Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERKEMIHAN : GLOMERULONEFRITIS

Dosen pembimbing

Ns. Briefman Tampubolon

Disusun oleh:

Nama : Riski Saputra


Nim : E.0105.18.031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

GLOMERULONEFRITIS

A. Pengertian
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya
inflamasi pada glomerulus yang disebabkan oleh invasi bakteri atau virus tertentu.
Glomerolus merupakan bagian ginjal yang berfungsi sebagai penyaring dan membuang
cairan serta elektrolit berlebih, juga zat sisa (sampah) dari aliran darah.
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifefstasi utama
gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat sampai berat.
Glomerulonefritis poststreptokokal akut ( APSGN, acute poststreptokokal
glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan merupakan penyakit yang menyebabkan dapat ditegakan pada sebagian
besar kasus. dapat terjadi pada setiap tingkatan usia tetapi terutama menyerang anak-anak
pada awal usia sekolah dengan awitan paling sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penyakit
ini jarang dijumpai pada anak- anak ,usia dibawah 2 tahun ( Donna L wong, 2009 ).

B. Etiologi
Glomerulonefritis disebabkan oleh kuman streptococcus beta haemolyticus
golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. Timbulnya penyakit ini didahului oleh infeksi
eksternal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit. Selain itu
glomerulonephritis juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan, amyloidosis, lupus
eritematosis.

C. Manifestasi klinis
1. Hematuria (kencing berwarna seperti air cucian daging). Hematuria dapat
terjadi karena kerusakan pada rumbai kapiler glomerulus).
2. Proinuria (protein dalam urine) adalah suatu kondisi dimana urine
mengandung jumlah protein yang tidak normal.
3. Hipertensi.
Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi
selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya
menjadi kronis. Hal ini disebabkan akibat terinduksinya sistem
renninangiotensin.
4. Hipertermi/suhu tubuh meningkat. Dikarenakan adanya inflamasi oleh
strepkokus.
5. Menurunya out put urine ( pengeluaran urine ) adalah keadaan dimana
produksi urine seseorang kurang dari 500 mililiter dalam 24 jam. Anak pucat
dan lesu.
6. Mual muntah.
7. Fatigue ( keletihan atau kelelahan ) adalah suatu kondisi yang memiliki tanda
berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan
mengurangi efisiensi prestasi dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan
letih dan lemah.
8. Demam.
9. Sesak napas.
10. Anoreksia (penurunan nafsu makan)

D. Klasifikasi
a. Glomerulonefritis Kongenital atau Herediter
1. Sindrom alport Adalah suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya
glomerulopati progresiffamilial yang sering disertai tuli syaraf dan kelainan mata

2. Sindrom nefrotik kongenital Adalah sindrom nefrotik yang telah terlihat sejak
atau bahkan sebelum lahir, dengan gejala seperti proteinuria masif,sembab dan
hipoalbunemia

b. Glomerulonefritis Primer
Yakni apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal itu sendiri.Glomerulonefritis
Primer Non-Proliferatifa.
1. Glomerulonefritis membranosa (GNMN)Disebut juga nefropatimembranosa dan
seringmenjadi penyebab utamasindroma nefrotik.
2. Glomerulonefritis Lesi Minimal (GNLM)Merupakan salah satu jenis
glomerulonefritis yang dikaitkan dengan sindroma nefrotik, sehingga disebut juga
sebagai nefrosis lupoid.
3. Glomerulosklerosis Fokal dan Segmental (GSFS)

E. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit proliferasi sel, serta
edukasi eritrosit, leukosit dan protein plasma dalam ruang Bowman. Gangguan pada
glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi yang terjadi dengan
adanya perlawanan antibody dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A. Reaksi
antigen dan antibody tersebut membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon
peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen
pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus,
insuffesiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar
seperti protein di eksresikan dalam urine/proteirunaria ( Sirbenagel & Lang, 2006
F. Phatway

Infeksi (streptoccus β heloliticus group A

Kompleks antigen-antibody Leukosit polimorfonuklear (PMN) dan monosit

Migrasi ke glomerulus Aktivitas Koagulasi trombosit melalui


ikatan dengan reseptor Fc

Interaksi makrogaf dengan lomerulus (sel


mesanggial, sel epitel, atau endotel) menjadi Koagulasi intra kapiler glomerulus
teraktivasi

Melepaskan sitokin pro-inflamasi dan


kemokin

Glomerulus rusak
Demam, malaise

Peningkatan BUN dan Nyeri Proteurinaria Oliguri


Creatinin

Nutrisi Kurang Penurunan


gatal tekanan
onkotik plasma

Integritas Kulit Oedema

Kelebihan
volume cairan
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Labolatorium
a. Urine. Pada pemeriksaan urine ditemukan protein (proteinuria biasanya +1
sampai +4). Terdapat darah (hematuria) yang mengakibatkan urine
berwarna kemerah merahan
b. Darah. Laju endapan darah meningkat, kadar Hb menurun sekunder dari
hematuria dan BUN cretinin melebihi angka normal
2. Tes gangguan kompleks imun. Biopsi ginjal dilaksanakan untuk menegakkan
diagnosis peyakit glomerulus
3. Pemeriksaan Labolatorium
a. Urine. Pada pemeriksaan urine ditemukan protein (proteinuria biasanya +1
sampai +4). Terdapat darah (hematuria) yang mengakibatkan urine
berwarna kemerah merahan
b. Darah. Laju endapan darah meningkat, kadar Hb menurun sekunder dari
hematuria dan BUN cretinin melebihi angka normal
4. Test imunologi, test ini digunakan untuk mengukur kadar dan pola aktifitas antibody
pada darah yang melawan tubuh

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antibiotic pada fase akut. Antibiotika mungkin tidak memberikan
pengaruh terhadap beratnya glomerulonephritis. Akan tetapi antibiotika
memberikan dampak pada berkurangnya penyebaran infeksi Streptoccus yang
mungkin masih ada. Antibiotik yang dapat diberikan penicillin dan dapat
dikombinasikan dengan amoxilin 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis selama
10 hari, jika pasien alergi terhadap golongan penicillin, maka dapat diberikan
alternative dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis
b. Pengobatan hipertensi, Hipertensi dapat terjadi karena adanya kelebihan
volume cairan,sehingga dianjurkan kepada pasien untuk membatasi asupan
cairan. Obat yang dapat diberikan yaitu respiring dan hidralazin dengan dosis
reserpine sebanyak 0,07 mg/kgbb secara IM
c. Pemberian furosemide (Lasix) secara IV (1 mg/kgbb/kali)
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Bedrest total selama 3-4 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal
melakukan proses penyembuhan.
b. Bila ada anuria atau muntah, atau muntah. Maka diberikan IVFD dengan
larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan
disesuaikan dengan kebutuhan
c. Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi sesuai dengan batas
toleransi. Kelebihan asupan cairan akan semakin memperberat kerja jantung
pada pasien dengan komplikasi gagal jantung

I. Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang diperlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hiperetensi terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejangkejang. Ini disebabkan
spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung
dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkab oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesik eritropoetik yang
menurun
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua jegiatan pokok, yaitu:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita.
Mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan utama
yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra, miksi berdarah, wajah atau kaki bengkak ,pusing atau
keluhan badan cepat lelah.
Untuk komprehensifnya pengkajian, perawat menanyakan hal berikut
1. Kaji apakah pada beberapa hari sebelumnya pasien mengalami
demam, nyeri tenggorokan dan batuk karena peradangan pada
tenggorokan
2. Kaji adanya sesak nafas
3. Kaji adanya penurunan frekuensi miksi dan urine output
4. Kaji adanya perubahan warna urine menjadi seperti warna kola
5. Kaji berapa lama keluhan penurunan penurunan nafsu makan
6. Kaji keluhan nyeri

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji apakah pasien pernah menalami penyakit diabetes mellitus
dan penyakit hipertensi sebelumnya. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan

4. Psikososiokultural
Adanya kelemahan fisik , miksi, darah, serta wajah dan kaki yang
bengkak akan memberikan dampak rasa cemas

b. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) , Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase
akut
B2 (Blood) , Salah satu tanda khas glomerulonefritisnadalah peningkatan
tekanan darah sekunder dari retensi urine dan air yang memberikan dampak
pada fungsi system kardiovaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi
jaringan akibat tinnginya beban sirkulasi
B3 (Brain), Didapatkan edema wajah , konjungtiva anemis, sklra tidak ikterik
dan mukosa mulut tidak mengalami peradangan
B4 (Bladder), INspeksi. Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah ,
perubahan warna urine seperti berwarna kola,
Palpasi, Didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada kostoveyebra
Perkusi, memberikan stimulus nyeri ringan local disertai suatu penjalaran
nyeri ke pinggang dan perut
B5(Bowel), didapatkan adanya mual muntah , serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi darikebutuhan
B6 (Bone) . Didapatkan adaya kelemahan fisik secara umum sekunder dari
edema tungkai atau edema wajah terutama anemia dan penurunan perfusi
perifer dari hipertensi
B. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Tanda Mayor Disfungsi ginjal Kelebihan volume cairan
DS: b.d perubahan mekanisme
-Ortopnea Mekanisme regulasi cairan regulasi, peningkatan
-Dipsnea & elektrolit terganggu permeabilitas dinding
Do: glomerulus
-Berat badan meningkat Peningkatan volume
pada waktu singkat interstial
- edema asarka
- reflex hepatojugular Retensi cairan
positif

Tanda Minor Edema dan asites


Ds:-
Do:
-Distensi vena juguralis Kelebihan volume cairan
-Oliguria
Tanda Mayor Disfungsi miokard Intoleransi aktivitas b.d
Do:- fatigue
Ds: mengeluh lelah
Kontraktilitas menurun
Tanda Minor
Do:-
DS: Beban jantung meningkat
-merasa lelah
-Dipsnea saat/setelah
melakukan aktifitas Gagal pompa vertikel kiri
-Merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas
Suplai darah jaringan
menurun

metabolism anaerob

Fatigue

Intoleransi aktivitas
Data Mayor Mual, muntah Ketidakseimbangan nutrisi
Ds:- kurang dari kebutuhan
Do: Tidak nafsu makan tubuh b.d pembatasan
-Berat badan menurun cairan,diit, dan hilangnya
minimal 10% dibawah protein
Kurang asupan nutrisi
rentang ideal

Tanda minor :
Keseimbangan nutrisi
Ds: kurang dari kebutuhan
tubuh
-Nafsu makan menurun
Do:
-Membran mukosa pucat
-sariawan
-Rambut rontok berlebihan
Tanda Mayor Peningkatan kadar kreatinin Kerusakan integritas kulit
Ds: - dan BUN serum b.d edema dan menurunnya
tingkat aktivitas
Do : Azotemia
Kerusakan jaringan/
lapisan kulit Sindrom uremia
Tanda Minor : Efek pada kulit
Ds:-
Do: Pruritus
-Nyeri
-Perdarahan Kerusakan integritas kulit
-Kemerahan
Tanda Mayor Timbul perdarahan dan Nyeri b.d respon inflamasi,
DS: mengeluh nyeri jaringan terbuka kontraksi otot sekunder,
DO: adanya infeksi glomerolus
-Tampak meringgis
Stimulasi serabut saraf pada
-Gelisah area perlukaan

-Sulit tidur Merangsang mediator nyeri


Tanda Minor
DS:-
Nyeri akut
DO:
-Tekanan darah meningkat
-Pola nafas berubah
-Nafsu makan berubah
Tanda Mayor Tingkat pendidikan Kecemasan b.d prognosis
DS: penyakit, ancaman, kondisi
-Merasa bingng akut, dan perubahan
Kurang sarana informasi
-merasa khawair dengan kesehatan
akibat
Informasi yang minimal
DO:
Tampak gelisah
Tampak tegang cemas

Tanda Minor:
DS:
-mengeluh pusing
-anoreksia
-Merasa tidak berdaya
DO:
-Frekuensi nafas
meningkat
-tremor

C. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d perubahan mekanisme regulasi, peningkatan


permeabilitas dinding glomelurus
2. Intoleransi aktifitas b.d fatigue
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembatasan cairan, diit,
dan hilangnya protein
4. Kerusakan integritas kulit b.d edema dan menurunnya tingkat aktivitas
5. Nyeri b.d respons inflamasi, kontraksi otot sekunder, adanya infeksi glomerolus
6. Kecemasan b.d progronis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan

D. Intervensi keperawatan
No Kriteria/hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Terbebas dari edema,efusi, Observasi BB sebagai
anaskara. Bunyi nafas 1. Monitor berat indicator
bersih tidak ada badan harian kebutuhan nutrisi
dypsneu/orthopneu,terbebas yang adekuat
dari kelelahan , kecmasan
atau kebingungan Memperkirakan

2. Monitor hasil kebutuhan cairan

pemeriksaan pasien, mewaspadai


kemungkinan
labolatorium
adanya gangguan
(BUN, Hmt)
elektrolit , serta
untuk mengetahui
fungsi ginjal

Terapeutik
3. Berikan cairan Mendukung dan

intravena memperbesar
volume sirkulasi,
terutama jika
pemasukan oral
tidak adekuat
mual , muntah

Kolaborasi
4. Kolaborasi Diuretik
pemberian berpengaruh
diuretik terhadap reabsorbsi
natrium dan air
2 berpartisipasi dalam Observasi
aktifitas fisik, mampu 1. observasi adanya Mengidentifikasi
melakukan aktifitas sehari pembatasan klien tingkat
hari secara mandiri dalam melakukan ketergantungan
aktifitas ADL

Terapeutik
2. bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktifitas Meningkatkan
seperti kursi perasaan sehat
roda,krek

Kolaborasi
3. kolaborasikan Membantu
dengan tenanga mempercepat
rehabilitasi proses
medik dalam penyembuhan
merencanakan klien
program terapi
yang tepat
3 Adanya peningkatan berat Observasi
badan sesuai dengan tujuan, 1. identifikasi status Membantu
tidak ada tanda tanda nutrisi mengkaji keadaan
malnutrisi, mampu pasien
mengidentifikasikan Terapeutik
kebutuhan nutrisi 2. Bantu pasien
terkait perawatan Mulut bersih
mulut sebelum meningkatkan
makan nafsu makan

3. Ajarkan posisi
duduk
Mengurangi rasa
sakit dan
meningkatkan
sirkulasi
Kolaborasi
4. Kolaborasi
Diet sesuai
dengan ahli gizi
dengan kebutuhan
untuk
pasien
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
4 Tidak ada luka/lesi , perfusi Observasi
jaringan baik, mampu 1. Monitor aktivitas Menghindari
melindungi kulit dan dan mobilisasi tekanan dan
mempertahankan pasien meningkatan
kelembaban kulit dan aliran darah
perawatan alam Terapeutik
2. Lakukan Menghindari
message pada kerusakan kapiler
daerah yang kapiler
tertekan

3. Jaga kebersihan Mempertahankan


kulit agar tetap keutuhan kulit
bersih dan kering

4. Gunakan Menghindari
bantal/pengganjal tekanan yang
yang lunak lebih pada daerah
dibawah daerah- yang menonjol
daerah yang
menonjol

5 Menghilangkan rasa Observasi


nyeri atau nyeri hilang 1. Identifikasi Membantu dalam
lokasi,karateristik, mengidentifikasi
durasi,frekuensi derajat
ketidaknyamanan
dan kebutuhan
untuk keefektifan
analgesic
Terapeutik
2. Kontrol Menurunkan
lingkungan yang reaksi terhadap
memperberat rasa stimulus dari luar
nyeri dan
meningkatkan
istirahat atau
relaksasi
3. Bantu klien dalam
menentukan Membantu
posisi yang menurunkan
nyaman ketidaknyamanan
lebih lanjut
Edukasi
4. Jelaskan
penyebab, Klien mendapat
periode, dan penjelasan
pemicu nyeri tentang nyeri

Kolaborasi
5. Kolaborasi
pemberian Mungkin
analgetik diperlukan
pemberian
analgesic untuk
mendukung
proses penurunan
nyeri
6. Rasa cemas klien akan Terapeutik
berkurang atau hilang 1. Berikan Menurunkan
lingkungan yang stimulasi yang
nyaman berlebihan dapat
mengurangi
kecemasan

2. Catat deajat Pemahaman


ansietas bahwa perasaan
normal dapat
membantunklien
meningkatkan
beberapa
perasaan control
emosi

3. Berikan support Dukungan dari


system beberapa orang
yang memiliki
pengalaman yang
sama akan sangat
membnatu klien
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Ns.Eko Prabowo,S.Kep,M.Kes.2014. Buku Asuhan Keperawatan system
perkemihan.Jember.

Anda mungkin juga menyukai