Oleh :
2. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan)
mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen
dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler
sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini
juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial.
2) Faktor Perilaku
a) Nutrisi : misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang
b) Exercise : exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan coroner
d) Alkohol dan obat-obatan : menyebabkan intake nutrisi /Fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e) Eecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
3) Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Temperatur lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut
b Proses terjadi
Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh
bernafas. Sistem pernafasan sangat penting dimana terjadi pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat
mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak.
Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang
kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan oksigen sel otak
akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali ataudiperbaiki).
Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan berdifusi
dalam darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida
yang juga berdifusi dari darah dan kemudian dikeluarkan bersama
udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh untuk
kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa
hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan
dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer
(udara) oksigen masuk melalui mulut/hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli oksigen
berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah
merah). Dalam darah oksigen dibawa ke jantung kemudian
dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk
digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di
dalam mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme
yang penting untuk kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida
berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi,
difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah
oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada
proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Nurjanah, 2014).
c Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi
menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit,
penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
laring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan bibir, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti:
1) Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
2) Suara napas tidak normal.
a) Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak
terputus-putus), bernada tinggi yg terjadi
baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa
menggunakan alat stetoskop, biasanya bunyi
ditemukan pada lokasi saluran nafas atas
(laring) atau trakea, disebabkan lantaran
adanya penyempitan pada saluran nafas
tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini
mengarahkan pada dugaan adanya edema
laring, tumor laring, kelumpuhan pita suara,
stenosis laring yg umumnya disebabkan oleh
tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat
pipa endotrakeal (Nurjanah, 2014).
b) Wheezing (mengi): Merupakan bunyi seperti bersiul,
kontinu, yg durasinya lebih lama dari
krekels. Terdengar selama : inspirasi &
ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
melakukan ekspirasi. Penyebab : akibat udara
melewati jalan napas yg
menyempit/tersumbat sebagian. Bisa
dihilangkan dengan cara batuk. Dengan
karakter suara nyaring, suara terus menerus
yg berhubungan dengan aliran udara melalui
jalan nafas yg menyempit (seperti pada asma
& bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi
oleh lantaran perubahan temperature,
allergen, latihan jasmani, & bahan iritan pada
bronkus.
c) Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam.
Terdengar sewaktu ekspirasi. Penyebab :
gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.
3) Perubahan jumlah pernapasan.
4) Batuk disertai dahak.
5) Penggunaan otot tambahan pernapasan.
6) Dispnea (sesak napas).
7) Penurunan haluaran urin..
8) Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).
d Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan pemenuhan
oksigenasi yaitu :
1) Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana
penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun
secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang
normal
2) Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan
oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi
normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena
dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya
dengan cepat.
3) Disorientasi
Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan
orang. Pasien tidak mampu mengenali kondisi atau suasana
yang ada (Nurjanah, 2014).
4) Gelisah dan Cemas
6 Penatalaksanaan Medis
a) Pemantauan Hemodinamika
b) Pengobatan Bronkodilator
c) Melakukan tindakan delegated dalam pemberian medikasi oleh dokter
seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
d) Penggunaan ventilator mekanik
e) Fisioterapi dada
a Pengkajian
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk berdahak
c) Pasien mengeluh susah mengeluarkan dahak
d) Pasien mengeluh dadanya berat dan nyeri
e) Dispnea
f) Sakit kepala saat bangun
g) Gangguan pengelihatan
2) Data Objektif
a) Pasien tampak sesak
b) Pasien tampak batuk berdahak
c) RR pasien meningkat
d) Pasien tampak gelisah
e) Suara pasien ronchi basah
f) Napas cuping hidung
g) Peningkatan frekuensi pernafasan
h) Peningkatan frekuensi nadi
i) Penurunan ekspansi paru
j) Mengalami retraksi otot dada
k) Warna kulit tidak normal (pucat, kehitaman)
l) Konfusi
m) Cyanosis
n) Hipoksia
b Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
c Perencanaan
a Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2) Ketidakefektifan pola nafas
3) Gangguan pertukaran gas
b Rencana Asuhan Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan I : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
1. Rencana Tujuan
Bersihan Jalan Nafas kembali efektif
2. Kriteria Hasil
a Pasien tidak mengeluh sesak saat bernafas
b Pasien mengeluh tidak batuk berdahak
c Pasien mengatakan mampu mengeluarkan dahak
d Pasien tampak tidak sesak
e Pasien tampak tidak batuk berdahak
f Tidak terjadi peningakatan RR
g Pasien tidak tampak gelisah
h Suara nafas vesikuler, bronchial, bronkovesikuler,
trakhial
i Tidak ada napas cuping hidung
3. Rencana Tindakan
a Observasi TTV, terutama respirasi. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi
Rasional: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres atau adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
b Berikan pasien posisi yang nyaman, mis., peninggian
kepala untuk tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
Rasional: Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari solusi
yang paling mudah untuk bernafas.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal,
dll membantu menurunkan kelemahan otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
c Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional: aktivitas ini meningkatkan pengeluaran
sekret untuk menurunkan resiko terjadinya
infeksi paru.
d Tingkatkan masukan cairan sampai 300mL/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan
masukan cairan antara, sebagai pengganti makan.
Rasional: hidrasi membantuk menurunkan kekentalan
sekret, mempermudah pengeluaran.
Penggunaan cairan hangat dapat
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama
makan dapat meningaktkan distensi gaster
dan tekanan pada diafragma.
e . Delegatif dalam pemberian obat bronkodilator, mis.,
ß-agnois: epineprin (adrenalin, vaponeprin); albuterol
(propentil, Ventolin); terbulatin (brethine, brethaire);
isoetarin (brokosol, bronkometer); digoxiu; acetensa;
inpepsasyr; farsix; futafrom; topazol.
Rasional: merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti local, menurunkan spasme
jalannafas,mengi, dan produksi mukosa.
Obat-obat mungkinperoral, injeksi atau
inhalasi.
f . Berikan HE tentang pemahaman dalam pembatasan
aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istiharat
untuk mencegah kelemahan.
Rasional: mempunyai pengetahuan ini dapat
memampukan pasien untuk membuat
pilihan/keputuasan informasi untuk
menurunkan dispnea dan mencegah
komplikasi.
g Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen dengan
benar, mis., degan nasal kanul masker, masker venturi.
Rasional: pemberian oksigen secara adekuat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadi
hipoksia.
h Lakukakan pengisapan atau suction sesuai keperluan.
Rasional: mencegah obstruksi atau aspirasi.
(Doengoes, 2012).
b) Diagnosa Keperawatan II : Ketidakefektifan pola nafas
1. Rencana Tujuan
Pola nafas kembali efektif.
2. Kriteria Hasil
a Pasien mengatakan tidak sulit bernafas
b Pasien tidak mengeluh dadanya berat dan nyeri
c Tidak terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
d Tidak terjadi peningkatan frekuensi nadi
e Tidak terjadi penurunan ekspansi paru
f Tidak mengalami retraksi otot dada, tidak ada nafas
cuping hidung
3. Rencana Tindakan
a Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi
dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan
otot bantu/pernafsan nasal.
Rasional: kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan
terjadi peningkatan kerja nafas (pada awal
atau hanya tanda EP subakut). Kedalaman
pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelectasis dan/atau
nyeri dada pleuritik.
b Auskulatsi bunyi nafas dan cacat bayi nafas
adventisius, krekles, mengi, gesekan plueral.
Rasional: bunyi nafas menurun atau taka da bila jalan
nafas obstruksi sekunder terhadap
pendarahan, bekuan atau kolap jalan nafas
kecil (atelectasis). Ronkhi dan mengi
menyertai obsutruksi jalan nafas/kegagalan
pernafasan.
c Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi
sesegera mungkin.
Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru
dan mempermudah pernafasan. Pengubahan
posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian
udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.
d Observasi pola batuk dak karakter sekret.
Rasional: kongesti alveolar mengakibatkan batuk
kering/iritasi. Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark
paru) atau antikoagulabn berlebihan
e Dorongan atau bantu pasien dalam nafas dalamdan
latihan batuk. Penghisapan peroral atau nasotrakeal bila
diindikasikan.
Rasional: dapat meningkatkan/banyaknya sputum
dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernafas.
f Bantuan pasien mengatasi takut atau ansietas.
Rasional: perasaan takut dan asietas berat berhubungan
dengan ketidakmampuan bernafas/terjadinya
hipoksemia dan dapat secara aktual
meingkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan.
g Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan.
Rasional: memaksimalkan pernafasan dan menurunkan
kerja nafas.
h Kolaborasi dalam pemberian Humidifikasi tambahan,
mis., nebuleser ultrasonik.
Rasional: memberikan kelembaban membrane mukosa
dan membantu pengenceran sekret untuk
memudahkan pembersihan.
i Kolaborasi dalam melakukan fisioterapi dada (mis.,
drainage postural dan perkusi area yang tak sakit,
tiupan botol/spirometry insentif).
Rasional: memudahkan upaya pernafasan dalam dan
meningkatkan drainage sekret dari segmen
paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih
mempercepat pembuangan dengan
batuk/penghisapan.
j Kolaborasi untuk persiapan bronkoskopi
Rasional: kadang-kadang berguna untuk pembuangan
bekuan darah dan membersihkan jalan nafas.
(Doengoes, 2012)
c) Diagnosa Keperawatan III : Gangguan Pertukaran Gas
1. Rencana Tujuan
Gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
2. Kriteria Hasil
a Tidak terjadi dyspnea
b Tidak sakit kepala saat bangun
c Tidak terjadi gangguan pengelihatan
d Warna kulit normal (sawo matang, putih atau coklat)
e Tidak terjadi konfusi
f Tidak terjadi sianosis
g Tidak terajdi hipoksia
h Tidak ada napas cuping hidung
3. Rencana Tindakan
e. Evaluasi
1. Evaluasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas mengacu pada kriteria
hasil, yaitu:
a) Batuk efektif
b) Mampu mengeluarkan sekret
c) Bunyi nafas normal (vesikuler, bronkonvesikuler, bronchial,
trakeal)
d) Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan normal
2. Evaluasi ketidakefektifan pola nafas mengacu pada kriteria hasil,
yaitu:
a) Tidak ada perubahan-perubahan frekuensi atau pola pernafasan
(dari nilai dasar)
b) Tidak ada perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
c) Tidak ada Ortopnea
d) Tidak ada Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
e) Tidak ada pernafasan distrimik
f) Pernafasan teratur
3. Evaluasi gangguan pertukaran gas mengacu pada kriteria hasil, yaitu:
a) Tidak terjadi dispnea saat melakukan kerja berat
b) Tidak terjadi konfusi/agitasi
c) Tidak ada kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk,
satu tangan diletakkan pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
d) Saat bernafas tidak mengerucutkan bibir dengan fase ekspirasi
yang teratur
e) Tidak ada latergi dan keletihan
f) Tidak terjadi peningkatan tahanan vaskular pulmonal
(peningkatan tekanan arteri pulmonal/ventrikel kanan)
g) Tidak terjadi penurunanmotilitas lambung, pengosongan lambung
lama
h) Tidak terjadi penurunan kandungan oksigen, penurunan saturasi
oksigen, peningkatan PCO2, seperti yang diperlihatkan oleh hasil
analisa gas darah
i) Tidak terjadi sianosis
Daftar Pustaka
Carpenito. Lynda Juall. (2013). Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta:
EGC
Mubak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Marilyn E. Doengoes (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 13.
Jakarta: EGC
Nanda Internasional, 2014. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Salemba medika : Jakarta
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC
WOC (Web of Caution)
Etiologi
Ketidakefektifan
Pola Nafas