DI RUANG HEMODEALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh:
Muhammad Syaud Faisal
18NS263
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD SYAUD FAISAL
NIM : 18NS263
Menyetujui,
…………………………………. ………………………………
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD SYAUD FAISAL
NIM : 18NS263
Menyetujui,
…………………………………. ………………………………
NIK. NIK.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
B. Definisi
C. Klasifikasi
D. Etiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Patofisiologi
H. Pathway
Infeksi faring atau kulit oleh streptokokus
Reaksi antigen-antibodi
GLOMERULONEFRITIS
Aktivasi komplemen
I. Komplikasi
J. Penatalaksanaan
K. Asuhan Keperawatan
L. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2018) diagnosa keperawatan untuk pasien dengan
glomerulonefrtis sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine, retensi cairan dan
natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.
M. Intervensi Keperawatan
Menurut Nanda (2018) Intervensi untuk pasien dengan glomerulonefritis,
yaitu:
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Kelebihan Volume NOC : NIC :
Cairan 1. Electrolit and acid base Fluid management
balance 1. Timbang popok/pembalut jika
Batasan karakteristik : 2. Fluid balance diperlukan
- Berat badan 3. Hydration 2. Pertahankan catatan intake dan
meningkat pada output yang akurat
waktu yang singkat Kriteria Hasil: 3. Pasang urin kateter jika
- Asupan berlebihan 1. Terbebas dari edema, efusi, diperlukan
dibanding output anaskara 4. Monitor hasil lAb yang sesuai
- Tekanan darah 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada dengan retensi cairan (BUN ,
berubah, tekanan dyspneu/ortopneu Hmt , osmolalitas urin )
arteri pulmonalis 3. Terbebas dari distensi vena 5. Monitor status hemodinamik
berubah, jugularis, reflek hepatojugular termasuk CVP, MAP, PAP, dan
peningkatan CVP (+) PCWP
- Distensi vena 4. Memelihara tekanan vena 6. Monitor vital sign
jugularis sentral, tekanan kapiler paru, 7. Monitor indikasi retensi /
- Perubahan pada output jantung dan vital sign kelebihan cairan (cracles, CVP
pola nafas, dalam batas normal , edema, distensi vena leher,
dyspnoe/sesak 5. Terbebas dari kelelahan, asites)
nafas, orthopnoe, kecemasan atau kebingungan 8. Kaji lokasi dan luas edema
suara nafas 6. Menjelaskanindikator 9. Monitor masukan makanan /
abnormal (Rales kelebihan cairan cairan dan hitung intake kalori
atau crakles), harian
kongestikemacetan 10. Monitor status nutrisi
paru, pleural effusion 11. Berikan diuretik sesuai interuksi
- Hb dan hematokrit 12. Batasi masukan cairan pada
menurun, perubahan keadaan hiponatrermi dilusi
elektrolit, khususnya dengan serum Na < 130 mEq/l
perubahan berat 13. Kolaborasi dokter jika tanda
jenis cairan berlebih muncul
- Suara jantung SIII memburuk
- Reflek hepatojugular
positif Fluid Monitoring
- Oliguria, azotemia 1. Tentukan riwayat jumlah dan
- Perubahan status tipe intake cairan dan eliminaSi
mental, kegelisahan, 2. Tentukan kemungkinan faktor
kecemasan resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
- Faktor-faktor yang diuretik, kelainan renal, gagal
berhubungan : jantung, diaporesis, disfungsi
- Mekanisme hati, dll )
pengaturan 3. Monitor berat badan
melemah 4. Monitor serum dan elektrolit
- Asupan cairan urine
berlebihan 5. Monitor serum dan osmilalitas
- Asupan natrium urine
berlebihan 6. Monitor BP, HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
8. Monitor parameter
hemodinamik infasif
9. Catat secara akutar intake dan
output
10. Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
11. Monitor tanda dan gejala dari
odema
12. Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta:
EGC.