Mulyawati, 2012).

12) Ganggaun pada Kulit

Merokok dapat menyebabkan penyakit kulit, eksim

dan ruam pada perokok yang peka terhadap nikotin.

Eksim adalah iritasi berat pada kulit, daerah kulit yang

terkena eksim menjadi berisik dan timbul rasa gatal.

Eksim bisa juga ditimbulkan dari ersenik yang berasal

dari tembakau ( Promkes, 2012).

13) Gangguan pada Rambut

Merokok bisa menyebabkan menurunnnya sistem

kekebalan sehingga perokok lebih mudah terserang

penyakit seperti lupus erimatosis yang menyebabkan

kerontokan pada rambut (Promkes RI, 2012).


34

14) Polisitenia

Racun yang terdapat dalam rokok dapt

menimbulakn penyakit polosintenia, yaitu penyakit

kelainan pertumbuhan sumsum tulang, yakni kelebihan

kadar Hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah,

kebiasaan menghisap rokok akan menigkatkan kadar

Hb menjadi lebih dari 20 gram per desiliter. Penyakit

yang lebih banyak menimpa pada laki-laki dan sulit

diatasi, mengancam para perokok berat dan orang yang

bermukim pada ketinggian 300 meter di atas permukaan

laut (Satiti, 2009).

2.4.5 Perokok pasif

Perokok pasif atau yang dikenal dengan nama

Involumtary smoking adalah orang yang tidak merokok

tetapi terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang

yang sedang merokok di sekitarnya. Perokok pasif ini lebih

banyak resikonya karena terpapar asap rokok lebih banyak

dari pada perokok itu sendiri (Araujo, 2009).

Perokok pasif memiliki resiko yang cukup tinggi

atas kanker paru-paru dan jantung koroner, serta gangguan

pernafasan. Kadar nikotin, carbon monoksida (CO) serta

zat-zat lain lebih tinggi dalam darah perokok pasif yang

bisa menyebabkan penyakit yang diderita semakin parah.


35

Anak-anak yang orangtuanya merokok akan mengalami

batuk, pilek, dan radang tenggorokan dan kemungkinan

mendapatkan serangan jangtung lebih tinggi bagi mereka.

Bagi anak di bawah umur terdapat resiko kematian

mendadak akiabt terpapar asap rokok ( Jaya, 2009).

2.5 Kerangka teori

2.5.1 Berdasarkan uraian pada tinjaun pustaka, disusun suatu kerangka

teori sebagai berikut :


Pengetahuan Remaja

1. Faktor internal Putra Tentang Bahaya

a. pendidikan Merokok

b. pekerjaan

c. umur

d. sumber

informasi

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan

b. Sosial budaya

2.5.2 Sumber : Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu

prilaku. Jakarta : Rineka Cipta


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel penelitian

Variabel penelitian sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tetang sesuatu

konsep pengertian tertentu ( Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam

penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu Gambaran pengetahuan

Remaja Putra Tentang Bahaya Merokok.

3.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah hasil identifikasi yang sistematis dan

analisis yang kritis terhadap teori-teori yang ada dikaitakan dengan

masalah penelitian yang diangkat. ( Notoatmodjo, 2007). Variabel adalah

ukuran atas ciri yang dimilki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain ( Notoatmodjo, 2007 )

Berdasarkan hubungan fungsional atau perananya variabel

dibedakakn menjadi variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau

Dependen variabel atau variabel yang di pengaruhi (Pengetahuan Remaja

Putra Tentang Bahaya Merokok) dan variabel bebas, sebab mempengaruhi

atau independen variabel atau variabel resiko yaitu (lingkungan, sumber

informasi).
37

Variabel Independen Variabel dependen

1. Sumber Informasi
Pengetahuan Remaja
2. Lingkungan
Putra Tentang Bahaya

Merokok

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Yang Operasional

Diteliti Varibel

Pengetahu Hasil tahu, dan Mengisi Kuesioner 0. Kurang tahu Ordinal


1
an Bahaya ini terjadi setelah Kuesioner (jika

merokok orang responden

melakukan menjawabben

pengindraan ar<6 )

terhadap suatu 1. Tahu(jika

objek tertentu responden

dalam hal ini menjawab

mengenai pertanyaan

bahaya meroko benar≥ 6)

(Notoatmodjo,

2012)
38

Sumber Data yang Mengisi Kuesioner 0.Non nakes ( Nomina


2.
Informasi merupakan Kuesioner TV, Radio,

kenyataan yang Internet,

menggambarkan media cetak).

suatu kejadian- 1. Nakes

kejadian dan (Dokter,

kesatuan yang Bidan,

nyata. Perawat).

(Notoatmodjo,20

03)

Lingkung Kondisi yang Mengisi Kuesioner 0. Beresiko Nomina


3.
an ada di sekitar Kuesioner (Jikadilingkun

manusia dan gantersebutba

pengaruhnya nyak yang

yang dapat merokok).

mempengaruhi 1.Tidak

perkembanga beresiko

dan prilaku (Jikadilingkun

orang atau gantersebuttid

kelompok.(Waw akbanyak

an, 2010) yang

merokok).
39

3.4 Rancangan penelitian

3.4.1 Desain penelitian

Rancangan ini menggunakan rancangan cross sectional

yang bersifat Deskriptifyaitu variabel bebas ( Independen ) dan

terikat (Dependen) dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang

bersamaan

3.5 Lokasi dan Waktu penelitian

3.5.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada remaja putradi SMK Kartika

X-I Kalideres. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan

bahwa penulis sudah mengenal kondisi di lokasi penelitian.

3.5.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian merupakan rencana tentang waktu yang

ada dilakukan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan

penelitiannya (Hidayat, 2011). Penelitian dilaksanakan pada bulan

Juni 2015..

3.6 Populasi dan sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian atau

objek yang akan di teliti. (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini


40

populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas X di SMK Kartika

X-I sebanyak 70 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap telah mewakili populasi (

Notoatmodjo, 2007).

a. Kreteria sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa yang merokok

di SMK kartika X-I kalideres, jakarta barat pada bulan Mei 2015

dengan jumlah sampel 70 orang.

b. Teknik pengambilan sampel

Menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakantotal

sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil seluruh

populasi untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo,2007).

3.6.3 Alat pengambilan data

Dalam penelitian ini, instument yang digunakan adalah

kuesioner.

3.6.4 Metode pengumpulan data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata, atau bahan

nyata yang dapat dijadikan dasar kajian ( Hermawanto, 2010).


41

Jenis data yang dikumpulakan dalam penelitian ini adalah

data primer. Pengolahan adata dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan SPSS dan yang terdiri dari 5 tahap yaitu :

1. Editing

Tahap ini merupakan tahap kegiatan melakukan

penegcekan untuk memastikan data sudah lengkap, jelas,

relevan dan konsisten.

2. Coding data

Coding data merupakan kegiatan dengan cara memberikan

kode pada tiap jawaban yang diberikan. Koding data

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat

pada saat entry data pada komputer.

3. Entry data atau pemasukan data

Langkah pertama dalam memperoses data adalah entry data

kedalam program komputer yang digunakan.

4. Tabulasi data

Setelah data diberikan kode, kemudian data dikumpulkan

dan dihitung sesuai dengan variabel yang diteliti dengan

menggunakan metode tally lalu dimasukan kedalam tabel

distribusi frekuensi. Tabulasi data merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang telah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.


42

5. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan penyajian

dalam bentuk tabel atau narasi. Penyajian bentuk tabel pada

badan tabel terdiri dari variabel/konsep, distribusi frekunsi,

distribusi proporsi.

3.6.5 Analisa data

Data yang diperoleh analisa data secara univariat untuk

memeproleh gambaran distribusi frekuensi dari semua variabel

yang diteliti, baik variabel bebas (independen) maupun variabel

terikan (dependen), analisa data dalamtabel sesuai dengan

variabel yang diteliti dan dihitung dengan rumus :

F = X x 100 %

Keterangan :

F = frekuensi

X = jumalah masing-masing variabel yang didapat

N = jumlah sampel

3.6.6 Etika penelitian

Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban penelitian

dan yang diteliti (informasi) sebagai sebuah etika penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Hak dan kewajiban responden :

a) Hak-hak responden

1) Hak untuk dihargai privacy-nya


43

Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang

mempercayai hak untuk memperoleh privacy atau kebebasan

pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek penelitian

ditempat kediamannya masing-masing.

Seorang tamu, termasuk penelitian atau pewawancara yang

datang kerumahnya lebih-lebih akan menyita waktunya untuk

diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden

tersebut.

2) Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan :

Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah

miliknya sendiri. Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada

penelitian atau pewawancara, maka kerahasiaan informasi

tersebut perlu, dijamin oleh penelitian. Apabila informasi

tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan kemudian

diolahnya maka bentuknya bukan informasi individual dari

orang perorang dengan nama tertentu, tetapi dalam bentuk

kelompok responden. Oleh sebab itu realisasi hak responden

untuk merahasiakan informasi dari masing-masing responden

maka nama responden pun tidak perlu dicantumkan, cukuo

dengan kode-kode tertentu saja.

3) Hak memperoleh jaminan keamanan atau

keselamatan akibat dari infromasi yang diberikan. Apabila

informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap

keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya


44

maka penelitian harus bertanggung jawab terhadap akibat

tersebut.

4) Hak memperoleh imbalan atau kompensasi. Apabila

semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan

informasi yang diperlukan oleh peneliti tau pewawancara,

responden bentuk imbalan atau kompensasi dari pihak

pengambilan data atau informasi.

b) Kewajiban responden

Setelah adanya inform consent dari responden atau

informan, artinya responden sudah mempunyai keterikatan

dengan peneliti atau pewawancara berupa kewajiban responden

untuk memberikan informasi yang diperlukan penelitian. Tetapi

selama belum ada inform consent, responden tidak ada

kewajiban apa pun terhadap penelitian atau pewawancara.

2. Hak dan kewajiban penelitian atau pewawancara

a) Hak penelitian

Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui

inform consent), peneliti mempunyai hak memperoleh informasi

yang diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari

responden atau informasi. Apabila hak ini tidak diterima dari

responden, dalam arti responden meneymbunyikan informasi

yang diperlukan, maka responden perlu diingatkan kembali

terhadap inform atau pewawancara berupa kewajiban responden

untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Tetapi


45

selama belum ada inform consent, responden tidak dad

kewajiban apapun terhadap penlitian atau pewawancara.

b) Kewajiban peneliti

1) Menjaga prvacy responden

Seperti telah disebutkan di atas bahwa posisi penelitian

dalam etika penelitian lebih rendah dibandingkan dengan

responden. Oleh sebab itu dalam melakukan wawancara atau

memperoleh informasi dari responden harus menjaga privacy

mereka. Untuk itu penelitian atau pewawancara harus

menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat

dilakukannya wawancara atau pengambilan data, sehingga

responden tidak merasa diganggu privacy-nya.

2) Menjaga kerahasiaan responden

Informasi atau hal-hal yang terikat dengan responden harus

dijaga kerahasiaanya. Penelitian atau pewawancara tidak

dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang

apapun yang diketahui oleh penelitian tentang responden diluar

untuk kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.

3) Meberikan kompensasi

Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari

responden atau informan maka penelitian atau pewawancara

juga memenuhi kewajibannya. Kewajiban penelitian atau

pewawancara seyogyanya bukan sekedar ucuapan teima kasih

saja kepada responden. Tetapi diwujudkan dalam bentuk


46

penghargaan yang lain, misalnya berupa kenang-kenangan atau

apapun sebagai apresiasi penelitian terhadap responden atau

informan yang telah mengorbankan waktu, pikiran, mungkin

tenaga dalam rangka memberikan informasi yang diperlukan

penelitian atau pewawancara.

3.6.7 Jadwal penelitian

Terlampir
47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

4.1.1 sejarah SMK Kartika X-I Jakarta Barat

SMK Kartika X-I kalideres Jakarta selatan didirikan pada tahun

1998 beralamat di JL. Daan Mogot Km 17 No 4 Jakarta Barat,

Kecamatan kalideres, Kota Jakarta Barat ProvinsiJakarta, dengan

kepala sekolah yang bernama bapak Drs. Suverul Cahyu Kuntadi,

MM. Lokasi sekolah Komplek Kodam Jaya Kalideres.Terdiridari12

kelas denganjumlahsiswa sebesar 615 siwa yang terdiridari 295 siswa

laki-laki dan 320 siswa perempuan.

4.1.2 Visi dan Misi

1. Visi SMK Kartika X-I Jakarta

Mencetak lulusan yang ahli dibidang Akuntansi dan Administrasi

Perkantoran yang Profesional dan beriman.

2. Misi

1. KompetensiKeahlianAkuntasi

Misi Kompetensi Keahlian Akutansi SMK Kartika X-I adalah :

a. Melaksanakan kegiatan Akuntasi didunia kerja/usaha

b. Membiasakan kegiatan-kegiatan Akuntansi secara

professional.
48

c. Membekali kemampuan Akuntasi dalam kewirausahaan

yang unggul dan mandiri.

d. Melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

2. kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

Misi Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Kartika X-I adalah:

a. Melaksanakan Keahlian Akuntansi Perkantoran didunia

kerja/usaha

b. Membiasakan kegiatan-kegiatan Administrasi perkantoran

secara profesional.

c. Membekali kemampuan Administrasi Perkantoran dalam

berwirausaha yang unggul dan mandiri.

d. Melakukan kegiatan-kegiatan keagaamaan.

4.1.3Tujuan SMK Kartika X-I

1. Membentuk sekolah yang berkwalitas ditngkat daerah dan

Nasional.

2. Menghasilkan lulusan yang memilikii Mandan kompentasi sesuai

dengan tuntutan dunia kerja, serta cinta bangsa dan tanah air.

3. Mencetak peserta didik yang ramah, penuh kasih, redah hati,

sederhana, dalam kebenaran.

4. Mengikut sertakan peserta didik dalam Olimpiade sains tingkat

kecamatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

5. Meningkatkan nilai rata ujian Nasional dan Ujian Sekolah.


49

4.2 Hasil penelitian

Dari penelitian yang dilakukan tentang gambaran pengetahuan

remaja putra tentang bahaya merokok di SMK Kartika X-I kalideres

Jakarta barat pada bulan Juni Tahun 2015, yang berjumlah 70 orang

siswa laki-laki.

Berikut ini disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh

peneliti dan akan dibahas dari masing-masing variabel yang diletiliti

dalam bentuk tabel distribusi.

4.2.1 Analisa Univariat

1) Variabel Dependen

a. Pengetahuan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putra Tentang

Bahaya Merokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat

pada bulan Juni 2015


50

Pengetahuan

Pesentasi Valid
Frekuensi
(%) Percent

kurang tahu
37 52,9 % 52,9
(<6)

Valid
tahu (≥6) 33 47,1 % 47,1

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 70 responden

siswa yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 37 orang (52,9%)

sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 33

orang (47,1%).
51

2) Variabel Independen

a. Sumber informasi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Remaja Putra Tentang

Bahaya Merokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat

pada bulan Juni 2015

sumber infromasi

Persentasi Valid
Frekuesi
(%) Percent

Non nakes ( TV, Radio,


47 67,1% 67,1
Internet, Media cetak)

Valid Nakes ( Dokter, Bidan,


23 32,9% 32,9
Perawat )

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan pada table 4.4 dapat diketahui bahwa dari 70 responden

siswa yang memiliki sumber informasi dari non nakes sebanyak 47


52

orang (67,1%) sedangkan siswa yang memiliki sumber informasi dari

Nakes sebanyak 23 orang (32,9%).

b. Lingkungan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Lingkungan Remaja Putra Tentang

Bahaya Merokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat

pada bulan Juni 2015

Lingkungan

Presentasi Valid
Frekuensi
(%) Percent

beresiko (jika

dilingkungan tersebut 37 52,9% 52,9

banyak yang merokok)

tidak beresiko (jika


Valid
dilingkungan tersebut
33 47,1% 47,1
tidak banyak yang

merokok)

Total 70 100,0 100,0


53

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 70 responden

siswa yang memiliki lingkungan yang beresiko sebanyak 37 orang

(52,9%) sedangkan siswa yang memiliki lingkungan yang tidak

beresiko sebanyak 33 orang (47,1%).

4.3 Pembahasan

4.3.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putra Tentang Bahaya

Merokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat pada

bulan Juni 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden siswa yang kurang

tahu ada sebanyak 37 orang (52,9%) sedangkan siswa yang tahu

sebanyak 33 orang (47,1%).

Menurut Notoadmojdo, 2012 Pengetahuan (knowledge) adalah

pengindraan manusia, atau hasil yang diketahui seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dansebagainya).

4.3.3 Distribusi Frekuensi Sumber Infromasi Remaja Putra Tentang

Bahaya Merokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat

pada bulan Juni 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden siswa yang

memiliki sumber informasi dari non nakes sebanyak 47 orang (67,1%)


54

sedangkan siswa yang memiliki sumber informasi dari Nakes

sebanyak 23 orang (32,9%).

Menurut Notoadmodjo, 2003 Data yang merupakan kenyataan

yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang

nyata.

4.3.4 Distribusi Frekuensi Lingkungan Remaja Putra Tentang

BahayaMerokok di SMK Kartika X-I Kalideres Jakarta Barat

pada bulan Juni 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden siswa yang

memiliki lingkungan yang beresiko sebanyak 37 orang (52,9%)

sedangkan siswa yang memiliki lingkungan yang tidak beresiko

sebanyak 33 orang (47,1%).

Menurut Wawan, 2010 kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yanga dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku

orang atau kelompok.

4.4 Keterbatasan penelitian

1. Kendala penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini bersamaan dengan UAS (ujian akhir

semester) di SMK Kartika X-I Kalideres sehingga penelitian harus

mencari waktu lain seteleh UAS.


55

2. Kelemahan penelitian

a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil

penelitian ini terbatas hanya pada tigkat pengetahuan remaja putra

kelas X tentang bahaya merokok saja tetapi faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan tentang bahaya merokok tidak diteliti.

Penelitian ini hasilnya akan berbeda jika faktor yang

mempengaruhi pengetahuan tentang bahaya merokok juga diteliti


56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan tentang

Gambaran Pengetahuan Remaja Putra Tentang Bahaya Merokok pada

siswa kelas X di SMK Kartika X-I Kalideres 2015 setelah dilakukan

pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putra tentang bahaya merokok

di SMK Kartika X-I Kalideres, Jakarta Barat pada bulan Juni Tahun

2015 sebanyak 70 responden yang memilki pengetahuan baik

sebanyak 33 responden (47,1%) dan siswa yang memiliki pengetahuan

kurang sebanyak 37 responden (52,9%).

2) Distribusi frekuensi sumber informasi remaja putra tentang bahaya

merokok di SMK Kartika X-I Kalideres, Jakarta Barat pada bulan Juni

Tahun 2015 sebanyak 70 reponden yang memiliki informasi dari nakes

sebanyak 23 responden (32,9%) dan responden yang memiliki

informasi dari non nakes sebanyak 47 orang (67,1%)

3) Distribusi frekuensi lingkungan remaja putra tentang bahaya merokok

di SMK Kartika X-I Kalideres, Jakarta Barata pada bulan Juni Tahun
57

2015 sebanyak 70 responden yang memiliki lingkungan tidak beresiko

sebanyak 33 responden (47,1%) dan responden yang memiliki

lingkungan beresiko sebanyak 37 responden (52,9%).

5.2 Saran

1. Bagi SMK Kartika X-1 kalideres

a. penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa

di keals X di SMK Kartika X-I kalideres tentang bahaya merokok.

b. dapat menjadi acuan untuk menyusun remcana kegiatan promosi

kesehatan bagi siswa dalam bentuk pertanyaan.

c. mengadakan pertanyaan tentang bahaya merokok kepada siswa

memaluli kuesioner.

2. Bagi Institusi Akademik Kebidanan Kartini

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

resiko baya merokok pada siswa kelas X di SMK Kartika X-I

Kalideres kepada pihak institusi.

b. Akademik kebidanan Kartini Jakarta Selatan sebagai institusi

kesehatan dapat memberikab penyuluhan kepada masyarakat

setempat dapat dialkuakan dengan cara bekerja sama dengan pihak

sekolah yang dekat dengan lokasi institusi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


58

a. diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam melihat

keterkaitan antara teori yang telah didapat dengan kenyataan yang

ada dilapangan khususnya menganalisis data yang berhubungan

dengan pengetahuan remaja putra tentang bahaya merokok.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya dengan menggunakan variabel lain yang paling terikat.


59

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 2006, Tuberkolosis Rokok dan perempuan. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Arujo, D. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Merokok dengan

perilaku Merokok Mahasiswa Timor Laste di Yogyakarta. STIKes Wira Husada

Yogyakarta. Skripsi.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta

: Salemba Medika.

Jaya Muhammad. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta

Riz’ma.

Karyo, T. 2012. Bahaya Merokok Bagi Pelajar. (online). Available:

http://pabelan-online.com/varia/2012/02/bahaya-merokok-bagi-pelajar/. Diakes

tanggal 21 November 2012.

Mahmud, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu prilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Mulyawati, Y. 2012. Pengaruh Rokok Terhadap Gigi dan Mulut. (online).

Available: http://www.smallcrab.com/kesehatan/418-pengaruh-rokok-terhadap-

fifi-dan-mulut/. Diakes tanggal 30 November 2012.

Dewi, M, A, Wawan. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap , Dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.


60

Admin. 2011. Merokok Menyebabkan Impotensi. (online). Available :

http://www.seksualitas.net/merokok-sebabkan-impotensi.htm. Diakes tanggal 30

November 2012.

Admin. 2012. Merokok . (online). Available:

http://www.persahabatan.co.id/index.php?option=com_content&view=article&i

d=115&Itemid=536. Diakes tanggal 30 November 2012.

Admin. 2012. Perokok Anak dan Remaja 51,7 Persen di Indonesia.

http://kardopa.co.id/perokok-anak-dan-remaja-517-persen-di-indonesia/. Diakes

tanggal 21 November 2012.

Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Promkes RI. 2012. 15 Masalah Kesehatan Karena Rokok yang Jarang

Dipublikasikan.(online).Available:

http://ww.promkes.depkes.go.id/index.php/program/pengendalian-rokok/28-15-

masalah-kesehatan-karenarokok-yang-jarang-dipublikasikan. Diakes tanggal 30

November 2012.

Sarwono, S. 2010 Psikolog Remaja. Jakarta :Rajawali Pers.

Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenri Merokok. Yogyakarta: Data Media.

Anda mungkin juga menyukai