Anda di halaman 1dari 48

FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS

MAHASISWA SEMESTER EMPAT ( 5 )

RESUME MATERI BALKESMAS

Dosen Pembimbing

Ns. Ahmad Ikhlasul Amal, MAN

Disusun Oleh

Erma Esti Mukholifah ( 30901800059 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS

MAHASISWA SEMESTER EMPAT ( 5 )

SCREENING MASYARAKAT BERESIKO TERTULAR HIV

Dosen Pembimbing

Ns. Ahmad Ikhlasul Amal, MAN

Disusun Oleh

Erma Esti Mukholifah ( 30901800059 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
1.

2.
3.
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS

MAHASISWA SEMESTER EMPAT ( 5 )

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Dosen Pembimbing

Ns. Ahmad Ikhlasul Amal, MAN

Disusun Oleh

Erma Esti Mukholifah ( 30901800059 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
SATUAN ACARA PENGAJARAN

POKOK BAHASAN : Pencegahan HIV/AIDS

SUB POKOK BAHASAN : Mengenal dan mencegah HIV/AIDS sejak dini

WAKTU : 25 Menit

SASARAN : Masyarakat desa Wedarijaksa

TEMPAT : Kediaman Tn.K

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU)


Setelah diberi penyuluhan, Masyarakat desa Wedarijaksa memahami
tentang HIV/AIDS.
II. Tujuan intruksional khusus ( TIK)
Setelah diberi penyuluhan , sasaran dapat :
a. Sasaran dapat mengerti penjelasan HIV / AIDS.
b. Sasaran mampu dan mengerti mengenai kekebalan tubuh.
c. Sasaran mampu dan mengerti gejala HIV / AIDS.
d. Sasaran mampu dan mengerti bagaimana penularan dan
pencegahan HIV / AIDS.
III. Kegiatan belajar mengajar
No Tahap Waktu Kegiatan Media
1. Pembukaan 3 menit 1. memberi salam -
2. perkenalan
3. menyampaikan pokok
bahasan
4. menjelaskan tujuan
5. aperspesi
2. Pelaksanaan 15 menit Penyampaian materi: Leaflet
a. Pengertian HIV / AIDS.
b. Pengertian kekebalan
tubuh.
c. Tahap – tahap dan
gejala HIV / AIDS.
d. Penularan dan
pencegahan HIV /
AIDS.
3. Penutup 7 menit 1. Memberikan -
pertanyaan
2. Evaluasi materi
3. Memberi salam

IV. Metode : Ceramah dan tanya jawab


V. Evaluasi

Struktur :

 Meminta izin di kediaman Tn.K


 Mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
 Tempat dan media sesuai rencana
 Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
Proses :

Masyarakat mampu mengikuti jalannya penyuluhan kesehatan sehingga mampu


membatu jalannya kegiatan dengan lancar dan tidak ada yang meningggalkan
ruangan karena pemateri tidak monoton.

Hasil :

1. Menggunakan teknik evaluasi secara lisan, masyarakat mampu dengan


menanyakan kembali kepada sasaran tentang:
a. Pengertian dari HIV/AIDS
b. Tanda dan gejala HIV/AIDS
c. Penularan penyakit HIV/AIDS
d. Pencegahan penyakit HIV/AIDS
LAMPIRAN
MATERI

1. PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV

H uman : artinya manusia, bukan hewan


Immunno-deficiency : penurunan kekebalan atau daya tahan tubuh
Virus : mahluk yang sangat kecil dan tidak
terlihat dengan mata biasa dan masuk
kedalam tubuh manusia sehingga
menyebabkan manusia itu sakit.
HIV adalah virus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina dan ASI) dan merusak
system kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga manusia kehilangan
daya tahannya dan mudah terkena penyakit.
AIDS

Acquired : artinya didapat karena menyebar dan


ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Immunno-Deficiency : artinya penurunan atau kehilangan
kekebalan/daya tahan tubuh untuk melawan
penyakit.
Syndrome : kumpulan berbagai gejala penyakit
AIDS adalah gejala penyakit karena turunnya daya tahan tubuh. Daya
tahan tubuh itu berkurang atau hilang karena sudah dirusak oleh virus
HIV.
2. GEJALA HIV DAN AIDS
Gejala yang terjadi pada penyakit HIV/ AIDS yaitu:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
b. Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
c. Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
d. Kelainan kulit dan iritasi.
e. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan yang tidak sembuh-
sembuh.

3. PENULARAN DAN PENCEGAHAN HIV/AIDS


Penularan HIV/ AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
a. Penularan melalui darah.
b. Hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
c. Menggunakan alat suntik bergantian
Hiv /aids tidak dapat menular melalui :

a. Berjabat tangan, berpelukan, mencium pipi.


b. Makan dan berenang bersama.
c. Toilet umum dan telepon umum
4. PENCEGAHAN
a. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah dan tidak
berganti-ganti pasangan.
b. Gunakan kondom jika pasangan positif HIV/ AIDS.
c. Jangan terlibat narkotika dan pemakaian jarum suntik bersama-
sama.
d. Hindari melakukan seks dengan orang yang beresiko, misalanya
pekerja seks.
5. Kelompok perilaku resiko tinggi terinfeksi hiv

a. Pengguna Napza suntik (IDU)


b. Wanita/waria penjaja seks dan pelanggannya
c. Pasangan pelanggan wanita/waria pekerja seks
d. Lelaki penjaja seks/gay/laki suka laki
e. Narapidana
f. Pasangan pengguna Napza

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Terinfeksi HIV, Salemba Medika, Jakarta 2013

Nursalam, S.Kep.Ners dkk, Jurnal Keperawatan edisi bulan November,Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga 2007

Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC. Jakarta. Arif Mansjoer. (2000).
Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.

LEAFLET
https://drive.google.com/file/d/18MSdrZ5XX4l0DJRi6nDCmA8TAIG
dAghj/view?usp=s haring
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS

MAHASISWA SEMESTER EMPAT ( 5 )

ANALISIS VIDEO

Dosen Pembimbing

Ns. Ahmad Ikhlasul Amal, MAN

Disusun Oleh

Erma Esti Mukholifah ( 30901800059 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
ANALISIS VIDEO 1

1. Nama tindakan yang dilakukan : konseling pre HIV


2. Tujuan tindakan :
 Memberikan pengertian dan informasi yang benar tentang HIV/AIDS
 Mengidentifikasi maslah dan Memberikan jalan keluarnya
 Memberikan kesadaran perilaku sehat dan bertanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat.
 Memberikan kepercayaan diri dalam mengatasi maslah dan
Memberikan rasa aman.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : rutin terapi ARV bila pasien positif HIV/AIDS
b. Kontra indikasi : demam, sakit kepala, nyeri otot dan pusing
c. Alat dan bahan : alat dan bahan pada tahap ini adalah lembar ceklist
yang dikembangkan sendiri sesuai dengan pedoman PITC
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
1. Konseling pra test HIV : membantu klien menyiapkan diri untuk
melakukan pemeriksaan darahatau test HIV. Materi konseling yang
diberikan :
a. Proses konsling dan test HIV sukarela
b. Manfaat test HIV
c. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
d. Meluruskan pemahaman yang salah tentang HIV/AIDS dan
mitosnya
e. Membantu klien mengetahui factor resiko penularan HIV/AIDS
f. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan darah
g. Mendiskusikan kemungkinan hasil test HIV positif dan negative
h. Persetujuan untuk test HIV sukarela
i. Mengembangkan rencana perubahan perilaku yang sehat dan aman
2. Test HIV : pemeriksaan darah laboratorium untuk memastikan status
HIV
3. Konseling pasca test HIV : membantu klien untuk memahami dan
menyesuaikan diri dengan hasil test. Materi yang dibeikan adalah
mengenai penjelasan tentang hasil test HIV.
a. Jika hasil test positif petugas konseling akan menyampaikan hasil
test dengan cara yang dapat diterima klien, secara halus dan
manusiawi.
b. Petugas konseling akan merujuk klien ke layanan medis dan social
c. Penanganan reaksi emosi yang ada
d. Jika hasil test negative, issue seks aman dan test ulang tetap
dilaksanakan
e. Informasi dan layanan rujukan untuk pengobatan
f. Diskusi untuk mencegah penularan HIV
g. Diskusi untuk tetap sehat dan positif bagi ODHA
h. Dukungan moral yang dapat diberikan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
 Bahaya :
Kemngkinan klien akan stress, bisa saja mengakhiri hidupnya karena psti
mereka berfikir hidup di dunia ini sudah tidak ada gunanya lagi.
 Antisipasi :
 Memberikan dukungan moral
 Memberikan pengetahuan bahwa HIV/AIDS bukanlah akhir dari
kehidupan
 Dekatkan diri dengan Tuhan
 Memberikan motivasi agar klien tetap percaya diri
6. Evaluasi tindakan :
1. Tim-tim pengawas bertanggung jawab memastikan :
a. Konselor menggunakan alat pengumpulan data standart yang telah
dikembangkan oleh KEMNKES untuk mencatat jumlah orang
yang ditest dilokasi dan data klien tambah termasuk informasi
demografii, hasil test dan status rujukan.
b. Pada semua tempat yang menyediakan test VCT memiliki
persediaan yang diperlukan dan jika diperlukan mencari dan
mengatur pasokan tambahan termasuk transportasi untuk
pendistribusian alat yang dibutuhkan
c. Pelaksanaan mengacu pada pedoman yang berlaku dan berada
dibawah pengendalian direktorat, tidak ada paksaan dalam
pelaksanaan test dan sangat terjaga kerahasiannya setelah
dilakukan test VCT
d. Memastikan bahwa test VCT akurat dan hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan sehngga tidak menjadi masalah bagi
peserta test VCT tersebut.
2. Tim konseling terpadu yang terdri dari dokter umum, psikolog,
psikiater, penyuluhan lapangan dan pembinaan mentall.
7. Daftar pustaka : https://www.youtube.com/c/PSIKUMY

ANALISIS VIDEO 2

1. Nama tindakan yang dilakukan : konseling post HIV


2. Tujuan tindakan :
 Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan
realitik
 Mendiskuskan perilaku mereka dan mampu mengemban
konsekuensinya
 Mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan tepat
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : -
b. Kontra indikasi : -
c. Alat dan bahan : kuisioner dari konseling
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
1. Membantu klien melakukan informed consent / persetujuan untuk
test HIV, CD4, atau viral load
2. Memberikan penilaian tentang perilaku resiko klien terhadap infeksi
HIV
3. Penggalian riwayat perilaku seks dan kesehatan klien
4. Memfasilitasi perubahan perilaku
5. Konfidensilitatsi sangat penting jika menyangkut issue stigma dan
diskriminasi
6. Menjangkau dalam kelompok-kelompok kecil khusus dalam
menghadapi issue deskrminasi ganda yaitu sebagai bagian dari
kelompok khusus yang dikucilkan masyarakat dan sebagai orang
yang selalu dianggap berisiko terhadap atau telah terinfeksi HIV
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
 Bahaya :
B. Gangguan psikologis
C. Penularan HIV
 Antisipasi :
1. Memberikan dukungan yang berkaitan dengan kesejahteraan
emosi, psikologis, social dan spiritual seseorang yang mengidap
virus HIV.
2. Menyediakan informasi tentang perilaku beresiko ( seperti seks
aman atau penggunaan jarum bersama) dan membantu orang
mengembangkan ketrampilan pribadi yang diperlukan untuk
perubahan perilaku dan negoisasi praktik lebih aman
6. Evaluasi tindakan : tujuan dari konseling ini salah satnnya yakni
dengan mendiskuskan perilaku mereka dan mampu mengemban
konsekuensinya, adapun dari antisipasi hal tersebut kita dapat
memberikan dukungan yang berkaitan dengan kesejahteraan emosi,
psikologis, social dan spiritual seseorang yang mengidap virus HIV.
7. Daftar pustaka : https://youtu.be/nmUKK8FMPyk

ANALISIS VIDEO 3
1. Nama tindakan yang dilakukan : perawatan jenazah HIV
2. Tujuan tindakan :
untuk membersihkan atau mensucikan tubuh atau mayat penderita HIV
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :-
b. Kontra indikasi :-
c. Alat dan bahan :
1. Kebersihan tangan/cuci tangan
2. Pemakaian alat pelindung diri (APD) :
 Sarung tangan
 Masker
 Pelindung mata/google
 Penutup kepala
 Gaun pelindung
 Sepatu pelindung
 Kapas gulung kecil ; 20 biji
 Plastic jernih : 6 x 8 kaki
 Cairan clorin 0,5 % :4 liter
 Ember :4 buah
 Pinset 1 pasang
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
1. Jenazah dicuci dan dimandikan dengan larutan klorin
2. Bersihkan rongga (mulut, telinga, hidung, dubur, kemaluan) luka
jenazah boleh dibersihkan dan disumbat dengan kapas yang direndam
dengan larutan klorin (gunakan alat pinset)
3. jenazah dimandikan mengikuti hokum agama (syariat)
4. sekiranya perlu dibersihkan kembali rongga (mulut, hidng, telinga,
dubur, kemaluan)/luka jenazah boleh dibersihkan dan disumbat dengan
kapas yang direndam dengan larutan klorin (gunakan alat penjepit)
5. lap jenzah dengan kain yang bersih dan kering
6. sumbat kapas (direndam larutan klorin) pada rongga (mulut, hidng,
telinga, dubur, kemaluan)/ luka(gunakan alat penjepit.
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
 Bahaya : tertularnya HIV/ AIDS
 Antisipasi :
1. Pastikan jenazah sudah didiamkan selam lebih dari 2 jam sebelum
dilakukan perawatan jenazah
2. Semua lubang-lubang tubuh ditutup dengan kasa absorben dan
diplester kedap air
6. Evaluasi tindakan :
Dari tujuan memandikan jenazah adalah untuk membersihkan atau
mensucikan tubuh atau mayat penderita HIV dan untuk mengantisipasinya
yakni dengan memastikan jenazah sudah didiamkan selam lebih dari 2 jam
sebelum dilakukan perawatan jenazah.
7. Daftar pustaka : https://youtu.be/Zy95owlQYPA

ANALISIS VIDEO 4
1. Nama tindakan yang dilakukan : pemakaian standar precuation
2. Tujuan tindakan :
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi: -
b. Kontra indikasi: -
c. Alat dan bahan:
 Handsanitizer
 Apron
 Handscoon steril
 Masker
 Kacamata goggle
 Handscoon bersih
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
 Langkah pertama mencuci tangan sesuai prosedur, jangan lupa jika
memakai aksesoris seperti cincin, jam tangan, gelang bisa di lepas
terlebih dahulu
 Langkah kedua menggunakan apron
 Langkah yang ketiga menggunakan masker
 Langkah yang ke empat menggunakan kacamata goggle
 Langkah yang ke lima atau yang terakhir menggunakan handscoon
bersih, pastikan tidak ada lubang atau robekan. Selanjutnya itu bisa di
ganti dengan menggunakan handscoon steril, setelah menggunakan
handscoon steril tangan kita tidak boleh memegang tubuh kita atau
yang lainnya
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Bahaya: Jika tidak mengikuti sesuai prosedur akan rentan terkena
berbagai penyakit
Antisipasi:
 Pastikan mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum
dan sesudah merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung
tangan harus dibuang dan tangan harus dicuci lagi sebelum
mengenakan sarung tangan yang baru.
 Pastikan memakai apron yang bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut
harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas
praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih
klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri.
Bakteri patogen dan beberapa virus
6. Evaluasi tindakan : Prosedur standard precaution bertujuan untuk
melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan objek yang infeksius
selama prosedur perawatan berlangsung. Pencegahan yang dilakukan
adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrumen, desinfeksi
permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan penanganan sampah medis
7. Daftar pustaka : https://youtu.be/PXJwm2WtbIw
AANALISIS VIDEO 5
1. Nama tindakan yang dilakukan : pemeriksaan repid test HIV (HIV
test kit)
2. Tujuan tindakan : untuk mencegah penyebaran HIV, mendeteksi
infeksi HIV sejak dini, serta mendeteksi darah, produk darah, atau
organ dari pendonor sebelum diberikan kepada pasien lain.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi;
 Memiliki gangguan kesehatan, seperti penyakit autoimun,
leukemia, atau sifilis.
 Konsumsi obat kortikosteroid.
 Masa jendela (window period), yaitu periode di mana
antibodi terhadap HIV belum terbentuk, sehingga hasil tes
masih negatif.
 Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.
b. Kontra indikasi:
 Pusing atau sakit kepala.
 Muncul memar kecil (hematoma) di area suntikan.
 Lengan terasa nyeri dan lemas.
 Infeksi pada area suntikan.
c. Alat dan bahan:
 Serum
 Strip test untuk pemeriksaan HIV
 Buffer
 Pipet tetes sesuai standartnya (30mikrom)
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
 Langkah pertama sebelum melakukan tindakan mencuci tangan
terlebih dahulu setelah itu memakai handscoon
 Langkah yang kedua membuka strip test
 Langkah yang ketiga memasukkan serum sebanyak 30 mikrom
dengan menggunakan pipet tetes yang sudah di sediakan, dan
masukkan kedalam lubang sumuran S
 Langkah yang keempat masukan juga 1 tetes buffer kedalam
sumuran S juga, setelah itu kita tunggu selama 15-30 menit
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Bahaya: bias tertular HIV jika kita melakukan sesuai prosedur
Antisipasinya: pastikan menggunakan handscoon saat melakukan repid
test HIV dan untuk alat juga bahannya pastikan menggunakan baru
atau tidak kadaluarsa
6. Evaluasi tindakan : Tes HIV memiliki beberapa fungsi penting antara
lain untuk mencegah penyebaran HIV, mendeteksi infeksi HIV sejak
dini, serta mendeteksi darah, produk darah, atau organ dari pendonor
sebelum diberikan kepada pasien lain.
7. Daftar pustaka : https://youtu.be/DMEicWbirJ0

ANALISIS VIDEO 6
1. Nama tindakan yang dilakukan : konseling perawatan paliatif HIV
2. Tujuan tindakan :
 Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah
proses yang normal
 Tidak mempercepat atau menunda kematian
 Menghilangkan keluhan lain yang mengganggu
 Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologis dan aspek spiritual
 Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
 Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi: -
b. Kontra indikasi: -
c. Alat dan bahan: kuesioner dari konseling
4. Procedure tindakan dan rasonalisasinya :
 Sebelum melakukan tindakan melakukan cuci tangan terlebih
dahulu
 Langkah yang pertama memperkenalkan diri
 Langkah yang kedua menanyakan identitas klien
 Langkah yang ketiga menanyakan ke klien apa yang dikeluhkan
saat ini
 Langkah yang keempat perawat memberikan saran dan motifasi
agar klien tidak terjerumus kedalam tindakan yang tidak diinginkan
 Selanjutnya mencatat di dokumentasi keperawatan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Bahaya: Jika terjadi salah kata saat melakukan konseling terhadap klien
akan berakibat fatal baik bagi kita sendiri maupun klien itu sendiri
Antisipasinya: pastikan klien benar-benar mau untuk melakukan konseling
dengan kita
6. Evaluasi tindakan : terapi paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap
keluarga yang kehilangan/berduka
7. Daftar pustaka : https://youtu.be/LvLK0bw__PM
ANALISA ARTIKEL FIELD STUDY HIV/AIDS

KELOMPOK 3 :

1. Devi Putri Mayang 30901800040


2. Devi Tiara 30901800041
3. Dewi Lestari 30901800042
4. Diah Astuti 30901800043
5. Diah Ayu putri 30901800044
6. Diah ummul Nafisa 30901800045
7. Diana Mufida 30901800046
8. Diana Sismi Alfi 30901800047
9. Dian Lestari 30901800048
10. Dian Pratiwi 30901800049
11. Dian Puji Astuti 30901800050
12. Durrotun Anisah 30901800052
13. Dwi Nanik Indraini 30901800054
14. Dyki Maharani H G P 30901800055
15. Elimunisa 30901800056
16. Elma Safitri 30901800057
17. Elsa Rosyana 30901800058
18. Erma Esti Mukholifah 30901800059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodefficiency Virus
(HIV). Virus ini menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka tubuh menjadi rentan
terhadap penyakit. Tubuh yang lemah dan tidak berdaya melawan penyakit
menyebabkan berkembangnya kuman penyakit. HIV/ AIDS menular
melalui kontak seksual yaitu terdapat pada cairan sperma dan cairan
vagina, alat suntik yang terkontaminasi seperti penggunaan narkoba
suntik, dan juga penularan melalui ibu ke janin (Shaluhiyah et al., 2013).
Data Global HIV Statistic menunjukkan terdapat 37,9 juta jiwa
hidup dengan HIV, dengan jumlah kasus baru sebesar 1,7 juta jiwa dan
jumlah orang yang meninggal karena AIDS sebanyak 770.000 jiwa. Selain
pengobatan dengan terapi ARV sebagian Besar penderita HIV cenderung
melakukan segala usaha untuk mengobati penyakitnya termasuk dengan
menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer (CAM). Terapi
pengobatan Complementary Alternative Medicine (CAM) merupakan
terapi yang menggunakan bahan-bahan alami dalam melakukan
pengobatan terapi, tidak hanya berasal dari tumbuhan herbal tetapi juga
mencakup penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya.
Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan oleh
National Center of Complementary and Alternatif Medicine sebagai
berbagai macam pengobatan, baik praktik maupun produk pengobatan
yang bukan merupakan bagian pengobatan konvensional (Dietlind L.
Wahner-Roedler, 2006).
CAM tidak hanya terbatas pada tumbuhan herbal, tetapi juga
mencakup penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya. Selain itu juga
terdapat terapi body and mind medicine, meliputi meditasi, yoga,
akupunktur dan manipulative body, meliputi spinal manipulation dan
massage therapy (Gusti & Made, 2018)
Penggunaan terapi alternative berupa preparat herbal, terapi
komplementer, dan terapi fisik non medis merupakan hal yang umum di
jumpai. Beberapa pihak mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional
sering kali berhasil ketika dunia kedokteran telah angkat tangan. Beberapa
yang mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional adalah bebas dari
efek samping yang merugikan pasien. Penggunaan obat herbal merupakan
bagian dari tradisi penggunaan yang turun temurun di berbagai kultur.
Pengematan menunjukan bahwa ada peningkatan kecendrungan
penggunaan obat-obat herbal dan terapi alternatif dewasa ini media masa
berperan cukup besar dalam kegiatan promosi obat-obat herbal dan terapi
alternative lainya. Di beberapa media dapat di jumpai satu halaman penuh
iklan berisi promosi, kesaksian, atau klaim kemanjuran suatu tata cara
pengobatan alternative (pinzon, 2007).
Jamu adalah obat-obatan herbal merupakan jenis pengobatan
alternatif yang sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia dari generasi
ke generasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh riset kesehatan
dasar ( Riskesdas) pada 2010 lalu, sebanyak 55,3% orang indonesia
mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan (jonosewojo, 2013). Meski
obat herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu, tetapi sebagian besar
belum memiliki latar belakang ilmiah yang sahih. Hal ini menjadi kendala
ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya dalam dunia kedokteran
modern saat ini berpegang kuat pada evidence based medicine (EBM)
pada setiap mengambil keputusan medis (Arsana & Djoerban, 2011).
Obat herbal kini menarik perhatian serius dari pemerintah, salah
satu program unggulan Departemen Kesehatan tahun 2011 menetapkan
obat herbal atau jamu masuk pelayanan kesehatan primer. Meski obat
herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu, tetapi sebagian besar belum
memiliki latar belakang ilmiah yang shahih. Hal ini menjadi kendala
ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya, dalam dunia kedokteran
modern saat ini berpegang kuat pada Evidence Based Medicine (EBM)
pada setiap mengambil keputusan medis (Arsana & Djoerban, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Utuk mengetahui Studi penggunaan complementary and alternatife
medicine (CAM) pada odha
2. Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi karakteristik pada ODHA
2) Mengidentifikasi studi complementary pada ODHA
3) Mengidentifikasi alternatife medicine (CAM) pada ODHA
4) Menganalisis tingkat keeratan Studi penggunaan
complementary and alternatife medicine (CAM) pada ODHA
BAB II

ABSTRAK ARTIKEL

ABSTRACT

Main Treatment of HIV / AIDS Using conventional medicine, which is a


combination of antiretroviral. drugs, the main principle of ARV treatment is only
to control the replication of the virus, it cannot kill the HIV viruses. In addition to
conventional therapeutic modalities, people with HIV / AIDS (ODHA) often use
Complementary and alternative medicine (CAM) or known as alternative and
complementary medicine. The purpose of this study is to find out what are the
forms and reasons for CAM in ODHA at the Kanti Sehati Sejati Foundation Jambi
City. The design of this research is descriptive observational with a sampling
technique that is purposive sampling. The subjects in this study were 88
respondents. The results showed that the average age characteristics of ODHA
were in the range of late adulthood, the most sexes were male, the most recent
education was High School, and the most occupations were private employees.
The most commonly used form of CAM is prayer (98.86%), the reason most
ODHA use CAM is that of additional therapy in treatment efforts (70.45%),
information about CAM comes from friends (48.86%), some ODHA (82, 95%)
felt a positive effect after using CAM, most (54.55%) obstacles of ODHA in
implementing CAM were busy. This study shows that ODHA at the Kanti Sehati
Sejati Foundation Jambi City have used CAM as an additional therapy in the
treatment of HIV/AIDS.

Keywords: Alternative and complementary medicine; HIV / AIDS; CAM


ABSTRAK

P Utama Penyakit HIV/AIDS Menggunakan pengobatan konvensional yaitu


kombinasi obat Antiretroviral, Prinsip utama pengobatan ARV hanya untuk
mengendalikan replikasi virus, tidak dapat membunuh virus HIV. Selain
modalitas terapi konvensional, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sering
menggunakan Complementary and alternatif medicine (CAM) atau dikenal
dengan pengobatan alternatif dan komplementer. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui apa saja bentuk serta alasan CAM pada ODHA di Yayasan Kanti
Sehati Sejati Kota Jambi. Desain penelitian ini adalah observasional deskriptif
dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 88 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik usia ODHA rata-rata berada dalam rentang usia dewasa akhir, jenis
kelamin terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta. Bentuk CAM
yang sering digunakan adalah doa (98,86%), Alasan kebanyakan ODHA
menggunakan CAM yaitu sebagai terapi tambahan dalam upaya pengobatan
(70,45%), informasi mengenai CAM berasal dari teman (48,86%),sebagian
ODHA (82,95%) merasakan efek positif setelah menggunakan CAM, sebagian
besar ( 54,55%) hambatan ODHA dalam menerapkan CAM adalah kesibukan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota
Jambi telah menggunakan CAM sebagai terapi tambahan dalam upaya pengobatan
HIV/AIDS.

Kata Kunci : Pengobatan Alternatif dan komplementer, HIV/AID, CAM


BAB III

PEMBAHASAN

• Judul Penelitian
“Studi Penggunaan Complementary and Alternatif Medicine (CAM)
pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi”
• Penulis
 Nama : Jelly Permatasari
 Nama : Hasina
 Nama : Septa Pratama
• Sumber (link, url/doi, jurnal penerbit, halaman jurnal)
1) Link : : http://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4986
2) Jurnal penerbit : Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan
3) Halaman jurnal : hal 105-114
4) E-ISSN - 2477-6521 Vol 5(1)
• Tanggal Publikasi : Februari 2020
• Tujuan penelitian dan masalah penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa saja bentuk serta alasan
CAM pada ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi.
2. Masalah penelitian
Dalam kasus hiv aids priinsip utama penggobatan ARV hanya
untuk mengendalikan replikasi virus, tidak dapat membunuh virus
HIV. Pengobatan yang hanya focus pada virus peneliti tertarik
untuk melakukan pengobatan lainnya yang berpengaruh pada
sistem imun. Complementary and Alternatif Medicine (CAM)
didefinisikan sebagai berbagai macam pengobatan, baik praktik
maupun produk pengobatan yang bukan merupakan bagian
pengobatan konvensional. CAM yang dilakukan salah satunya
terapi medis sholat, berdo’a dan berzikir dapat meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap virus HIV/AIDS, menurutnya orang
yang tinggi spritualnya tinggi pula gelombang Alfa di otaknya, ini
membuat hidupnya lebih tenang. Pada kondisi demikian tubuh
akan mengeluarkan kortisol, epineprine dan norepineprin yaitu
hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal untuk
menangkal stres.
• Metode Penelitian (desain,lokasi,sample & uji statistik)
a. Desain penelitian : observasional deskriptif
b. Lokasi penelitian : Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi
c. Sample : 88 responden rata-rata berada dalam rentang usia dewasa
akhir, jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir
yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), dan pekerjaan terbanyak
sebagai karyawan swasta
d. Uji statistik : purposive sampling
• Kelebihan/kekuatan isi artikel penelitian :
CAM yang sering digunakan ODHA dapat memberikan hasil yang baik
dan menguntungkan yang dirasakan setelah menggunakan CAM, hal
inilah yang membuat beberapa responden sangat mempercayai CAM.
• Kekurangan isi artikel penelitian : bahwa besarnya biaya terapi CAM di
bandingkan dengan pengobatan konvensional membuat responden sering
melakukan pemilihan terapi CAM sesuai dengan kemampuan masing
masing
• Implikasi hasil penelitian bagi keperawatan
a. Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan
bagi mahasiswa keperawatan mengenai gambaran motivasi pada
Orang Dengan HIV/AIDS dapat menjadi langkah awal bagi perawat
untuk merencanakan program penyuluhan dan memberi dukungan
kepada penderita HIV/AIDS.
b. Meningkatkan upaya penyuluhan tentang HIV/AIDS agar dapat
mengetahui cara pencegahan, bahaya HIV/AIDS dan dapat
meningkatkan kesehatanya, sehingga penelitian ini dapat dijadikan
acuan untuk program penyuluhan tentang HIV/AIDS dan memberikan
dukungan terhadap penderita HIV/AIDS
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas penggunaan herbal pada ODHA


sebanyak (31,82%) jenis herbal yang banyak digunakan adalah
Temulawak dan jamu kunyit asam. Menurut responden yang diwawancara
mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi herbal temulawak nilai
SGPT/SGOT menurun, hal ini disebabkan karena dalam Temulawak
mengandung senyawa kurkumin diketahui dapat digunakan sebagai
hepatoprotektor dan antioksidan (Devaraj et al, 2010). Kurkumin
dilaporkan dapat menghambat replikasi HIV dengan cara menghambat
aktivitas Long Terminal Repeat. Sementara pada virus Herpes Simplex,
Kurkumin menghambat gen immedfote-early rnelalui mekanisme
independent dari aktivitas p300/CBP histon acetyltransferase. Pada kedua
virus ini penghambatan terdapat pada protein penting untuk virus (Reni H,
2012).

B. SARAN
Pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang paling umum
digunakan yaitu, jamu, vitamin, doa, akupuntur, dan pijat. Alasan
kebanyakan pasien HIV/AIDS menggunakan CAM yaitu untuk
mendapatkan terapi yang optimal dalam pengobatan HIV/AIDS,
Mengatasi efek samping ARV dan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh (Shedlin et al, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, J., & Pratama, S. (2020). Studi Penggunaan Complementary and


Alternatif Medicine ( CAM ) pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota
Jambi. 5(1), 105–114.

Asrori, M. A. dan M. (2010). PsikologiRemaja (Perkembangan Peserta Didik).

PT Bumi Aksara: Jakarta.


Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC:Jakarta.

Budi Laksana, Argyo Demartoto, D. I.(2017). Knowledge, Attitude, Sexual


Behavior, Family Support, and Associations with HIV/AIDS Status in
Housewives. Journal of Epidemiology and Public Health, 2(2), 154–163.

Isni, K. (2016). Dukungan Keluarga, Dukungan Petugas Kesehatan, Dan Perilaku


Ibu Hiv Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Ke Bayi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(2), 195. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4014

Jayani, I., & Ruffaida, F. S. (2019). Faktor Predisposisi Pengetahuan, Sikap, Nilai
dan Budaya Eks Wanita Pekerja Seksual dengan Kejadian HIV/AIDS di
Wilayah Kediri. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 7(1), 53.
https://doi.org/10.33366/jc.v7i1.1159
Rahayu, I. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV / AIDS. Jurnal
Endurance, 2(2), 145–150.

Sistiarani, C., Hariyadi, B., Munasib, M., & Sari, S. . (2018). Peran Keluarga
dalam Pencegahan HIV/ AIDS di Kecamatan Purwokerto Selatan. Jurnal
Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 11(2), 96–107.
https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.96
Suharto, S., Gurning, F. P., Pratama, M. Y., & Suprayitno, E. (2020).
Implementasi Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan.
Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 4(2), 131.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v4i2.147
PENGKAJIAN ODHA

KELOMPOK 3 :

1) Devi Putri Mayang 30901800040


2) Devi Tiara 30901800041
3) Dewi Lestari 30901800042
4) Diah Astuti 30901800043
5) Diah Ayu putri 30901800044
6) Diah ummul Nafisa 30901800045
7) Diana Mufida 30901800046
8) Diana Sismi Alfi 30901800047
9) Dian Lestari 30901800048
10) Dian Pratiwi 30901800049
11) Dian Puji Astuti 30901800050
12) Durrotun Anisah 30901800052
13) Dwi Nanik Indraini 30901800054
14) Dyki Maharani H G P 30901800055
15) Elimunisa 30901800056
16) Elma Safitri 30901800057
17) Elsa Rosyana 30901800058
18) Erma Esti Mukholifah 30901800059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

TAHUN AJARAN 202


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
HENDERSON (BIO PSIKO SOSIO KULTURAL SPIRITUAL)

A. PENGKAJIAN

1. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama

Saat ini : Dari hasil wawancara klien mengatakan bahwa kondisnya


sehat dan bahagia

 Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya.

Karena tidak ada keluhan yang dirasakan pada klien saat ini, maka
tidak ada upaya untuk mengatasi masalah.

b. Satus Kesehatan Masa Lalu

1) Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan sebelum klien terdiagnosa HIV/AIDS klien masih


sehat, tapi sudah merasakan gejala-gejala yaitu diare selama 3 bulan,
batuk, pilek dan demam klien dirawat di Rumah Sakit selama 1 bulan,
klien juga mengatakan badannya selama 1 bulan di rawat di rumah sakit
jadi kurus.

Alergi

Klien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi obat atau makanan

2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

Dari hasil wawancara mengatakan sudah tidak merokok dan alkohol,


untuk minum kopi juga jarang sehari bisa 1x sehari atau 2x sehari dan
kadang sehari juga tidak minum kopi tergantung waktunya
3) Riwayat Penyakit Keluarga

Dari hasil wawancara mengatakan bahwa ada riwayat penyakit keluarga


seperti kolestrol, darah tinggi, dan diabetes militus.

4) Therapi yang pernah dilakukan

Klien mengatakan waktu dulu pernah melakukan terapi sengat lebah dan
minum obat herbal tapi sekarang sudah tidak melakukan terapi dan
minum obat herbal lagi, sekarang lebih mengikuti arahan dari dokter.

2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Bernapas

Sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami sesak nafas atau


ganguan bernapas
Saat sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan bernafas.
b. Pola makan-minum

Sebelum sakit : pasien mengatakan pada tahun 2005 makan tidak


teratur karena hidup dijalanan dan makan di jam yang tidak produktif.
Makan 1 hari sekali, minum air putih juga jarang kurang lebih 500ml
sering mengkonsumsi kopi.
Saat sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari sedangkan untuk
agak jarang, biasanya sekitar 1-2 lt setengah
c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit :
pasien mengatakan untuk BAB tidak teratur tetapi jika makan sambal
ketika BAB merasa sakit,
pasien mengatakan untuk BAK biasa, namun kalau ditahan lama merasa
sakit dan warna agak kuning pekat
Saat sakit : klien mengatakan BAB dan BAK lancar dan teratur
setiap pagi dan untuk BAK biasa 6 x sehari
d. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : pasien mengatakan belum pernah melakukan aktifitas


dan latihan, karena waktu masih belum bisa teratur
Saat sakit : pasien mengatakan untuk seminggu sekali jalan jalan
, 15/30 mnt, fitnes satu minggu sekali
e. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur waktu subuh di jam 5 baru


tidur kemudian bangun jam 4-6 sore
Saat sakit : pasien mengatakan tidur jam 11 malam dan tidur
siang sekitar jam 1-3 siang.
f. Pola Berpakaian

Sebelum sakit : klien mengatakan berpakaian dengan seadanya dan


senyamannya.
Saat sakit : klien mengatakan lebih menata cara berpakaian dan
memperhatikan.
g. Pola rasa nyaman

Sebelum sakit :
Saat sakit :
h. Pola Aman
Sebelum sakit :
Saat sakit :
i. Pola Kebersihan Diri

Sebelum sakit : klien mengatakan jarang mandi, karena setelah


mengonsumsi narkoba baru mandi. Mandi 1x sehari
Saat sakit : klien mengatakan mandi dengan teratur, mandi 2x
sehari mengunakan sabun.
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan kurang bersosialisasi dengan
tetangga
Saat sakit : pasien mengatakan untuk saat ini bersosialisasi dengan
tentangga sangat penting
k. Pola Beribadah

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah beribadah


Saat sakit : pasien mengatakan sudah mulai beribadah karena beliau
sadar jika umur tidak lama dan waktu terus berputar
l. Pola Produktifitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan pagi bangun bersih bersih sebentar
olahraga jika sempet lalu mandi sarapan, dan keluar untuk bekerja
Saat sakit : kalien mengatakan melakukan aktivitas sehari hari,
berkerja dengan baik baik.
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan seminggu sekali (sendiri) selalu
meluangkan waktu untuk meminum kopi dan membahagiakan diri sendiri
Saat sakit : pasien mengatakan selalu meluangkan waktu me time,
untuk membahagiakan diri sendiri dan istri tempat makan baru yg belum
pernah ditempati
n. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada kebutuhan belajar karena
klien merasa masabodo dan tidak memperhatikan kebutuhan klien sendiri
Saat sakit : klien mengatakan sekarang lebih bisa menghargai waktu
dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
B. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : Kesiapan Peningkatan Status ODHA


Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan
bahwa ia tidak ada
Klien mengatakan
keluhan dalam sehari-
shock dan takut
harinya
klien mengatakan
bahwa ia mematuhi
Klien melakukan
pengobatan yang
pemeriksaan VCT
disarankan oleh dokter
Klien mengatakan
bahwa ia telah
Klien mematuhi
mencoba pengobatan
pengobatan yang
tradisional agar cepat
disarankan
sembuh dan
meningkatkan imunitas
tubuh
Kesiapan
DO : meningkatkan
manajemen kesehatan
Klien tampak tenang
diri
dan tidak ada masalah

2 DS :

Klien mengatakan saat Ketidakseimbangan


sakit klien jarang cairan
Resiko
minum, klien minum
ketidakseimbangan
sehari kira-kira 1 liter
elektrolit
Klien mengatakan
warna BAK klien
berwarna kuning pekat

3 DS: Kesiapam peningkatan Dapat bersosialisasi


koping komunitas baik dengan komunitas
Klien mengatakan bahwa
ia membantu proses
rehabilitasi teman-
temannya
Klien mengatakan bahwa
ia bergabung disebuah
yayasan
Klien mengatakan bahwa
ia mulai dekat dengan
tetangganya
Klien mengatakan bahwa
ia juga sering melakukan
me time atau waktu untuk
bersantai/rekreasi

DO:
Klien terlihat dapat
berkomunikasi dengan
baik
Klien tampak tenang saat
dikaji
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/tgl No. Rencana perawatan TTd


Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Senin, 1 Setelah dilakukanEdukasi kesehatan Memberikan
21-12- tindakan a.Observasi edukasi
2020 keperawatan -Identifikasi kesiapan kesehatan
selama 3 x 24 dan kemampuan kepada pasien
pasien dapat menerima informasi akan
meningkatkan -Identifikasi faktor- meningkatkan
manajemen faktor yang dapat pengetahuan
kesehatan , yang meningkatkan dan hidup bersih
dibuktikan menurunkan motivasi dan sehat pada
dengan pasien perilaku hidup bersih pasien
mampu : dan sehat Manajemen
b.Terapeutik perilaku pada
1. Melakukan
-Sediakan materi dan pasien untuk
tindakan untuk m
media Pendidikan mengendalikan
engurangi factor
kesehatan perilaku positif
resiko
-Jadwalkan dan negative
Pendidikan kesehatan klien.
2. Menerapkan
untuk kesepakatan
program
c.Edukasi
perawatan
-Ajarkan strategi yang
aktivitas hidup
dapat digunakan untuk
sehari-hari efektif
meningkatkan
memenuhi tujuan
perilaku hidup bersih
kesehatan
dan sehat
3.Penerimaan
terhadap
2. perubahan status
kesehatan

Manajemen perilaku
a. Observasi
-Identifikasi harapan
untuk mengendalikan
1.Memberikan
perilaku
Setelah dilakukan edukasi kesehatan
b. Terapeutik
tindakan pada pasien akan
-Beri penguatan
keperawatan keseimbangan
positif terhadap
selama 3 x 24 elektrolit
keberhasilan
pasien dapat
mengendalikan 2.Memberikan
meningkatkan
perilaku edukasi pada
keseimbangan
-Tingkatkan aktivitas pasien akan
elektrolit , yang
fisik sesuai pemantauan cairan
dibuktikan
kemampuan
dengan pasien
-Cegah perilaku pasif
mampu :
dan agresif
1.Menerapkan c. Edukasi
hidup sehat -Informasikan
dengan minum air keluarga bahwa
putih dengan keluarga sebagai dasar
teratur pembentukan kognitif

2. Mampu
memantau
keseimbangan
cairan

Edukasi kesehatan
Observasi
Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor
yang dapat
3. meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih Memberikan edukasi
dan sehat kesehatan kepada
Setelah dilakukan
Terapeutik pasien akan
tindakan
Sediakan materi dan meningkatkan
keperawatan
media Pendidikan pengetahuan
selama 3 x 24
kesehatan hidup bersih dan
pasien dapat
Jadwalkan Pendidikan sehat pada pasien
meningkatkan
kesehatan untuk Manajemen perilaku
manajemen
kesepakatan pada pasien
kesehatan , yang
Edukasi untuk
dibuktikan
Ajarkan strategi yang mengendalikan
dengan pasien
dapat digunakan untuk perilaku klien.
mampu :
meningkatkan
Melakukan perilaku hidup bersih
tindakan untuk dan sehat
mengurangi Manajemen perilaku
factor resiko Observasi
Menerapkan Identifikasi harapan
program untuk mengendalikan
perawatan perilaku
aktivitas hidup Terapeutik
sehari-hari efektif Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
memenuhi tujuan mengendalikan
kesehatan perilaku
Tingkatkan aktivitas
Penerimaan
fisik sesuai
terhadap kemampuan
perubahan status
Cegah perilaku pasif
kesehatan
dan agresif
Edukasi
Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif

Anda mungkin juga menyukai