Anda di halaman 1dari 19

GLOMERULUSNEFRITI

S CRONIC 
(GNC)
Disusun oleh kelompok 6 :
 Dani Yolanda Wandasari
 Dendi Sentanu
 Deny Putri Aryani
 Desi Putri Prazuliana
 Desta Widya Ayu Rhamawati
 Devi Putri Mayang Sari
 Erviana Bunga Miskha
 Eva Riyanti
 Feni Fitriyani
Definisi

■ Glomerulonefritis kronik adalah peradangan lama di sel-sel


glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolus akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan
■ Glomerulusnefritis Cronic  (GNC) ditandai oleh kerusakan
glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis
yang sudah berlangsung lama.
Etiologi GNC
■ Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
■  Keracunan (timah hitam, tridion) c.  Penyakit sipilis
■   Diabetes mellitus
■   Trombosis vena renalis
■   Hipertensi kronik
■   Penyakit kolagen
■   Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Manifestasi klinis GNC
■ Kadang-kadang tidak memberikan
keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal ■ Proteinurea 
■ Hematuria (kencing bercampur darah)  ■  Suhu subfebril
■   Edema pada bagian wajah biasanya ■   Kolesterol darah naik
sekitar mata (kelopak),

■ Fungsi ginjal menurun
  Penurunan kadar albumin
(hipoalbuminemia)  ■   Ureum meningkat + kreatinin serum
■   Peningkatan suhu badan ■   Anemia
■ Sakit kepala, lemah, gelisah ■   Selalu merasa haus dan miksi pada
■ Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan malam hari (nokturia) 
menurun 
■   Ureum dan kreatinin meningkat
Klasifikasi GNC
 Glomerulonefritis Primer  
a. Glomerulonefritis membranoproliferasif : Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak
diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria
asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif.
b. Glomerulonefritis membranosa : sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah
pengobatan dengan obat tertentu. .
■ Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis
pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta
hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia
sekolah.
Patofisiologi
■ Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat
membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak
diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2
liter.
■ Glomerulonefritis  merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal
(sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan
gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer)
atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus,
keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein
atau kebocoran eritrosit.
■ Glomerulonefritis  merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya
angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat
kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat
imunologis.
■ Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,buka pada struktur
jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem
vaskulernya.
Komplikasi

■ Oliguri sampai anuria  : Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria
yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila
perlu). 
■  Ensefalopati hipertensi Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak. 
■ Gangguan sirkulasi : Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan kelainan di miokardiu. Anemia
yang timbul karena adanya hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yangkhusus yangmempengaruhi
■  penyembuhan kelainan di glomerulus: Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan
selama 6-8 minggu 
■  Pemberian penisilin pada fase akut : Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin
masih ada.
■ Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit).
■ Pengobatan terhadap hipertensi
■ Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah.
■ Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari  Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien
terlihat lemah adala kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi yang
nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter
■ Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam). 
Konsep Asuhan Keperawatan
■ PENGKAJIAN 
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari
 proses keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian (Mutaqqin, dkk 2012).
■  PENGKAJIAN UMUM
1) Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit. Pasien mengeluh mual, anoreksia, muntah,
demam, sakit kepala, sesak.
2) Riwayat Kesehatan
3) Riwayat kesehatan sekarang:
Anak tampak edema, muntah, pada saat disentuh teraba hangat, anak tampak lemah, adanya
peningkatan darah.
■ Pengkajian Sistem
■ Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema).
■ Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi  jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
■ Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung.
■ Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ),
sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
■ Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegaly / splenomegali,
adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Streptococus), mungkin ada riwayat
pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu. 
■ Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
■ Riwayat Neonatus
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau gejala yang mucul dari neunatus. Pada
pasien GNC biasanya tidak ditemukan tanda gejal pada usia nenatus.
■   Riwayat Kesehatan Keluarga
■ Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
■ mengalami Gluronefritis Cronic (G  NC)
■ Penyakit keturunan atau diwariskan ,Penyakit congenital atau bawaan
■ Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
■ Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
■ Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus
kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih
dekat dengan ayah
■ Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki
inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa
bersalah dan menjadi anak peragu.
■ Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan
bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
■ Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan
badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang,
mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
2.Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
3.Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelebihan cairan
INTERVENSI
DX 1 :Hipervolemia
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam:
1. Fluid balance Dengan pemberian intervensi keperawatan diharapkan status keseimbangan cairan dapat
ditingkatkan dengan kriteria hasil:
a. Tekanan darah Manajemen Hipervolemia Observasi dalam batas normal
b. Denyut nadi radial dalam batas normal
c. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
d. Berat badan stabil
e. Turgor kulit tidak mengilap dan tegang
f. Kelembaban membrane mukosa
g. Hematokrit dan Nitrogen urea darah (BUN)
h. Tidak ada distensi vena leher
i. Tidak ada edema perifer
■ intervensi
1. Pemeriksaan tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dyspnea, edema, JVP/CVP meningkat, reflek hepatojegular positif,
suara napas tambahan)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. Kadar protein dan albumin meningkat) 7. Monitor
kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping deuretik (mis. Hipotensi ortostatik, hivopolemia, hypokalemia, hyponatremia)
Terapeutik
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30- 400
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin 1 kg dalam sehari
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
4. Ajarkan cara mengatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian deuretik
2. Kolaborasi penggatian kehilangan kalium akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian continuos renal replacement therapy (CRRT)
Pemantuan Cairan Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor berat badan
4. Monitor tekanan darah
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah,warna dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.osmolaritas serum,hematocrit,natrium,kalium,B UN)
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat,berat badan menurun dalam waktu singkat)
12. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis.dispnea, edema perifer, edema anasarka,JVP meningkat,CVP meningkat, reflek hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat) 13. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.prosedur pembenahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
■ DX 2
Manajemen nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
■ DX 3
KRITERIA HASIL, SLKI : INTEGRITAS KULIT DAN JARINGAN
1. Elastisitas 1
2. Hidrasi 2
3. Perfusi jaringan 4
4. Kerusakan jaringan 3
5. Kerusakan lapisan kulit 2
6. Nyeri 1
7. Pendatahan 1
8. Kemerahan 1
9. Hematoma 1
10. Pigmentasi abnormal 1
11. Nekrosis 1
12. Jaringan parut 1
INTERVENSI, SIKI : Perawatan Integritas Kulit
Observasi
• Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit ( mis, perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas )
Terapeutik
• Ubah posisi tiap 2 jam sekali
• Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
• Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergenik pada kulit sensitif
Edukasi
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
• Anjurkan menhindari paparan suhu ekstrim

Anda mungkin juga menyukai