Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada “ Tn.A “ Dengan Masalah KebutuhanOksigenasi

Keperawatan Dasar Klinik

Oleh:
YOLANDA SUKARMA
Kelompok J

Dosen Pembimbing:
1. Ns. Dewi Murni, M.Kep
2. Ns. Ilfa Khairina, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh.
Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari
peranan fungsi sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai
kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa
keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi,
bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi
dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau
gangguan oksigenasi.
Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga
oksigen menjadi salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan dalam
kehidupan. Kebutuhan akan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi
karena bila kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang berarti bagi
tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan
perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut terpenuhi
dengan baik. Dlam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan oksigen juga
menjadi slah satu tugas perawat tersendiri, oleh sebab itu perawat harus
paham dengan maifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta
mampu mngatasi berbagaim masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan oksigen. (Potter dan Perry, 2013).
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernafasan secara fungsional. Apabila terjadi gangguan pada salah satu
sistem organ pernafsan maka kebutukan akan oksigen menjadi terganggu.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernafasan. (Hidayat,2014)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diambil sebagai rumusan
masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian oksigenasi?


2. Bagaimana anatomi-fisiologi sistem pernapasan?
3. Bagaimana fisiologis pernapasan?
4. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan?
5. Bagaimana gangguan pada fungsi pernapasan?
6. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan masalah oksigenasi?
7. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi dada, drainase, postural dan
terapi oksigen?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa
khususnya mahasiswa S1 keperawatan, mampu mengingat kembali
(review) mengenai konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan
praktek keperawatan yang bisa diimplementasikan pada klien yang
mengalami gangguan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian oksigenasi.
2. Menjelaskan tentang anatomi-fisiologi sistem pernapasan.
3. Menjelakan tentang fisiologis pernapasan.
4. Menjelakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
pernapasan.
5. Menjelakan tentang gangguan pada fungsi pernapasan.
6. Menjelakan tentang asuhan keperawatan klien dengan masalah
oksigenasi.
7. Menjelakan tentang penatalaksanaan fisioterapi dada, drainase,
postural dan terapi oksigen.
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan masalah diatas, dapat diambil sebagai manfaatnya yaitu dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang oksigenasi serta dapat
mengetahui implementasi asuhan keperawatan tentang oksigenasi dalam
melakukan suatu praktek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar oksigenasi
1. Oksigenasi
oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan CO2 sebagai
hasil sisa oksidasi.
2. Tujuan pemberian oksigenasi
a. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
b. Untuk menurunkan kerja paru-paru
c. Untuk menurunkan kerja jantung
3. Konsep oksigenasi
a. Oksigenasi diperlukan untuk pembentukan energi yang digunakan
untuk aktivitas sel.
b. Pernafasan adalah menghirup dan mengeluarkan udara.
c. Fungsi utama pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk
kebutuhan sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari tubuh.
d. Mekanisme pernafasan adalah dengan inspirasi dan ekspirasi
e. Mekanika pernafasan:
a) Pernafasan terdiri dari:
 Inspirasi: masuknya udara dari atmosfer ke paru-
paru
 Ekspirasi: kurangnya udara dari paru-paru ke
atmosfer
 Lama inspirasi 1-1,5detik, ekspirasi 2-3 detik
diselingi dengan fase istirahat yang pendek
b) Eupnea : pernafasan normal tidak bersuara dan tanpa usaha.
Diafragma berkontraksi atau mendatar pada saat inspirasi.
Pada saat ekspirasi diafragma relaksasi atau bergerak ke
atas akibat perubahan kontraksi otot abdomen, mendorong
organ abdomen ke atas berlawanan dengan dasar
diafragma.
c) Bernafas pada saat latihan berat/sakit memerlukan ekspansi
dada yang luas dan usaha untuk mengangkat/ menekan
sangkar iga.
d) Selama inspirasi, tulang-tulang iga terdorong dke atas oleh
aksi otot depan leher dan kontraksi interkostal eksternal
selama ekspirasi otot-otot iga terdorong ke bawah oleh otot-
otot abdominal depan. Penggunaan secara aktif otot-otot ini
yang nyata ketika bernafas, terlihat pada pasien dengan
penyakit obstruktif pernafasan.
4. Respirasi
Respirasi atau pernafasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi
kebutuhan o2 untuk proses metabolisme dan mengeluarkan co2
sebagai hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran
nafas bersama kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya
oksigen.
Pola Pernafasan Normal
Pola pernafsan normal berdasarkan kelompok usia:
a. Bayi baru lahir : 30-60x/menit
b. 1-5 tahun : 20-30x/menit
c. 6-10 tahun : 18-26x/menit
d. 10tahun-dewasa : 12-20x/menit
e. Lansia : 16-25x/menit
5. Respirasi mempunyai 3 tahap:
a) Ventilasi, adalah peristiwa masuk dan keluarnya udara ke
dalam paru, yang jumlah nya sekitar 500ml.
1) Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thorax yang elastis serta persyarafan yang utuh.
2) Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma.
Diafragma dipersyarafi oleh syaraf frenik, yang
keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal
keempat.
3) Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada
selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan
alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
4) Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan
tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan
intrapleura lebih negatif (725 mmHg) dari pada tekanan
atmosfer (760mmHg) sehingga udara masuk ke alveoli.
5) Selama inspirasi volume thorax bertambah besar karena
diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi
beberapa otot.
6) Thoraks membesar ke 3 arah yaitu, : anteroposterior,
lateral dan vertikel
b) Difusi , adalah perpindahan o2 dan alveoli ke dalam darah dan
co2 dari darah ke alveoli.
1. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
2. Difusi mencakup proses gas-gas melintasi membran
alveolus-kapiler yang tipis.
3. O2 terus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam
aliran darah dan co2 terus berdifusi dari dalam darah ke
alveoli.
4. Perbedaan tekanan pada memberan respirasi akan
mempengaruhi proses difusi
5. Terjadi kekuatan pendorongan antara tekanan parsial
antara darah dan fase gas.
c) Perfusi, distribusi darah kedalam paru
1. Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi
paru untuk dioksigenasi.
B. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
1. Paru-paru
Organ paru merupakan tempat terjadinya sistem respirasi, paru-paru
terdiri dari gelembung udara atau alveoli. Paru-paru memiliki 3 lobus
dikanan dan 2 lobus dikiri. Volume paru-paru terdiri dari
a. Tidal volume 500-600ml
b. Residual volume 1200-1500ml
c. Volume inspirasi cadangan 3500-4300 ml
d. Volume ekspirasi cadangan 1200-1500ml
Kapasitas paru:
a. Kapasitas totsl 5500-6000ml
b. Kapasitas vital 4500-4800ml
c. Kapasitas inspirasi 3600ml
d. Kapasitas fungsional residual 2500ml
2. Saluran pernafasan atas
 Saluran pernafasan atas terdiri dari;
Hidung laring
Faring epiglotis
Berfungsi : menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang dihirup.
 Perjalanan udara masuk dimulai dari udara masuk melalui rongga
hidung melewati saluran pernafasan atas kemudian kontak dengan
bulu hidung dan selamput lendir yang dilalui di lapisan mukosa
sehingga dapat menghangatkan dan melembabkan udara.
3. Saluran oernafasan bawah
 Terdiri dari
Trakea segmen bronkhus
Bronkus bronkhiolus
 Berfungsi : mengalirkan udara
 Membersihkan dengan mukosilia
 Memproduksi surfaktan
4. Alveoli
5. Diafragma
Fisiologi respirasi
Respirasi terdiri dari 2 tahap yaitu inspirasi masuknya udara ke
paru-paru dan ekspirasi yaitu pengeluaran udara dari paru-paru. Selama
inspirasi volume dada naik dan menghasilkan tekanan negatif dalam paru-
paru sehingga ketika kontraksi diafragma kan bergerak
kebawahmenaikkan volume rongga dada secara vertikal. Ekspirasi adalah
proses pasif yang bila telah selesai maka otot akan berelaksasi dan retraksi
paru meningkatkan tekanan dalam alveoli.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki
dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada
waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang
dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu
dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan
dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang
berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai
efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari
sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan
kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh
karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat
harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang
dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari
sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai
jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit,
dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan
kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi
hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan
permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah
dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan
ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang
sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping
hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali
pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat.
Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara
mengorok selama inhalasi (inspirasi).
D. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI
RESPIRASI
1.  Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas
yang diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen
(nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh,
yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.
Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,
obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam
fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x
per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan
sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN.
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan
yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat
member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung
trachea dan cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk
memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum
selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien
mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit
paru yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan
cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan
organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial,
tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada
sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang
baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur
karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu
tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara
yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV),
yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi
maksimal setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900
ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV),
yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru
melalui kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000
ml, P = ± 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih
tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P =
±1100 ml. Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua
jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara
yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa
(IC = IRV + TV)
f.  Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity –
FRC), yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC =
ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara
maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus
pernapasan yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC =
IRV + TV + ERV)
Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu
jumalh udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC
+ RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang
saluran napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml).
L = ± 500 ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan
permenit (±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru
akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri.
Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke diafragma,
sedangkan volume udara paru menungkat sehingga ruangan yang
diisi udara berkurang.
j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel
darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus, ronki basah
kasar )
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum
G. Fisioterapi dada
1. Pengertian
Fisioterapi dada adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan faal paru
yang tersedia dan mencegah kecacatan yang mungkin terjadi, serta
mengembalikan kemampuan paru semaksimal mungkin dengan
menggunakan efek dari pemanasan dll. Fisioterapi dada adalah suatu
tindakan yang diberikan kepada pasien dengan jalan latihan bernafas,
menepuk dinding dada menggetarkan daerah dinding dada serta
menghisap sekresi yang telah dikeluarkan untuk memperlancar dalam
bernafas dimana tindakan tersebut terkandung di dalamnya tindakan “
postural drainage”.
2. Tujuan Fisioterapi dada
 Untuk mempertahankan, memperbaiki, dan mencapai
keefektifan dari seluruh bagian paru-paru.
 Membersihkan saluran nafas dari sputum.
 Mencegah kolaps paru
 Menghindari terjadinya komplikasi lain
 Untuk melancarkan sirkulasi darah.
 Untuk latihan otot pernafasan.
 Untuk mencegah atropi
 Untuk mencegah dekubitus.
3. Indikasi
a. Pasien yang menghasilkan banyak sputum
b. Pasien dengan resiko atelektasis
4. Kontraindikasi
a. Abses paru tanpa drainase
b. Tumor paru
c. Pneumotoraks
d. Penyakit dinding dada
e. Perdarahan paru atau hemoptisis
f. Efusi pleura
g. Tuberkulosis
h. Osteoporosis
i. Tekanan intrakranial yang meningkat
j. Cedera medula spinalis.

5. Tindakan yang berhubungan dengan fisioterapi dada

1. Breathing exxercises (latihan bernafas)


Tujuan : membantu lancarnya pengeluaran sekresi dan merangsang
terjadinya batuk serta mendapatkan pengembangan yang maksimal
pada bagian paru-paru yang berpengaruh.

2. Clapping/ Perkusi Dada


a. Pengertian
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan
ringan pada dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang
dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan
sistematis dari arah atas menuju kebawah.Selalu perhatikan ekspresi
wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi
dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

(ilustrasi tangan saat melakukan clapping)


Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam posisi telungkup.
Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka.
Tujuan untuk menolong pasien mendorong / menggerakkan sekresi
didalam paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat,
dilaksanakan dengan menepuk tangan dalam posisi telungkup.
b. Tujuan:
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan
atau melonggarkan secret yang tertahan.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Perkusi Dada
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural
drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah
indikasi perkusi.
3. Vibrasi
a. Pengertian
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh
tangan yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase
ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan
mucus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan
perkusi dilakukan secara bergantian.
(ilustrasi vibrasi pada fisioterapi dada)
Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas.
Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan
bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
b. Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan
bergantian dengan perkusi.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis yang tidak
diobati.
4. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen
paru dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi
khusus yang memungkinkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan
sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki
dan trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.

(ilustrasi posisi postural drainase)


Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah
obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan
sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah dan aspirasi ) dan
menjelang/sebelum tidur.

6. Penghisapan (Suction)
Adalah suatu tindakan untuk menghisap sekresi yang telah dikeluarkan
dengan menggunakan alat penghisap (suction) dengan tekanan 50-60
mmHg.
Tujuan:
1. Untuk mengeluarkan lendir yang menyumbat saluran nafas
2. Untuk menyediakan jalan nafas yang paten
3. Untuk memfasilitasi atau memperbaiki ventilasi
4. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
5. Untuk memperoleh lendir demi tujuan diagnostik
6. Untuk mencegah infeksi yang diakibatkan oleh penumpukan lendir
Indikasi:
1. Klien dengan batuk tidak efektif
2. Klien koma atau semi koma
3. Klien yang mengalami kerusakan fungsi paru

7. PROSEDUR TINDAKAN (SOP / STANDAR OPERASIONAL


PROSEDUR) :
1. Perkusi
a. Persiapan Alat :
1) Handuk (jika perlu)
2) Peniti (jika perlu)
3) Tempat sputum
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur
dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian
tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak
langsung.
3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi
4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
secara cepat untuk menepuk dada.
6) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang
mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8) Cuci tangan
2. Vibrasi
a. Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur
dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada
yang akan didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan
serta siku lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar
gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika klien
inspirasi.
5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan
sekresi ke tempat sputum.
7) Cuci tangan
3. Postural Drainase
a. Persiapan Alat:
1) Bantal ( 2 atau 3 buah)
2) Tisue
3) Segelas Air hangat
4) Sputum Pot
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien,jelaskan prosedur
dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada
pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada.
Agar efektif, tindakan harus dibuat individual untuk mengatasi
spesifik dari paru yang tersumbat.
3) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat. Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan.
Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang
tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi
khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat.
4) Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu.
Anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit.
5) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan
vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang
didrainase.Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan
memobilisasi sekresi pada jalan napas.
6) Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk.
Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien
tidak bisa batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi yang
dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk
atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase
selanjutnya.Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan
membungkuk ke depan.
7) Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah
kelelahan dan membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik.
8) Minta klien minum sedikit air.
Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi.
9) Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih
telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit.
Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang
tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual.
10) Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.
Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau
mengganti program drainase.
11) Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
H. Metode pemberian Oksigen
1. Pemberian oksigen
Adalah suatu tindakan pemberian oksigen untuk mencegah terjadinya
perburukan kondisi pasien , dan berlanjutnya keadaan klien menjadi
gagal nafas atau henti nafas.
2. Tujuan
Mencegah dan mengatasi terjadinya hipoksia sel jaringan
Menurunkan usaha nafas
Menurunkan kerja otot jantung
3. Jenis pemberian
a. Kanula nasal
Adalah suatu pipa plastik lunak denganujung buntu, yang dikaitkan
ke telinga dan bawah leher. Biasanya dapat dipakai oleh orang
dewasa, anak-anak, dan bayi dengan kecepatan aliran oksigennya
antara 2-6 liter/menit.
b. Sungkup Oksigen
Merupakan sungkup oksigen yang biasanya akan memberikan
kecepatan aliran oksigen sebesar 5-6 sampai 7-8 liter/menit.
c. Masker aerosol
Masker digunakan apabile kadar oksigen yang diberikan lebih
tinggi dibandingkan dengan kanula hidung dengan kecepatan aliran
oksigen 5-10 L/menit.
d. Masker reservoir
Non rebreathing mask
Sungkup yang dilengkapi dengan katub satu arah untuk mencegah
dihisapnya kembali udara yang keluar.
Partial rebreathing mask/mask rebreathing
Adalah sungkup yang tidak dilengkapi katup satu arah
Biasanya masker reservoir ini memiliki kecepatan aliran oksigen
10-12 l/menit.
e. Kotak oksigen
Adalah pemberian oksihgen dengan kotak plastik bening bisasanya
pada bayi yang baru lahir atau bayi kecil
Kecepatan alirannya 80-90l/m
f. Venturi mask
g. Kateter nasal
Merupakan suatu alat yang dimasukkan ke dalam satu lubang
hidung sampai ke daerah faring.
Indikasi pemberian:
a. Oksigen dengan konsentrasi tinggi harus diberikan pada klien yang
sakit, cedera gawat, syok atau trauma.
b. Indikasi terapi oksigen adalah hipoksemia dibuktikan dengan
(AGD)
c. Sebagai tambahan oksigen (Muryani, 2011)
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :

1. Sistem aliran rendah


` Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2
yangbervariasi tergantung pada tipepernafasandengan patokan volume
tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk
klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16– 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adalah :
a. kateter nasal,
b. kanula nasal,
c. sungkup muka sederhana,
d. sungkup muka dengan kantong rebreathing,
e. sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Pemberian Oksigen Melalui Nasal Prong (Oxygen Canule)

Indikasi penggunaan nasal kanule adalah pada pasien yang


membutuhkan oksigen sekitar 35-40% dan pada pasien yang tidak
nyaman menggunakan simple mask. Penggunaan nasal kanule diatas 6
lpm tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan mukosa hidung kering,
epistaksis dan perforasi septal. Meskipun didalam nasal kanule teraliri
dengan oksigen konsentrasi 100%, nasal kanule memiliki FiO 2
akhir yang bervariasi, tergantung dari aliran oksigen. Hal ini
dikarenakan terjadinya campuran udara dalam rongga hidung dan
oksigen ketika oksigen keluar dari nasal kanule.
1) Pengertian:
Pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1–6 liter/menit serta konsentrasi 21–44%, dengan cara
memasukkan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke
dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm. Pemasangan nasal
kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif
nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Tabel: Aliran oksigen dan FiO2 nasal kanul

Aliran FiO2
Oksigen (%)
(lpm)
1 21-24%
2 23-28%
3 27-34%
4 31-38%
5-6 32-44%

2) Indikasi :
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau
tidak sesak).
3) Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau
rendah, biasanya hanya 1–6 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 40 %.

4) Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
5) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
6) Persiapan Alat dan Bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
7) Prosedur Kerja :
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan
kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker dengan aliran oksigen
1-6 lpm
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan
telinga, setelah itu
8. Berikan lubrikan dan masukkan.
9. Catat pemberian dan lakukan observasi.
10. Cuci tangan setelah melakukan prosdur

Gambar: pemberian oksigen dengan nasal kanul

b. Pemberian Oksigen Masker, Simple Mask

Simple mask memiliki prinsip yang hampir sama dengan nasal


kanule namun menghasilkan konsentrasi oksigen yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan nasal kanula. Konsentrasi oksigen akhir yang didapat
bervariasi tergantung aliran oksigen. Konsentrasi ini tidak dapat dikontrol
dengan teliti karena oksigen akan tercampur dengan udara sekitar yang
tertarik masuk dari lubang ekshalasi yang ada di masker.
1. Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang
dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker
oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat
mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non- rebreathing
mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali.

2. Macam bentuk masker


• Simple face mask
Yaitu mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit

Gambar simple face mask

• Partial Rebreathing Mask


Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60- 80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah
oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.

Indikasi: klien dengan kadar CO2 yang rendah


•Non Rebreathing Mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1
katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010:37)
Indikasi: klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan
konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kanul.(Suparmi, 2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan
aliran 5-6 liter/ menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Gambar . Pemberian oksigen dengan Non Rebreathing
Mask

Sistem pemberian oksigen dengan aliran lambat bisa dilakukan


dengan beberapa metodeyaitu kanulanasal, simple face mask,
partialrebreating mask dan nonrebreathing mask.
a. Simple face mask adalah pemberian oksigen dengan cara
menempatkan masker pada muka pasien, hasilnya akan
meningkatkan volume tampungan oksigen yang lebih besar daripada
ukuran tampungan anatomis saluran napas yang terbatas. Tampungan
oksigen yang lebih besar akan meningkatkan FiO2 (fraksi oksigen
inspirasi). Kecepatan aliran oksigen harus cukup tinggi (biasanya 5
liter/menit atau lebih) untuk mencegah pengumpulan CO2 yang
dikeluarkan saat ekspirasi, agar tidak terhirup kembali (rebreathing).
Namun demikian, bila kecepatan aliran oksigen semakin
ditingkatkan, aliran oksigen di atas 10 L/menit tidak bisa lagi
meningkatkan FiO2 karena tampungan dalam masker sudah penuh.

Simple face mask memiliki lubang ventilasi di kedua sisi untuk


mempertahankan volume ruang udara dan tempat lewatnya udara
ekspirasi. Masker sederhana ini tidak mempunyai katup atau kantong
udara. Masker harus dipasang dengan benar sehingga menutup hidung,
mulut, dan dagu. Tekan bagian logam fleksibel pada daerah hidung
sehingga bentuk masker sesuai dengan bentuk hidung pasien, agar bisa
menutup dengan baik dan mencegah gas keluar dari masker. Atur tali
pengikat di kepala pasien dan beritahu pasien tentang pentingnya
penggunaan masker. Bersihkan bagian dalam masker dan buang air yang
terkumpul, khususnya bila menggunakan air pelembab. Pantau kulit
yang mendapat tekanan masker. Saat makan, masker sementara bisa
diganti denga kanula nasal.
Tabel berikut memperlihatkan FiO2 yang dihasilkan bila diberikan
oksigen 100% melalui simple face mask dengan berbagai kecepatan
aliran (L/menit).

Kecepatan Fi
aliran O2
5-6 L/mnt 0,4
0
6-7 L/mnt 0,5
0
7-8 L/mnt 0.6
0
Kelebihan simple face mask
1) Sederhana, ringan
2) Bisa dilengkapi dengan pelembab udara
3) Mampu menghasilkan FiO2 sampai 0,6

Kekurangan simple face mask


1) Pada beberapa pasien terasa mengganggu, ingin membuka masker saat
bicara
2) Membatasi akses muka pasien untuk ekspektorasi sekresi
3) Kesulitan menempatkan masker secara tepat, pada pasien dengan
NGT atau orogastric tube
4) Tidak nyaman bila pada muka terdapat trauma atau luka bakar
5) Iritasi atau rasa kering pada mata, bila pengaturan log

Standar Operasional Prosedur


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan semi-fowler
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, (umumnya
6–10 liter/menit). Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang
menunjukkan adanya gelembung
5. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 - 8 jam, catat kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian, dan respon klien
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Pemberian oksigen dengan Partial Rebreathing Mask


Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :

a. Sungkup muka sederhana


Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt
dengan konsentrasi O2 40 –60%.
– Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.
– Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt
– Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
– Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
c. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Merupakan tehnik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
 Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
 Pernah mengalami batuk dengan sputum
 Pernah mengalami nyeri dada
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya
gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
 Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan
perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis
(karena hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
d. Dada
 Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan
aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernafsan)
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
 Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan)
 Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial)
 Suara nafas tidak normal
 Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
 pernafasan normal
 pernafasan cepat
 pernafasan lambat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
penumpukan sekret/ banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan
nafas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,
hipoventilasi, Kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Perencanaan
o Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas NOC NIC
tidak efektif b/d Status pernafasan Manjemen jalan nafas
sekresi yang tertahan kepatenan jalan 1. Posisikan
Batasan karakteristik nafas pasien untyk
1. Batuk yang memaksimalka
tidak efektif Kriyeria hasil: n ventilasi
2. Dyspnea 1. Frekuensi 2. Identifikasi
3. Perubahan pernafasan kebutuhan
frekuensi nafas dalam bata actual/
4. Perubahan pola normal potensial
nafas 2. Irama pasien untuk
5. Suara nafas pernafasan memaksukkan
tambahan normal alat bantu
Factor yang 3. Pernafasan jalan nafas
berhubungan cuping 3. Monitor ststus
1. Mucus yang hidung pernafasan
tertahan tidak ada 4. Auskultasi
2. Mucus 4. Akumulasi suara nafas
berlebih sputum 5. Anjurkan
3. Adanya jalan psien untuk
nafas buatan istirahat dan
4. Eksudat dalam nafas dalam
alveoli 6. Posisikan
5. Spasme jalan pasien untuk
nafas memksimalak
n ventilasi
7. Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu
8. Keluarkan
secret dengan
atau suction
2 Gangguan pertukaran Status respirasi: Terapi oksigen
gas b/d perubahan Pertukaran gas 1. Pertahankan
membrane alveolar- Indicator: jalan nafas
kapiler a. Tekanan yang paten
Batasan karakteristik: parsial 2. Atur peralatan
a) Diaphohoresis oksigen oksigenasi
b) Dyspnea dalam darah 3. Monitor aliran
c) Gas darah arteri oksigen
arteri abnormal (paCO2) 4. Pertahankan
d) Gelisah normal posisi pasien
e) Hiperkapnoia b. Tekanan 5. Observasi
f) hipoksemia parsial tanda
g) Hipoksia karbondioks hipoventilasi
h) Nafas cuping ida dalam 6. Monitor
hidung arteri adanya
i) Penurunan normal kecemasan
karbondioksida c. PH arteri padapasien
j) PH atreri dalam batas terhadap
abnormal normal oksigenasi
k) Pola d. Saturasi
pernafasan oksigen Monitoring respirasi:
abnormal niramal 1. Monitor
e. Dispnoe frekuensi,
pada saat irama,
istrahat kedalaman,
tidak ada dan kekuatan
f. Sianosis respuirasi
tidak ada 2. Perhatiakan
gerakan dan
kesimetrisan
menggunakan
otot bntu dan
adanya retraksi
otot intercostal
dan
supraklafikular
3. Auskultasi
bunyi nafas,
catat adanya
suara nafas
tambahan
4. Monitor pola
nafas
5. Monitor
adanya
dyspnea dan
hal yang
meningkatkan
atau
memperburuk
6. Monitor
perubahan
PaO2 dn SaO2

3 Pola nfas tidak efektif Status respirasi: Manajemn jalan


b/d keletihan otot Kepatenan jalan nafas:
pernafasan napas 1. posisikan
Batasan karakteristik: Indicator pasien semi
a. Dispnea a. irama fowler untuk
b. Fase ekspirasi pernafasan memaksimalka
memanjang teratur n ventilasi dan
c. Ortopnea b. kedalaman mengurangi
d. Penggunaan pernapsan dyspnea
otot bantu normal 2. auskultasi
nafas c. pernafasan bunyi nafas
e. Pernafasan cuping catat adanya
cuping hidung hidnung suara
f. Pola nafas tidak ada tambahan
abnormal(iram d. dyspnea 3. monitor
a, frekuensi, saat pernafasan dan
kedalaman) istirahat status
g. Takipnea tidak ada oksigenasi
e. tidak yang sesuai
tampak
penggunaan terapi Oksigen:
otot bantu 1. perthankan
pernafasan jalan nafas
yang paten
2. atur peralatan
oksigenasi
3. monitor aliran
oksigenasi
pertahankan
posisi pasien
4. observasi
tanda-tanda
hipoventilasi
5. monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi

monitor respirasi:
1. monitor
frekuensi
irama,
kedalaman dan
kekuatan
respirasi
2. perhatikan
gerakan dan
kesimetrisan
3. menggunakan
otot bantu,
adanya retraksi
otot intercostal
dan
supraklivicular
4. auskultasi
bunyi nafas,
5. monitor
perubahan
adanya
Dispnea dan
hal yang
mneingkatkan
atau
memperburuk
6. monitor
perubahan
paO2 dan
SaO2

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Jenis-jenis tindakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai
berikut;
1. Secara mandiri ( Independent)
Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalahnya.
2. Saling ketergantungan (Interdependent)
Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama tim keperawatan dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisiotherapi dan lain-lain.
3. Rujukan ketergantungan ( Dependent)
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lainnya, seperti
dokter, ahli gizi dan lain sebagainya.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Prabowo, 2014) evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SMART,
sebagai berikut
S: Specific
 (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan artiganda)
M : Measurable
(Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien; dapat di
lihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau )
A : Achieveble
  (Tujuan harus di capai ) 
R: Reasonable
 (Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah )
T: Time
(Tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktuyang ditentukan )
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
1. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
3. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
4. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru. Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat
melihat perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada
evaluasi sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan
yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan
self-reinforcement (Prabowo, 2014).

BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang mahasiswa perawat, Ners muda B melakukan pengkajian kepada pasien.
Tn.A usia 43 Th dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas.
Ners B melakukan pengkajian dan mendapatkan data sebagai berikut:
a. Pasien mengatakan sesak nafas

b. Dari hasil pengkajian didapatkan data batuk berdahak berwarna


kekuningan, ronchi positif pada kedua lapang paru.

c. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu TD 130/80 mmHg, Suhu 38


C, sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Ph 7,35, PCO2
46 mmHg, PO2 80 mmHg, HCO3 20 mEq/Dl.

Inisial Pasien : Tn.A


Usia : 43 Tahun
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Ruang Rawat : Penyakit Dalam
Penanggung Jawab : Ny.G (istri)
Masuk RS : 7 februari 2021
1. Pengkajian :

a. Riwayat Keperawatan

• Alasan masuk

Pasien datang dan masuk ke IGD RS X tanggal 7 februari 2021

pukul 14: 00 WIB, dengan didampingi oleh keluarga, keluarga

pasien mengatakan pasien sejak tadi pagi sesak nafas, badan nya

terasa lemah dan sudah 2 hari ini batuk berdahak. Saat batuk klien

mengeluarkan dahak berwarna kekuningan,dan kesulitan

mengeluarkan dahak.

o Keluhan utama
Pasien sesak nafas

badan nya terasa lemah

batuk berdahak

Saat batuk klien mengeluarkan dahak berwarna kekuningan

Kesulitan mengeluarkan dahak

Ronki positif

• Riwayat Kesehatan sekarang

P: Penyebab

 Sekret tidak bisa keluar

 Produksi lendir yang banyak

Q: Quantitas/qualitas

 sesak seperti tertimpa benda berat

R: Range

 Sesak dirasakan di daerah dada

S: Skala

 5

T: Timing

 Saat melakukan aktivitas

• Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di RS

dengan keluhan yang sama.

• Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan di keluarganya ada riwayat DM yaitu ayahnya,

dan tidak ada riwayat penyakit menular.

b. Hasil Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : pasien tampak sesak, terdapat penggunaan otot


bantu pernafasan.
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 86x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 38℃
- Kepala : bentuk simetris, lurus, lepek, tidak ada lesi dan

pembengkakan,

- Wajah : bentuk simetris, tidak ada benjolan dan bekas luka

- Mata :bentuk simetris, konjungtiva anemis, distribusi

bulu mata merata, reflek pupil terhadap cahaya nornal

- Hidung : bentuk simetris, distribusi bulu hidung merata,

tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, mukosa

lembab, adanya pernafasan cuping hidung, terpasang o2 kanul 3L

- Mulut : bentuk simetris, tampak kurang bersih, mukosa

bibir kering, gigi kuning, reflek menelan normal

- Telinga : bentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan,

pendengaran masih baik

- Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjer thyroid

- Thoraks

1. Paru
inspeksi : simetris kiri dan kanan, adanya tarikan

dinding dada

perkusi : sonor

palpasi : fremitus kiri dan kanan

auskultasi : ronchi positif (suara nafas tambahan)

2. Jantung

Inspeksi : simetris, iktus cordis tidak terlihat

palpasi : iktus cordis tidak teraba

perkusi : tidak ada pembesaran bagian jantung

auskultasi : bunyi jantung normal

3. Abdomen

inspeksi : simetris, tidak ada asites, tidak ada bekas

luka operasi

perkusi ; terdengar pekak/timpani

palpasi : tidak ada hepametogali, tidak ada nyeri

tekan

auskultasi : bising usus normal.

- Ekstremitas

Ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infue, tidak ada

oedema

Ekstremitas bawah : kaki bawah dapat digerakkan, kekuatan

otot 5

c. Hasil pemeriksaan Penunjang :

laboratorium
- Ph : 7,35

- PCO2 : 46 mmHg

- PO2 : 80 mmHg

- HCO3 : 20 mEq/Dl
2. Diagnosa Keperawatan

No Data Subjektif Data Objektif Diagnosa Keperawatan


1 - Pasien mengatakan batuk - pasien tampak kesulitan saat batuk Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d sekresi
dan berdahak sudah 2 Pasien terlihat tidak bisa yang tertahan
hari ini. mengeluarkan sekret nya
- Pasien mengatakan - Sputum (+)
batuknya berdahak
- Pasien mengatakan sulit
mengeluarkan dahaknya.

2. - Pasien mengatakan - Pasien terlihat menggunakan otot Ketidak efektifan pola nafas b/d keletihan otot
nafasnya sesak. bantu pernafasan. pernapasan

- pasien mengatakan -Rongki (+) pada kedua lapang paru


kesulitan bernafas
- Terdapat pernafasan cuping hidung
TTV
R : 30x/menit
TD : 130/80 mmHg
S : 38’ C
- Sputum (+)
3 - Pasien terlihat gelisah Gangguan Pertukaran Gas b/d perubahan
- Nafas cuping hidung membran alveolar-kapiler
- PCO2 46 mmHg
(N: 35-45 mmHg)
- PO2 80 mmHg
(N: 80-100 mmHg)
- Pasien mengatakan - RR : 30x/menit
badan nya lemah (N: 12-20x/menit)
- Ph : 7,35
- Pasien mengatakan sesak (N: 7,35-7,45)
nafas HCO3 20 mEq/dl
(N: 22-28mEq/dl)
Int: Asidosis Respiratorik
terkompensasi sebagian.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 00031 0410 3250
Ketidakefektifan bersihan Kepatenan Jalan Nafas Peningkatan (Manajemen) Batuk
jalan nafas Definisi : Aktivitas-aktivitas :
Definisi: Ketidakmampuan saluran trakeobronkial yang terbuka dan  Dukung pasien menarik nafas dalam
membersihkan sekresi atau lancer untuk pertukaran udara beberapa kali
obstruksi dari saluran nafas Kriteria Hasil :  Dukung pasien untuk melakukan
untuk mempertahankan 1 = Deviasi berat dari kisaran normal, nafas dalam, tahan selama 2 detik,
bersihan jalan nafas 5 = Tidak ada deviasi dari kisaran normal bungkukkan ke depan, tahan 2 detik
Indicator : dan batukkan 2-3 kali
Kemampuan untuk mengeluarkan secret  Minta pasien untuk menarik nafas
Dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5 dalam beberapa kali, keluarkan
perlahan dan batukkan di akhir
1 = Sangat berat, 5 = Tidak ada ekshalasi [penghembusan]
Suara nafas tambahan  Dampingi pasien menggunakan bantal
Dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5 atau selimut yang dilipat untuk
Penggunaan otot bantu nafas menahan perut saat batuk
Dipertahankan pada 4 ditingkatkan ke 5
Batuk
Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
Akumulasi sputum
Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4

1. 00032 0415 3140


Status pernafasan Manajemen jalan napas
Ketidakefektifan pola napas Defenisi: Proses keluar masuknya udara ke Defenisi: fasilitasi kepatenan jalan nafas
b/d keletihan otot pernapasan paru-paru serta pertukaran karbondioksida 1. Posisikan pasien untuk
dan oksigen di alveoli. memaksimalkan ventilasi dan
Defenisi: inspirasi dan atau
Skala Outcome: 1= deviasi berat dari mengurangi dispnea
ekspirasi yang tidak
kisaran normal 2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
memberikan ventilasi yang
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal dalam dan batuk
adekuat.
Indikator : 3. Instruksikan bagaimana agar bisa
Batasan Karakteristik : a. Frekuensi pernafasan melakukan batuk efektif
a. Dipsnea b. irama pernafasan
b. Fase ekspirasi memanjang c. kepatenan jalan nafas 3350
c. Penggunaan otot bantu d. dipsnu saat istirahat Monitor Pernafasan
nafas e. dipsnu dengan aktivitas ringan Defenisi: sekumpulan data dan analisis
d. Pernapasan cuping hidung keadaan pasien untuk memastikan
e. Pola nafas abnormal (irama, kepatenan jalan nafasdan kecukupan
frekuensi, kedalaman) pertukaran gas.
f. Takipnea Aktivitas – Aktivitas:
1. monitor ada atau tidak pergerakan
- dinding dada
P 2. monitor ada adtau tidak suara nafas
tambahan
3. monitor pola nafas
- 4. monitor keluhan sesak nafas klien
-
-

-
-
3 00030 0402 3320
Gangguan pertukaran gas Status pernafasan: Pertukaran Gas Terapi oksigen
Definisi : Kelebihan atau Defenisi: pertukaran karbondioksida dan Defenisi: pemberian oksigen dan
kekurangan dalam oksigen di alveoli untuk mempertahankan pemantauan mengenai efektivitasnya.
oksigenasi dan atau konsentrasi darah arteri. Aktivitas-aktivitas:
pengeluaran karbondioksida Skala outcome: 1= berat 1. Pertahankam jalan napas yang paten
di dalam membran kapiler 2= tidak ada 2. Atur peralatan oksigenasi
alveoli Indikator : 3. Monitor aliran oksigen
a. Tekanan parsial oksigen dalam darah 4. Pertahankan posisi pasien dan gunakan
Batasan karakteristik : arteri (PO2) normal terapi oksigen yang sesuai
-   Penurunan CO2 b. Tekanan parsial karbon dioksida dalam 5. Observasi tanda hipoventilasi
-   Takikardi arteri (PaCO2) normal 6. Monitor adanya kecemasan pada pasien
-   Hiperkapnia c. PH arteri dalam batas normal terhadap oksigenasi
-   Keletihan d. Saturasi oksigen normal
-   Dyspnoe e. Disonea pada saat istirhat tidak ada 3350
-   AGD Normal f. Sianosis tidak ada Monitor Pernafasan
-   Warna kulit abnormal Defenisi: sekumpulan data dan analisis
(pucat, kehitaman) keadaan pasien untuk memastikan
-   Hipoksemia kepatenan jalan nafasdan kecukupan
-   Hiperkarbia pertukaran gas.
-   Sakit kepala ketika bangun Aktivitas – Aktivitas:
-   Frekuensi dan kedalaman 1. monitor ada atau tidak pergerakan
nafas abnormal dinding dada
2. monitor ada adtau tidak suara nafas
Faktor faktor yang tambahan
berhubungan : 3. monitor pola nafas
-   Ketidakseimbangan perfusi 4. monitor keluhan sesak nafas klien
ventilasi
-   Perubahan membran kapiler-
alveolar

4. Implemaentasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

Tanggal
1 1. Memposisikan pasien semi S: klien telah melakukan nafas dalam dan batuk
fowler efekttif.
2. Mengajarkan Pasien Batuk
efektif M: klien tampak sedikit rileks, dan tidak terlalu
3. Memberi obat dengan terapi sesak
nebulizer
4. Tetap posisikan pasien semi A: posisikan pasien semi fowler, ukur TTV dan
fowler monitor kebersihan jalan nafasnya

R: klien bisa menerapkan teknik relaksasi nafas


dalam dan batuk efektif ketika sesak nafas.

T:2-3 hari
2 1. Observasi irama, adanya cuping S: klien telah melakukan nafas dalam dan batuk
hidung, penggunaan otot bantu efekttif.
nafas
2. Memposisikan pasien semi M: klien tampak sedikit rileks, dan tidak terlalu
fowler sesak
3. Observasi teknik nafas dalam
dan batuk efektif A: posisikan pasien semi fowler, ukut TTV
4. Mengobservasi hasil TTV
-TTV R: harus nya sudah tidak ada lagi suara nafas
tambahan dan sesak
TD : 130/80 mmHg
N : 65x/menit T:2 hari
RR : 28x/menit
Suhu : 38℃

3 1. Pertahan jalan napas yang S: klien telah melakukan terapi oksigen


paten
2. Monitor adanya kecemasan M: klien tampak sedikit rileks, dan tidak terlalu
pada pasien terhadap sesak
oksigenasi
3. Monitor pola nafas A: posisikan pasien semi fowler, ukut TTV dan
4. Berikan terapi oksigen non monitor kebersihan jalan nafasnya
rebreathing mask
R: harus nya sudah tidak ada lagi sesak nafas

T:2-3 hari
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian

Pada pembahsan kasus ini Ners muda yang melakukan asuhan keperawatn

akan membahas antara teori dengan laporan kasus asuhan keerawatan

gangguan pemeuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn.A 43 tahun yang telah

dilkukan pada tanggal 7 februari 2021 diruang Interne X. Kegiatan yang

dilakukan meliputi pegkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat

rencana intervesi keperawatan, melakukan implementasi dan melakukan

evaluasi keperawatan,

Pada pengkajian identitas klien meliputi nama, umur dan ruang yaitu Tn.A

43 tahun dirawat diruang penyakit dalam RS X dengan jenis kelamin laki- laki.

Hasil pengkajian pada keluhan utama yaitu pasien mengatakan sesak nafas dan

batuk berdahak bewarna kekuningan, susah mengeluarkan dahak.

Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan ada demam. pernapasan cuping

hidung, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, batuk dan saat

diauskultasi terdengar ronchi positif.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kedua kasus, didapatkan

3 diagnosa pada kasus yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan sekresi yang tertahan, dan ketidak efektifan pola nafas berhubungan
dengan keletihan otot pernapasan, gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan gangguan membran alveolar dan kapiler

Diagnosa pertama pada pada kedua kasus yaitu Ketidak efektifan bersih

jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan adalah dimana

terjadinya sesak nafas diakibatkan oleh sputum yang menghambat proses

pernapasan. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yaitu pasien , tampak batuk,

tampak susah mengeluarkan sputum, sputum bewarna kekuningan,. Hal ini

sesuai dengan NANDA 2015 yang menjelaskan bahwa diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan napas batasan karakteristiknya adalah ada

batuk, ada suara napas tambahan, sputum dalam jumlah banyak.

Menurut teori Muttaqin (2011), pada pemeriksaan dada pasien dengan

gangguan oksigenasi, inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan

produksi sputum, sesak nafas, penggunnaan otot bantu napas dan peningkatan

frekuensi pernapasan. Pada auskultasi biasanya terdengar bunyi nafas

tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dam

kemampuan batuk menurun.

Diagnosa ke dua yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

membran alveolar dan kapiler yang mana akan terjadi hipoksemia. Hal ini

sejalan dengan teori potter and perry (2018) Hipoksemia merupakan keadaan di

mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (Pa O2) atau

saturasi O2arteri (Sa O2) di bawah normal (normal Pa O2 85-100 mmHg, Sa

O2 95%). Pada dewasa, anak, dan bayi, Pa O2 <60 mmHg atau Sa O2 <90%.

Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilas, perfusi, difusi, pirau (shunt),
atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaa hipoksemia, tubuh

akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,

meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan

nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas

30 x/menit, nadi cepat dan dangkal.

Diagnosa ketiga pada kedua kasus yaitu Ketidak efektifan pola nafas

berhubungan dengan keletihan otot pernapasan Hal ini sesuai dengan batasan

karakteristik dari NANDA 2015 yaitu dispnea/gangguan pada pernapasan,

irama napas abnormal serta frekuensi napas abnormal (normal 16-25x/menit).

Menurut teori Henderson kebutuhan akan oksigenasi merupakan

kebutuhan yang terpenting dan yang pertama dalam kebutuhan dasar manusia.

Manusia memerlukan adanya proses pernapasan yang normal untuk memenuhi

kebutuhan terhadap oksigen. Dalam pemenuhan kebutuhan oksigen ini

diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Jika masalah pemenuhan kebutuhan oksigen ini teratasi maka masalah lain juga

akan ikut teratasi ( Potter dan Perry, 2012).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing

Intervesions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC).

Perencanaan tindakan didasarkan pada tujuan intervensi masalah keperawatan

yaitu Ketidakefektifan bersih jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang

tertahan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa Ketidak efektifan

bersih jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan dengan tujuan

tercapainya pasien meningkat kepatenan jalan nafas, pasien mengerti tujuan

dari nafas dalam dan teknik batuk efektif dan pasien mampu memperagakan

teknik nafas dalam dan batuk efektif serta keluarga dapat mengerti dilakukan

tindakan. Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan

NIC yaitu manajemen jalan nafas, peningkatan manajemen batuk, terapi

oksigen monitor pernapasan.

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketidak efektifan

pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dengan tujuan

tercapainya frekuensi pernapasan dalam rentang normal, pasien mengerti

tujuan dari pemberian terapi oksigen dan teknik relaksasi dan pasien mampu

memperagakan teknik relaksasi. Sedangkan rencana intervensi yang akan

dilakukan sesuai dengan NIC yaitu status pernapasan dimana frekuensi

pernapsan dalam batas normal, status pernapasan, kontrol nyeri.

Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan membran alveolar dan kapiler dengan tujuan saturasi

oksigen dalam batas normal dan hasil analisa gas darah lainnya dalam rentang

normal. Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC

yaitu status pernapasan dimana terapi oksigen dan monitoring respirasi.

4. Implementasi keperawatan

Memposisikan pasien semi fowler, Mengajarkan Pasien Batuk efektif,

Memberi obat dengan nebulizer ambroxol, Tetap posisikan pasien semi fowler,
Observasi irama, adanya cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas,

Memposisikan pasien semi fowler, Mengobservasi hasil TTV, R: 30 x/i, N :

130/80 mmHgS: 38℃. Teknik relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah

(Suwardianto,2011). Menurut observasi, implementasi yang di dilakukan oleh

perawat di ruangan telah sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

5. Evaluasi keperawatan

Pada tanggal 8 juni setelah dilakukan implementasi keperawatan

didapatkan hasil Pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar, Pasien tampak

bisa melakukan batuk efektif, Masalah teratasi sebagian Intervensi dilanjutkan

Tetap posisikan pasien semi fowler, melakaukan latihan nafas dalam dan batuk

efektif.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling penting dalam kehidupan

manusia.oksigen didalam tubuh manusia berperan penting dalam proses

metabolism sel tubuh.kekurangan oksigen dapat menyebabkan hal yang

sangat berarti bagi tubuh yaitu salah satunya adalah kematian.untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan berbagai upaya agar

terpenuhi dengan baik.dalam pelaksanaannya pemenuhan kebutuhan

oksigen merupakan salah satu garapan perawat tersendiri.oleh sebab itu

semua perawat harus paham dan mengerti dengan manifestasi tingkat

pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasiennya serta juga bisa mengatasi

berbagai masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

oksigen.

B. Saran

Demikianlah makalah tentang gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

ini kami buat semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik yang

membuat maupun yang membaca.kami menyadari bahwa makalah ini jauh

dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik dengan sifat

membangun dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan makalah

ini.
Daftar Pustaka

Dr. Kusnanto, S. M. (2016). MODUL PEMBELAJARAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN. Surabaya: FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Mulyani, A.(2011).Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Jakarta:


Trans Info Media.

Nurjannah, I., & Tumanggor, R. D. (2016). Nursing Interventions


Clasifications. Elsevier.

Nurjannah, I., & Tumanggor, R. D. (2016). Nursing Outcome


Classification. Elsevier.

Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. M., windarwati, H. D., Prawirowiyono, A.,
& Subu, M. A. (2015-2017 EDISI 10). DIAGNOSIS KEPERAWATAN. 2015.

Link video askep


https://drive.google.com/file/d/1AXRMOje2oFaQDWLlEbanrRb1JgpfhR2R/
view?usp=sharing
Link PL
https://drive.google.com/file/d/1B0SUmKkblzO-
XVrISFXaH9vfJxyXj97I/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai