ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
YOLANDA SUKARMA
Kelompok J
Dosen Pembimbing:
1. Ns. Dewi Murni, M.Kep
2. Ns. Ilfa Khairina, M.Kep
6. Penghisapan (Suction)
Adalah suatu tindakan untuk menghisap sekresi yang telah dikeluarkan
dengan menggunakan alat penghisap (suction) dengan tekanan 50-60
mmHg.
Tujuan:
1. Untuk mengeluarkan lendir yang menyumbat saluran nafas
2. Untuk menyediakan jalan nafas yang paten
3. Untuk memfasilitasi atau memperbaiki ventilasi
4. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
5. Untuk memperoleh lendir demi tujuan diagnostik
6. Untuk mencegah infeksi yang diakibatkan oleh penumpukan lendir
Indikasi:
1. Klien dengan batuk tidak efektif
2. Klien koma atau semi koma
3. Klien yang mengalami kerusakan fungsi paru
Aliran FiO2
Oksigen (%)
(lpm)
1 21-24%
2 23-28%
3 27-34%
4 31-38%
5-6 32-44%
2) Indikasi :
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau
tidak sesak).
3) Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau
rendah, biasanya hanya 1–6 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 40 %.
4) Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
5) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
6) Persiapan Alat dan Bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
7) Prosedur Kerja :
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan
kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker dengan aliran oksigen
1-6 lpm
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan
telinga, setelah itu
8. Berikan lubrikan dan masukkan.
9. Catat pemberian dan lakukan observasi.
10. Cuci tangan setelah melakukan prosdur
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan
konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kanul.(Suparmi, 2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan
aliran 5-6 liter/ menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Gambar . Pemberian oksigen dengan Non Rebreathing
Mask
Kecepatan Fi
aliran O2
5-6 L/mnt 0,4
0
6-7 L/mnt 0,5
0
7-8 L/mnt 0.6
0
Kelebihan simple face mask
1) Sederhana, ringan
2) Bisa dilengkapi dengan pelembab udara
3) Mampu menghasilkan FiO2 sampai 0,6
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
Pernah mengalami batuk dengan sputum
Pernah mengalami nyeri dada
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya
gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan
perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis
(karena hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
d. Dada
Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan
aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernafsan)
Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan)
Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial)
Suara nafas tidak normal
Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
pernafasan normal
pernafasan cepat
pernafasan lambat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
penumpukan sekret/ banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan
nafas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,
hipoventilasi, Kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Perencanaan
o Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas NOC NIC
tidak efektif b/d Status pernafasan Manjemen jalan nafas
sekresi yang tertahan kepatenan jalan 1. Posisikan
Batasan karakteristik nafas pasien untyk
1. Batuk yang memaksimalka
tidak efektif Kriyeria hasil: n ventilasi
2. Dyspnea 1. Frekuensi 2. Identifikasi
3. Perubahan pernafasan kebutuhan
frekuensi nafas dalam bata actual/
4. Perubahan pola normal potensial
nafas 2. Irama pasien untuk
5. Suara nafas pernafasan memaksukkan
tambahan normal alat bantu
Factor yang 3. Pernafasan jalan nafas
berhubungan cuping 3. Monitor ststus
1. Mucus yang hidung pernafasan
tertahan tidak ada 4. Auskultasi
2. Mucus 4. Akumulasi suara nafas
berlebih sputum 5. Anjurkan
3. Adanya jalan psien untuk
nafas buatan istirahat dan
4. Eksudat dalam nafas dalam
alveoli 6. Posisikan
5. Spasme jalan pasien untuk
nafas memksimalak
n ventilasi
7. Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu
8. Keluarkan
secret dengan
atau suction
2 Gangguan pertukaran Status respirasi: Terapi oksigen
gas b/d perubahan Pertukaran gas 1. Pertahankan
membrane alveolar- Indicator: jalan nafas
kapiler a. Tekanan yang paten
Batasan karakteristik: parsial 2. Atur peralatan
a) Diaphohoresis oksigen oksigenasi
b) Dyspnea dalam darah 3. Monitor aliran
c) Gas darah arteri oksigen
arteri abnormal (paCO2) 4. Pertahankan
d) Gelisah normal posisi pasien
e) Hiperkapnoia b. Tekanan 5. Observasi
f) hipoksemia parsial tanda
g) Hipoksia karbondioks hipoventilasi
h) Nafas cuping ida dalam 6. Monitor
hidung arteri adanya
i) Penurunan normal kecemasan
karbondioksida c. PH arteri padapasien
j) PH atreri dalam batas terhadap
abnormal normal oksigenasi
k) Pola d. Saturasi
pernafasan oksigen Monitoring respirasi:
abnormal niramal 1. Monitor
e. Dispnoe frekuensi,
pada saat irama,
istrahat kedalaman,
tidak ada dan kekuatan
f. Sianosis respuirasi
tidak ada 2. Perhatiakan
gerakan dan
kesimetrisan
menggunakan
otot bntu dan
adanya retraksi
otot intercostal
dan
supraklafikular
3. Auskultasi
bunyi nafas,
catat adanya
suara nafas
tambahan
4. Monitor pola
nafas
5. Monitor
adanya
dyspnea dan
hal yang
meningkatkan
atau
memperburuk
6. Monitor
perubahan
PaO2 dn SaO2
monitor respirasi:
1. monitor
frekuensi
irama,
kedalaman dan
kekuatan
respirasi
2. perhatikan
gerakan dan
kesimetrisan
3. menggunakan
otot bantu,
adanya retraksi
otot intercostal
dan
supraklivicular
4. auskultasi
bunyi nafas,
5. monitor
perubahan
adanya
Dispnea dan
hal yang
mneingkatkan
atau
memperburuk
6. monitor
perubahan
paO2 dan
SaO2
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Jenis-jenis tindakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai
berikut;
1. Secara mandiri ( Independent)
Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalahnya.
2. Saling ketergantungan (Interdependent)
Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama tim keperawatan dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisiotherapi dan lain-lain.
3. Rujukan ketergantungan ( Dependent)
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lainnya, seperti
dokter, ahli gizi dan lain sebagainya.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Prabowo, 2014) evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SMART,
sebagai berikut
S: Specific
(Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan artiganda)
M : Measurable
(Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien; dapat di
lihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau )
A : Achieveble
(Tujuan harus di capai )
R: Reasonable
(Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah )
T: Time
(Tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktuyang ditentukan )
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
1. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
3. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
4. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru. Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat
melihat perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada
evaluasi sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan
yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan
self-reinforcement (Prabowo, 2014).
BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang mahasiswa perawat, Ners muda B melakukan pengkajian kepada pasien.
Tn.A usia 43 Th dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas.
Ners B melakukan pengkajian dan mendapatkan data sebagai berikut:
a. Pasien mengatakan sesak nafas
a. Riwayat Keperawatan
• Alasan masuk
pasien mengatakan pasien sejak tadi pagi sesak nafas, badan nya
terasa lemah dan sudah 2 hari ini batuk berdahak. Saat batuk klien
mengeluarkan dahak.
o Keluhan utama
Pasien sesak nafas
batuk berdahak
Ronki positif
P: Penyebab
Q: Quantitas/qualitas
R: Range
S: Skala
5
T: Timing
pembengkakan,
tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, mukosa
- Thoraks
1. Paru
inspeksi : simetris kiri dan kanan, adanya tarikan
dinding dada
perkusi : sonor
2. Jantung
3. Abdomen
luka operasi
tekan
- Ekstremitas
oedema
otot 5
laboratorium
- Ph : 7,35
- PCO2 : 46 mmHg
- PO2 : 80 mmHg
- HCO3 : 20 mEq/Dl
2. Diagnosa Keperawatan
2. - Pasien mengatakan - Pasien terlihat menggunakan otot Ketidak efektifan pola nafas b/d keletihan otot
nafasnya sesak. bantu pernafasan. pernapasan
3. Intervensi Keperawatan
-
-
3 00030 0402 3320
Gangguan pertukaran gas Status pernafasan: Pertukaran Gas Terapi oksigen
Definisi : Kelebihan atau Defenisi: pertukaran karbondioksida dan Defenisi: pemberian oksigen dan
kekurangan dalam oksigen di alveoli untuk mempertahankan pemantauan mengenai efektivitasnya.
oksigenasi dan atau konsentrasi darah arteri. Aktivitas-aktivitas:
pengeluaran karbondioksida Skala outcome: 1= berat 1. Pertahankam jalan napas yang paten
di dalam membran kapiler 2= tidak ada 2. Atur peralatan oksigenasi
alveoli Indikator : 3. Monitor aliran oksigen
a. Tekanan parsial oksigen dalam darah 4. Pertahankan posisi pasien dan gunakan
Batasan karakteristik : arteri (PO2) normal terapi oksigen yang sesuai
- Penurunan CO2 b. Tekanan parsial karbon dioksida dalam 5. Observasi tanda hipoventilasi
- Takikardi arteri (PaCO2) normal 6. Monitor adanya kecemasan pada pasien
- Hiperkapnia c. PH arteri dalam batas normal terhadap oksigenasi
- Keletihan d. Saturasi oksigen normal
- Dyspnoe e. Disonea pada saat istirhat tidak ada 3350
- AGD Normal f. Sianosis tidak ada Monitor Pernafasan
- Warna kulit abnormal Defenisi: sekumpulan data dan analisis
(pucat, kehitaman) keadaan pasien untuk memastikan
- Hipoksemia kepatenan jalan nafasdan kecukupan
- Hiperkarbia pertukaran gas.
- Sakit kepala ketika bangun Aktivitas – Aktivitas:
- Frekuensi dan kedalaman 1. monitor ada atau tidak pergerakan
nafas abnormal dinding dada
2. monitor ada adtau tidak suara nafas
Faktor faktor yang tambahan
berhubungan : 3. monitor pola nafas
- Ketidakseimbangan perfusi 4. monitor keluhan sesak nafas klien
ventilasi
- Perubahan membran kapiler-
alveolar
Tanggal
1 1. Memposisikan pasien semi S: klien telah melakukan nafas dalam dan batuk
fowler efekttif.
2. Mengajarkan Pasien Batuk
efektif M: klien tampak sedikit rileks, dan tidak terlalu
3. Memberi obat dengan terapi sesak
nebulizer
4. Tetap posisikan pasien semi A: posisikan pasien semi fowler, ukur TTV dan
fowler monitor kebersihan jalan nafasnya
T:2-3 hari
2 1. Observasi irama, adanya cuping S: klien telah melakukan nafas dalam dan batuk
hidung, penggunaan otot bantu efekttif.
nafas
2. Memposisikan pasien semi M: klien tampak sedikit rileks, dan tidak terlalu
fowler sesak
3. Observasi teknik nafas dalam
dan batuk efektif A: posisikan pasien semi fowler, ukut TTV
4. Mengobservasi hasil TTV
-TTV R: harus nya sudah tidak ada lagi suara nafas
tambahan dan sesak
TD : 130/80 mmHg
N : 65x/menit T:2 hari
RR : 28x/menit
Suhu : 38℃
T:2-3 hari
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada pembahsan kasus ini Ners muda yang melakukan asuhan keperawatn
evaluasi keperawatan,
Pada pengkajian identitas klien meliputi nama, umur dan ruang yaitu Tn.A
43 tahun dirawat diruang penyakit dalam RS X dengan jenis kelamin laki- laki.
Hasil pengkajian pada keluhan utama yaitu pasien mengatakan sesak nafas dan
hidung, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, batuk dan saat
2. Diagnosa Keperawatan
3 diagnosa pada kasus yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekresi yang tertahan, dan ketidak efektifan pola nafas berhubungan
dengan keletihan otot pernapasan, gangguan pertukaran gas berhubungan
Diagnosa pertama pada pada kedua kasus yaitu Ketidak efektifan bersih
produksi sputum, sesak nafas, penggunnaan otot bantu napas dan peningkatan
tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dam
membran alveolar dan kapiler yang mana akan terjadi hipoksemia. Hal ini
sejalan dengan teori potter and perry (2018) Hipoksemia merupakan keadaan di
mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (Pa O2) atau
O2 95%). Pada dewasa, anak, dan bayi, Pa O2 <60 mmHg atau Sa O2 <90%.
Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilas, perfusi, difusi, pirau (shunt),
atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaa hipoksemia, tubuh
nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas
Diagnosa ketiga pada kedua kasus yaitu Ketidak efektifan pola nafas
berhubungan dengan keletihan otot pernapasan Hal ini sesuai dengan batasan
kebutuhan yang terpenting dan yang pertama dalam kebutuhan dasar manusia.
Jika masalah pemenuhan kebutuhan oksigen ini teratasi maka masalah lain juga
3. Intervensi Keperawatan
tertahan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa Ketidak efektifan
bersih jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan dengan tujuan
dari nafas dalam dan teknik batuk efektif dan pasien mampu memperagakan
teknik nafas dalam dan batuk efektif serta keluarga dapat mengerti dilakukan
tujuan dari pemberian terapi oksigen dan teknik relaksasi dan pasien mampu
oksigen dalam batas normal dan hasil analisa gas darah lainnya dalam rentang
normal. Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC
4. Implementasi keperawatan
Memberi obat dengan nebulizer ambroxol, Tetap posisikan pasien semi fowler,
Observasi irama, adanya cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas,
130/80 mmHgS: 38℃. Teknik relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam
5. Evaluasi keperawatan
didapatkan hasil Pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar, Pasien tampak
Tetap posisikan pasien semi fowler, melakaukan latihan nafas dalam dan batuk
efektif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
oksigen.
B. Saran
ini kami buat semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik yang
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik dengan sifat
ini.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. M., windarwati, H. D., Prawirowiyono, A.,
& Subu, M. A. (2015-2017 EDISI 10). DIAGNOSIS KEPERAWATAN. 2015.