Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GENGGUAN GLOMROLUNEFRITIS AKUT


DAN KRONIS 1. Putri Cahyani
2. Rahma Tania
Kelompok 4 : 3. Ratna Ningsih
4. Regina
5. Resti Wahyuni
6. Rika Ayu A
7. Siti Khodijah
8. Siti Khonisa
Laporan pendahuluan
• Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tinnginya Angka morbifitas baik pada
anak maupun pada dewasa (Buku Ajar Nefrologi Anak,Edisi2, hal:232,2002)
• Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat
peradangan komplek antigen dan antibodi di kapiler- kapiler glomerulus. Komplek biasanya terbentuk 7-10 hari setelah
infeksi faring atau kulit oleh Streptococcus (glomerulonephritis pascastreptococcus) tetapi dapat timbul setelah infeksi lain.
(Corwin, Elizabeth J, 2000).
• Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat
glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun
setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein
dalam urin) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik Hasil akhir dari peradangan
adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi
ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka panjang yang kurang baik. (Corwin, Elizabeth, J.2000).
Laporan pendahuluan
Etiologi Manifestasi Klinik
• Penyebab dari Glomerulonefritis Akut Yaitu: • Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering
dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan
Adanya infeksi ekstra ginjal pada bagian atas atau kulit oleh fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah
kuman streptokokus beta hemolytikus A tipe 12,16, 25 dan 49, dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan
non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan
Sifilis, Bakteri dan virus, Keracunan, Penyakit amiloid, untuk menegakkan diagnosis pasti.
Trombosis vena renalis, Penyakit kolagen
• Penyebab dari Glomerulonefritis Kronis yaitu :
Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus
beta hemoliticus group A), Keracunan, Diabetes Melitus,
Trombosis vena renalis, Hipertensi Kronis, Penyakit kolagen,
Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada
stadium lanjut.(Nuari & Widayati,2017)
Patofisiologi
Pemeriksaan penunjang : Komplikasi
• Uranalisis menunjukan adanya proteinuria (+1 sampai • Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
+4) Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
• Ensefalopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena
• Hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50%
hipertensi Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan,
penderita pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme
• Kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformik pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
• Leukosituria serta torak selulet • Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
• Granular basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah
yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
• Eritrosit(++) melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume
• Albumin (+) plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung
• Silinder lekosit (+). akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
• Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum • Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping
sintesis eritropoetik yang menurun.
meningkat dengan tanda gagal ginjal seperti
• Ketidakseimbangan cairan dan eletrolit pada fase akut.
hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan
• Malnutrisi
hipokalsemia.
• Hipertensi, congestive heart failure (CHF), endokarditis.
• Kadang-kadang tampak adanya proteinuria masif
dengan gejala sindroma nefrotik
Penatalaksanaan Medis
• Medis:
a. Pemberian penisilin pada fase akut : Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari.
b. Pengobatan terhadap hipertensi
c. Pemberian furosemid (Lasix)
• Keperawatan :
a. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari)
b. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%
c. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu
d. Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang
diberikan harus dibatasi
Pemeriksaan diagnostic
• Hasil yang didapat Pada laboratorium :
• Hb menurun ( 8-11 )
• Ureum dan serum kreatinin meningkat.
• Ureum :
–Laki-laki: 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam
–Wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam
• Serum kreatinin:
–Laki-laki: 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl
–Wanita: 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl
• Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
• Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
• Urinalisis (BJ.Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin , Eritrosit , leukosit )
• Pemeriksaan darah:
•LED meningkat.
•Kadar HB menurun.
•Albumin serum menurun (++).
•Ureum & kreatinin meningkat, Titer anti streptolisin meningkat
Analisa Data
No Tgl Diagnosa keperawatan TTD

Risiko ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan gangguan mekanis


meregulasi yang ditandai dengan :
• Klien mengeluh jarang berkemih
• Klien tampak edema
• Hipoalbuminemia
• Hipernatremia

Deficit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


biologis yang ditandai dengan
• Klien mengeluh tidak nafsu makan
• Klien mengeluh mual dan muntah
• Klien tampak lemah
• Terjadi fluktuasi berat badan
• Hipoalbuminemia

Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis


Intervensi keperawatan
Observasi : Observasi: Observasi:
• Monitor status hidrasi • Identifikasi kemungkinan • Monitor tanda dan gejala infeksi
(mis.frekuensi nadi, kekuatan penyebab BB kurang. local dan sistemik
nadi, akral, pengisian kapiler, • Monitor adanya mual dan Nursing:
kelembaban mukosa, tugor kulit, muntah. • Berikan perawatan kulit pada
tekanan darah.)
Nursing: area EDEMA
Nursing: . –
• Sediakan makanan yang tepat Edukasi :
Edukasi: sesuai kondisi pasien. • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Catat intake-output dan hitung • Berikan pujian pada pasien Kolaborasi :
balens cairan 24 Jam. /keluarga untuk meningkatkan • Kolaborasi pemberian imunisasi,
• Berikan asupan cairan sesuai yang di capai. jika perlu
kebutuhan  Edukasi:
Kolaborasi : • Jelaskan makanan yang bergizi,
• Kolaborasi pemberian diuretic, namun tetap terjangkau.
jika perlu • Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang di butuhkan
Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan “Glomerulonefritis”
• An.N berumur 7 tahun mengalami bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak awalnya terjadi

pada mata saja, timbul saat bangun tidur, dan menghilang saat siang hari. Lama-kelamaan bengkak menjadi menetap dan

meluas hingga keseluruh tubuh. Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, BAK An.N berwarna merah kehitaman, tidak ada

rasa nyeri saat BAK, tidak ada kesulitan untuk BAK, tidak ada nyeri pinggang, nyeri perut dan tidak ada riwayat terjatuh

sebelumnya. An.N juga menjadi jarang BAK, hanya 2 kali dalam sehari dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Sejak 10

hari sebelum masuk rumah sakit An.N menderita panas, panas naik turun dengan obat penurun panas, siang dan malam

sama, selama panas tidak ada kejang, mengigau dan mengigil. Nafsu makan menurun dan meminum kurang dari biasanya,

BAB normal. Tidak ada perdarahan gusi maupun mimisan. An.N juga juga menderita batuk dan pilek., Tidak ada riwayat

pemakaian obat tertentu dan riwayat keluarga yang menderita sakit ginjal. Sejak An.N bermain dipasir. Muncul luka-luka

yang akhirnya menjadi koreng yang menetap bila digaruk. Tekanan darah 140/100 mmHg (Normal:100/60 mmHg)

Nadi:118x/menit, regular, suhu: 36,6°C, Respirasi 30x/menit, Berat badan 65kg.


Tgl Data senjang Etiologi Masalah keperawatan
13.00 factor resiko dan etiologi Risiko
Ds :  
WIB reaksi implamasi pada glomerulus
ketidakseimbangan
- keluarga pasien mengatakan mengalami   cairan
glomerulonefritis
bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum  
penurunan GFR
masuk rumah sakit.  
penurunan volume urine
-Keluarga pasien mengatakan bengkak  
retensi air dan Na
awalya terjadi pada mata saja, timbul saat edema
bangun tidur, dan menghilang saat siang hari.  
glomerulonefritis
Lama-kelamaan bengkak menjadi menetap 
permeabilitas membrane filtrasi turun
dan meluas hingga keseluruh tubuh.  
proteinuria
   
hipoalbuminemia
Do :  
tekanan onkotik membrane sel turun
-pasien edema  
ekstravasasi cairan keintertisial
-hipernatremia  
edema
-Hipoalbuminemia  
Risiko ketidakseimbangan cairan
Tgl Data senjang Etiologi Masalah keperawatan
24-07- factor resiko dan etiologi Deficit nutrisi
2019 DS : keluarga pasien mengatakan . Nafsu
 
13.00 makan menurun dan meminum kurang dari reaksi implamasi pada glomerulus
biasanya   
Glomerulonephritis 

DO: respon GIT
  
-Pasien tampak lemah Fetoruremia
-membran mukosa pucat   
Peradangan mukosa saluran
pencernaan
  
anokeksia
  
intek nutrisi tidak adekuat
  
deficit nutisi
Tgl Data senjang Etiologi Masalah keperawatan
24-07- Factor resiko dan etiologi Resiko infeksi
2019 DS : keluarga pasien mengatakan Muncul

13.00 luka-luka yang akhirnya menjadi koreng Reaksi implamasi pada glomerulus
yang menetap bila digaruk 
Glomerulonefritis
DO: 
-TD:140/60mmHG Penurunan gfr
Penurunan volume urine
Nadi:118x/menit,regular,suhu:36,6 ͦ C, Retensi air dan na
Respirasi 30x/menit 
Edema

Retensi ureum pada darah dan
menyebar dijaringan kulit

Gatal-gatal pada kulit

Mengatasi gatal pada kulit

Resiko terjadi luka pada kulit

Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan
• Risiko ketidakseimbangan cairan b.d penyakit ginjal dan kelenjar d.d pasien mengatakan
pasien mengatakan Bengkak awalya terjadi pada mata saja, timbul saat bangun tidur, dan
menghilang saat siang hari. Lama-kelamaan bengkak menjadi menetap dan meluas hingga
keseluruh tubuh.
• Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d pasien mengatakan Nafsu
makan menurun dan meminum kurang dari biasanya.
• Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d pasien mengatakan Muncul luka-luka yang
akhirnya menjadi koreng yang menetap bila digaruk
Intervensi keperawatan
Risiko ketidakseimbangan cairan: Deficit nutrisi:
1. observasi : monitor status dehidrasi 1. Observasi : Identifikasi status nutrisi , Identifikasi makanan yang

2. Nursing : berikan asupan cairan sesuai kebutuhan dan catat disukai

intake-output dan hitung balance cairan 24 Jam


2. Nursing : Berikan suplemen makanan jika perlu
3. Edukasi : -
3. Edukasi : Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi : kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4. Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Intervensi keperawatan
Risiko Infeksi:

1. observasi : monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

2. Nursing : berikan perawatan kulit pada area edema

3. Edukasi : jelaskan tanda dan gejala Infeksi, Anjurkan

meningkatkan asupan nutrisi, anjurkan meningkatkan cairan

4. Kolaborasi : kolaborasi pemberian vaksin.

Anda mungkin juga menyukai