Anda di halaman 1dari 7

Dokter Kecil Wujudkan Generasi Muda Bebas Rokok

Oleh : Ni Made Meilani Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Merokok sama saja dengan membunuh. Jika kamu terbunuh, maka kamu kehilangan momen-momen penting dalam hidupmu Brooke Shields Merokok adalah salah satu cara untuk mengakhiri hidupmu Kurt Vonnegut

Bagi sebagian orang, rokok tidak bisa mereka lepaskan dari kegiatan sehari-hari. Seakan-akan benda yang satu ini merupakan kebutuhan primer, salah satu kebutuhan yang harus didahulukan. Ditinjau dari definisinya, rokok merupakan gulungan tembakau yang dibungkus menggunakan nipah atau kertas (KBBI, 2008). Berbagai jenis rokok beredar di pasaran dan biasanya konsumen memiliki seleranya tersendiri. Sesungguhnya bahaya rokok sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat. Bahkan dampak rokok sudah tertera jelas pada bungkusnya namun entah mengapa hal tersebut terkesan dikesampingkan. Menurut penelitian, rokok mengandung sekitar empat ribu zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida, sianida, arsen, formalin dan nitrosamin. Berdasarkan data WHO, rokok dapat membunuh hingga setengah dari pengkonsumsinya dan mengakibatkan satu orang meninggal setiap enam detik. Disimpulkan bahwa merokok menjadi faktor resiko yang secara global menyebabkan enam dari delapan penyebab kematian di dunia. Penyakit yang bisa ditimbulkan akibat rokok diantaranya kanker, penyakit jantung, osteoporosis, stroke, gangguan janin pada wanita hamil dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana rokok menjadi ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Bukan hanya orang yang merokok atau perokok aktif yang terancam, namun orang-orang di sekitar perokok atau perokok pasif juga terancam kesehatannya akibat menghirup asap rokok. WHO menyebutkan bahwa ternyata sekita enam ratus ribu orang meninggal per tahun merupakan perokok pasif. 1

Indonesia menempati posisi ketiga dengan jumlah perokok tertinggi setelah China dan India (WHO, 2008). Selain itu Indonesia juga menempati posisi kelima konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Data Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa prevalensi perokok tahun 2010 mencapai 34,7%. Termasuk di dalam data tersebut adalah para remaja yang berusia belasan tahun. Sebenarnya kampanye anti rokok sudah sangat sering dilakukan. Namun sayangnya hal tersebut dibarengi dengan berbagai iklan rokok yang marak bertebaran baik di media cetak maupun elektronik. Rokok diibaratkan buah simalakama. Di satu sisi memberikan pendapatan negara yang tinggi, di sisi lain mengorbankan kesehatan masyarakat. Dalam kurun waktu 2001-2010 saja terjadi peningkatan kelompok umur mulai merokok yaitu 10-14 tahun sekitar 80%. (Riskesdas, 2010). Data tersebut menunjukkan bagaimana potret sebagian remaja Indonesia saat ini. Bahaya rokok sudah menjangkiti mereka pada usia sedini itu. Bayangkan apa yang akan terjadi pada mereka beberapa tahun kemudian. Sangat mengkhawatirkan. Melihat fenomena tersebut, diperlukan suatu upaya pencegahan sedini mungkin di masyarakat untuk menghindarkan generasi muda dari bahaya rokok. Dokter kecil adalah salah satu program dibawah Kementerian Kesehatan RI. Dokter kecil merupakan peserta didik kelas empat atau lima Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. tugas dan kewajiban dokter kecil adalah dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing sehingga akan tercapai lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah. Mengingat terjadinya peningkatan kelompok umur mulai merokok pada usia 10-14 tahun dimana anak-anak banyak menghabiskan waktu di sekolah, diharapkan dokter kecil ini akan mampu menjadi salah satu agen penyalur informasi tentang bahaya rokok sedini mungkin. Bentuk penyaluran informasi yang paling mudah dan efektif untuk diwujudkan adalah denga mengadakan suatu penyuluhan.

Dalam mewujudkan metode penyuluhan tentang rokok oleh dokter kecil, diperlukan beberapa elemen penting yaitu pihak guru juga orang yang terlibat dalam ilmu kesehatan baik mahasiswa kesehatan, dokter, ataupun sarjana ilmu kesehatan masyarakat. Hal pertama yang dilakukan adalah memilih dokter kecil dari Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah tersebut. Menurut pedoman pelatihan dokter kecil, kriteria pemilihan didasarkan pada prestasi anak, kesehatan, watak pemimpin dan tanggung jawab, budi pekerti dan izin orang tua. Anak-anak yang memenuhi kriteria tersebut kemudian dipilih menjadi dokter kecil di sekolahnya. (Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2011). Selanjutnya ada 3 tahapan yang dapat menjadi acuan, yaitu : 1. Tahap Pencairan Pada tahap ini dilakukan proses pencairan peserta dengan menggunakan metode dinamika kelompok untuk membangun komitmen belajar, agar peserta siap mengikuti pelatihan. Dilakukan juga kesepakatan tentang norma yang akan dipakai oleh peserta selama proses pelatihan dan dilakukan kontrak belajar. 2. Tahap Pembekalan Materi Pada tahap ini peserta didik mendapat pembekalan pengetahuan maupun keterampilan dalam melaksanakan kegiatan dokter kecil. Materi ini lebih dititikberatkan pada peningkatan pemahaman peserta tentang berbagai faktorfaktor penyebab penyakit dan cara pencegahannya, pada tahap ini teknik penyampaian menggunakan ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, dan studi kasus yang banyak ditemui di masyarakat. Dalam konteks pemberian materi tentang bahaya rokok, disini dokter kecil akan dipaparkan mengenai materi yang akan disuluh seperti definisi rokok, kandungan rokok dan penyakit yang diakibatkan oleh rokok. Selain itu diberikan pula hal-hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari rokok sejak dini. Sehingga dokter kecil diharapkan mampu membantu menghindarkan teman-temannya dari bahaya rokok seawal mungkin. 3. Tahap Konsolidasi Tahap ini merupakan tahap internalisasi secara komprehensif dari pengetahuan maupun keterampilan yang diterima pada tahap pembekalan, melalui penugasan

untuk menanggulangi kasus yang diberikan dan menyusun rencana kegiatan pencgahan dan penanggulangan masalah kesehatan tersebut. (Kintoko, 2005) Penyuluhan ini menggunakan suatu pendekatan kelompok sebaya (peer group). Peer group diharapkan akan tercipta suasana yang lebih nyaman dan akrab. Selain itu para siswa penerima penyuluhan dan informasi akan lebih leluasa dalam menyampaikan pertanyaan atau bahkan berdiskusi dalam kegiatan tersebut. Suasana yang ingin diciptakan adalah suasana yang kooperatif bukan kompetitif, sehingga diharapkan pemahaman siswa akan lebih baik. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah penggunaan media. Media yang digunakan harus mampu menarik anak-anak dan tidak lupa harus mudah digunakan oleh dokter kecil. Misalnya saja seperti diawali dengan pemutaran film kemudian dilanjutkan pemaparan materi. Tahap terakhir yang penting adalah diskusi, dimana para guru diharapkan mendampingi siswa dalam proses ini. Dengan adanya tahap diskusi, proses berpikir anak akan menjadi lebih baik. Penyuluhan tentang rokok oleh dokter kecil kemudian bisa ditutup dengan menyuarakan beberapa jargon anti rokok secara bersama-sama seperti Smoker never looks cool atau Hidup sehat tanpa rokok. Suara ini diharapkan mampu menjadi cambuk bagi generasi muda untuk membebaskan Indonesia dari bahaya rokok. Tujuan utama dari penyuluhan oleh dokter kecil ini adalah agar menghindarkan bahaya rokok pada anak-anak dan remaja. Karena salah satu kriteria bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki status kesehatan nasional yang baik. Salah satu cara mencapainya adalah generasi muda yang bebas rokok. Ketika mereka mampu memahaminya maka tentunya hal ini akan berimbas positif pada kesehatan keluarga mereka. Sehingga mampu menyingkap kesadaran mereka bahwa dipandang dari segi manapun rokok akan sangat merugikan. Tahap pencegahan ini akan dirasa sangat efektif karena rokok seperti candu, sekali mencoba akan susah dihentikan. Berawal dari keisengan mencoba akan berakhir pada kecanduan. Merokok sama saja membahayakan diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita yang disayangi. Dengan memaksimalkan peran dokter kecil dirasa mampu menjadi salah satu

solusinya. Pendekatan kelompok sebaya dianggap membantu penyampaian informasi yang efektif. Dokter kecil diharapkan bisa menyalurkan pikiran dan aspirasi mereka tentang begitu bahanya rokok bagi kesehatan generasi muda. Kedepannya budaya anti rokok akan tertanam pada pikiran, perkataan dan perlakuan para generasi muda. Sehingga mewujudkan Indonesia yang sehat bukan sekedar wacana. Di masa depan akan tercipta Indonesia sehat, Indonesia bebas rokok.

DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2013. Health Effects of Cigarette Smoking. http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/health_effects/effects_cig_sm oking/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2013. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi IV). Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Rochadi, R. Kintoko. 2005. Perubahan Perilaku dalam Pencegahan HIV/AIDS dengan Pendekatan Kelompok Sebaya. Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. WHO. 2013. Tobaccos Fact Sheet. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai