Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TENTANG KESEHATAN KOTA, PARAWISATA,

URBAN DAN PESISIR


Diajukan untuk memenuhi tugas harian Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen pengampu : Ns. Asmadi, M.Kep.,Sp.Kom

Disusun Oleh :

KELAS REGULAR B TINGKAT 3

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
2021 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kesehatan Kota, Parawisata, Urban dan
Pesisir”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di dalam
makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Insya Allah makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kami, Amin.

Penulis

Kuningan, 2 Juli 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 3

A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah…………..……………………………………………... 3
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………. 4

A. Kesehatan Kota……………………………………………………............4
B. Kesehatan Parawisata ………………………………………………….. .13
C. Kesehatan Urban………………………………………………………....19
D. Kesehatan Pesisir…………………………………………………………21

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..27

A. Simpulan…………………………………………………………………27
B. Saran……………………………………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara.
Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat
yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung oleh banyak faktor. Salah satunya
adalah kesehatan lingkungan masyarakat di suatu negara tersebut.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan (IAKMI, 2012).
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization
sebagai : aspek - aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh faktor-
faktor dalam lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai
dan mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi
mempengaruhi kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakup efek patologis langsung
bahan kimia, radiasi dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung)
di bidang kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial dan estetika
lingkungan termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan
transportasi. (Pirenaningtyas, 2007).
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat. (Pirenaningtyas, 2007).
Salah satu faktor dalam lingkungan yang menyebabkan aspek-aspek kesehatan
manusia terganggu dan munculnya penyakit adalah tingkat pendidikan masyarakat di
suatu daerah tempat mereka tinggal. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi respon
masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang melatar belakangi penulis
untuk membuat makalah tentang pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap
kesehatan lingkungan. Sebab sebagai unsur utama suatu negara, kita perlu melakukan
pembenahan agar terwujud kesehatan lingkungan yang diharapkan, serta menjadikan
masyarakat lebih produktif dan berprestasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran Kesehatan Kota?
2. Bagaimana gambaran Kesehatan Parawisata?
3. Bagaimana gambaran Kesehatan Urban?
4. Bagaimana gambaran Kesehatan Pesisir?
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran Kesehatan Kota, Kesehatan Parawisata, Kesehatan
Urban, dan Kesehatan Pesisir.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. KESEHATAN KOTA
A. Definisi Kota Sehat
Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan
meningkatkan lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber
daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung
satu sama lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan
mengembangkan potensi maksimal mereka. "Sebuah kota yang sehat adalah
salah satu yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan mereka secara
fisik dan sosial lingkungan dan memperluas sumber daya masyarakat mereka
yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lainnya dalam
melaksanakan semua fungsi kehidupan dan dalam mengembangkan potensi
maksimal mereka. (Hancock, 1988).
Sebuah Kota Sehat berkomitmen untuk suatu proses mencoba untuk
mencapai yang lebih baik fisik dan sosial lingkungan. Setiap kota dapat
memulai proses menjadi Kota Sehat jika berkomitmen untuk pengembangan
dan pemeliharaan lingkungan fisik dan sosial yang mendukung dan
mempromosikan baik kesehatan dan kualitas hidup penduduk. Membangun
pertimbangan kesehatan dalam pembangunan perkotaan dan manajemen
sangat penting untuk Kota Sehat.
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih,
nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui
terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB
MenDaGri dan MenKes, 2005) Pendekatan Kota Sehat pertama kali
dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi
menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa kesehatan dapat dicapai dan
berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan dan
budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada pelayanan kesehatan, tetapi
kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani
maupun rohani.
B. Tujuan Pembangunan Kota Sehat
Pembangunan kota sehat memiliki tujuan untuk ercapainya kondisi kota
untuk hidup dengan bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan sebagai
tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program
kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan secara optimal sarana
untuk mendukung peningkatan produktifitas dan perekonomian masyarakat.
Secara rinci tujuan pembangunan kesehatan diklasifikasikan dalam tujuan
utama dan tujuan khusus seperti diuraikan dibawah ini:

4
1. Tujuan utama
Mengembangkan dan meningkatkan kesehatan dan kualitas
kehidupan penduduk perkotaan. Adanya konsep pembanguanan kota
sehat di suatu wilayah memiliki tujuan utama untuk menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung dan dapat meningkatkan peran
faktor kesehatan dalam kehidupan manusia agar mampu melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai individu dan anggota masyarakat dengan baik
sehingga tercapai kualitas keidupan yang tinggi yang akan
berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan dan kehidupan
sosial yang maksimal.
2. Tujuan khusus
a. Menciptakan dukungan dari lingkungan sehat Hal ini berkaitan
dengan adanya fakta bahwa lingkungan yang sehat ikut
memiliki pengaruh terhadap status kesehatan masyarakat.
Namun sebaliknya apabila suatu lingkungan di suatu wilayah
tersebut buruk maka juga akan memberikan damapak buruk
terhadap derajat dan status kesehatan penduduk di kawasan
tersebut.
b. Memperoleh kualitas kehidupan yang tinggi Kualitas
kehiduapan yang tinggi juga dipengaruhi oleh daya dukung
lingkungan yang baik, dengan terciptanya lingkungan yang
sahat maka dapat memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Menyediakan sanitasi dasar dan kebutuhan akan kebersihan
Konsep pembangunan kota sehat erat kalitannya dengan
adanya fasilitas sanitasi yang baik bagi seluruh penduduk.
Salah satu faktor penentu kualitas lingkungan yang sehat yaitu
adanya sanitasi lingkungan yang baik yang dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan akhirnya juga dapat
meningkatkan status kesehatan masyarakat di kota tersebut.
d. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan Selain faktor
lingkungan, adanya konsep pembangunan kota sehat juga
berpengaruh langsung terhadap ketersediaan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan baik. hal ini disebabkan juga
oleh fakta bahwa suatu wilayah tidak akan dikatakan sehat
apabila tidak mampu menyediakan akses terhadap pelayanan
kesehatan.
C. Ciri Khas Kota Sehat
Menurut WHO (1995) dalam Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities Project, cirri khas kota sehat, yaitu :
1. Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang
bermutu tinggi);
2. Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;
3. Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;

5
4. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
berdampak pada kesehatan mereka;
5. Kebutuhan dasar (makanan, air, perumahan, pendapatan, keamanan,
pekerjaan) terpenuhi untuk seluruh masyarakat;
6. Akses ke bermacam-macam pengalaman dan sumber serta
kesempatan untuk berinteraksi;
7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;
8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis
seluruh masyarakat, serta hubungan dengan kelompok dan individu
lain;
9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang dapat digunakan
seluruh masyarakat;
10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat
penyakit rendah).
D. Konsep Kota Sehat
Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city
didefinisikan sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya
penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati
masyarakat dan pemerintah daerah. WHO (1997) mendefinisikan terdapat
sebelas komponen kota sehat yang berkualitas yaitu lingkungan fisik yang
aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan masyarakat yang kuat dan
tidak eksploitatif; partispasi dan kontrol masyarakat yang kuat; pemenuhan
kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan yang
aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan
komunikasi dengan masyarakat luas; ekonomi perkotaan yang innovatif;
mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan dengan
berbagai individu dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik
masyarakat; ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah
kesehatan masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi.
WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam
karakteristik yang dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen terhadap
kesehatan; membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat;
tindakan dan aksi yang bersifat intersektoral; partisipasi masyarakat; inovasi
dan outcomenya adalah kebijakan publik yang sehat. Jika merujuk pada dua
definisi dan karakteristik healthy city tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pertama , healthy city adalah kota yang bersih secara fisik, aman dan nyaman
untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua, healthy city dapat dimulai dari beberapa
tatanan (setting) misalnya sekolah sehat,perkantoran sehat, rumah sakit sehat,
pulau sehat sebagai pilot project. Ketiga, konsep healthy city menekankan
pada keterlibatan pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh
semua komponen masyarakat, sektor pemerintah dan swasta dan pemerintah

6
lokal yang bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy
public policy).
E. Model Kota Sehat
Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat pembangunan kota
sehat dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010):
1. Lingkungan yang sehat
a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga
angka kesakitan dan kematian karena penyakit saluran
pernafasan dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan
peruntukkannya.
c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga
kebutuhan air minum yang bersih dan aman dapat dinikmati
penduduk dan penyakit saluran percernaan seperti thypoid dan
diare dapat dicegah.
d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada
pembuangan dapat didayagunakan, tidak menimbulkan banjir
dan menjadi tempat perkembangbiakkan vektor penyakit.
e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan
pemukiman yang sehat sehingga kejadian stress, penyakit
saluran napas, diaree dan kejadian kecelakaan serta penyakit
lainnya dapat dihindari dan dikurangi.
f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang
dapat mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan
air serta tempat perkembangbiakkan verkot penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat.
2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman
a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang
terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat
bermain dan tercapai keserasian antara bangunan, penghuni
dan lingkungan hidup serta tempat kerja yang dapat
memberikan rasa nyaman, aman dan sehat.
b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat
menikmati palayanan umum secara nyaman, aman dan
terhindar dari penularan penyakit bagi para pengunjungnya.
c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya
secara baik dan benar sehingga pasar tidak menjadi tempat
perkembangbiakkan vektor, sumber sampah dan kerawanan
sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh orang yang
membutuhkan.
d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima,
pedagang asongan, indistri rumah tangga) secara tertib,
berdaya guna dan berhasil guna sehingga memberikan prospek

7
yang baik sekaligus tidak mencemari lingkungan dan
membahayakan pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.
e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi
perkotaan yang memadai sehingga kecalakaan, stress yang
terjadi akibat buruknya transportasi dapat dikurangi dan jarak
tempuh kendaraan dapat ditingkatkan dan teratasinya
kemacetan lalu lintas.
3. Perilaku hidup yang sehat
a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras,
ketergantungan obat) di wilayah tersebut.
b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah
kesehatan mental yang cenderung meningkat dapat dikurangi
melalui upaya pencegahan, penanggulangan dan upaya
promotif untuk meningkatkan katahanan mental penduduk.
c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas
sehingga produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman,
aman dan tentram dapat dinikmati oleh penduduk.
d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam
penegakan keadilan dan hak asasi manusia.
e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan
mengantisipasi rawan pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi
menimal secara berkesinambungan.
4. Kehidupan sosial yang sehat
a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa
depan yang lebih baik.
b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara
sesuai dengan pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan
dalam bentuk jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat
yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi
dan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
Disamping itu orang tua dapat menikmati hari tua dengan
fasilitas yang tersedia dan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan usia tua yang berdaya guna.
e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang
kondusif untuk semua pemeluk agama dan kepercayaan.
5. Kawasan industri yang sehat
a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk
menciptakan lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja
sehat bagi pekerja tetapi tidak mencemari lingkungan
pemukiman.
b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
melalui antara lain penertiban dan pengadaan serta penggunaan

8
sarana dan prasarana pendukung K3 sehingga kejadian
kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan kerja dapat
dikurangi dan tercapai keamanan tempat kerja bagi para
pekerja.
6. Lingkungan atau kawasan pariwisata yang sehat
a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan
pariwisata.
b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum
yang nyaman, aman dan sehat di kawasan wisata.
c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan
memberi kesan kenangan khusus.
d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan
kebutuhan yang diinginkan oleh wisatawan.
e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone,
sarana sanitasi pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup
dan memenuhi kualitas).
f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak
menimbulkan pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir,
temoat ibadah dan lain-lain.
g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata
yang aman, nyaman dan sehat.
7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan
a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana
pendidikan (mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar,
sekolah menengah hingga perguruan tinggi) yang memnuhi
syarat kesehatan.
b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid
dan keluarga yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS.
F. Strategi Kota Sehat
Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota
sehat di Indonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang
spesifik, sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri
dan berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi
kesepakatan masyarakat.
3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota
tersebut untuk ikut dalam pendekatan kota sehat.
4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja
Kota Sehat, serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat
membantu memahami permasalah, menyusun perencanaan dan
melaksanakan kegiatan kota sehat.

9
5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM,
pemerintah, legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di
dalam mewujudkan kota sehat.
7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam
kondisi yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan
budaya yang sehat.
8. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan
kondisi setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk
melalui internet dan media tradisional.
9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi)
kota sehat.
G. Program Kota Sehat
Secara umum, pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas
lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas serta perekonomian yang
sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep kota sehat merupakan
pola pendekatan untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman
dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik,
sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan
produktivitas dan perekonomian wilayah. Kota sehat merupakan gerakan
untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat.
Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum.
Sektor-sektor di propinsi berperan didalam mengembangkan petunjuk teknis
dan standar yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja
(Pokja) Kota Sehat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat di kota tersebut. (Kingkungan, 2009).
Program pendukung Kota Sehat, yaitu :
a. Program Bangun Praja
Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan
hidup di daerah, Kementrian Lingkungan Hidup berupaya
merumuskan dan melaksanakan program yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
baik (Good Environmental Governance-GEG). Sasaran dari
program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahan yang
baik (GG) dan lingkungan yang baik (good environment).
Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program Bangun
Praja adalah: (1) menciptakan motivasi bagi Pemda melalui
pemberian insentif, antara lain berupa penghargaan maupun
bantuan lainnya; (2) menciptakan kompetisi antar daerah/kota; (3)
menerapkan pendekatan "Local Specific" karena setiap daerah
memiliki kekhasan masing-masing.

10
b. Program ADIPURA
Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja
pemerintah daerah (kabupaten dan kota) dalam pengelolaan
lingkungan, khususnya lingkungan perkotaan, guna mewujudkan
kota yang bersih dan teduh (Clean and Green Cities). Dengan
menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator yang disusun,
Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah
propinsi melakukan monitoring dan evaluasi kondisi fisik
lingkungan perkotaan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun.
Sementara, evaluasi non fisik dilakukan 1 kali dalam setahun.
c. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award
Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah kepada
peningkatan kapasitas dan manajemen Pemerintah Daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu untuk
mendorong adanya perubahan kebijakan publik dan institusi
pemerintah. (Kingkungan, 2009).
Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat,
ada beberapa Tahapan yang diperlukan, yaitu ;
1. Komitmen terhadap kesehatan
a. Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik,
kejiwaan, sosial, dan agama.
b. Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu
dan kelompok asal peyuluhan kesehatan serta
pencegahan penyakit menjadi prioritas.
2. Proses pengmabilan keputusan untuk kesehatan
masyarakat
a. Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas
perumahan, lingkungan, pendidikan, dan pelayanan
umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.
b. Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya
menunjang kesehatan.
3. Kegiatan intersektoral
a. Program yang melibatkan semua unsur yang
mempengaruhi faktor penentu kesehatan
(determinants of health), termasuk sektor usaha,
pemerintah daerah, lembaga lain;
b. Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar
sektor kesehatan diubah supaya menyumbang
terhadap lingkungan kota yang sehat.
4. Masyarakat umum memainkan peranan aktif
a. Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan
pemerintah daerah.
b. Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan,
sikap, dan pilihan masyarakat dalam hal yang

11
menyangkut kesehatan, cara hidup, dan penggunaan
pelayanan kesehatan.
5. Cara baru dalam pemikiran dan metode
a. Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung
pada adanya kesempatan untuk berinovasi.
b. Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru,
mendorong pemikiran baru, dan menghargai
keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif.
H. Masalah Kesehatan
Masalah Kesehatan di perkotaan dapat dibagi dalam 3 kelompok
berdasarkan pilar Indonesia Sehat :
1. Masalah Lingkungan
a. Dikawasan pemukiman yang padat
b. Dikawasan kumuh perkotaan
c. Dikawasan masyarakat mampu
d. Dikawasan industri
e. Dikawasan wisata
2. Masalah Prilaku
3. Masalah Pelayanan Kesehatan

Kecenderungan masalah kesehatan diperkotaan adalah :

1. Meningkatnya pencemaran lingkungan baik air, udara dan tanah


diperkotaan akibat pertumbuhan industri.
2. Meningkatnya penyakit degeneratif, penyalahgunaan napza, penyakit
menular seksual serta gangguan kejiwaan akibat perubahan gaya hidup
masyarakat perkotaan.
3. Meningkatnya sarana pelayanan kesehatan perorangan yang tidak
diimbangi dengan meningkatnya sarana pelayanan kesehatan
masyarakat, sementara masalah kemasyarakat meningkat dengan
cepat.
4. Meningkatnya jumlah penduduk diperkotaan yang tidak diimbangi
dengan infrastruktur yang memadai, yang dapat memicu terjadinya
pemukiman kumuh diperkotaan.
5. Meningkatnya kasus kegawatdaruratan sehari-hari.
I. Indikator Kota Sehat
Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih
dalam masyarakat dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat
bagi semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang
sudah dilakukan dan menjadi tolak ukur untuk merencanakan kegiatan
selanjutnya.
Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan
sesuaitor terkait. Besar idengan kondisi dan kemampuan mereka untuk
memenuhi indikator tersebut. Dengan demikian indikator yang dimuat dalam

12
pedoman ini merupakan daftar yang dapat dipilih oleh forum bersama-sam
dengan Pemerintah Daerah dan sektor terkait. Besar indikator yang hendak
dicapai oleh masing-masing Kabupaten/Kota di provinsi yang bersangkutan.
Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
atau pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk
menilai keberhasilan ini adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar
yang disusun dalam lokakarya perncanaan. Untuk penetapan pemilihan
indikator agar memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan
kegiatan, kondisi dan kemampuannya, dan kesepakatan bersama dengan
pemerintah daerah. Setiap tahun sasaran indikator dan sasaran berkembang
sesuai kondisi yang ada.
2. Forum bersama Pemerintah Daerah dapat memilih besaran indikator yang
sesuai dengan kapasitasnya.
3. Pencapaian pendekatan Pemerintah/Kota Sehat tergantung dari
kemampuan dari masing-masing daerah.
4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkah-langkah
Kabupaten/Kota Sehat sudah dilaksanakan di masing-masing daerah :
a. Dukungan pemerintah daerah dalam membentuk kebijakan, perda,
penerapan dan pelibatan masyarakat
b. Aktifitas kelembagaan yang ada, yaitu Forum Kabupaten/Kota Sehat,
ForumKomunikasi Desa/Kelurahan Sehat, Pokja dan Tim Pembina.
5. Indikator output adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah disepakati
masyarakat.
6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukan dengan adanya
program percontohan ; dana berputar, keterlibatan forum dan masyarakat
rehadap program yang dilaksanakan sektor ; adanya kegiatan penyuluahn
rutin/penyebarluasan informasi melalui media massa/pembuatan
media/workshop, dan lain-lain. Forum juga dapat menyampaikan konsep
pemecahan masalah kepada Pemerintah Daerah/sektor tentang program
yang disepakati
2. KESEHATAN PARIWISATA
A. Definisi
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.
Sedangkan wisatawan adalah seorang yang melakukan perjalanan dari suatu
tempat ke tempat yang ada wisatanya untuk melihat sesuatu yang lain. Wisatawan
meliputi :
1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-
senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan
sebagainya,

13
2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud
menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam
hubungan sebagai utusan badan organisasi,
3. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud
bisnis,

Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara dan dalam
upaya meningkatkan penghasilan masyarakat Indonesia dewasa ini dan dimasa
yang akan datang disadari akan semakin menjadi penting. Oleh karena itu, setiap
upaya yang bertujuan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan disektor
ini perlu didukung dan digalakan. Salah satu sektor yang erat kaitannya dan
cukup menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan sektor pariwisata adalah
sektor kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesehatan berasal dari
kata sehat yang mempunyai arti keadaan baik seluruh badan serta bagian-
bagiannya bebas dari sakit atau waras. Jadi kesehatan mempunyai pengertian
sebagai keadaan sehat, kebaikan (keadaan badan, dan sebagainya).

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO (1947), sehat itu sendiri dapat
diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau ke- lemahan.

Sedangkan menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan.Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu
keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan
eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan pariwisata dimulai sejak berangkat


dari rumah untuk melakukan wisata, selama perjalanan, sampai di tempat tujuan,
dan kembali dengan aman dan nyaman ke tempat asalnya, sehingga wisatawan
tersebut tidak jera untuk kembali mengunjungi daerah wisata yang telah
dikunjunginya. Dalam siklus perjalanan wisata itu, kesehatan wisata termasuk
upaya pencegahan, tindakan pengobatan jika diperlukan dan kesiapan repratiasi
ke tempat yang memadai / ke negara asalnya.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata


Kesehatan pariwisata sendiri sebenarnya dapat dibagi dua yaitu kesehatan
pariwisata fisik dan psikis. Kesehatan parwisata fisik meliputi sarana untuk
penyembuhan penyakit kulit, relaxation, dan kecantikan sementara kesehatan
14
psikis terdiri dari penyembuhan akibat obat-obat terlarang, depresi, dan gangguan
mental.
Kesehatan pariwisata psikis biasanya dilakukan di rumah peristirahatan, rumah
sakit dan pesantren serta hanya terbatas pada pengunjung yang memang menderita
penyakit dan tidak dapat dinikmati oleh rekan, keluarga, dan sanak keluarga
walaupun pada masa sekarang sudah mulai dikembangkan untuk bisa pula
dinikmati oleh keluarga terdekat. Salah satu contoh Pesantren Suryalaya yang
terletak di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat dan sangat terkenal di seluruh
Indonesia sekarang ini menyediakan program yang dapat diikuti oleh keluarga
pasien sementara menunggu proses penyembuhan yang bersangkutan. Jenis
kesehatan pariwisata ini dilakukan oleh keluarga menengah ke atas karena
biayanya cenderung sangat mahal terutama pengobatan akibat narkoba, alhohol
dan sejenisnya.
Jenis kesehatan pariwisata fisik yang berkaitan dengan kecantikan biasanya
berupa spa, salon kecantikan dan pemandian air panas. Jenis kesehatan pariwisata
ini lebih bisa dinikmati oleh segala lapisan masyarakat karena relatif lebih murah,
banyak pilihan, dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja sesuai dengan
kemampuan finansial masing-masing.
Imunisasi juga merupakan lingkup dari kesehatan pariwisata sendiri. Imunisasi
tersebut diantaranya :
a. Routinel Immunization : DPT, POLIO, CAMPAK, INFLUENZA.
b. Required Immunization : Yellow Fever, Cholera, Meningococcal Meningitis.
c. Recommended Immunization : Hepatitis A & B, Typhoid Fever, Japanese
Encephalitis, Cholera, Rabies.
Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata meliputi :
1. Kesehatan wisatawan
Wisata kesehatan atau yang pada umumnya sering disebut dengan
medical tourism merupakan bentuk baru pariwisata (Heung et al. 2011),
atau suatu perjalanan yang terorganisir ke luar lingkungan lokal individu
untuk pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan dengan
melakukan intervensi medis (Carl dan Carrera, 2010). Lebih lanjut Heung
telah mengidentifikasi bahwa negara-negara seperti India, Malaysia,
Singapura, Thailand, telah menjadi negara yang telah menerapkan peluang
bisnis medical tourism dengan menarik lebih dua juta wisatawan medis
pada tahun 2005. Sedangkan negara Hongkong, Hungaria, Israel,
Yordania, Filipina, Brasil, Kosta Rika, Meksiko, dan Turki juga sedang
dalam penerapan menarik wisatawan medis khususnya di bidang bedah.
Wisata medis dipandang sebagai sebuah proses penyediaan pelayanan
kesehatan medis dengan biaya efektif bagi pasien melalui kerja sama
dengan industri pariwisata. Sehingga para wisatawan yang menggunakan
perjalanan dengan medical tourism mendapat keuntungan yaitu tidak
hanya menjalani perawatan medis namun dapat sambil menikmati
perjalanan dan tinggal di salah satu tujuan wisata wisata populer di dunia

15
(Gupta, 2008), meski demkian sering juga para wisatawan hanya
melakukan perjalanan semata untuk pelayanan kesehatan.
2. Kesehatan masyarakat lokal (penjamu)
3. Kesehatan pekerja di industri pariwisata
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja menurut Utama (2001)
dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek filosofis dan teknis, secara
filosifis kesehatan dan keselamatan kerja adalah konsep berfikir dan upaya
nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja pada khususnya dan setiap
insan pada umumnya, beserta hasil-hasil karya dan budayanya dalam
upaya membayar masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Secara teknis
adalah upaya perlingdungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lain di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Dalam dunia industri pariwisata, kesehatan dan keselamatan kerja
sangan diperlukan khususnya pada suatu akomodasi perhotelan. Seluruh
karyawan dalam sebuah hotel harus diperhatikan kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja karyawannya demi menjaga kelancaran operasional
hotel setiap hari. Setiap karyawan rentan terhadap kecelakaan karena
memiliki pekerjaan yang sangat membahayakan apabila pekerja tidak
mengetahui prosedur-prosedur pekerjaan maka akan beresiko terjadi
kecelakaan misalnya terjatuh, tertimpa, tersetrum, terkena penyakit akibat
debu, zat kimia beracun, serta terkena senjata tajam lainnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan:
1. memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam
berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan.
2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat
dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja..
3. Ikut berpatisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional
dengan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.
Penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapt dibagi dalam dua
kelompok.
1. Kondisi berbahaya, yaitu kondisi yang tidak aman dari
a. Mesin, perakitan, pesawat, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan
c. Proses
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan yang berbahaya, yaitu perbuatan yang berbahaya dari
manusia yang dapat terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara
c. Keletihan dan kelesuhan
d. Sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna.

16
Cara pencegahan :
- Menggunakan alat pelindung diri
- Memperhatikan dan menghindari faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, baik faktor lingkungan maupun faktor
manusia atau pekerja itu sendiri.
- Manajer atau supervisor hendaknya memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada pekerja mengenai semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan.
- Manajer atau supervisor hendaknya memasang gambar atau poster
keselamatan kerja
- Memperbaiki manajemen tentang kesehatan dan keselamatan
kerja.
4. Kesehatan lingkungan daerah wisata
Pariwisata Bali sangatlah terkenal. Bali memiliki segudang
pesona yang selalu dapat memikat hati para wisatawan baik
wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Salah satu
yang tetap menjadi idola para wisatawan yaitu berbagai kuliner
khas Bali yang selalu menjadi incaran para wisatawan. Rumah
makan yang menyediakan masakan khas Bali selalu ramai untuk
dikunjungi hingga pasar-pasar tradisional pun tak luput dari daftar
kunjungan para wisatawan ini. Banyak masalah kesehatan yang
mengincar para wisatawan ini.
Seperti yang dijabarkan dalam jurnal kesehatan yang
dilakukan oleh Gandamayu., dkk (2015) didapat hasil banyak
alasan wisatawan melakukan kunjungan ke unit pelayanan
kesehatan. Salah satu yang tertinggi yaitu pada diagnosis medis
sistem pencernaan ditemukan dari 26 sampel, masalah kesehatan
wisatawan asing berdasarkan diagnosis medis sistem pencernaan
yang terbanyak adalah diare 12 (46.1%). Diare terjadi akibatkan
oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
bakteri, virus, atau parasit. Faktor lingkungan merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya diare. Apabila lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan
dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
Upaya pengendalian untuk mencegah kasus diare pada
wisatawan ini adalah dengan meningkatkan higiene dan
higiensanitasi. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat untuk
mencegah timbulnya penyakit, membuat kondisi sehat serta
terjamin pemeliharaan kesehatannya (Purnawijayanti, 2006).
Higiensanitasi meliputi melindungi, memelihara, dan
mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu dan
masyarakat), sehingga faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan

17
kesehatan. Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi lingkungan hidup sehat yang menyenangkan dan
menguntungkan masyarakat (Pitojo. 2013). Faktor yang
mempengaruhi higiensanitasi air minum, makanan, air
kobokan/cucian pada para pedagang makanan adalah pada sumber
air yang digunakan, wadah penampung air, serta tempat
berdagang.
- Sumber Air
Sumber air yang digunakan para pedagang pada
umumnya berasal dari air yang sudah tercemar logam
berat dan bahan kimia beracun, serta dekat dengan
pembuangan limbah rumah tangga (septic tank,
pembuangan toilet). Hal ini menyebabkan sumber air
menjadi terkontaminasi dan menyebabkan gangguan
kesehatan pada saluran pencernaan seperti diare (Sutrisno,
2007). Sumber air ini biasa digunakan untuk mencuci
tangan serta bahan baku pembuatan makanan dan
minuman sehingga dengan kondisi air yang yang sudah
tercemar tersebut dapat meningkatkan resiko
terkontaminasi bakteri Coliform.
- Wadah Penampung
Air Wadah yang digunakan untuk menampung sumber
air biasanya jarang dilakukan pembersihan serta tidak
ditutup dengan rapat sehingga peralatan untuk memasak
serta air untuk bahan baku masakan terkontaminasi dengan
debu (Natalia dkk., 2014).
- Tempat Berdagang
Tempat berdagang adalah fasilitas yang digunakan
oleh pedagang untuk aktivitas jual beli dan pembuatan
makanan/minuman. Tempat berdagang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: tersedia air bersih, tersedia
tempat pembuangan sampah, dan fasilitas untuk mencuci
peralatan masak dan tangan. Lokasi dari tempat berdagang
yang dekat dengan tempat pembuangan sampah serta
kurangnya 9 air bersih itulah yang menyebabkan
kontaminasi bakteri Coliform tinggi (Ningsih, 2014).
Setelah mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi traveler’s diarrhea, maka idealnya
dilakukan penanggulangan sebagai berikut:
a. Pengadaan alat Chlorine Diffuser oleh Dinkes
setempat di Bali. Chlorine diffuser digunakan untuk
meningkatkan kualitas air dengan cara memfilternya.
b. Sosialisasi mengenai higiene dan higiensanitasi pada
pedagang makanan serta masyarakat luas

18
c. Menindaklajuti laporan pengaduan dari warga
khususnya para wisatawan mengenai indikasi wabah
penyakit diare serta pencemaran air di lingkungan
sekitar.
d. Mengirimkan tim survey dari pemerintah untuk
memeriksa sampel di sumber air yang digunakan
warga serta memeriksa sampel makanan yang dijual di
restoran/daerah wisata kuliner untuk diuji di
laboratorium.
e. Melakukan pengawasan pada sumber air yang
digunakan untuk air minum dengan cara observasi,
inspeksi sanitasi, pengambilan sampel, pengawasan
dan perawatan terhadap jaringan perpipaan air, serta
pemeriksaan korositas dalam air.
5. Keamanan pangan daerah wisata
6. Kebijakan terkait kesehatan dan pariwisata
3. KESEHATAN URBAN
A. Sistem Kesehatan di Indonesia dan Cakupannya di Daerah Urban
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Merujuk definisi
yang diberikan oleh WHO maka komponen kesehatan meliputi pelayanan
kesehatan formal dan pengoabatan tradisional. Aktivitas yang merupakan sistem
dari kesehatan tidak hanya kegiatan yang umum dilakukan seperti promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan
raya, pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari
sistem.
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship atau
regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sub-
subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai kebutuhan. Sama halnya
dengan kebutuhan pangan, kesehetan juga merupakan kebutuhan pokok yang
menjadi hak setiap warga negara, sehingga pemerintah wajib menyediakan sistem
pelayanan kesehatan yang baik untuk warganya. Jika dibandingkan penduduk
golongan ekonomi menengah ke atas, golangan ekonomi menengah ke bawah
yang tinggal di pinggiran perkotaan mengeluarkan biaya yang lebih besar dari
pendapatan mereka untuk air yang berkualitas lebih buruk. Misalnya, sistem pipa
kota Jakarta hanya mencakup sebagian kecil penduduk, karena perluasan
pelayanan tidak dapat mengimbangi perkembangan penduduk di daerah
perkotaan. Penduduk lainnya tergantung pada berbagai sumber lain, termasuk
sumur dangkal, penjual air keliling dan jaringan privat yang terhubung dengan
sumur yang dalam. Banyak dari sumber-sumber alternatif ini memerlukan biaya
yang lebih besar per satuan volume daripada pasokan air ledeng dan sering
digunakan oleh masyarakat miskin

19
Permasalahan susahnya akses air bersih merupakan salah satu hal yang
mengakibatkan permasalahn kesehatan di daerah urban seperti penyakit kulit dan
diare. Selain susahnya akses air bersih, keadaan air yang kotor (dangkal) serta
kurang jernih, air yang demikian tidak hanya berdampak pada penduduk sekitar
namun juga berdampak pada lingkungan. Keadaan sistem drainase yang buruk
atau bahkan tidak ada, mengakibatkan banyak genangan air disana-sini bila
terjadinya hujan, kalaupun ada tidak sesuai dengan prosedur dan asal jadi.
Pembuatan sanitasi yang sangat tidak bagus, dimana tata letaknya berdekatan
dengan bangunan, dimana dalam aturannya lumayan jauh dengan bangunan.
Namun hal yang terjadi karena banyaknya gedung bertingkat yang ada dengan
kepadatan yang luar biasa mengakibatkan tempat pembuangannya sangat dekat
bahkan diarea bangunan, sungguh lokasi yang tidak sehat.
B. Peranan Pemuda Akan Kesehatan Masyarakat di Daerah Urban
Pemuda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah
“Nilai” hal ini sering lebih merupakan pengertian ideologis dan cultural dari pada
pengertian ilmiah, misalnya “Pemuda harapan bangsa” dan “pemuda pemilik masa
depan” dan lain sebagainya yang kesemuanya itu merupakan beban
moral bagi pemuda untuk memberikan konstribusi pada masa depan masyarakat
bangsa Indonesia. Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan persoalan
yang rumit seperti narkoba, kenakalan remaja, dan terbatasnya lapangan kerja.
C. Peluang
Sebagai negara yang besar, Indonesia mempunyai berbagai peluang untuk
mencapai kesehatan masyarkat secara berkelanjutan, antara lain:
1. Indonesia memiliki sumber daya yang mumpungi seperti dalam segi
kesehatan
2. Perkembangan teknologi yang pesat dalam berbagai aspek; dalam hal ini
adalah dalam bidang kesehatan sehingga bisa membantu masyrakat urban
yang rawan akan kesehatannya
3. Semangat anak muda yang perlu di apresiasi karena dengan idealisme
serta kecakapannya mampu bersaing dengan yang lain dalam kesehatan.
D. Program
1. Program Jangka Pendek (sampai dengan 5 tahun)
a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya.
Pelayanan ini sangat dibutuhkan karena masyarakat urban sangat rawan
stress.
b. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III rumah sakit.
c. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan
penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan
anak, gizi buruk dan pelayanan Unit Gawat Darurat.
2. Program Jangka Menengah (5-10 tahun).
a. Perlindungan sosial
b. Peningkatan perlindungan kepada keluarga miskin, termasuk perempuan
dan anak, meliputi:

20
c. Jaminan penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga
miskin
d. Peningkatan akses informasi dan pelayanan ketahanan keluarga serta
fasilitasi pemberdayaan keluarga
e. Fasilitasi pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan (P2TP2).
3. Program Jangka Panjang (> 10 tahun)
Perbaikan keadaan lingkungan hidup disekitar masyarkat di sekitar
perkotaan ataupun kaum urban, mendidik masyarakat untuk lebih mengerti
tentang cara-cara hidup sehat ,serta menignkatakan status gizi masyarakat.
a. Edukasi
Hal pertama yang mesti dilakukan oleh pemerintah adalah edukasi
kepada masyarkat bahwa kesehatan adalah suatu kebutuhan yang
penting agar bisa tumbuh berkembang, namun disini mengedukasi
dengan cara tidak hanya mengandalkan program program kesehatan
saja melainkan langsung ke masyarakat.
b. Penyuluhan dan praktikum
Ini adalah hal yang mesti dilakukan oleh pemerintah yakni penyuluhan
dan praktikum ke pada masyarakat, dimana melakukan penyuluhan
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran kesehatan masing-
masing.
c. Bantuan dana
Bantuan dana merupakan hal yang wajib dilakukan pemerintah. Dalam
hal ini, dana digunakan untuk menignkatkan kaulitas kesehatan
masyarakat.
4. KESEHATAN PESISIR
Wilayah pesisir pantai merupakan satu wilayah yang rawan sekali dengan
kesehatan. Wilayah pesisir pantai merupakan tempat pencampuran pengaruh
antara darat, laut dan udara (iklim). Lebih spesifiknya pesisir lebih cenderung
mempunyai masalah dengan limbah. Dengan adanya limbah baik yang
berbahaya bagi kesehatan maupun tidak, limbah sangat berpengaruh bagi
kesehatan masyarakat baik dari segi lingkungan, bahan pangan yang diperoleh
dari laut. Dengan itu bebagai masalah kesehatan banyak bermunculan, seperti;
kesehatan lingkungan, kesehatan bayi dan balita, serta kesehatan meternitas
dan KB. Kesehatan lingkungan meliputi perumahan, sumber air, sampah,
pembuangan tinja dan air limbah. Kesehatan bayi dan balita meliputi status
gizi dan imunisasi (Yusuf, 2014).
Pemukiman nelayan pesisir pantai merupakan wilayah yang kerap sebagai
tempat mengumpulnya sampah-sampah yang tersapu oleh ombak laut. Baik
berupa sampah organik, sampah non organik dan bahan kimia. Ditambah
dengan naiknya air laut yang seringkali menyebabkan rumah-rumah warga
pesisir pantai terendam ditambah lagi dengan berbagai tumpukan sampah.
Kota Surabaya merupakan kota metropolitan ke dua di Indonesia, dan juga
kepadatan penduduknya. Kemiskinan yang semakin hari semakin berkembang

21
tidak dapat dipungkiri di kota-kota terbesar di negara berkembang seperti
Indonesia. Khususnya pada masyarakat pesisir pantai yang segala bentuk
perekonomiannya bergantung kepada hasil laut. Ketidakterpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan masayarakat pesisir pantai itu sudah menjadi kebiasaan
dalalm hidupnya. Baik kebutuhan ekonomi, sosial, politik, dan kesehatan.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Dalam produkivitas kehidupan masyarakat nelayan kesehatan
adalah hal yang paling utama sebagai penunjang kalangsungan hidup. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 kesehatan
merupakan keadaan sehat,fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial maupun
ekonomi. Seperti yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus terwujud
dan hal ini adalah hak asasi bagi setiap manusia. Berdasarkan pemaparan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan itu bersifat holistik. Bukan hanya
sehat secara fisik melainkan jiwa, sosial dan ekonomi (Depkes.go.id/10-01-
2019/23.43WIB).
Menurut undang-undang No. 23 Tahun 1992, maksud sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial ekonomi. While berpendapat kesehatan
adalah keadaandimana seseorang pada waktu diperksa oleh ahli tidak memiliki
keluhan atau tidak memiliki tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan
(Diskamara; 2009). Selain kesehatan tubuh, lingkungan juga perlu
diperhatikan sebagai media utama dalam
hidup yang sehat. Notoatmodjo mengatakan kesehatan lingkungan pada
hakekatnya merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya kesehatan tubuh yang
optimal. Ruanglingkup kesehatan linkungan antara lain yaitu, perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), ketersediaan air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan limbah air dan sebagainya
(Notoatmodjo; 2007).
Sejauh ini banyak masyarakat beropini bahwa laut dan pesisir merupakan
tempat sampah yang ideal. Dimana laut yang luas mampu menghancurkan
atau melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang ke dalamnya, baik bahan
padat dan cair. Bahan-bahan padat yang sering diketahui yaitu berupa sampah-
sampah nonorganik maupun sampah organik. Sedangkan bahan cair berupa
limbah sabun, limbah pabrik dan banyak macam lagi limbah cair. Realitasnya
laut hanya mempunyai daya urai yang terbatas. Hal ini berkaitan dengan
semakin meningkatnya aktivitas manusia di wilayah laut dan pesisir laut
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan ini semakin banyak
aktivitas yang dilakukan masyarakat di laut dan di pesisir pantai, baik aktivitas
yang produktif maupun tidak kegiatan masyarakat tersebut mmenghasilkan
limbah yang dapat menjadikan bahan pecemaran (polutan) bagi laut dan
sekitarnya. Cepat atau lambat polutan itu akan sampai ke daerah pesisir dan

22
laut. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada lingkungan dan masalah
kesehatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir dan laut (Supriharyono,
2002; Misran, 2002). Dari permasalahan yang ada di atas dan merujuk pada
hasil penelitian terdahulu. Maka peneliti memilih untuk memfokuskan kajian
ini dan mengambil penelitian tentang “Perilaku Hidup Sehat Masyarakat
Pesisir Pantai Kenjeran (Studi Fenomenolog tentang Makna Perilaku Hidup
Sehat Masyarakat Pesisir Pantai Kenjeran)”.
A. Definisi Komunitas Daerah Pesisir
Soekanto (2002) mengartikan community sebagai masyarakat
setempat. Masyarakat setempat menunjuk pada warga sebuah desa,
kota, suku atau bangsa yang mana para anggotanya hidup bersama
sehingga merasakan bahwa kelompoknya dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Keterikatan secara
geografis merupakan suatu ciri dasar yang sifatnya pokok sebagai
suatu komunitas, tetapi hal ini tidaklah cukup, karena suatu
community harus memiliki apa yang dinamakan dengan community
sentiment atau perasaan komunitas. Perasaan sebagai suatu
komunitas memiliki beberapa unsur, yaitu seperasaan,
sepenanggungan dan saling memerlukan.
Komunitas pulau-pulau kecil adalah masyarakat yang jumlahnya
maksimal 200.000 jiwa, hidup pada pulau-pulau yang secara
geografis terpisah dengan pulau induknya dengan luas maksimal
10.000 Km dan secara spesifik memiliki kesamaan dan ikatan yang
menyatukan mereka. Komunitas pulau-pulau kecil didalamnya juga
terdapat beragam sub komunitas, namun sub komunitas yang paling
umum (dominan) ditemukan adalah komunitas pesisir. Pada
komunitas pesisir umumnya dihuni komunitas nelayan yang memang
identik dengan karakteristik ekologisnya. Komunitas pesisir
merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah
pesisir.
Sedangkan menurut Viktor (2001), populasi masyarakat pesisir
didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir
dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung
pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Namun untuk lebih
operasional, definisi populasi masyarakat pesisir yang luas ini tidak
seluruhnya diambil tetapi hanya difokuskan pada kelompok nelayan
dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan.
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah yang secara administratif
jauh pusat kota memungkinkan terjadinya masalah kesehatan
disebabkan oleh akses dan sarana prasarana tidak memadai karena
kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh
laut.(Anwar,dkk,2016:27)
B. Karakteristik Masyarakat Daerah Pesisir

23
Komunitas daerah pesisir memiliki karakter khusus yang
membedakannya dengan komunitas daerah lain, di mana karakter
tersebut menjadi ikatan yang menyatukan mereka. Karakter khusus
tersebut mencakup aspek pekerjaan, perilaku sosial, dan ikatan
norma sosial (adat istiadat) atau budaya.
a. Pekerjaan
Masyarakat pesisir bergantung pada sumberdaya laut.
Ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumberdaya laut
secara langsung menyebabkan mereka berupaya menjaga
kelestarian lingkungan, yaitu memanfaatkan sumberdaya laut yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan disertai upaya untuk
memperbaikinya. Sebaliknya, mereka yang datang hanya untuk
memanfaatkan sumberdaya laut akan melakukan
Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan. Sedangkan sakit adalah ketidakseimbangan
fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis
dan kondisi penyesuaian. Status kesehatan dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu herediter, layanan kesehatan, lingkungan, dan
perilaku.
Kesehatan komunitas merupakan sintesis dari ilmu kesehatan
masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
seluruh komunitas. Salah satu komunitas yang ada di Indonesia
adalah komunitas daerah pesisir. Komunitas pesisir merupakan
suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah pesisir.
Masyarakat daerah pesisir bergantung pada sumberdaya laut untuk
kelangsungan hidupnya. Sebagian dari mereka merupakan
keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah sehingga
masyarakat daerah pesisir identik dengan kemiskinan. Kondisi ini
menimbulkan beberapa permasalahan terutama di bidang
kesehatan. Penyakit yang sering menyerang masyarakat daerah
pesisir adalah hipertiroid, malaria, penyakit kulit (eksim, kudis,
kurap, bisul, panu, dan kusta), diare, muntaber dan
cacingan. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan,
membuat mereka lebih mementingkan kebutuhan pangan dan
meremehkan kebutuhan kesehatan.
Peran perawat komunitas di daerah pesisir adalah sebagai
pendidik, advokat, peneliti, konsultan, pemberi perawatan
dan pemasaran kesehatan. Tujuannya adalah untuk
meningkatakan kualitas kesehatan masyarakat daerah tersebut
dengan memberikan pendidikan kesehatan, khususnya tentang
kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Pola perilaku hidup sehat masyarakat pesisir pantai Kenjeran
yaitu dengan cara menjaga pola makan, istirahat dengan cukup,

24
olahraga teratur. Semua ini semata-mata dilakukan oleh
masyarakat supaya mereka dikemudian hari dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi dari
keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatu kegiatan
yang dilakukan masyarakat pesisir pantai yang bernuansa menjaga
kesehatan, itu disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga pada
saat itu. Terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Aditya di
tahun 2016 tentang mekanisme survival masyarakat nelayan.
Dalam penelitan tersebut menyatakan bahwa, ketika keadaan
ekonomi sedang buruk yang dilakukan masyarakat adalah
mengurangi kualitas makanan yang dimakan, mengurangi porsi
makan dll. Sehingga pada penelitian ini terbukti bahwa dalam
menangani masalah kesehatan masyarakat memilih pola-pola
perilaku hidup sehat yang disesuaikan dengan keadaan ekonomi
pada saat itu. Sehingga perilaku-perilaku kesehatan yang
dilakukan berbeda dengan rezim-rezim medis, departemen
kesehatan dan WHO. Alonso (1993) pernah menyatakan bahwa
perilaku memiliki 4 dimensi yaitu prevention, detection,
promotion dan protection.
Dalam mencegah atau meminimalisir sakit prevention,
masyarakat melakukan hanya sekedar menjaga pola makan,
menjaga pola istirahat, menjaga pola olahraga, dan selalu berdoa
untuk meminta kesehatan. Detection dalam hal ini masyarakat
melakukan dengan cara cek up kesehatan setiap bulan sekali, itu
pun hanya beberapa orang saja yang tertib dalam hal itu. Pada
msayarakat umumnya sering kali melakukan pengobatan dari pada
mencegah. Promotion merupakan upaya mendorong dan
mempersuasi masyarakat untu meningkatkan taraf kesehatan. Hal
ini sering kali dilakukan oleh pihak-pihak terkait (puskesmas,
posyandu, relawan). Masyarakat pada hal itu cukup merespon
sangat baik, namun masyarakat hanya melakukan kegiatan yang
sesuai dengan keadaan ekonominya. Protection hal ini sudah
dilakukan oleh beberapa instansi pemerintah yaitu dengan cara
membangun depo sampah, dengan tujua agar masyarakat tidak lagi
membuang sampah ke laut. Kemudian pembangunan MCK, itu
dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat tidak lagi mandi dan
buang air ke laut. Imunisasi bayi dan balita dilakukan setiap bulan
agar masyarakat pesisir terbebas dari gizi buruk.Dari
pemmbahasan diatas yang menjadi kendala di masyarakat pesisir
pantai Kenjerean dalam melakukan hidup sehat yaitu terkendalan
oleh beberapa hal.Terutama adalah kendala ekonomi, kondisi
sosial, kondisi budaya dan kondisi psikologi masyarakat. Sama
halnya seperti apa yang dikatakan oleh Mc Kinlay (1972) dalam
buku pedoman mata kuliah sosiologi kesehatan. Mc Kinlay

25
menyatakan bahwa perilaku kesehatan seseorang itu dipengaruhi
oleh beberapa sebab, yaitu kondisi ekonomi, kondisi sosial
demografi, kondisi psikologi sosial, sosial budaya dan orgasisasi
(Ariadi; 2014).

26
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan
lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber daya masyarakat
mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam
melaksanakan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal
mereka. "Sebuah kota yang sehat adalah salah satu yang terus-menerus menciptakan
dan meningkatkan mereka secara fisik dan sosial lingkungan dan memperluas sumber
daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu
sama lainnya dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan dalam
mengembangkan potensi maksimal mereka. (Hancock, 1988).
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.
Sedangkan wisatawan adalah seorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat
ke tempat yang ada wisatanya untuk melihat sesuatu yang lain.
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship atau
regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sub-subsistem
dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai kebutuhan. Sama halnya dengan
kebutuhan pangan, kesehetan juga merupakan kebutuhan pokok yang menjadi hak
setiap warga negara, sehingga pemerintah wajib menyediakan sistem pelayanan
kesehatan yang baik untuk warganya.
Wilayah pesisir pantai merupakan satu wilayah yang rawan sekali dengan
kesehatan. Wilayah pesisir pantai merupakan tempat pencampuran pengaruh antara
darat, laut dan udara (iklim). Lebih spesifiknya pesisir lebih cenderung mempunyai
masalah dengan limbah. Dengan adanya limbah baik yang berbahaya bagi kesehatan
maupun tidak, limbah sangat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat baik dari segi
lingkungan, bahan pangan yang diperoleh dari laut. Dengan itu bebagai masalah
kesehatan banyak bermunculan, seperti; kesehatan lingkungan, kesehatan bayi dan
balita, serta kesehatan meternitas dan KB. Kesehatan lingkungan meliputi
perumahan, sumber air, sampah, pembuangan tinja dan air limbah. Kesehatan bayi
dan balita meliputi status gizi dan imunisasi (Yusuf, 2014).
B. Saran
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi respon masyarakat terhadap lingkungan
sekitarnya. Untuk itu kita perlu melakukan pembenahan agar terwujud kesehatan
lingkungan yang diharapkan, serta menjadikan masyarakat lebih produktif dan
berprestasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Manalu, Erly Yuni (2013). “Kota Sehat” https://www.scribd.com/doc/164870151/Kota-


Sehat-Makalah-Fix, diakses tanggal 2 juli 2021 jam 16.00

https://eprints.uny.ac.id/22540/3/BAB%20I.pdf

https://www.academia.edu/36898911/KESEHATAN_PARIWISATA

https://www.scribd.com/doc/246464448/K3-Pariwisata

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2253b3aaf49cf260b0a1bf63824154b
7.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/02717e5ab905b2f1124a3dd91904828
e.pdf

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 4, September 2018

Isnaini Imam Nur Sholeh,Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan


Airlangga 4-6 ,Surabaya 60286, Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai