Nama:
Nim:
PO71200220059
1. Jamilah, S.Kep., Ns
2. Yeni Pangabean S.Kep
Dosen Pembimbing:
TINGKAT 2A
PRODI D3 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
2023
A. DEFINISI OKSIGENISASI
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali
bernapas.(Wartonah Tarwanto, 2006).
B. ANATOMI PERNAFASAN
a. Hidung
Bagian dari hidung ada yang berada di luar tengkorak dan ada yang berada
di dalam tengkorak. Bagian luar terdiri atas tulang dan kartilago (tulang rawan)
yang terbungkus oleh kulit dan mukosa (selaput lendir). Kavum nasalis (rongga
hidung) dibagi menjadi kanan dan kiri yang dibatasi oleh septum nasal. Struktur
interior hidung dikhususkan untuk menjalankan 3 fungsi utama yaitu:
penghangatan, pelembaban, dan filtrasi (penyaringan).
b. Faring
c. Laring
d. Trakhea
e. Bronkhus
f. Bronkhioli
g. Paru
C. PROSES PERNAFASAN
D. JENIS PERNAFASAN
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot interkostal
(selaiga). Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Fase inspirasi
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga
dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan
menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.
a. Fase Inspirasi.
b. Fase ekspirasi
a. Nasal canule
b. Masker oksigen
a) Jika kecepatan pemberian 5-6 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 40%.
b) Jika kecepatan pemberian 6-7 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 50%
c) Jika kecepatan pemberian 7-8 lt/mnt : konsentrasi O2 sekitar 60%
G. ETIOLOGI
a. Faktor Fisiologi
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
a. Patologi
b. Maturasional
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
J. BATASAN KARAKTERISTIK
a. MAYOR
b. MINOR
1) Ortopnea
2) Takipnea,
3) Hiperpnea,
4) Hiperventilasi
5) Pernafasan sukar / berhati-hati
6) Bunyi nafas abnormal
7) Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
8) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut,
condong kedepan)
9) Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
10) penurunan isi oksigen
11) Peningkatan kegelisahan
12) Ketakutan
13) Penurunan volume tidal
14) Peningkatan frekuensi jantung
(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 – 387)
K. MANIFESTASI KLINIK
L. PENATALAKSANAAN
a. Terapi oksigen.
Prosedur pemberian oksigen:
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah
pengobatan.
2) Siapkan pasien dan keluarga.
3) Atur posisi pasien dengan semi fowler jika memungkingkan. Posisi ini
memungkingkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan
bernapas
4) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
Informasi ke pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaan oksigen.
5) Atur peralatan oksigen dan humidifier
6) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat tetap berfungsi
7) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang. Seharusnya tidak
ada suara pada selang dan sambungan tidak cocok. Seharusnya ada
gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air.
Perawat measakan keluar pada kanul, masker atau tenda.
8) Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2-6
l/min.
9) Pasang alat pemeberian oksigen yang sesuai
a) Kanul:
1. Letakan kanul pada wajah pasien, dengan lubang kanul harus
kehidung dan elastik band melingkar ke kepala. Beberapa
model yang lain elastik band ditarik ke bawah.
2. Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada
bagian wajah.
3. Alasi selang dengan kasat pada elastik band pada telinga dan
tulang pipi jika dibutuhkan
b) Masker wajah:
1. Tempatkan masker kearah wajah pasien dan letakan dari
hidung kebawah.
2. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus
menutupi wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar
lewat mata atau sekitar pipi dan dagu.
3. Ikatkan elastik band melingkar pada klien sehingga masker
terasa nyaman.
4. Alasi band dibelakang telinga dan ditas tulang yang
menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena masker.
10) Tandah wajah: Tempatkan tanda pada wajah klien dan ikatkan melingkar
pada kepala.
Kaji pasien secara teratur. Kaji tingkat kecemasan pasien, warna
mukosadan kemudahan bernapas, saat pasien dipasang alat.
a. Kaji pasien dalam 15-30 menit pertama, ini tergantung kondisi pasien
dan setelah itu secara teratur. Kaji vital sing atau warna, pola
bernapas dengan gerakan dada.
c. Kaji hidung pasien jika ada iritasi beri cairan lubrikan jika
dibutuhkan untuk melapisi membran mukosa.
d. Inspeksi kulit wajah bila ada basah/goresan dan keringkan, rawat jika
diperlukan.
a. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
dan pada saat memberkan perawatan pada klien.
Tyas, Nurwening, dkk. 2017. Buku Ajar 1 Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Poltekes
Kemenkes Surabaya
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika