Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan upaya kesehatan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah terwujud hasil
yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis sehingga
dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup
(UHH). Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat dan
bertambah lebih cepat (Depkes RI, 2006). Lanjut usia (lansia) merupakan proses yang
terjadi sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2008). Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Nasional yang dilakukan tahun 2014
mengidentivikasikan terjadinya peningkatan pada penduduk lansia di Indonesia sebesar
11,34% dari total keseluruhan penduduk Indonesia atau sekitar 28, 23 juta orang
merupakan penduduk yang tergolong lansia. Di Indonesia jumlah penduduk lansia
terbanyak adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (13,4%), Jawa Timur (11,5%),
Bali (10,3%), Sumatra Barat (8,8%), Sulawesi Selatan (8,8%), dan Jawa Barat (8,1%)
(BPS, 2015).
Lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh penurunan
fungsi tubuh akibat proses penuaan. Salah satu penyakit tidak menular yang menyerang
masyarakat umumnya saat ini lansia adalah hipertensi. Sampai saat ini hipertensi masih
menjadi masalah karena beberapa hal yang antara lain, meningkatnya prevalensi
hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun
yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target serta adanya penyakit
lain yang mempengaruhi hipertensi sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas (Kemenkes, 2015). Menurut Jubaid ada beberapa perubahan fisik pada lansia
yang dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan
kardiovaskuler yaitu menurunnya elastisitas pembuluh darah, perubahan pada respirasi
yaitu menurunnya kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan
perubahan pada penglihatan. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa
para lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan
lain sebagainya. Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia
yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai masalah kardiovaskuler lainnya
yang lebih gawat. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai
masalah penyakit kesehatan, salah satunya hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang muncul oleh karena
interaksi berbagai faktor. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah akan berangsur-angsur menyempit.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun
2025 dengan jumlah perkiraan 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk
dunia. Hipertensi menyumbang 51 persen kematian akibat stroke dan 45 persen kematian
akibat jantung koroner (Kemenkes RI, 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi secara nasional adalah sebesar 25,8%. Jika
saat ini penduduk Indonesia sebanyak 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa
yang menderita hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada lansia adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes, 2015). Di
Indonesia masalah hipertensi cenderung mengalami peningkatan. Salah satu tanda dan
gejala hipertensi adalah pusing atau sakit kepala, hal ini dapat menimbulkan resiko jatuh
atau cedera pada lanjut usia. Selain itu kualitas hidup pada lanjut usia juga akan menurun,
lanjut usia akan mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
(Nugroho, 2008).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun
2025 dengan jumlah perkiraan 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk
dunia. Hipertensi menyumbang 51 persen kematian akibat stroke dan 45 persen kematian
akibat jantung koroner (Kemenkes RI, 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi secara nasional adalah sebesar 25,8%. Jika
saat ini penduduk Indonesia sebanyak 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa
yang menderita hipertensi. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dari jumlah penduduk sebanyak
252.124.458 jiwa, 25,8% menderita hipertensi yaitu sebanyak 65.048.110 jiwa.
Hipertensi merupakan penyakit tertinggi dari 10 penyakit terbesar faktor penyebab
kematian. Jawa Barat menempati urutan ke empat (29,4%) dengan penyakit hipertensi
tertinggi yaitu 13.612.359 jiwa (Riskesdas, 2013). Hipertensi dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan
faktor yang dapat diubah seperti obesitas atau kegemukan, konsumsi lemak, konsumsi
natrium, stress, olahraga atau aktifitas fisik, dan merokok (Muttaqin, 2009).
Salah satu cara mencegah dan mengontrol risiko terjadinya hipertensi adalah
dengan berolahraga yang dilakukan secara teratur. Beberapa studi menunjukan bahwa
kombinasi antara terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) dengan obat (farmakoterapi)
tidak hanya menurunkan tekanan darah, namun juga menurunkan resiko stroke dan
penyakit jantung iskemik. Terapi dengan obat bisa dilakukan dengan pemberian obat anti
hipertensi, sedangkan untuk terapi tanpa obat bisa dilakukan dengan berolahraga secara
teratur, dari berbagai macam olahraga yang ada, salah satu olahraga yang dapat dilakukan
lansia yaitu olahraga senam lansia. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa senam
adalah serangkaian gerakan nada yang teratur, terarah, serta terencana yang dilakukan
secara sendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional
raga.
Menurut Suroto (2004) senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah
dilakukan, dan dapat diterapkan pada lansia. Senam lansia membantu tubuh agar tetap
bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
Dengan dukungan teori, pengamatan dan studi literature yang dilakukan pada
pasien yang mengalami hipertensi dengan menggunakan terapi senam lansia sebagai
terapi untuk perubahan tekanan darah pada lansia diberbagai tatanan perawatan maka
penulis tertarik untuk menggali pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana fisiologi hipertensi?
2. Bagaimana proses perubahan tekanan darah menggunakan senam lansia?
3. Bagaimana prosedur penggunaan senam lansia untuk perubahan tekanan darah?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya fisiologi hipertensi
b. Diketahuinya proses perubahan tekanan darah dengan menggunakan senam lansia
c. Diketahuinya prosedur penggunaan senam lansia untuk perubahan tekanan darah
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian dalam literature review ini yaitu semua jenis
penelitian yang menggunakan senam lansia untuk membantu proses perubahan tekanan
darah pada lansia hipertensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penyusunan laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan suatu informasi
atau bahan acuan untuk penulis selanjutnya terkait dengan literature review pada
keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi di perpustakaan atau
tambahan informasi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan.
b. Bagi Keluarga dan Puskesmas
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga khususnya pengetahuan tentang hipertensi. Serta
terapi alternatif bagi puskesmas untuk menanggulangi hipertensi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data, informasi, dan hasil
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Senam Lansia
terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai