Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI

Nama:

Fauzan Afif Ramadhan

Nim:

PO71200220059

Pembimbing Lahan Praktik:

1. Jamilah, S.Kep., Ns
2. Yeni Pangabean S.Kep

Dosen Pembimbing:

Puri Ayu, S.Kep., Ners

TINGKAT 2A
PRODI D3 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
2023
A. DEFINISI OKSIGENISASI

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktifitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali
bernapas.(Wartonah Tarwanto, 2006).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,


dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

B. ANATOMI PERNAFASAN

Sistem pernafasan atau sistem respirasi disusun oleh organ-organ yang


berfungsi dalam peristiwa pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah.
Respirasi atau pernafasan didefinisikan sebagai proses pertukaran gas antara
atmosfer, darah, dan sel.
Sistem pernafasan disusun oleh organ-organ pernafasan yaitu, hidung,
faring, laring, trakhea, bronkhi, bronkhioli, dan alveoli. Organ-oran tersebut
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Sistem pernafasan atas, yang terdiri atas hidung, dan faring
2. Sistem pernafasan bawah, yang terdiri atas laring, trakea, bronkhi, bronkhioli,
dan alveoli.

a. Hidung

Bagian dari hidung ada yang berada di luar tengkorak dan ada yang berada
di dalam tengkorak. Bagian luar terdiri atas tulang dan kartilago (tulang rawan)
yang terbungkus oleh kulit dan mukosa (selaput lendir). Kavum nasalis (rongga
hidung) dibagi menjadi kanan dan kiri yang dibatasi oleh septum nasal. Struktur
interior hidung dikhususkan untuk menjalankan 3 fungsi utama yaitu:
penghangatan, pelembaban, dan filtrasi (penyaringan).

b. Faring

Faring adalah saluran sepanjang 13 cm mulai dari nares internal hingga


leher, terletak di belakang rongga hidung, rongga mulut, dan faring. Faring
berfungsi sebagai saluran udara, saluran makanan, dan tempat resonansi suara.

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorok adalah saluran pendek yang menghubungkan


faring dengan trakhea. Pada kartilago terdapat epiglotis, struktur menyerupai
daun yang terletak pada bagian atas laring. Selama proses menelan, epiglotis
menutup saluran nafas, sehingga makanan tidak masuk ke saluran pernafasan.

d. Trakhea

Trakhea atau batang tenggorok adalah saluran sepanjang 12 cm, dengan


diameter 2,5 cm yang terletak di bagian anterior dari esofagus. Trakhea dimulai
dari laring dan berakhir pada bronkhi primer kanan dan kiri. Trakhea tersusun
oleh rangkaian cincin kartilago.

e. Bronkhus

Struktur penyusun bronkhi sama dengan penyusun trakhea yaitu kartilago.


Bronkhi terdiri atas bronkhus primer, bronkhus sekunder, dan bronkhus tersier.
1. Bronkhus primer, Bronkhus primer langsung berhubungan langsung
dengan trakhea. Ada 2 bronkhus primer yaitu bronkhus primer kanan dan
bronchus kiri.
2. Bronkhus sekunder, Bronkhus sekunder adalah cabang dari masing-masing
bronkhus primer
3. Bronkhus tersier, Bronkhus tersier adalah cabang dari masing-masing
bronkhus sekunder.

f. Bronkhioli

Bronkhiolus merupakan cabang dari masing-masing bronkhus. Bronkhiolus


bercabang-cabang menjadi bagian-bagian yang semakin kecil. Bronkhiolus
terkecil disebut bronkhiolus terminalis yang menuju alveloli paru.

g. Paru

Paru berjumlah 2 buah dengan bentuk kerucut dan terletak di rongga


thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh jantung. Paru kanan dibagi menjadi 3
lobus dan paru kiri dibagi menjadi 2 lobus. Bagian paru yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas dinamakan alveolus. Pertukaran gas antara paru dan
darah terjadi di alveolus dan dinding kapiler paru. Membran yang membatasi
keduanya dinamakan membran alveolar-kapiler. Membran ini dilintasi oleh gas
dengan cara difusi.
Gambar anatomi system pernafasan

C. PROSES PERNAFASAN

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:


a. Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :

1) Ventilasi pulmoner Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru


melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan
system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang
dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

2) Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses


pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh
darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran
kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.

3) Transpor oksigen dan karbon dioksida Tahap ke tiga pada proses


pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen
diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari
jaringan kembali menuju paru.

b. Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme


intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen
dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien.
Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh
tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2
dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial.

D. JENIS PERNAFASAN

1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot interkostal
(selaiga). Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Fase inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot interkostal sehingga rongga dada


membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar, sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga
dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan
menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.

a. Fase Inspirasi.

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,


akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga
udara luar masuk.

b. Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke


posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

E. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGEN

Dalam kondisi normal, oksigen terdapat diudara bersama-sama dengan


partikel lain seperti nitrogen, karbondioksida dan lain-lain. Saat bernafas, partikel-
partikel tersebut terutama oksigen masuk kedalam tubuh kita melalui mekanisme
tertentu.

Namun pada kondisi tertentu, seseorang dapat mengalami kesulitan untuk


bernafas sehingga perlu tindakan khusus untuk memenuhi kebutuhan oksigennya.
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar fisiologis yang paling vital bagi
manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen ditujukan untuk menjaga kelangsungan
metabolisme tubuh, mempertahankan hidup, dan melakukan aktifitas bagi organ
atau sel. Pemenuhan oksigen diperoleh dengan pernafasan. Ada perbedaan
frekuensi pernafasan normal (eupnea) antara bayi dan dewasa yaitu:
Ketika seseorang mengalami kesulitan memenuhi oksigen dengan bernafas
normal,maka perlu ada tindakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen yaitu dengan
oksigenasi. Oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam tubuh yang
diperlukan untuk metabolisme sel. Oksigen adalah zat yang tidak berwarna, tidak
berwujud dan mudah terbakar. Pemberian oksigen bertujuan untuk mencegah
hipoxia dan hypoxemia. Ada beberapa jenis pemberian oksigen, namun yang paling
sering dengan sistem aliran rendah (Low Flow System). Sistem ini menghasilkan
konsentrasi oksigen + 20-44%, dan efektif bila pola pernafasan regular, klien sadar
dan kooperatif. Contoh pemberian oksigen dengan sistem aliran rendah ini adalah
dengan nasal canule dan masker oksigen. Dengan bentuk atau sumber sediaan
oksigen yaitu dalam tabung silinder atau disentralkan yang dialirkan dalam pipa
yang terpasang didinding.

F. PERKIRAAN KONSENTRASI OKSIGEN

Ada perbedaan kecepatan aliran dan konsentrasi oksigen yang diberikan


melalui nasal kanule dan masker yaitu sebagai berikut.

a. Nasal canule

a) Jika kecepatan pemberian 1 lt/mnt, konsentrasi O2 sekitar 22-24%.


b) Jika kecepatan pemberian 2 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 24-28%
c) Jika kecepatan pemberian 3 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 28-32%
d) Jika kecepatan pemberian 4 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 32-36%.
e) Jika kecepatan pemberian 5 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 36-40%.
f)Jika kecepatan pemberian 6 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 40-44%

b. Masker oksigen
a) Jika kecepatan pemberian 5-6 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 40%.
b) Jika kecepatan pemberian 6-7 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 50%
c) Jika kecepatan pemberian 7-8 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 60%

G. ETIOLOGI

a. Faktor Fisiologi

1) Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi


saluran pernafasan bagian atas

3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan


terganggunya oksigen(O2)

4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll

5) kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada


kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC paru.

b. Faktor Perilaku

1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.

2) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.

3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer


dan koroner

4) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan


penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.

5) Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat.


H. FISIOLOGI PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

a. Hiperventilasi Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam


paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan
asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah
takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi,
tinnitus.

b. Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi


penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya
pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.

c. Hipoksia Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2


yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan
ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya
konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah
kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.

I. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

a. Patologi

1) Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)

2) Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa

3) Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel


miastania gravis)

4) Depresi SSP / Trauma kepala

5) Cedera serebrovaskuler (stroke)

b. Maturasional

1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan


2) Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
pasif ataupun aktif

3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok

4) Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru

5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan


arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.

c. Situasional (Personal, Lingkungan)

1) Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma


nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.

2) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban


rendah

3) Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar,


respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat
rokok, pernafasan mulut.

J. BATASAN KARAKTERISTIK

a. MAYOR

1) Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari


biasanya)Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
2) Dispnea pada usahan napas
3) Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
4) Peningkatan laju metabolik
5) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk

b. MINOR

1) Ortopnea
2) Takipnea,
3) Hiperpnea,
4) Hiperventilasi
5) Pernafasan sukar / berhati-hati
6) Bunyi nafas abnormal
7) Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
8) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut,
condong kedepan)
9) Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
10) penurunan isi oksigen
11) Peningkatan kegelisahan
12) Ketakutan
13) Penurunan volume tidal
14) Peningkatan frekuensi jantung
(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 – 387)

K. MANIFESTASI KLINIK

a. suara napas tidak normal.


b. perubahan jumlah pernapasan.
c. batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

L. PENATALAKSANAAN

a. Terapi oksigen.
Prosedur pemberian oksigen:
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah
pengobatan.
2) Siapkan pasien dan keluarga.
3) Atur posisi pasien dengan semi fowler jika memungkingkan. Posisi ini
memungkingkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan
bernapas
4) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
Informasi ke pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaan oksigen.
5) Atur peralatan oksigen dan humidifier
6) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat tetap berfungsi
7) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang. Seharusnya tidak
ada suara pada selang dan sambungan tidak cocok. Seharusnya ada
gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air.
Perawat measakan keluar pada kanul, masker atau tenda.
8) Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2-6
l/min.
9) Pasang alat pemeberian oksigen yang sesuai
a) Kanul:
1. Letakan kanul pada wajah pasien, dengan lubang kanul harus
kehidung dan elastik band melingkar ke kepala. Beberapa
model yang lain elastik band ditarik ke bawah.
2. Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada
bagian wajah.
3. Alasi selang dengan kasat pada elastik band pada telinga dan
tulang pipi jika dibutuhkan
b) Masker wajah:
1. Tempatkan masker kearah wajah pasien dan letakan dari
hidung kebawah.
2. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus
menutupi wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar
lewat mata atau sekitar pipi dan dagu.
3. Ikatkan elastik band melingkar pada klien sehingga masker
terasa nyaman.
4. Alasi band dibelakang telinga dan ditas tulang yang
menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena masker.
10) Tandah wajah: Tempatkan tanda pada wajah klien dan ikatkan melingkar
pada kepala.
Kaji pasien secara teratur. Kaji tingkat kecemasan pasien, warna
mukosadan kemudahan bernapas, saat pasien dipasang alat.
a. Kaji pasien dalam 15-30 menit pertama, ini tergantung kondisi pasien
dan setelah itu secara teratur. Kaji vital sing atau warna, pola
bernapas dengan gerakan dada.

b. Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hypoxia, tachicardi,


confuse/bingung , dispenea, kelelahan dan sianosis. Dilihat data hasil
BGA jika memungkingkan.

c. Kaji hidung pasien jika ada iritasi beri cairan lubrikan jika
dibutuhkan untuk melapisi membran mukosa.

d. Inspeksi kulit wajah bila ada basah/goresan dan keringkan, rawat jika
diperlukan.

11) Inspeksi peralatan secara teratur.

a. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
dan pada saat memberkan perawatan pada klien.

b. Pertahankan tinggi air di humidifier

c. Pastikan petunjuk kemanan diikuti

d. Catat data yang relevan dan dokumnetasi keperawatan atau Catat


terapi dan semua hasil pengkajian keperawatan.

b. Terapi pengobatan sesuai program


DAFTAR PUSTAKA

Tyas, Nurwening, dkk. 2017. Buku Ajar 1 Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Poltekes
Kemenkes Surabaya

Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


Kozier Fundamental of Nursing

Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai