Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN MASALAH MEROKOK PADA REMAJA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Asmadi, M.Kep.,Sp.Kom

Disusun oleh :

Kelompok I

1. Desy Juliana (CKR0180048)


2. Ima Rismayanti (CKR0180057)
3. Indi Rahmawati (CKR0180058)
4. Vevi Apriyanty (CKR0180225)
5. Winarni Widya (CKR0180077)
6. Yessi Sentia (CKR0180078)
7. Neneng Sumiasih (CKR0180065)

Keperawatan Reg B Semester 6

SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU)

2020 / 2021
DATA KASUS MASALAH MEROKOK PADA REMAJA DI PROVINSI JAWA
BARAT DAN KABUPATEN KUNINGAN

Berdasarkan temuan terbaru dari analisis tren merokok 1990-2019 di 204 negara dan
wilayah oleh Lancet yang diterbitkan oleh Marissa B. Reitsma dan rekan dari University of
Washington di Amerika Serikat pada 27 Mei 2021, Indonesia menduduki peringkat ke-3
dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia. Dengan jumlah perokok laki-laki mencapai
58 juta dan perokok wanita mencapai 3,46 juta.
Sedangkan, menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) menyatakan prevalensi merokok
pada remaja usia 10-19 tahun di Indonesia sebesar 9,1% pada tahun 2018. Dan menurut data
terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2019, sebesar 40,6% remaja
usia 13-15 tahun pernah menggunakan produk tembakau, dimana sebesar 19,2% remaja
tersebut merupakan perokok aktif.

a. Data Kasus Masalah Merokok pada Remaja di Provinsi Jawa Barat


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase merokok pada
remaja usia 10-19 tahun di provinsi Jawa Barat dari tahun 2018-2020 adalah sebagai
berikut : pada tahun 2018 persentase merokok pada remaja usia 10-19 tahun adalah
sebesar 35,78%, tahun 2019sebesar 32,97%, dan pada tahun 2020 sebesar 32,55%.
b. Data Kasus Masalah Merokok pada Remaja di Kabupaten Kuningan

Sementara itu, di Kabupaten Kuningan, persentase merokok pada remaja


berdasarkan data Rikesdas adalah sebagai berikut : pada tahun 2018, persentase
merokok pada remaja usia ≥10 tahun yang merupakan perokok aktif sebesar 26,98%,
perokok kadang-kadang sebesar 5,26% dan mantan perokok sebesar 7,51%.
Sementara pada tahun 2019, persentase merokok pada remaja usia ≥15 tahun sebesar
10,56%.
PENYEBAB MASALAH MEROKOK PADA REMAJA

Perilaku merokok merupakan hal yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, baik
itu laki-laki maupun perempuan. Perilaku merokok ini tidak hanya dilakukan oleh orang
dewasa saja, melainkan remaja pun banyak yang merokok. Meskipun bahaya merokok
banyak dimuat dalam media seperti koran, majalah, media sosial, bahkan dibungkus rokok itu
sendiri, tetapi banyak orang yang tidak peduli dan tetap ketergantungan pada rokok. Padahal,
rokok mengandung racun/bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh yang dapat menyebabkan
berbagai penyakit seperti jantung, stroke dan kanker.
Masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Remaja cenderung mengangkat diri
sendiri sebagai individu, juga akan menggunakan simbol status seperti kendaraan, pakaian
dan pemilihan barang sebagai usaha menarik perhatian agar dipandang individu, salah
satunya adalah merokok. Remaja tentunya telah mendapat pendidikan kesehatan terkait
bahaya dan akibat dari merokok. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa para
remaja tetap merokok meskipun tahu bahwa merokok itu bahaya. Berikut adalah faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja :
1. Faktor dari dalam diri
Faktor dari dalam diri ini dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja.
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang
dialami pada masa perkembangannya yaitu pada masa pencarian jati diri. Dalam
upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua berjalan sesuai dengan
harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai perilaku
simbolisasi, yaitu simbol kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik
terhadap lawan jenis. Meskipun saat pertama kali merokok menimbulkan gejala
seperti batuk, lidah terasa getir dan mual, tetapi sebagian dari pemula itu
mengabaikan gejala tersebut yang biasanya akan menjadikan kebiasaan dan akhirnya
menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang
memberikan kepuasan psikologis. Ada 4 tahap dimana seseorang dengan perilaku
merokok menjadi perokok aktif, yaitu :
a. Tahap preparatory
Pada tahap ini, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau membaca yang
akhirnya menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap initiation
Tahap ini merupakan tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Yaitu jika seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari
maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Pada tahap ini, merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan.
2. Faktor dari luar/lingkungan
Faktor ini terdiri dari pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses
sosilisasi. Diantaranya adalah sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok
remaja dan pengaruh teman sebaya. Dalam kaitannya dengan perilaku merokok,
tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang perokok. Dalam
kaitan ini, jika orang tua atau saudaranya merokok merupakan agen imitasi yang
baik. Namun, jika keluarga mereka tidak ada yang merokok, maka sikap permisif
orang tua merupakan pengukuh positif atas perilaku merokok.
Demikian dengan kelompok teman sebaya yang mempunyai peran yang sangat
berarti bagi remaja, karena masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang
tua dan mulai bergabung dengan kelompok teman sebaya. Kebutuhan untuk
diterimalah yang membuat remaja dapat berbuat apa saja termasuk perilaku
merokok. Hal tersebut agar dapat diterima kelompoknya dan terbebas dari sebutan
‘pengecut’ dan ‘banci’.
Jika dilihat dari tahap perilaku merokok, keluarga dan teman sebaya merupakan
pihak-pihak yang pertama kali mengenalkan atau mencoba merokok, kemudian
berlanjut dan berkembang menjadi adanya ketergantungan merokok. Dalam tahap
ini, maka merokok merupakan kepuasan psikologis.
RENCANA PROGRAM
PENANGANAN MASALAH MEROKOK PADA REMAJA

Upaya penanganan masalah kesehatan termasuk perilaku merokok pada remaja oleh
perawat komunitas lebih ditekankan pada tindakan pencegahan. Menurut Anderson dan Mc.
Farlane (2010), ada tiga level pencegahan sebagai intervensi perawat komunitas yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer berarti meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
komunitas serta menurunkan kerentanan komunitas terhadap stressor. Program
promosi kesehatan adalah pencegahan primer karena berfokus pada perlindungan
terhadap penyakit secara umum. Pencegahan primer ini dapat juga menjadi sangat
spesifik seperti penyuluhan kesehatan tentang bahaya merokok bagi remaja. Remaja
yang rentan terjerumus dalam perilaku menyimpang sangat penting diberikan
program intervensi promosi kesehatan. Perawat dapat bertemu dengan remaja di
sekolah dan bekerja sama dengan pihak sekolah terkait pencegahan dini terkait
perilaku merokok.
Perawat komunitas harus mampu menjadi model perilaku kesehatan, khususnya
perilaku menghindari merokok. Model yang membawa remaja mencapai ke level
kesehatan sejahtera dengan menghilangkan/mengurangi perilaku yang merugikan
kesehatan. Contoh kegiatan dalam pencegahan primer adalah pelaksanaan program
kawasan tanpa asap rokok (KTR). Program ini dapat dilaksanakan di sekolah-
sekolah sebagai bagian dari kawasan yang termasuk dilarang merokok oleh Undang-
Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelaksanaan program ini sangat
strategis dalam konteks pencegahan dan mengurangi remaja untuk merokok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan setelah penyakit atau kondisi tertentu muncul
walaupun mungkin tidak disertai gejala. Penekanan ditujukan pada skrining,
diagnosis dini, dan terapi terhadap stressor yang mungkin dapat berpengaruh negatif
terhadap kehatan.
Perawat komunitas dapat melaksanakan skrining dan deteksi dini bagi remaja
yang berperilaku merokok dengan membuat program pemeriksaan secara berkala di
sekolah. Kegiatan pencegahan sekunder ini sangat penting terkait dengan perilaku
merokok pada remaja yaitu dengan melaksanakan program identifikasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Ketika ditemukan banyak faktor resiko
merokok, maka perawat komunitas membuat program intervensi dengan merangkul
semua pihak di sekolah.
Setelah dilaksanakan sosialisasi pada pihak otoritas sekolah, perawat komunitas
dapat menjadwalkan pemeriksaan secara berkala yang terintegrasi dengan program
layanan kesehatan sekolah. Fokus sasaran pelaksanaan program konsultasi ini pada
remaja yang baru mencoba merokok. Perawat dapat mengembangkan program
konseling pengembangan diri agar remaja lebih percaya diri untuk tidak merokok,
mengajarkan teknik komunikasi asertif sehingga dapat menolak ajakan merokok
dengan komunikasi yang baik, mengajarkan dan melatih teknik relaksasi yang benar.
Perawat bersama pihak sekolah mengembangkan program berhenti merokok.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup semua kegiatan diambil setelah terjadi penyakit
dan menimbulkan trauma bagi tubuh, dapat juga sebagai efek dari program
pengobatan. Berfokus pada restorasi dan rehabilitasi. Program ini bertujuan untuk
mengembalikan komunitas pada fungsi kesehatan yang optimum. Contoh program
ini yaitu menyediakan tempat perawatan dan pemulihan yang adekuat untuk remaja
pecandu rokok.
Perawat komunitas da pat menyediakan program rehabilitasi bagi perokok dan
mantan perokok di sekolahs-sekolah. Program pendidikan kesehatan bagi remaja
yang merokok dan mantan perokok dengan materi cara berhenti merokok dan
menjaga kekambuhan perilaku merokok dapat diberikan secara berkala.
PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM PENANGANAN
MASALAH MEROKOK PADA REMAJA

Badan kesehatan dunia WHO menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
disebabkan karena merokok. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang
akan meninggal karena rokok setiap tahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus terjadi di
negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat
merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Merokok adalah penyebab hampir 90%
kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab
dari serangan jantung (Depkes, 2011).

Sebagai perawat komunitas yang mempunyai peranan penting dalam upaya


meningkatkan kesehatan di masyarakat terutama kepada remaja diantaranya melalui upaya
promotif, preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Sebagai pendidik dalam
upaya melakukan promosi kesehatan perawat komunitas melakukan kerjasama dan
berkoordinasi dengan semua elemen terkait yang turut membantu dalam proses penanganan
masalah merokok pada remaja. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan untuk menggugah
kesadaran memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Proses
pendidikan kesehatan dalam mencapai tujuan melalui perubahan perilaku remaja yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu materi atau pesan yang disampaikan alat
bantu atau alat peraga pendidikan yang dipakai, metode yang]digunakan serta petugas atau
pendidik yang melakukan promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Metode pendekatan yang dianggap efektif dalam hal tersebut adalah metode precede
proceed model karena sejauh ini remaja dengan perilaku merokok harus dilakukan tahapan
pengkajian yang mengarah kepada isu kesehatan dan kualitas hidup remaja secara
menyeluruh. Perilaku remaja ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), faktor pendorong
(reinforcing factor). Precede proceed model merupakan penetapan prioritas masalah dalam
fase diagnosis untuk keberhasilan suatu program dalam menetapkan sasaran kriteria
kebijakan implementasi dan evaluasi. Terdapat sembilan tahapan dalam pelaksanaan teori
model ini untuk meningkatkan perilaku remaja dalam menanggulangi kebiasaan merokok
(Green L, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/indicator/30/1435/1/persentase-merokok-pada-penduduk-umur-
15-tahun-menurut-provinsi.html
https://www.kemkes.go.id/article/view/20053100002/peringatan-htts-2020-cegah-anak-
dan-remaja-indonesia-dari-bujukan-rokok-dan-penularan-covid-19.html
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf&ved
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-
Nasional.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2015/02/Artikel-Ilmiah-Jurnal-Faisal-
Kholid.pdf&ved=2ahUKEwj0y6eM_KTxAhWZb30KHV5SB38QFjANegQIBxAC&usg
=AOvVaw3oiYvn0vGQ4ggcRf5fZ5hH

Anda mungkin juga menyukai