Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GLOMERULONEFRITIS

Dosen Pengampu : Ika Ainur.,M.kep.,Sp.KMB

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Sindy Aprilia (201701175)


2. Siti Solikha (201701183)
3. Ariq Pratama (201701189)
4. Rossalia Dwi A (201701191)
5. Vira Agustin A (201701200)
6. Aditya Arnofa (201701206)
7. Siti Kholifah (201701208)
8. Fahmi Lailatul (201701210)
9. Aji Kurniawan (201701213)
10.Rastra Lika (201601104)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO TAHUN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena hanya
dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ”Keperawatan Medikal Bedah III”. Proses
penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan sumbang pemikiran intervensi dari banyak
pihak. Dan diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajran dan dan menambah
pengetahuan para pembaca. Karena itu dalam kesempatan ini, kami hanya ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan sedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya:

1. Selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

2. Rekan - rekan mahasiswa yang telah membantu memberikan dorongan moril dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini pastilah terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin.

Mojokerto, 29 Oktober 2019

Kelompok 2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1.1 DEFINISI
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal non infeksius yang paling umum pada
masa kanak – kanak, glomerulonephritis akut memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal
yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi biasanya disebabkan karena
adanya reaksi terhadap infeksi strepkokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang
pada system ginjal (2008). Glomerulonefritis akut mempengaruhi anak laki – laki lebih
sering daripada perempuan, dan biasanya sering terjadi pada usia sekitar 6 tahun.
Glomerulonefritis akut adalah suatu reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Yang sering disebabkan oleh kuman streptococus. Ini sering ditemukan pada
anak berumur 3 – 7 tahun.
Glomerulonephritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua
ginjal. Akibat pengendapan kompleks antigen antibody di kapiler – kapiler glomerulus
kompleks biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh strepcocus,
tetapi dapat juga timbul setelah infeksi lain. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, tetapi
biasanya berkembang pada anak – anak dan sering pada anak usia 6 – 10 tahun.

1.2 ETIOLOGI
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi kelompok
infeksi dan noninfeksi.
a. Infeksi
Infeksi streptokokus terjadi sekitar 5-10% pada orang dengan radang tenggorokan dan
25% pada mereka dengan infeki kulit. Penyebab nonstreptokokus, meliputi
bakteri,virus, dan parasite
b. Noninfeksi
Penyakit stemik multisystem, seperti pada lupus eritematosus sistemik (SLE),
vaskulitis,sindrom Goodpasture,granulomatosis Wegener.
Kondisi penyebab lainnya adalah pada kondisi sindrom Guillain-Barre.
1.3 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis yang terdapat pada masalah glomerulonefritis bermacam-macam:


1. Hematuria
2. Urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi
3. Edema ringan yang terbatas di sekitar mata
4. Oliguria
5. Demam/menggil
6. Pucat
7. Konstipasi/ diare.
8. Dysuria

1.4 PATOFISIOLOGI

Sreptococcus yang menyebabkan kerusakan diduga terdapat suatu antibodi yang


ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal
spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam
glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran
basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik
leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi.

Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis
glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel
yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran
kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang
sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria.

Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul


subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada
mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan
hiperseluler disertai invasi PMN
1.5 PATHWAY

Infeksi faring atau kulit oleh steptokokus Pengendapan komplek antigen


Reaksi antigen antibody
antibody dikapiler kapiler glomerulus

Glomerulonefritis akut

Aktivitas Komplomen

Komplomen menarik sel sel darah Respon inflamasi lokal Gangguan pemeabilitas selekftif kapiler
putih dan trombosit ke glomerulus glomerulus dan filterasi glomerulus

Nyeri Pinggang
Proliferasi dan kerusakan Protein Protein plasma dan seldarah
1.5
glomerulus merah bocor melalui glomerulus
Nyeri
Pengendapan fibrin dan
pembentukan jaringan perut Hemaruturia
Kerusakan glomerulus memicu
Silinder sel darah merah didalam urine
kematian sel penghasil eritropoitein
Membran glomerulus menebal Proteinura lebih dari 3-5 mg per hari

Anemia
Respon sistemik
Penerunan GPR
- Mual,muntah,anoreksia
- Penurunan perfusi jaringan
Tekanan darah - BUN & Kreatinin serum
Penurunan volume urine Pemenuhan
, edema - Respon pembukuan
nutrisi kurang
Retensi cairan dan natrium dari
Peningkatan aldosterone Kelemahan kebutuhan
Fisik
- Intake nutrisi kurang
- Kelemahan fisik
Kelebihan volume Gangguan ADL - Sindrom uremia Kecemasan
cairan risti kejang - Risiko perdarahan

Kecemasan
1.6 KOMPLIKASI

Terdapat beberapa komplikasi dari glomerulonefritis, yaitu:


1. Oliguria
2. Insufisiensi ginjal akut
3. Hiperkalemia,
4. Hiperfosfatemia
5. Hidremia
6. Pembesaran jantung
7. Gagal jantung
8. Anemia
9. Retensi

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a) Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
b) Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
c) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
d) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
e) Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia,
hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
f) Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam
setelah ginjal rusak.
g) Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
Mioglobin, porfirin.
h) Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk memekatkan;
menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat.
i) PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal
ginjal kronik.
j) Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan
ratio urine/serum sering 1:1.
k) Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan
kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
l) Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal
tidak mampu mengabsorbsi natrium.

1.8 PENATALAKSANAAN
1) Modifikasi diet :
a. Pembatasan cairan dan natrium
b. Pembatasan protein bila BUN sangat meningkat
2) Farmakoterapi :
a. Terapi imunosupresif seperti agen sitotoksik dan steroid untuk glomerulonephritis
progresif cepat
b. Diuretik, terutama diuretic loop seperti furosemid (Lasix), dan Bumex
c. Dialysis, untuk penyakit ginjal tahap akhir .
BAB II
KONSEP ASKEP

KONSEP ASKEP

1. PENGKAJIAN
IDENTITAS
a. Umur: penyakit glomerulonephritis kronis bisa terjadi pada semua umur tetapi sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (Bararah & Jauhar, 2013, p. 225)
b. Jenis kelamin: glomerulonephritis dapat menyerang lai-laki maupun perempuan
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)
c. Tempat tinggal: ada tidaknya faktor predisposisi yang berhubungan dengan pola
kebiasaan higiene (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)

RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama: keluhan utama yang menjadi alasan untuk masuk rumah sakit
adalah adanya gejala dan tanda urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi
dan sakit pada saat kencing (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)
b. Alasan masuk rumah sakit: menurut Burner & Suddart dalam (Prabowo & Pranat,
2014, p. 43) pasien glomerulonephritis kronis mengeluh sakit kepala, demam, dan
nyeri panggul
c. Riwayat penyakit sekarang: menurut Burner & Suddarth dalam (Prabowo &
Pranata, 2014, p.43) pasien dengan glomerulonephritis kronis biasa mengalami
gejala hipertensi ringan sampai berat, proteinuria, hematuria, dan oliguria
d. Riwayat penyakit keluarga: Pada riwayat penyakit keluarga terdapat salah satu
anggota keluarga yang pernah mengalami hipertensi atau peningkatan kadar BUN
dan kreatinin serum (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 134)

2. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM


a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering
didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respon terhadap
edema pulmoner dan adanya sindrom uremia.
b) B2 (Blood)
Salah satu tanda khas glomerulonephritis adalah peningkatan tekanan darah
sekunder dari retensi natrium dan air yang memeberikan dampak pada fungsi system
kardiovaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban
sirkulasi.pada kondisi azotemia berat, pada auskultasi perawat akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial sekunder dari sinrom uremik.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, dan mukosi mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis mengalami
perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada system saraf pusat. Pasien
beresiko kejang sekunder gangguan elektrolit.
d) B4 (Bladder)
 Inspeksi: terdapat edema pada ektremitas dan wajah. Perubahan warna urine output
seperti warna urine berwarna cola dari proteinuria, silinderuri,dan hematuria.
 Palpasi: didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area kostovetebra.
 Perkusi: perkusi pada sudut kostovetebra memberikan stimulus nyeri ringan local
disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
e) B5 (Bowl)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didaptkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau
edema wajah terutama pada periorbital, anemia, dan penurunan perfusi perifer.

3) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium ditandai dengan
edema dan oliguria
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet
kurang ditandai dengan ketidak mampuan memakan-makanan
c) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

4) RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Intervensi yang dilakukan bertujuan menurunkan keluhan pasien dan menghindari penurunan
dari fungsi ginjal
Diagnosa Rencana
a) Kelebihan volume cairan 1) Timbang berat badan harian
berhubungan dengan kelebihan 2) Keseimbangan masukan dan
asupan nantrium keluaran
3) Turgor kulit dan adanya oedema
4) Pantau kreatinin dan BUN
serum
d) Ketidakseimbangan nutrisi 1) Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh klien
berhubungan dengan anoreksia 2) Observasi penurunan nafsu makan
klien
3) Dokumentasikan masukan oral
selama 24 jam, riwayat makan,
jumlah kalori yang tepat
e) Ansietas berhubungan dengan 1. Berikan pengetahuan pada klien
kurang pengetahuan tentang makanan yang harus di
konsumsi
2. Kaji tingkat ansietas yang dialami
3. Berikan makanan dengan porsi kecil
namun sering
BAB III
ASKEP

Triger case
Tn.A berumur 25 tahun, tanggal lahir 01 Maret 1994. Masuk RS pada tanggal 28 oktober
2019 dengan keluhan urin berwarna kemerahan dan berbusa. Tn.A tidak mempunyai masalah
ginjal sebelumnya. Tn.A mengatakan beberapa minggu yang lalu dia mengalami radang
tenggorokan lalu ia meminum beberapa antibiotic yang ia punya dari sakit radang tenggorokan
akibat stiptokokus sebelumnya, setelah itu radang tenggorokannya membaik namun dia melihat
perubahan urinnya. Ia mengatakan bahwa matanya tampak bengkak dan juga mengeluhkan mual
muntah dan tidak nafsu makan. Klien terlihat gelisah, lemas, cemas dan sesekali meneteskan air
mata. Keluarga klien mengatakan pasien tidak tau penyakit apa yang dialaminya sehingga pasie
takut meninggal. Klien pernah mengalami hipertensi 1 tahun lalu.
Temuan pemeriksaan fisik mencakup: S:37,1℃, N: 98x/mnt, RR: 18x/mnt, TD: 140/90
mmHg. BB awal 62 kg menjadi 64 kg TB 182, IMT 19,32. Edema pada wajah dan ekstremnitas,
kultur tenggorokan negative. Kesadaran : compasmentis E : 3, V : 4, M : 4. Temuan hasil lab
menunjukkan:, urinarisis menunjukkan adanya protein, sel darah merah, dan gumpalan SDM..
Hb : 9,0 gr/dl, leukosit : 7,9 ml, hematocrit: 28,6%, trombosit : 150 ml. GFR : 47,15, albumin 1,9
gr/dl.

1.1 PENGKAJIAN
a. Identitas klien :
Nama : Tn. A
Tanggal lahir : 01 Maret1994
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : gayaman
b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. T
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : PNS
MRS : 28-10-2019
Alamat : gayaman
c. Keluhan Utama : Pasien mengatakan urinnya berwarna merah dan berbusa

d. Riwayat penyakit sekarang : Tn.A mengatakan beberapa minggu yang lalu dia
mengalami radang tenggorokan lalu ia meminum beberapa antibiotic yang ia punya
dari sakit radang tenggorokan akibat stiptokokus sebelumnya, setelah itu radang
tenggorokannya membaik namun dia melihat perubahan urinnya. Tn. A
mengatakan bahwa matanya tampak bengkak dan juga mengeluhkan mual muntah
dan tidak nafsu makan

e. Riwayat penyakit dahulu : klien mngatakan menderita Hipertensi 1 tahun lalu


f. Resiko penyakit keluarga : klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama

1.2 PENGKAJIAN PERSISTEM

a. B1 ( Breathing ) pernafasan
RR: 18x/mnt, Inspeksi: bentuk dada simetris, palpasi: tidak ada nyeri tekan, perkusi: sonor
( paru- paru kanan dan kiri normal), auskultasi: suara nafas normal (veskuler) tidak ada
suara nafas tambahan.

b. B2 ( Blood ) kardiovaskular
Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV dan V, tampak peningkatan vena juguralis, TD:
140/90 mmHg, N: 98x/mnt, Hb: 9,0 gr/dl, leukosit : 7,9 ml, hematocrit: 28,6%, trombosit :
150 ml, albumin: 1,9gr/dl.

c. B3 ( Brain ) persyarafan
Didapatkan edema pada wajah dan ekstremitas, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik dan
mukosa mulut tidak ada peradangan, S: 37℃, Kesadaran: compasmentis E : 3, V : 4, M : 4.

d. B4 ( Bladder ) perkemihan
Urine berwarna kemerahan dan berbusa, BUN: 42 mg/dl, kreatinin serum 2,1 mg/dl,
urinalisis menunjukkan adanya protein, sel darah merah dan gumpalan sel darah merah.

e. B5 (Bowl) pencernaan
Didapatkan adanya mual muntah, serta anoreksia sehingga di dapatkan kenaikan BB dari bb
awal 62kg menjadi 64kg.

f. B6 (Bone) muskuluskeletal
Didapatkan adanya kelebihan fisik secara umum skunder dari edema tungkai dan wajah
terutama pada periobrital, dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
1.3 ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1 Ds : pasien mengatakan Infeksi streptokokus Kelebihan
urinnya berwarna volume cairan
kemerahan dan berbusa Peradangan pada glomerulus

Do : Gangguan pada fungsi filtrasi


 Tampak adanya ginjal
edema pada
wajah dan Proteinuria
ekstermitas.
 Peningkatan BB Hipoalbuminemia
dari 62 kg
menjadi 64 kg. Penurunan tekanan onkotik
 Urinalisi
menunjukkan Cairan berpindah ke
adanya protein, ekstravaskuler
sel darah merah,
dan gumpalan Edema
SDM.
 Output urin 300
ml/24 jam.
 Urine berwarna
kemerahan dan
berbusa.

2 Ds: pasien mengatakan Gaangguan filtrasi ginjal Nutrisi


mual dan muntah, tidak kurang dari
nafsu makan. kebutuhan
Protein uria
Do:
A: BB 64kg, TB: 182
cm, IMT 19,32 hypoalbuminemia
B: Hb : 9,0 gr/dl
C: mulut dan mukosa
bersih dan lembab nutrisi kurang dari kebutuhan
D: nafsu makan
menurun, porsi makan
tidak habis,
menghabiskan 1/3 porsi.

3 Ds:keluarga pasien Ketidaktahuan tentang Ansietas b/d


mengatakan pasien penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
sering mengatakan pengetahuan
merasa cemas dengan
penyakit dan takut mati Cemas

Do:
 Klien dan Ansietas
keluarganya
tampak cemas
 Klien tampak
gelisah
 Klien dan
keluarga sering
bertanya-tanya
tentang
penyakitnya

1.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium ditandai


dengan edema dan oliguria
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubunagn dengan asupan diet
kurang
c) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

1.5 INTERVENSI

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Kelebihan volume cairan Setelah di lakukan 1. memonitor TTV
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam 2. memonitor berat badan pasien
kelebihan asupan natrium diharapkan kelebihan 3. Menjaga asupan yang akurat
ditandai dengan edema volume cairan dapat dengan catatan keluaran
dan oliguria teratasi dengan KH : 4. Memonitor status hidrasi
Fluid balance cairan (-) 5. Memantau indikasi kelebihan
cairan/terjadinya retrasi
6. Menilai lokasi edema (bila
ada)
7. Pembatasan natrium dan air
8. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah di lakukan 1. Tingkatkan karbohidrat
kurang dari kebutuhan keperawatan 3x24 jam didalam diet untuk energy
tubuh berhubungan diharapkan nutrisi agar tubuh tidak memecah
dengan asupan diet kurang terpenehui dengan KH : otot untuk memicu pelisutan
otot
Mengalami peningkatan 2. Rendah natrium, karena
asupan nutrisi yang peningkatan aldosterone
ditandai oleh makan menyebabkan retensi natrium
sekurang-kurangnya 3. Turunkan prtein jika BUN
80% porsi tiap kali meningkat
makan 4. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
5. Kolaborasi obat anti emetic
3. Ansietas berhubungan Setelah di lakukan 2 Ajari klien mengatasi ansietas
dengan kurang keperawatan 1x24 jam melalui relaksasi
pengetahuan diharapkan ansietas 3 Melibatkan keluarga dalam
berkurang dengan KH : latihan yang telah disusun

Meminimalkan rasa
takut, cemas, merasa
dalam bahaya atau
ketidaknyamanan
terhadap sesuatu yang
tidak diketahui

DAFTAR PUSTAKA

Budhi Subekti, Nike S.kp. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Mutaqin, Arif. Sari, Kumala. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika

Komara Yudha, Egi, S.kp.,MM. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

Bulechek, Gloria M. 2016 . Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Mocomedia

Herdman, T. Herdman . 2018 . Nanda-1 (Diagnosis Keperawatan). Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai