Strabismus / Juling
Pre Op Post Op
Bayangan tidak jatuh Panjang otot bola Tonus otot mata tidak
pada Fovea mata tidak sama seimbang
Fovea tidak dapat Arah bola mata tidak Kontraksi otot mata
mengkoreksi sama tidak sama
bayangan yang
datang Kelainan arah bola
mata
Terjadi aniseikonia
Susunan reseptor
terganggu
Strabismus / Juling
Hubungan social
Sinyal ke otak Orientasi lingkungan menurun
terganggu menurun
Koping inefektif
Gangguan sensori Resiko cedera
penglihatan
Gangguan konsep diri
Faktor keturunan Kelainan anatomi Trauma
mata bawaan
Kelainan syaraf otot
Kelainan bentuk
Trauma pergerakan bola
bola mata
Panjang otot bola mata
mata tak sama
Bayangan yang
Tonus otot mata tidak
datang tidak sejajar
seimbang
Arah bola mata
Bayangan tidak tidak sama
jatuh pada fovea Kontraksi otot mata
tidak sama
Fovea tidak dapat
mengoreksi bayangan
Kelainan arah bola
yang datang
mata
Terjadi aniseikonia
Susunan reseptor
STRABISMUS
terganggu
Pre op
Post op
Orientasi
Kurang Sinyal ke otak Perawatan kurang
lingkungan
pengetahuan terganggu menurun efektif
Kurang pengetahuan
Hubungan
sosial menurun
Koping inefektif
G3 konsep diri
genetik Kelainan anatomi Kelainan sensoris
Ketidakseimbangan Kurang
gerakan otot mata pengetahuan
STRABISMUS
Kurang
Perasaan (-) terhadap diri sendiri pengetahuan
Tn. M usia 30 tahun datang kerumah sakit di antar istrinya mengeluh matanya sering
merasa lelah dan penglihatannya berkurang. Klien mengatakan akhir-akhir ini
dirinya susah memfokuskan penglihatannya dan klien merasa susah jika melihat
sesuatu pada jarak dekat. Keluarga mengatakan bahwa mata klien seperti juling
kedalam. Klien juga sering merasa nyeri pada mata ketika memaksakan waktu
melihat jarak dekat. Klien mengatakan malu atas penyakit yang dideritanya.
I. DATA UMUM
Nama : Tn. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : pekanbaru
Pekerjaan : Buruh Tani
Status : Sudah kawin
4 4
4 4
d. Pemeriksaan Penunjang
a. Cover test : OS bergulir ke temporal untuk memfiksasi pada saat tertutup
b. Cover Uncover Test : pada saat okluder dilepas, OS bergulir ke temporal
untuk fiksasi.
c. Hisberg test : satu refleks cahaya jatuh tepat di pinggir pupil. Besar
penyimpangan ± 15º
d. Pengindraan :
Pemeriksaan OD OS
V. DIAGNOSA
VI. INTERVENSI
1. Diagnosa : Gangguan sensori penglihatan b/d lapang pandang yang
menurun.
Tujuan :
Jangka panjang : setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak terjadi cedera yang dapat menyebabkan infeksi maupun
komplikasi penyakit.
Jangka pendek : pandangan klien tidak begitu kabur
Kriteria Hasil :
- Klien berpartisipasi dalam pengobatan
- Tidak terjadi kehilangan ketajaman penglihatan lebih lanjut
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Tidak terjadi infeksi ataupun komplikasi.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan cara mengobrol dengan klien
R/: menjalin hubungan yang meyakinkan
2) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat dengan menggunakan snellen chart
R/: perkembangan penurunan visus mata berbeda sehingga dapat
menentukan bagian mata yang ditangani lebih dulu
3) Berikan patch mata pada klien.
R/: Membantu memfokuskan pandangn klien.
4) Motivasi klien untuk latihan melihat dengan menggunakan patch mata.
R/: Membiasakan klien, membantu mengurangi derajat deviasi bola mata.
5) Observasi tanda dan gejala disorientasi
R/: dapat meningkatkan kecemasan dan resiko cedera
6) Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak dan tetes mata
R/: untuk mempertajam penglihatan dan penurunan resiko infeksi
7) Kolaborasi dalam pemberian obat medriasis (atropine, skopalamin).
R/: mempercepat penyembuhan dan memastikan ketepatan terapi.
2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan TIO
Tujuan :
Jangka panjang : setelah diakukan perawatan selama 2x24 jam TIO
berkurang sehingga nyeri terkontrol
Jangka pendek : klien menyatakan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien tampak tenang dan tidak gelisah
- Klien menyatakan nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri (1-10)
R/: membantu menentukan tindakan perawatan yang tepat
2) Anjurkan klien istirahat dalam ruangan
R/: ketenangan dapat meningkatkan kenyamanan dan waktu istirahat.
3) Posisikan fowler
R/: meningkatkan kenyamanan.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat anti nyeri (analgesik) dan pemberian
obat mual (anti emetik)
R/: mempercepat penyembuhan dan memastikan ketepatan terapi.
3. Diagnosa : Gangguan harga diri b/d perubahan fungsi dan struktur mata
Tujuan :
Jangka panjang : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan dalam
waktu 2x24 jam diharapkan klien mampu mengembalikan konsep diri
yang stabil.
Jangka pendek : klien kembali memiliki kepercayaan diri.
Kriteria Hasil :
- Klien tampak tenang dan tidak gelisah
- Klien tidak menarik diri
- Klien kembali bergaul dengan lingkungan sekitar.
Intervensi :
1) Memberikan perhatian yang lebih pada klien.
R/: Membantu mengembalikan kepercayaan diri klien
2) Tidak membiarkan klien mengisolasi diri
R/: Membantu agar klien dapat meningkatkan konsep dirinya
3) Bantu klien untuk mengekspresikan pikiran
R/: Membantu klien menyalesaikan masalah yang dialaminya.
4) Bantu klien dalam mengurangi ansietas yang ada.
R/: Dengan penurunan ansietas, klien akan merasa bebannya terkurangi
4. Diagnosa : Kurang pengetahuan b/d kurangnya pajanan informasi
Tujuan :
Jangka panjang : setelah diakukan perawatan selama 2x24 jam klien bisa
melakukan prosedur yang didinstruksikan dengan benar dan dapat
menjelaskan alasan tindakan tesebut.
Jangka pendek : klien menyatakan pemahamannya terhadap kondisi,
prognosis dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
- Melakukan instruksi / anjuran dengan benar.
- Dapat menjawab dan bertanya kepada pemberi pelayanan
- Aktif dan rutin melakukan pengobatan
- Ingat selalu akan informasi yang didapat dan dijadikan sebagai ilmu.
- Tidak melakukan pengobatan diluar nalar (seperti ke dukun, dll).
Intervensi :
1) Memberi info secara lisan pada klien dan keluarga.
R/: info lisan lebih mudah diingat dan keluarga bisa mengingatkan jika
klien lupa.
2) Diskusi dengan klien, menanyakan pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
R/: mengetahui tingkat pengetahuan da penurunan resiko menerima obat
yang dikontraindikasikan (dari tempat kebiasaanya berobat).
3) Tunjukkan cara yang benar tentang cara pemberian obat seperti tetes mata
/ salep mata. Izinkan klien mengulang tindakan.
R/: meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan
kepada klien untuk menunjukkan kompetensi dirinya.
4) Dorong klien merubah pola hidup menjadi lebih sehat.
R/: pola hidup sehat membuat hidup lebih tenang, jauh dari infeksi
tambahan dan menurnkan respon emosi.
5) Tekankan periksa rutin
R/: penting untuk mengawasi perkembangan penyakit dan kemajuan
penyembuhan, memungkinkan intervensi dini, dan mencegah kehilangan
penglihatan lebih lanjut.
5. Diagnosa : Resiko cedera b/d lapang pandang yang menurun
Tujuan :
Jangka panjang : setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak terjadi cedera (kecacatan).
Jangka pendek : klien tidak mengalami disorientasi.
Kriteria Hasil :
- Dapat mengenali sumber-sumber bahaya
- Pola hidup yang melindungi diri dari cedera
- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Intervensi :
1) Beri posisi yang nyaman bagi klien dan tidak berbahaya.
R/: memberikan kenyamanan sekaligus menurunkan resiko cedera
2) Batasi aktivitas pada area yang berbahaya dan area yang silau
R/: menekan resiko klien terjatuh / cedera karena pandangan yang kabur
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi seperti kebingungan mengenali
benda dan situasi.
R/: meningkatkan kecemasan dan resiko cedera
4) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi dengan memakai
kacamata katarak.
R/: digunakan untuk mencegah dan melindungi dari cedera kecelakaan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat.
R/: mempercepat penyembuhan dan memastikan ketepatan terapi
IMPLEMENTASI