GLOMERULONEFRITIS
Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena hanya
dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ”Keperawatan Medikal Bedah III”. Proses
penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan sumbang pemikiran intervensi dari banyak
pihak. Dan diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajran dan dan menambah
pengetahuan para pembaca. Karena itu dalam kesempatan ini, kami hanya ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan sedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya:
1. Selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
2. Rekan - rekan mahasiswa yang telah membantu memberikan dorongan moril dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini pastilah terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin.
Kelompok 2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1.1 DEFINISI
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal non infeksius yang paling umum pada
masa kanak – kanak, glomerulonephritis akut memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal
yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi biasanya disebabkan karena
adanya reaksi terhadap infeksi strepkokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang
pada system ginjal (2008). Glomerulonefritis akut mempengaruhi anak laki – laki lebih
sering daripada perempuan, dan biasanya sering terjadi pada usia sekitar 6 tahun.
Glomerulonefritis akut adalah suatu reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Yang sering disebabkan oleh kuman streptococus. Ini sering ditemukan pada
anak berumur 3 – 7 tahun.
Glomerulonephritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua
ginjal. Akibat pengendapan kompleks antigen antibody di kapiler – kapiler glomerulus
kompleks biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh strepcocus,
tetapi dapat juga timbul setelah infeksi lain. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, tetapi
biasanya berkembang pada anak – anak dan sering pada anak usia 6 – 10 tahun.
1.2 ETIOLOGI
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi kelompok
infeksi dan noninfeksi.
a. Infeksi
Infeksi streptokokus terjadi sekitar 5-10% pada orang dengan radang tenggorokan dan
25% pada mereka dengan infeki kulit. Penyebab nonstreptokokus, meliputi
bakteri,virus, dan parasite
b. Noninfeksi
Penyakit stemik multisystem, seperti pada lupus eritematosus sistemik (SLE),
vaskulitis,sindrom Goodpasture,granulomatosis Wegener.
Kondisi penyebab lainnya adalah pada kondisi sindrom Guillain-Barre.
1.3 MANIFESTASI KLINIS
1.4 PATOFISIOLOGI
Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis
glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel
yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran
kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang
sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria.
Glomerulonefritis akut
Aktivitas Komplomen
Komplomen menarik sel sel darah Respon inflamasi lokal Gangguan pemeabilitas selekftif kapiler
putih dan trombosit ke glomerulus glomerulus dan filterasi glomerulus
Nyeri Pinggang
Proliferasi dan kerusakan Protein Protein plasma dan seldarah
1.5
glomerulus merah bocor melalui glomerulus
Nyeri
Pengendapan fibrin dan
pembentukan jaringan perut Hemaruturia
Kerusakan glomerulus memicu
Silinder sel darah merah didalam urine
kematian sel penghasil eritropoitein
Membran glomerulus menebal Proteinura lebih dari 3-5 mg per hari
Anemia
Respon sistemik
Penerunan GPR
- Mual,muntah,anoreksia
- Penurunan perfusi jaringan
Tekanan darah - BUN & Kreatinin serum
Penurunan volume urine Pemenuhan
, edema - Respon pembukuan
nutrisi kurang
Retensi cairan dan natrium dari
Peningkatan aldosterone Kelemahan kebutuhan
Fisik
- Intake nutrisi kurang
- Kelemahan fisik
Kelebihan volume Gangguan ADL - Sindrom uremia Kecemasan
cairan risti kejang - Risiko perdarahan
Kecemasan
1.6 KOMPLIKASI
1.8 PENATALAKSANAAN
1) Modifikasi diet :
a. Pembatasan cairan dan natrium
b. Pembatasan protein bila BUN sangat meningkat
2) Farmakoterapi :
a. Terapi imunosupresif seperti agen sitotoksik dan steroid untuk glomerulonephritis
progresif cepat
b. Diuretik, terutama diuretic loop seperti furosemid (Lasix), dan Bumex
c. Dialysis, untuk penyakit ginjal tahap akhir .
BAB II
KONSEP ASKEP
KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
IDENTITAS
a. Umur: penyakit glomerulonephritis kronis bisa terjadi pada semua umur tetapi sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (Bararah & Jauhar, 2013, p. 225)
b. Jenis kelamin: glomerulonephritis dapat menyerang lai-laki maupun perempuan
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)
c. Tempat tinggal: ada tidaknya faktor predisposisi yang berhubungan dengan pola
kebiasaan higiene (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama: keluhan utama yang menjadi alasan untuk masuk rumah sakit
adalah adanya gejala dan tanda urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi
dan sakit pada saat kencing (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47)
b. Alasan masuk rumah sakit: menurut Burner & Suddart dalam (Prabowo & Pranat,
2014, p. 43) pasien glomerulonephritis kronis mengeluh sakit kepala, demam, dan
nyeri panggul
c. Riwayat penyakit sekarang: menurut Burner & Suddarth dalam (Prabowo &
Pranata, 2014, p.43) pasien dengan glomerulonephritis kronis biasa mengalami
gejala hipertensi ringan sampai berat, proteinuria, hematuria, dan oliguria
d. Riwayat penyakit keluarga: Pada riwayat penyakit keluarga terdapat salah satu
anggota keluarga yang pernah mengalami hipertensi atau peningkatan kadar BUN
dan kreatinin serum (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 134)
3) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium ditandai dengan
edema dan oliguria
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet
kurang ditandai dengan ketidak mampuan memakan-makanan
c) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Triger case
Tn.A berumur 25 tahun, tanggal lahir 01 Maret 1994. Masuk RS pada tanggal 28 oktober
2019 dengan keluhan urin berwarna kemerahan dan berbusa. Tn.A tidak mempunyai masalah
ginjal sebelumnya. Tn.A mengatakan beberapa minggu yang lalu dia mengalami radang
tenggorokan lalu ia meminum beberapa antibiotic yang ia punya dari sakit radang tenggorokan
akibat stiptokokus sebelumnya, setelah itu radang tenggorokannya membaik namun dia melihat
perubahan urinnya. Ia mengatakan bahwa matanya tampak bengkak dan juga mengeluhkan mual
muntah dan tidak nafsu makan. Klien terlihat gelisah, lemas, cemas dan sesekali meneteskan air
mata. Keluarga klien mengatakan pasien tidak tau penyakit apa yang dialaminya sehingga pasie
takut meninggal. Klien pernah mengalami hipertensi 1 tahun lalu.
Temuan pemeriksaan fisik mencakup: S:37,1℃, N: 98x/mnt, RR: 18x/mnt, TD: 140/90
mmHg. BB awal 62 kg menjadi 64 kg TB 182, IMT 19,32. Edema pada wajah dan ekstremnitas,
kultur tenggorokan negative. Kesadaran : compasmentis E : 3, V : 4, M : 4. Temuan hasil lab
menunjukkan:, urinarisis menunjukkan adanya protein, sel darah merah, dan gumpalan SDM..
Hb : 9,0 gr/dl, leukosit : 7,9 ml, hematocrit: 28,6%, trombosit : 150 ml. GFR : 47,15, albumin 1,9
gr/dl.
1.1 PENGKAJIAN
a. Identitas klien :
Nama : Tn. A
Tanggal lahir : 01 Maret1994
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : gayaman
b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. T
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : PNS
MRS : 28-10-2019
Alamat : gayaman
c. Keluhan Utama : Pasien mengatakan urinnya berwarna merah dan berbusa
d. Riwayat penyakit sekarang : Tn.A mengatakan beberapa minggu yang lalu dia
mengalami radang tenggorokan lalu ia meminum beberapa antibiotic yang ia punya
dari sakit radang tenggorokan akibat stiptokokus sebelumnya, setelah itu radang
tenggorokannya membaik namun dia melihat perubahan urinnya. Tn. A
mengatakan bahwa matanya tampak bengkak dan juga mengeluhkan mual muntah
dan tidak nafsu makan
a. B1 ( Breathing ) pernafasan
RR: 18x/mnt, Inspeksi: bentuk dada simetris, palpasi: tidak ada nyeri tekan, perkusi: sonor
( paru- paru kanan dan kiri normal), auskultasi: suara nafas normal (veskuler) tidak ada
suara nafas tambahan.
b. B2 ( Blood ) kardiovaskular
Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV dan V, tampak peningkatan vena juguralis, TD:
140/90 mmHg, N: 98x/mnt, Hb: 9,0 gr/dl, leukosit : 7,9 ml, hematocrit: 28,6%, trombosit :
150 ml, albumin: 1,9gr/dl.
c. B3 ( Brain ) persyarafan
Didapatkan edema pada wajah dan ekstremitas, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik dan
mukosa mulut tidak ada peradangan, S: 37℃, Kesadaran: compasmentis E : 3, V : 4, M : 4.
d. B4 ( Bladder ) perkemihan
Urine berwarna kemerahan dan berbusa, BUN: 42 mg/dl, kreatinin serum 2,1 mg/dl,
urinalisis menunjukkan adanya protein, sel darah merah dan gumpalan sel darah merah.
e. B5 (Bowl) pencernaan
Didapatkan adanya mual muntah, serta anoreksia sehingga di dapatkan kenaikan BB dari bb
awal 62kg menjadi 64kg.
f. B6 (Bone) muskuluskeletal
Didapatkan adanya kelebihan fisik secara umum skunder dari edema tungkai dan wajah
terutama pada periobrital, dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
1.3 ANALISA DATA
Do:
Klien dan Ansietas
keluarganya
tampak cemas
Klien tampak
gelisah
Klien dan
keluarga sering
bertanya-tanya
tentang
penyakitnya
1.5 INTERVENSI
Meminimalkan rasa
takut, cemas, merasa
dalam bahaya atau
ketidaknyamanan
terhadap sesuatu yang
tidak diketahui
DAFTAR PUSTAKA
Budhi Subekti, Nike S.kp. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Mutaqin, Arif. Sari, Kumala. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Komara Yudha, Egi, S.kp.,MM. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC