ASUHAN KEPERAWATAN
Apendisitis
Erika Prawitasari
Maulana Yusuf efendi
Anggi Pradita Mutiara
Moh. Ali Nurohman
Putri Ayu Insani
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul ASKEP Apendisitis. Tak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penulisan karya tulis ilmiah ini dari awal sampai akhir.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi siapa
saja yang membaca karya tulis ilmiah ini. Tentunya kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya dan sebagai wahana menambah
pengetahuan serta pemikiaran. Semogah Allah SWT selalu tetap memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
PRAKATA ..................................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
Definisi ....
Klasifikasi ....
Etiologi
Manifestasi klinik
Patobiologi
...
Patofisiologi
.
Komplikasi ..
Pemeriksaan diognosa .
Penatalaksanaa..
Askep
1. Pengkajian
2. Diagnose
3. Intervensi
4. Imlpementasi dan evaluasi
A. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks).
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal. ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
Appendicitis adalah Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )
B.
Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu :
1. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena;
hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak; Adanya faekolit dalam
lumen appendiks; Adanya benda asing seperti biji bijian; Striktura lumen karena fibrosa
akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
4.
a.
b.
c.
d.
C.
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
Tergantung pada bentuk appendiks
Appendiks yang terlalu panjang
Messo appendiks yang pendek
Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
Kelainan katup di pangkal appendiks
Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari Mual, muntah dan
nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut
sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa
mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika ditekan pada daerah ini,
penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah
tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
D.
Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen
appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid). Obsrtuksi apendiks itu
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang
terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika
serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu
torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus. Mukus yang
terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran
vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul
alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah
akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan
ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan
tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan
tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh
darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat ,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing . proses inflamasi
ini meningkatkan tekanan intraluminal , menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar
hebat secara progresif , dalam beberapa jam , terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari
abdomen . akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E.
Komplikasi
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan
oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai
apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih
aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tandatanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang
telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada
tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil
normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).
Pemeriksaan fisik.
1. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).
2. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari
diagnosis apendisitis akut.
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggitinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi
adanya radang usus buntu.
6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di
rongga pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum
akan lebih menonjol
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel
darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang
membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu
dalam penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT
scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen
foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri.Kuadran kanan bawah abdomen
dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas
yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak
diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat obatan seperti
laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
2. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah
keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
3. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika appendicitis telah
mengalami perforasi.
Konsep Keparawatan
Pengkajian
1. Identitas klien
Nama pasien
: Ny,N
Umur
: 48 th
Jenis kelamin
: perempuan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: swata
Status perkawinan
: menikah
Agama
: islam
Alamat
: Perum GGM blok S banyuwangi
- Penanggung
1. Nama penanggung
: Rizkita putra nursusanto
2. Umur
: 54 th
3. Pekerjaan
: swasta
4. Alamat
: Perum GGM blok S banyuwangi
Pemeriksaan Fisik
. Head to toe :
- Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala
- Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
- Mata
Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa sclera
- Hidung
- Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
- Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya penimbunan cairan diperut
- Genitalia
Inspeksi
bentuk
alat
kelamin,distribusi
kelamin,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
- Integumen
Inspeksi : warna kulit,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada kulit
- Ekstremitas
Atas :
Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot
Bawah :
Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot
rambut
kelamin,warna
rambut
Masalah
Etiologi
Nyeri
Kurangnya pengetahuan
tentang proses
penyakitnya
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
berkurangnya volume
cairan
distensi jaringan
intestinal.
tidak
adekuatnya
pertahanan tubuh.
informasi kurang
i ntake menurun
Diagnosa keperawatan
1. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan
muntah.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun
Intervensi Keperawatan
N
o
Diagnosa
Keperawatan
Volume cairan
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan mual dan
muntah.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam volume
cairan menjadi
normal,
mual,muntah
berkurang,pans
turun.
DS.
Pasien
mengatakan
tidak
mengalami
mual,
muntah dan haluaran
urine normal
1.hubungan
saling percaya
antara perawat
dan pasien
2. Merupakan
indicator secara
dini tentang
hypovolemia.
3. Menurunnya
out put dan
konsentrasi urine
akan
meningkatkan
kepekaan/endapa
n sebagai salah
satu kesan
adanya dehidrasi
dan
membutuhkan
peningkatan
cairan.
4. untuk
mendeteksi
pergerakn usus
DO. BB normal,
intake
cairan
normal,
Volume
cairan cukup dari
kebutuhan, Bising
usus normal, perut
normal, nyeri tekan
hilang, turgor kulit
baik, haluaran urine
adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
5. Untuk
meminimalkan
hilangnya cairan.
6. agar suhu
tubuh tuuru
II
Nyeri
berhubungan
dengan distensi
jaringan
intestinal
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam rasa nyeri
hilang
DS. Pasien
mengatakan mampu
tidur/ istirahat
dengan nyaman.
III
Resiko
terjadinya
infeksi
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
pertahanan
tubuh.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam diharapkan
tidak akan
terjadi infeksi
DS.pasien
mengatakan tidak
ada tanda-tanda
infeksi
1. Untuk
mengetahui
sejauh mana
tingkat nyeri dan
merupakan
indiaktor secara
dini untuk dapat
memberikan
tindakan
selanjutnya.
2. Pernapasan
yang dalam dapat
menghirup O2
secara adekuat
sehingga otototot menjadi
relaksasi
sehingga dapat
mengurangi rasa
nyeri
3.untuk
mengalihkan
perhatian nyeri
4. Sebagai
profilaksis untuk
dapat
menghilangkan
rasa nyeri
(apabila sudah
mengetahui
gejala pasti).
1. Bersihkan
1. Pengukuran
lapangan operasi dari dengan arah yang
beberapa organisme
berlawanan
yang mungkin ada
tumbuhnya
melalui prinsiprambut akan
prinsip pencukuran.
mencapai ke
2. Beri obat pencahar dasar rambut,
sehari sebelum
sehingga benaroperasi dan dengan
benar bersih
melakukan klisma.
dapat terhindar
3. Anjurkan klien
dari pertumbuhan
mandi dengan
mikro organisme.
sempurna.
2. 2.Obat pencahar
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
4. anjurkan tentang
pentingnya
kebersihan diri klien.
dapat
merangsang
peristaltic
usus
sehingga
bab
dapat
lancar.
Sedangkan
klisma
dapat
merangsang
peristaltic
lebih
sehingga
yang
tinggi,
dapat
mengakibatkan
ruptura apendiks.
IV
kurangnya
Setelah
dilakukan
pengetahuan
operasi Klien
tentang proses
akan dapat
penyakitnya
memahami
manfaat
berhubungan
perawatan post
dengan
operatif dan
informasi
pengobatannya.
kurang.
DS. Pasien
mengatakan dapat
memahami
perawatan maupun
pengobatannya post
Operasi
yang
digunakan
akan
setelah
operasi.
2.
DO. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
latihan-
Menganjurkan
aktivitas
yang
setelah
3. Kulit yang
bersih
mempunyai arti
yang besar
terhadap
timbulnya mikro
organisme.
1. Klien dapat
memahami dan
dapat
merencanakan
serta dapat
melaksanakan
setelah operasi,
sehingga dapat
mengembalikan
fungsi-fungsi
optimal alat-alat
tubuh.
2. Mencegah luka
baring dan dapat
3.
Disukusikan mempercepat
kebersihan
insisi penyembuhan.
yang
pembatasan
Nutrisi
kurang Setelah
dari kebutuhan dilakukan
tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
intake Kebutuhan
nutrisi klien
menurun
terpenuhi
DS.klien
mengatakan
Kebutuhannya
terpenuhi
DO. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
No
diagnosa
25-082016
Pkl.07.00
25-082016
Pkl.11.00
II
implementasi
Evaluasi
S : Pasien mengatakan
tidak mengalami mual,
muntah dan haluaran
urine normal
O :BB normal, intake
cairan normal, Volume
cairan
cukup
dari
kebutuhan, Bising usus
normal, perut normal,
nyeri tekan hilang,
turgor
kulit
baik,
haluaran urine adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
S. Pasien mengatakan
mampu tidur/ istirahat
dengan nyaman.
25-082016
Pkl.15.00
25-082016
Pkl.19.00
III
IV
turgor
kulit
baik,
haluaran urine adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
S.pasien mengatakan
tidak ada tanda-tanda
infeksi
O. T = 120/80
N = 100x/menit
melaksanakannya
S = 37 oC
3. mendiskusikan kebersihan insisi yang meliputi RR = 24x
k/u. normal
pergantian verband, pembatasan mandi, dan
A : masalah sudah
penyembuhan latihan.
teratasi
P : intervensi
R R/pasien kooperatif terhadap informasi diskusi
dihentikan
tersebut
R/pasien
bersedia
menerima
anjuran
dan
baik
mengkonsultasikan
kesukaan/ketidaksukaan
pasien
tetang
yang
O. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
menyebabkan distres.
R/respon pasien baik saat konsultasi
Memberi makanan yang bervariasi
R/pasien merasa senang
DAFTAR PUSTAKA
.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.