KEPERAWATAN ANAK
“GLOMERULUS NEPHROTIC”
OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS: IV B KEPERAWATAN
B. Etiologi
Glomerulonefritis pasca infeksi, merupakan suatu komples penyakit kekebalan
yang terjadi akibat cidera kekebalan, diduga disebabkan oleh streptokokus. Saat ini
organisme lain ikut terlibat, antara lain pneumokokus dan virus.
Sebagian besar infeksi sreptokokustidak menyebabkan glomerulonefritis. Jika
terjdi, periode laten 10-14 hari terjadi antara infeksi, biasanya pada kulit (impetigo)
atau saluran pernafasan paling atas, dan awitan manifestasiklinis.
C. Manifestasi Klinis
1. Nefritis cenderung memiliki periode laten kira-kira 10 hari, dan awitan gejala 10
hari setelah infeksi awal.
2. tanda- tanda awal adalah wajah yang bengkak, edema periorbital, anoreksia, dan
urine gelap.
3. Edema ini cenderung lebih nyata pada wajah di pagi hari; kemudian menyebar ke
abdomen dan ekstrimitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat oleh
seseorang yang tidak mengenal ank dengan baik).
4. Haluaran urine berkurang
5. Urine keruh, berwarna, seperti teh atau cola
6. Anak pucat, peka rangsangan, dan lesu.
7. Anak-anak yang lebih kecil mungkin tampak sakit, tapi jarang mengeluh.
8. Anak yang lebih besar mungkin mengeluh saakit kepala, perut tidak nyaman,
muntah, dan dysuria.
D. Patofisiologi
Glomerulonefritis adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit
yang menyerang glomeruli ginjal (glomeruli ginjal berfungsi cairan dan sampah
tubuh). Penyakit ini ada bersifat akut dan kronis, yang kronis adalah progresifnya.
Glomerulonefritis akut adalah bentuk nefritis yang paling sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit ini berupa inflamasi glomeruli yang umumnya terjadi setelah infeksi
salurean pernafasan atas karena streptokokus. Penyakit ini dianggap sebai penyakit
kompleks imun. Cedera glomerular terjadi karena kompleks antigen-antibodi yang
terperangkap dalam filter glomerulus. Glomeruli menjadi edema dan terinfiltrasi
leukosit polimorfonuklear, yang penyumbat lumen kapiler. kondisi ini menyebabkan
berkurang nya filtrasi plasma yang menyebabkan akumulasi air berlebihan dan terjadi
retensi natrium. Plasma resultan dan cairan intestistial menyebabakan kongesti
sirkulasi dan edema. Hipertensi berhubungan dengan glomerulonephritis.
E. Pathway
K
K
F. Pemerikasaan Penunjang
Tidak ada uji diagnostic yang khusus diindikasiakn untuk mendiagnostik
glomerulonephritis. Namun, yang berikut ini umumnya dilakukan:
1. Pemerikasaan urine proteinuria (1+ saampai 4+), hematuria; adanya sedimen,
sel darah merah, dan sel daraah putih; penurunan klirens kreatinin
2. Tes darah peningkatan nitrogen urea darah (BUN), kreatinin serum, dan asam
urat; perubahan elektrolit (asidosis metabolic; penurunan natrium dan kalsium;
penigkatan kalium, fosfor, albumim serum, dan kolesterol); anemia ringan dan
leukosittosis; peningkatan titer antibodi (antistreptolisin, antihialuronidase, atau
antideoksiribonuklease) dan laju lengkap darah (LED).
3. Biopsi ginjal dapat diindikaasikan; jika dilakukan, kemungkinan temuan adalah
meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan “tonjolan” subepitelial
yang mengandung immunoglobulin dan komplemen.
G. Komplikasi
Saat glomerulunefritis akut berkembang menjadi kronis, maka dapat terjadi
komplikasi berikut:
1. Fungsi ginjal yang memburuk (umunya tercermin dari manifestaasi klinis dan
temuan laboratorium).
2. Proteinuria
3. Edema
4. Hematuria
5. Anemia (manifestasi penyakit yang progrsif)
6. Ensefalopati hipertensif ( ditandai dengan sakit kepala, muntah, peka
rangsangan, konvulsi, dan koma) dapat disebabkan oleh hipertensi kronis.
7. Gagal jantung, mungkin akibat peningkatan volume darah karena retensi natrium
dan air berhubungan dangan kongesti paru.
8. penyakit ginjal tahap akhir.
H. Penatalaksanaan Medis
Glumerulonefritis tidak memiliki pengobatan kusus; jadi terapi ditujukan
terhadap gejala. Hipertensi berat dapat diobati dengan deuretik dan/atau obat
antikonvulsan. Antibiotik yang trepat dipakai untuk infeksi. Beberapa pendekatan
pengobatan untuk glomerulonephritis kronis adalah dengan glukokortikoid dan agens
imunosupresif
I. Penatalaksanaan keperawatan
1. Kaji status cairan dengan memantau asupan pengaluaran, mengukur dan
mencatan berat badan harian, dan mengamati edema.
2. Lakukan deteksi dini komplikasi dengan memantau ketat tekanan darah dan
frekuensi pernafasan.
3. Beri obat-obatan sesuai program
a. Antikonvulsan dieperlukan untuk aktifitas kejang yang terkait dengan
ensefalpati hipertensif.
b. Antibiotic digunakan untuk anak-anak yang menunjukkan tanda infeksi
streptkkus presisten.
4. Tigkatkan asupan nutrisi yang diiginkan.
a. Tingkatkan asupan kalori untuk menurunkan gangguan protein, kecuali
dibatasi. Beri pembatasa cairan, natrium, atau kalium, ika diprogramkan.
b. Pembatasan diet bergatung pada tahap dan tingkat keparahan. Biasaya, diet
yag teratur diperblehkan, tetapi atrium dibatasi. Pembatasa atrium sedang
ditujukkan utuk anak-anak dengan hipertensi dengan edema, dan makanan
kaya kalium dibatasi selama periode oliguria. Pembatasan protein hanya
untuk anak yang mengalami azotemia berat.
5. Beri anak stimulus dengan aktifitas atau permainan yang tenang.
6. Rujuk anak dan keluarga keperawat kesehatan komunitas untuk kunjungan
rumah, jika perlu, dalam upaya membantu mereka menyesuaikan diri dengan
penatalaksanaan dirumah.
7. Beri penyuluhan pada anak dan keluarga
a. Informasikan kebutuhan evaluasi medis dan kultur jaringan pada semua
keluhan sakit teggorok.
b. Diskusikan tindakan penatalaksanaan antara lain :
1) Melakukan uji urine
2) Instruksi diet dan aktifitas
3) Tindaan pencegahan infeksi
4) Tanda dan gejala komplikasi yang penting untuk diperhatikan dan
dilaporkan.
c. Jelaskan semua pengobatan.
d. Diskusikan kemungkinan kebutuhan terhadap prosedur dialisis peritoneal
atau hemodialisa jika terjadi gagal ginjal.
Odema
Kelebihan volume
cairan
DS : Ketidakseimbangan nutrisi :
Infeksi Penyakit kurang dari kebutuhan
- klien mengeluh mual
tubuh
dan muntah Migrasi Sel radang ke
dalam Glomerulus
- klien mengeluh tidak
nafsu makan Pembentukan antigen-
DO :
antibodi
- hipoalbuminemia
- terjadi fluktuasi berat Fibrinogen dan plasma
protein lain bermigrasi
badan melalui dinding sel
- klien tampak lemah
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Intoleran aktifitas
Infeksi Penyakit
- klien mengeluh b/d
badannya lemas Migrasi Sel radang ke ketidakseimbangan
dalam Glomerulus
- pusing setelah antara suplai dan
beraktifitas Pembentukan antigen- kebutuhan oksigen
antibodi
- pasien mengeluh
badannya pegal-pegal Enzim lisosomal merusak
membrane dasar
DO : glomrular
- klien tampak terbaring
Eritrosit bermigrasi
ditempat tidur
- klien tampak Anemia
Intoleransi aktifitas
K. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan Volume Cairan b/d edema
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
3. Intoleran aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
L. Intervensi Keperawatan
Bulechek, Gloria. Butcher, Howard. dkk. 2013. Nursing Interventions Classificatiopn (NIC) Edisi
Keenam
Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Lynn Betz, Cecily. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta : EGC