Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANALISA SWOT DI RSUD PELITA HARAPAN

KABUPATEN KUNINGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Aria Pranatha, S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok I

1. Desy Juliana (CKR0180048)


2. Ima Rismayanti (CKR0180057)
3. Indi Rahmawati (CKR0180058)
4. Vevi Apriyanty (CKR0180225)
5. Winarni Widya (CKR0180077)
6. Yessi Sentia (CKR0180078)
7. Neneng Sumiasih (CKR0180065)

Reguler B Semester 6

STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan ini tepat pada
waktunya dengan judul “Analisa SWOT DI RSUD PELITA HARAPAN KABUPATEN
KUNINGAN”.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns.
Aria Pranatha, S.Kep selaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan dan teman-teman
penyusun.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan khususnya
keperawatan, Amin.

Kuningan, 20 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktik

Bab II Tinjauan Teori

Bab III Manajemen Ruangan

A. Gambaran umum RS
B. Kajian / Analisis Situasi

Bab IV Analisis Data dan Perencanaan

A. Analisis Data
B. Prioritas Masalah
C. Perencanaan /Planing of Action

BAB V Simpulan dan Saran

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana strategis merupakan konsep yang digunakan dalam berbagai organisasi
untuk menentukan arah, tujuan dan masa depan yang hendak dicapai secara
komprehensif. Rencana strategis menjadi perangkat penting bagi organisasi untuk
menjelaskan apa yang hendak dicapai dan bagaimana mencapainya.
Bahwa RSUD PELITA HARAPAN keberadaannya dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah suatu keniscayaan.
Kemampuan RSUD Pelita Harapan dalam memberikan pelayanan harus bisa
diandalkan. Untuk itu maka RSUD Pelita Harapan harus bisa memberikan pelayanan
secara bermutu. Pelayanan Rumah sakit yang bermutu adalah pelayanan yang aman,
rasional efektif, efisien (murah) dan memberikan kenyamanan bagi pasien.
Rumah Sakit Pelita Harapan merupakan rumah sakit pemerintah sebagai satuan
kerja perangkat daerah yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh. Salah satu ruang rawat unap yang ada di
RS Pelita Harapan yaitu Ruanga “X”. Ruang X ini merupakan ruangan baru yang
rencananya akan dijdikan percontohan model bagi ruangan lainnya. Ruangan X ini
karena baru masih mencari pola atau metode penugasan yang pas dengan kehasan
ruang rawat penyakit dalam kelas III. Ruangan X ini memiliki kapasitas tempat tidur
40 dengan rata-rata BOR per bulan 95 %. Adapun SDM perawat yang ada dirunagn
terdiri dari 1 Kepala ruangan dengan pendidikan Ners, 6 orang perawat dengan
pendidikan Ners dan 6 dengan pendidikan D3, ditambah 1 tenaga ADM. Berdasarkan
data kepegawaian jumlah perawat yang pernah mengikuti pelatihan sebagi berikut :
PPI 6 orang, Manajemen bangsal 1 orang, Metode penugasan 3 orang, BTCLS 9
orang.
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana analisa SWOT di RSUD Pelita Harapan Kabupaten
Kuningan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Analisis Swot


Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat
faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya
adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage)
dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)
yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland analisis SWOT adalah instrumen
perencanaaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja
yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan
penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan
yang bersumber dalam Fortune500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang
analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy
Model yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun, pada saat pertama
kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat
masih bersifat deskriptif serta belum bahkan tidak menghubungkan dengan strategi-
strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang
telah dilakukan.
Hasil analisis biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan
kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi
kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT
akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama
ini. Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa
jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda
keempat bagian tersebut. Hal ini wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah
analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi
“ajaib” dalam sebuah permasalahan.
B. Faktor-Faktor Analisis Swot
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu :
1. Strengths (Kekuatan)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi
khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau
keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika
sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa
disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik atau hasil andalan, maupun
kelebihan-kelebihan lain yang dapat membuat sekolah tersebut unggul dari
pesaing-pesaingnya serta dapat memuaskan steakholders maupun pelanggan
(peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber
keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas
pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan
keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain yaitu
sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu
pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan
yang sangat tinggi, didukung dengan sarana prasarana pendidikan
yang cukup memadai. Hal lain dari faktor keunggulan lembaga pendidikan
adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat
tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga
pendidikan yang agamis.
Bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar lembaga
tersebut sebagai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis
kualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting. Mengenali kekuatan dan
terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan
bagi lembaga pendidikan.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang
terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga
pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau
bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki
oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam
sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya
kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan
kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain.
Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi
oleh para pengelola pendidikan, antara lain yaitu :
a. Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b. Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa
menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan
yang dihadapi sekarang ini.
d. Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing
dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan
bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan
tersebut misalnya :
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat
perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.

Peluang pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan antara


lain yaitu :

a. Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini
diperlukan peran serta pendidikan agama yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung
konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga
kajian- kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur. Ini
menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan
ke depan.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah
muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh
dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategi bagi pentingnya
manajemen pengembangan lembaga pendidikan.
4. Threats (Ancaman)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi
faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga
pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi
sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah
lembaga pendidikan itu sendiri.
Contoh ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun,
motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain- lain.
C. Kegunaan Analisis Swot
Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk :
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal
3. Perusahaan.
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.
D. Hubungan Antara Strength, Weaknesses, Opportunities, Dan Treaths Dalam Analisis
Swot
Menurut Said, 2013 menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses,
Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa
digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan
(strenghth) atau distinctive competence hanya akan menjadi competitive
advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain
juga terdapat kekuatan yang memiliki core competence yang sama,
maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu
institusi tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus
dipaksa untuk dikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu
penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadiopposite dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi
Harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak
berpengaruh pada lingkungan sekitar
2. Peluang dan Ancaman
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis
internal yang dilakukan di suatu institusi ( strenghth dan weakness) dengan
analisis internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan, peluang
juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua
peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi.
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang
pencapaiannya juga kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun
peluang pencapaian kecil atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta
peluang tercapaianya besar.
Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend
perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa
dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya ( seriousness) dan kemungkinan
terjadinya ( probability of occurance).
Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang
kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk
ancaman utama ini, diperlukan beberapa planning yang harus
dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b. Ancaman tidak utama (MinorThreats) adalah ncaman yang
dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil.
c. Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat
keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah
dan sebaliknya.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi


dilihat dari keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai
berikut :

a. Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major opportunity


yang besar dan major threats yang kecil.
b. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high
opportunity dan threats pada saat yang sama.
c. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity
dan low threat.
d. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity
dan high threats.

Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang
paling utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif
bersama-sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari
hubungan tersebut.

E. Manfaat Analsis Swot


Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling
dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu
permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa
arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah
keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga
menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu
untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan
diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam
melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi
kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan
dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
F. Macam-Macam Pendekatan Analisis Swot
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal
(Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal
(Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai hasil titikpertemuan antara faktor-faktor internal dan
eksternal.

Matriks SWOT Kearns

Keterangan :
Sel A : Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat
Sel B : Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi
untuk Comparative Advantage Divestment/ Investment Damage Control
Mobilization memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian
merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C : Divestment/ Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari
luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur.
Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan
karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan
yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan
organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D : Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar,
dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar
bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang
diperkirakan.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson
(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T :
Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling
bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau
mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang
besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor
yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan
bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling
ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah
dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor
lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah
didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi
dengan banyaknya jumlah point factor.
b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
Opportuni
ty

O ( +, + ) progresif
( - , + ) ubah strategi

Kuadran III Kuadran I

Weakness Strenghth

W S
Kuadran IV Kuadran II

( - , -) Strategi bertahan T ( +,- ) Diversifikasi strategi

Threath
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar
bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi
disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok.Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
BAB III

MANAJEMEN RUANGAN

A. Profil RSUD Pelita Harapan


Nama : RSUD Pelita Harapan
Tipe Fasyankes : Rumah Sakit
Provinsi : Jawa Barat
Kota : Kuningan
Alamat :
Email :
Website :
B. Gambaran Pelayanan RSUD Pelita Harapan
Rumah sakit Pelita Harapan merupakan rumah sakit pemerintah sebagai satuan
kerja perangkat daerah yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh. Salah satu ruang rawat unap yang ada di
RS Pelita Harapan yaitu Ruanga “X”. Ruang X ini merupakan ruangan baru yang
rencananya akan dijdikan percontohan model bagi ruangan lainnya. Ruangan X ini
karena baru masih mencari pola atau metode penugasan yang pas dengan kehasan
ruang rawat penyakit dalam kelas III. Ruangan X ini memiliki kapasitas tempat tidur
40 dengan rata-rata BOR per bulan 95 %. Adapun SDM perawat yang ada dirunagn
terdiri dari 1 Kepala ruangan dengan pendidikan Ners, 6 orang perawat dengan
pendidikan Ners dan 6 dengan pendidikan D3, ditambah 1 tenaga ADM. Berdasarkan
data kepegawaian jumlah perawat yang pernah mengikuti pelatihan sebagi berikut :
PPI 6 orang, Manajemen bangsal 1 orang, Metode penugasan 3 orang, BTCLS 9
orang.
Pada saat penerimaan pasien baru biasanya dari IGD menghubungi ruangan X dan
pasien tersebut dibawa ke ruangan X, setelah sampai di Ruangan X, perawat yang
menerima hanya meminta untuk segera dipindahkan ke tempat tidur pasien tersebut
dan hanya mengambil rekam medis pasien saja. Pada saat operan seluruh perawat
mendatangi tiap bed pasien, akan tetapi kegiatan pre dan post conference belum
maksimal dilakukan. Begitupula terlihat penulisan diagnosa keperawatan antara satu
perawat degan perawat yg lain berbeda-beda.
Adapun fasilitas lain yang ada di Ruang X yairu :
1) Koridor ruang cempaka atas terletak di tengah, memisahkan antara ruang
perawat, kamar 1 dan 2, ADM, dan kamar ISO dengan kamar 5,6,7, ruang cuci
alat, ruang neuro, musola, dan gudang.
2) Koridor ruang X bawah terletak di tengah, memisahkan antara ruang ISO
TBC, ruang perawat, kamar 3, gudang dengan WC petugas, ruang cuci alat,
kamar 1, ruang ISO B20.
3) Lantai terlihat bersih, bewarna putih dan tidak licin. Lantai dibersihkan setiap
hari oleh Cleaning Service.
4) Terdapat 7 tempat sampah di ruanagn belum ada pemilahan jenis sampah.
5) Di ruang X atas terdapat pintu diujung utara koridor. Pintu sering d pakai
untuk keluar masuk pasien dan keluar yang menjenguk.
6) Di ruang X bawah terdapat pintu diujung selatan koridor. Pintu sering d pakai
untuk keluar masuk pasien dan keluar yang menjenguk.
7) Terdapat 2 pot tanaman besar plastik untuk memperindah koridor.
8) Tidak terdapat brankar.
C. Visi, Misi, Tujuan Dan Motto RSUD Pelita Harapan
1. Visi
Sebagai Rumah Sakit Rujukan terbaik di wilayah III Jawa Barat Tahun 2021.
2. Misi
1) Memberikan dan mengutamakan kepuasan kepada pelanggan.
2) Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
3) Menyediakan Prasarana dan Sarana sesuai dengan standarisasi Rumah
Sakit.
4) Mengembangkan Rumah Sakit sebagai tempat Diklat dan Penelitian.
5) Meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi pegawai.
6) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.

Anda mungkin juga menyukai