Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
Apendisitis

Disusun Oleh Kelompok 4


1.
2.
3.
4.
5.

Erika Prawitasari
Maulana Yusuf efendi
Anggi Pradita Mutiara
Moh. Ali Nurohman
Putri Ayu Insani

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Banyuwangi
2011

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul ASKEP Apendisitis. Tak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penulisan karya tulis ilmiah ini dari awal sampai akhir.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi siapa
saja yang membaca karya tulis ilmiah ini. Tentunya kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya dan sebagai wahana menambah
pengetahuan serta pemikiaran. Semogah Allah SWT selalu tetap memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin.

Banyuwangi, 28 agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL

PRAKATA ..................................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

Definisi ....
Klasifikasi ....
Etiologi
Manifestasi klinik
Patobiologi

...
Patofisiologi

.
Komplikasi ..
Pemeriksaan diognosa .
Penatalaksanaa..
Askep
1. Pengkajian
2. Diagnose
3. Intervensi
4. Imlpementasi dan evaluasi

A. Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks).
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal. ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
Appendicitis adalah Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :


Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul struktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk
nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul struktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi)
yang melekat sepertiga jari. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah
anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan
ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak
pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan
dengan pusat. Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan
bersifat basa mengandung amilase dan musin. Posisi apendiks. Laterosekal: di lateral kolon
asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar
yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue) yang terdapat disepanjang
saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system
imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah
disaluran cerna dan seluruh tubuh.

B.

Etiologi

Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu :
1. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena;
hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak; Adanya faekolit dalam
lumen appendiks; Adanya benda asing seperti biji bijian; Striktura lumen karena fibrosa
akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
4.
a.
b.
c.
d.

C.

dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
Tergantung pada bentuk appendiks
Appendiks yang terlalu panjang
Messo appendiks yang pendek
Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
Kelainan katup di pangkal appendiks

Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari Mual, muntah dan
nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut
sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa
mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika ditekan pada daerah ini,
penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah
tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

D.

Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen
appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid). Obsrtuksi apendiks itu
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang
terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika
serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu
torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus. Mukus yang
terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran

vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul
alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah
akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan
ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan
tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan
tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh
darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat ,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing . proses inflamasi
ini meningkatkan tekanan intraluminal , menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar
hebat secara progresif , dalam beberapa jam , terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari
abdomen . akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

E.

Komplikasi

Beberpa komplikasi yang dapat terjadi :


1. Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi
appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi,
nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan
dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena
ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997).
2. Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari
apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi,
oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen
tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang (Price dan Wilson, 2006).
3. Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan
oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai
apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih
aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tandatanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang
telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada
tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil
normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).

Pemeriksaan Diagnosa Penyakit


Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology:

Pemeriksaan fisik.
1. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).
2. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari
diagnosis apendisitis akut.
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggitinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi
adanya radang usus buntu.
6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di
rongga pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum
akan lebih menonjol
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel
darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang
membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu
dalam penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT
scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen
foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.

F. Penatalaksanaan
1. Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri.Kuadran kanan bawah abdomen
dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas
yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak
diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat obatan seperti
laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
2. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah
keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
3. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika appendicitis telah
mengalami perforasi.

Konsep Keparawatan
Pengkajian

1. Identitas klien
Nama pasien
: Ny,N
Umur
: 48 th
Jenis kelamin
: perempuan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: swata
Status perkawinan
: menikah
Agama
: islam
Alamat
: Perum GGM blok S banyuwangi
- Penanggung
1. Nama penanggung
: Rizkita putra nursusanto
2. Umur
: 54 th
3. Pekerjaan
: swasta
4. Alamat
: Perum GGM blok S banyuwangi

2. Keluhan utama klien Implementasi


Klien mengatakan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di
pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terusmenerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.

3. Riwayat kesehatan dahulu:


Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit yang
sama.
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit appendisitis.
5. Riwayat kesehatan lingkungan:
Pasien mengatakan lingkungan tempat tinggal cukup bersih.

4. Pola Fungsi kesehatan


Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Nutrisi/metabolic
Pola eliminasi
Pola aktivitas dan latihan
Oksigenasi
Pola tidur dan istirahat
Pola kognitif-perseptual
Pola persepsi diri/konsep diri
Pola seksual dan reproduksi
Pola peran-hubungan
Pola manajemen koping stress
Pola keyakinan

Pemeriksaan Fisik
. Head to toe :
- Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala
- Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
- Mata
Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa sclera
- Hidung

Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret


Dipalpasi : nyeri tekan pada hidung
- Mulut
Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi
-

Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi


Leher
Inspeksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
Palpasi : nyeri tekan pada leher.

- Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
- Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya penimbunan cairan diperut
- Genitalia
Inspeksi

bentuk

alat

kelamin,distribusi

kelamin,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
- Integumen
Inspeksi : warna kulit,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada kulit
- Ekstremitas
Atas :
Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot
Bawah :
Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot

rambut

kelamin,warna

rambut

Asuhan keperawatan ( Askep )


Analisa data
Pengumpulan Data

Masalah

Etiologi

DS. Pasien mengeluh


mual,muntah dan nyeri pada perut
bawah bagian kanan

Mual dan muntah

Nyeri

DO. BB menurun, intake cairan


menurun, Volume cairan kurang
dari kebutuhan, Bising usus
meningkat, perut kembung, Nyeri
tekan,turgor
kulit
tidak
stabil,haluaran urine tidak stabil
T = 100/60
N = 112
S = 39 oC
RR = 25x
k/u. lemah

Resiko terjadinya infeksi

Kurangnya pengetahuan
tentang proses
penyakitnya
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

berkurangnya volume
cairan
distensi jaringan
intestinal.
tidak
adekuatnya
pertahanan tubuh.
informasi kurang

i ntake menurun

Diagnosa keperawatan
1. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan
muntah.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun

Intervensi Keperawatan
N
o

Diagnosa
Keperawatan

Volume cairan
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan mual dan
muntah.

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam volume
cairan menjadi
normal,
mual,muntah
berkurang,pans
turun.

DS.
Pasien
mengatakan
tidak
mengalami
mual,
muntah dan haluaran
urine normal

1.bina hub. Saling


percaya
2. kaji tanda2 vital
3. Monitor intake
dan out put dan
konsentrasi urine
4. Auskultasi bising
usus. tata kelancaran
flatus, gerakan usus.
5. Beriakn cairan IV
dan
elektrolit
u/Tanda
yang
membantu
mengidentifikasi
fluktuasi
volume
intravaskuler.
6. lakukan kompres

1.hubungan
saling percaya
antara perawat
dan pasien
2. Merupakan
indicator secara
dini tentang
hypovolemia.
3. Menurunnya
out put dan
konsentrasi urine
akan
meningkatkan
kepekaan/endapa
n sebagai salah
satu kesan
adanya dehidrasi
dan
membutuhkan
peningkatan
cairan.
4. untuk
mendeteksi
pergerakn usus

DO. BB normal,
intake
cairan
normal,
Volume
cairan cukup dari
kebutuhan, Bising
usus normal, perut
normal, nyeri tekan
hilang, turgor kulit
baik, haluaran urine
adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal

5. Untuk
meminimalkan
hilangnya cairan.
6. agar suhu
tubuh tuuru

II

Nyeri
berhubungan
dengan distensi
jaringan
intestinal

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam rasa nyeri
hilang

DS. Pasien
mengatakan mampu
tidur/ istirahat
dengan nyaman.

1. Kaji tingkat nyeri,


lokasi dan
karasteristik nyeri.
2.Anjurkan
pernapasan dalam
DO. nyeri tekan 3. Berikan aktivitas
hilang, turgor kulit hiburan Focus
baik, haluaran urine perhatian
adekuat
4. Berikan anlgesik
T = 120/80
sesuai indikasi
N = 100x/menit
.
o
S = 37 C
RR = 24x
k/u. normal

III

Resiko
terjadinya
infeksi
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
pertahanan
tubuh.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam diharapkan
tidak akan
terjadi infeksi

DS.pasien
mengatakan tidak
ada tanda-tanda
infeksi

DO. Pasien Tidak


ada tanda-tanda
infeksi post operatif
(tidak lagi panas,
kemerahan).
T = 120/80
N = 100x/menit

1. Untuk
mengetahui
sejauh mana
tingkat nyeri dan
merupakan
indiaktor secara
dini untuk dapat
memberikan
tindakan
selanjutnya.
2. Pernapasan
yang dalam dapat
menghirup O2
secara adekuat
sehingga otototot menjadi
relaksasi
sehingga dapat
mengurangi rasa
nyeri
3.untuk
mengalihkan
perhatian nyeri
4. Sebagai
profilaksis untuk
dapat
menghilangkan
rasa nyeri
(apabila sudah
mengetahui
gejala pasti).
1. Bersihkan
1. Pengukuran
lapangan operasi dari dengan arah yang
beberapa organisme
berlawanan
yang mungkin ada
tumbuhnya
melalui prinsiprambut akan
prinsip pencukuran.
mencapai ke
2. Beri obat pencahar dasar rambut,
sehari sebelum
sehingga benaroperasi dan dengan
benar bersih
melakukan klisma.
dapat terhindar
3. Anjurkan klien
dari pertumbuhan
mandi dengan
mikro organisme.
sempurna.
2. 2.Obat pencahar

S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal

4. anjurkan tentang
pentingnya
kebersihan diri klien.

dapat
merangsang
peristaltic

usus

sehingga

bab

dapat

lancar.

Sedangkan
klisma

dapat

merangsang
peristaltic
lebih
sehingga

yang
tinggi,
dapat

mengakibatkan
ruptura apendiks.

IV

kurangnya

Setelah
dilakukan
pengetahuan
operasi Klien
tentang proses
akan dapat
penyakitnya
memahami
manfaat
berhubungan
perawatan post
dengan
operatif dan
informasi
pengobatannya.
kurang.

DS. Pasien
mengatakan dapat
memahami
perawatan maupun
pengobatannya post
Operasi

1.Jelaskan pada klien


tentang
latihan

yang

digunakan

akan
setelah

operasi.
2.

DO. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal

latihan-

Menganjurkan

aktivitas

yang

progresif dan sabar


menghadapi periode
istirahat
operasi.
3.

setelah

3. Kulit yang
bersih
mempunyai arti
yang besar
terhadap
timbulnya mikro
organisme.
1. Klien dapat
memahami dan
dapat
merencanakan
serta dapat
melaksanakan
setelah operasi,
sehingga dapat
mengembalikan
fungsi-fungsi
optimal alat-alat
tubuh.
2. Mencegah luka
baring dan dapat

3.

Disukusikan mempercepat
kebersihan
insisi penyembuhan.
yang

meliputi 3. Mengerti dan


pergantian verband, mau bekerja

pembatasan

mandi, sama melalui


dan
penyembuhan teraupeutik dapat
mempercepat
latihan.
proses
penyembuhan.

Nutrisi

kurang Setelah
dari kebutuhan dilakukan
tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
intake Kebutuhan
nutrisi klien
menurun
terpenuhi

DS.klien
mengatakan
Kebutuhannya
terpenuhi
DO. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal

1. Kaji sejauh mana 1. menganalisa


penyebab
ketidakadekuatan
melaksanakan
nutrisi klien
intervensi
2. Timbang berat 2. Mengawasi
badan sesuai indikasi keefektifan
secara diet
3.
3.
Anjurkan
3. Mulut yang
kebersihan
oral bersih
meningkatkan
sebelum makan
nafsu maka
4. Konsul tetang
4. Melibatkan
kesukaan/ketidaksuk pasien dalam
aan pasien yang perencanaan,
memampukan
menyebabkan
pasien memiliki
distres.
rasa kontrol dan
5. Memberi makanan mendorong untuk
makan
yang bervariasi
5. Makanan yang
bervariasi dapat
meningkatkan
nafsu makan
klien.

Catatan Perkembangan dan Evaluasi


Tanggal
/jam

No
diagnosa

25-082016
Pkl.07.00

25-082016
Pkl.11.00

II

implementasi

Evaluasi

membina hub. Saling percaya


R/ pasien sangat kooperatif dengan perawat
mengkaji tanda2 vital
R/ pasien sangat kooperatif dengan tindakan yang
dilakukan perawat
memonitor intake dan out put dan konsentrasi
urine
R/pasien kooperatif dengan tindakan yang
dilakukan oleh perawat
mengauskultasi bising usus. tata kelancaran
flatus, gerakan usus.
R/pasien kooperatif saat tindakan dilakukan
memberiakn cairan IV dan elektrolit u/Tanda
yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler.
R/ekspresi wajah pasien menyeringai saat
tindakan pemberian cairan IV
Melakukan kompres
R/pasien kooperatif

S : Pasien mengatakan
tidak mengalami mual,
muntah dan haluaran
urine normal
O :BB normal, intake
cairan normal, Volume
cairan
cukup
dari
kebutuhan, Bising usus
normal, perut normal,
nyeri tekan hilang,
turgor
kulit
baik,
haluaran urine adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
S. Pasien mengatakan
mampu tidur/ istirahat
dengan nyaman.

Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik


nyeri.
R/pasien kooperatif dengan tindakan yang
dilakukan
Menganjurkan pernapasan dalam

O. nyeri tekan hilang,

R/pasien melakukan sesuai dengan anjuran


perawat
Memberikan aktivitas hiburan Focus perhatian
R/pasien merasa senang
Memberikan analgesik sesuai indikasi
R/pasien kooperatif saat pemberian analgesik

25-082016
Pkl.15.00

25-082016
Pkl.19.00

III

IV

Membersihkan lapangan operasi dari beberapa


organisme yang mungkin ada melalui prinsipprinsip pencukuran.
R/pasien kooperatif terhadap tindakan
memberi obat pencahar sehari sebelum operasi
dan dengan melakukan klisma
R/pasien bersedia untuk menerima obat pencahar
dan mau melakukan klisma
menganjurkan klien mandi dengan sempurna
R/pasien bersedia mandi sesuai anjuran
Menganjurkan tentang pentingnya kebersihan diri
klien
R/respon pasien baik

turgor
kulit
baik,
haluaran urine adekuat
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
S.pasien mengatakan
tidak ada tanda-tanda
infeksi

O. Pasien Tidak ada


tanda-tanda infeksi post
operatif (tidak lagi
panas, kemerahan).
T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
Menjelaskan pada klien tentang latihan-latihan S. Pasien mengatakan
dapat memahami
yang akan digunakan setelah operasi.
perawatan maupun
R/respon pasien baik dan kooperatif
pengobatannya post
Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar Operasi
menghadapi periode istirahat setelah operasi.

O. T = 120/80
N = 100x/menit
melaksanakannya
S = 37 oC
3. mendiskusikan kebersihan insisi yang meliputi RR = 24x
k/u. normal
pergantian verband, pembatasan mandi, dan
A : masalah sudah
penyembuhan latihan.
teratasi
P : intervensi
R R/pasien kooperatif terhadap informasi diskusi
dihentikan
tersebut
R/pasien

bersedia

menerima

anjuran

dan

Mengkaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi S.klien mengatakan


Kebutuhannya
klien
terpenuhi
R/respon pasien baik
Menimbang berat badan sesuai indikasi
R/pasien melakukan penimbangan berat badan
sesuai dengan anjuran
3. menganjurkan kebersihan oral sebelum makan
R/pasien melaksanakan anjuran yang diberikan
dengan

baik

mengkonsultasikan

kesukaan/ketidaksukaan

pasien

tetang
yang

O. T = 120/80
N = 100x/menit
S = 37 oC
RR = 24x
k/u. normal
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan

menyebabkan distres.
R/respon pasien baik saat konsultasi
Memberi makanan yang bervariasi
R/pasien merasa senang

DAFTAR PUSTAKA
.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai