Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ dan sel tubuh.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menyebutkan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
(anatomi fisiologi)
3. Menjelaskan proses fisiologi pernapasan
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
5. Menjelaskan teknik dan prosedur pelaksanaan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ dan sel tubuh.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

B. ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
O2 dari atmosfer ke dalam tubuh dan membuang CO2 sebagai sisa dari
oksidasi ke luar tubuh atau atmosfer yang terjadi ketika proses inspirasi dan
ekspirasi. Kegiatan ini dikendalikan oleh susunan saluran pernapasan
dimulai dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus, bronkheolus dan
berakhir di alveolus.
a. Hidung = Naso = Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum
nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Fungsi hidung, terdiri dari:
1) Sebagai saluran pernapasan
2) Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3) Menghangatkan udara pernapasan melalui mukosa
4) Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput
lendir mukosa hidung

b. Tekak = Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain; Ke atas berhubungan dengan
rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, ke bawah
depan berhubungan dengan laring dan ke bawah belakang berhubungan
dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagi
1) Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut Nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan
Orofaring
3) Bagian bawah sakali dinamakan Laringofaring mengelilingi mulut,
esofagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik
selanjutnya.

c. Pangkal Tenggorokan (Laring)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara. Laring
(kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada pangkal tenggorok
ini ada epiglotis yaitu katup kartilago elastis yang melekat pada tepian
anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi
mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan

d. Batang Tenggorokan (Trakea)


Trakea (pipa udara) Adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan
diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang
memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea dilapisi
epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung
banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara saat bernafas.

e. Cabang Tenggorokan (Bronkhus)


Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus
kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek asing
yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus kanan.
Sedangkan bronchus kiri lebih panjang dan lebih ramping, Brokhus
bercabang lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang disebut
bronkhiolus (bronkhioli).
f. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel, dan pada lapisan nilah terjadi pertukaran udara dimana O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Pembagian paru-paru

1) Paru kanan: terdiri atas 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus
inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan kecil yang
disebut segment. Paru-paru kanan memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2
buah pada lobus medialis, dan 3 buah pada lobus inferior.
2) Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus inferior. Paru-
paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, dan 5 buah pada lobus
inferior
C. PROSES FISIOLOGI PERNAPASAN
Dalam sistem pernafasan pemasukan O2 dan pembuangan CO2 keluar tubuh melibatkan
sitem pernafasan dan system kardiovaskular, jantung memompa darah yang banyak
mengandung O2 melalui pembuluh arteri keseluruhan tubuh untuk keperluan sel dan
memompa darah dari seluruh tubuh yang banyak mengandung CO2 ke paru–paru untuk
dikeluarkan ke atmosfer.

Fungsi Pernafasan
Fungsi pernafasan dapat dibagi atas:
1) Pertukaran gas
2) Pengaturan keseimbangan asam basa

a. Pertukaran Gas
Pertukaran gas melalui 3 tahapan:
1. Ventilasi
Ialah masuknya O2 atmosfer kedalam alveoli dan keluarnya CO2 dan alveoli ke atmosfer
yang terjadi saat respirasi (inspirasi dan ekspirasi). Inspirasi adalah gerakan perpindahan
udara masuk ke dalam paru-paru, sedangkan ekspirasi adalah gerakan perpindahan
udara keluar atau meninggalkan paru-paru.
Ventilasi dipengaruhi oleh:
a) Volume udara (kuantitas) dan jenis gas yang mengalami pertukaran. Kuantitas
pada prinsipnya bersifat konstan yaitu jumlah udara yang dihisap sama dengan jumlah
udara yang dikeluarkan. Tetapi dalam kualitas terdapat perbedaan komposisi yakni
udara yang dihisap banyak mengandung O2 dan udara yang dikeluarkan banyak
mengandung CO2.
b) Keadaan saluran napas
Selama inspirasi udara akan melewati saluran napas, mulai hidung sampai alveoli
keadaan saluran napas harus bebas dari hambatan/resistensi
c) Complience dan Recoil
Yaitu daya pengembangan dan pengempisan paru pada thoraks. Yaitu kemampuan
peregangan dari paru untuk tetap dalam posisi berdilatasi
d) Pengaturan Nafas
Pusat pengaturan nafas terdapat pada Medulla oblongata dan Pons. Pusat napas
terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil metabolisme sel.

2. Difusi Gas
Pertukaran gas mencakup dua proses independen, pernapasan internal yaitu pertukaran
gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernafasan eksternal yaitu pertukaran gas
antara kapiler dalam tubuh (selain dalam paru-paru) dengan sel-sel tubuh. Kedua proses
tersebut mencakup perpindahan gas melalui difusi. Difusi sendiri adalah pertukaran
antara o2 dan co2 alveoli dengan kapiler paru.
Difusi gas dalam paru-paru di pengaruhi oleh:
a) Ketebalan membran respirasi
b) Luas permukaan membran
c) Koefisien difusi
d) Perbedaan tekanan.

3. Transportasi Gas
Penyaluran O2 dari alveoli keseluruh tubuh dan pembuangan CO2 dari seluruh tubuh
ke atmosfer ditentukan oleh aktivitas sistem paru dan sistem kardiovaskuler.
Proses penghantaran ini bergantung pada:
a) Curah jantung
Kecepatan dan penurunan tempat O2 ke jaringan dipengaruhi oleh curah jantung.
b) Jumlah eritrosit
Eritrosit dan Hb membawa 9 % oksigen, setiap proses yang menurunkan atau mengubah
hemoglobin, seperti anemia dan inhalasi substansi beracun, menurunkan kapasitas darah
yang membawa oksigen.
c) Exercise
Dengan exercise akan meningkatkan O2 dalam tubuh sehingga medulla oblongata dan
pons sebagai pusat pengontrol pernafasan mempengaruhi kecepatan denyut jantung dan
mempercepat pengiriman CO2 keluar tubuh.
d) Hematokrit darah
Penurunan hematokrit menggambarkan penurunan eritrosit dan Hb dalam darah.
Sehingga menyebabkan penurunan tranportasi oksigen keseluruh tubuh.
e) Keadaan Pembuluh Darah
Apabila pembuluh darah tersumbat karena trombus, emboli, dan arteri sklerosis maka
aliran darah arteri dan vena tidak lancar. Jika arteri yang tersumbat maka O 2 tidak bisa
lancar dikirim keseluruh tubuh
f) Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
Ph darah normal adalah berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Manusia supaya tetap hidup
adalha berkisar antara 7,0 sampai 7,8.
Ph darah dapat bervariasi:
Variasi fisiologis: Darah arteri mempunyai Ph lebih tinggi dibandingkan dengan
darah vena, hal ini karena konsentrasi CO2 lebih tinggi pada darah vena.
Variasi patologis
Asidosis : Ph darah lebih kecil dari 7,2
Alkalosis : Ph darah lebih besar dari 7,5
Dalam darah terdapat 2 sistem yagn bersifat variabel : H2CO3 (asam) dan HCO3 (basa/
bikarbonat). Ph darah ditentukan oleh keseimbangan asam basa yang terdapat di dalam
darah. Kadar H2CO3 dalam darah ditentukan oleh CO2 melalui mekanisme pernafasan
dan mekanisme ginjal sebagai tambahan.
Gangguan keseimbangan asam basa

1. Asidosis
Ialah suatu keadaan dimana terjadi kelebihan asam dalam darah
2. Asidosis respiratorik
Retensi CO2 yang lebih/produksi CO2 oleh jaringan yang lebih banyak dibandingkan
dengan kemampuan pembebasan CO2 oleh paru–paru.
3. Asidosis metabolik
Terjadi karena
1) Intake dari asam yang tinggi:Metanol,NH4CI
2) Bertambahnya produksi asam: asam laktat,
3) Berkurangnya ekskresi asam oleh ginjal: asidosis tubulus ginjal,
4) Pengeluaran bikarbonat: pada diare yang lama.
5. Alkalosis
Ialah suatu peninggian basa dalam darah
6. Alkalosis respiratorik
Adalah suatu keadaan dimana PaCO2 dalam darah berkurang yang disebabkan oleh
hiperventilasi. Keadaan ini disebabkan oleh karena pemakaian obat–obatan.
7. Alkalosis metabolik
Disebabkan karena HCl lambung berkurang, misalnya muntah dan pemberian zat–zat
alkali melalui IV. Biasanya terjadi kenaikan Ph, peninggian kadar kalium yang berasal
dari kalium intra seluler sehingga kalium dalam urin juga akan mengalami peninggian.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Faktor fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kerja kardiopulmonar secara langsung akan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Tahap Perkembangan
a. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler beresiko mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas sebagai
hasil pemaparan agen infeksi dan asap rokok. Hali ini terjadi karena pada saat lahir
terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara dan pada usia prematur kecenderungan pembentukan surfactan
berkurang
b. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah, dan remaja beresiko terpapar pada infeksi saluran pernapasan,
misalnya menghisap asap rokok dan merokok. Individu yang mulai merokok pada usia
remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan
resiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru.
c. Dewasa muda dan dewasa
Dewasa muda dan pertengahan banyak terpapar pada banyak resiko kardiopulmonar
seperti: diet yang tidak sehat, stress, kurang aktivitas/aktivitas fisik, obat-obatan, dan
merokok. Dengan mengurangi factor-faktor resiko tersebut dapat menurunkan resiko
menderita penyakit kardiopulmonar.
d. Lansia
Pada lansia seiring bertambahnya usia maka akan berdampak pada system pernafasan
dan system jantung. Pada system arterial akan terjadi plak aterosklerosis sehingga
tekanan darah bisa meningkat. Kompliansi dinding dada menurun, penurunan otot-otot
pernafasan, identik juga sering terjadi pada lansia. Selain itu penurunan kerja silia dan
mekanisme batuk efektif menyebabkan individu/lansia mengalami infeksi saluran
pernafasan.
3. Perilaku
Perilaku atau gaya hidup, seacara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
kemampuan tubuh dalam memenuhi oksigen. Faktor gaya hidup yang mempengaruhi
fungsi pernafasan meliputi nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi dan
stress.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi kebituhan oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih
tinggi di daerah berkabut atau dataran tinggi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu.

E. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN


a. Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme
seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan,
ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang biasanya dikaoitkan dengan embolus
paru dan syok.
Tanda dan gejala: Taki kardi, nafas pendek, nyeri dada,pusing, sakit kepala ringan,
disorientasi, paretesia, tinnitus penglihatan kabur, disorientasi, tetani (spasme
karpopedal)

b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat
Tanda dan gejala:
Pusing, nyeri kepala, letargi disorientasi, penurunan mengikuti instruksi, disritmia
jantung, ketidakseimbangan elektrolit, konvulsi, koma henti jantung.

c. Hipoksia
Hipoksia merupkan kondisi tidak adekuatnya/tercukupinya pemenuhan O2 oleh
tubuh/selular akibat dari defisiensi O2 yang dinspirasi atau meningkatnya penggunaan
O2 pada tingkat sel. Rasa takut, ansietas, disorientasi, penurunan kemampuan
berkonsentrasi
Tanda dan gejala:
Penurunan tingkat kesadaran, peningkatan keletihan, pusing, perubahan perilaku,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan,
peningkatan tekanan darah, disritmia jantung, pucat, sianosis, clubbing, dispnea.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH OKSIGENASI

A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Masalah pernapasan yang pernah dialami
1) Apakah pernah mengalami perubahan pola pernapasan?
2) Apakah pernah mengalami batuk dan sputum?
3) Apakah pernah mengalami nyeri dada?
4) Aktifitas apa sajakah yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas?

b. Riwayat penyakit pernapasan


1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain?
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?

c. Riwayat penyakit kardiovaskuler


Apakah pernah mengalami penyakit jantung, atau gangguan peredaran darah?

d. Gaya Hidup
Apakah mempunyai kebiasaan hidup yang tidak sehat seperti merokok, berasal dari
keluarga perokok, apakah lingkungan kerja penuh dengan kebiasaan merokok, asap
rokok, polusi dsb?

2. Pengkajian secara umum


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data mengenai: biodata klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaan, riwayat psikososial dan pemeriksaan fisik.
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien. Keluhan
utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan
oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea,
hemoptysis,mengi, dan chest pain.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang sistem pernafasan dimulai dengan perawat
menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga klien meminta
pertolongan dan dilakukannya pengkajian saat itu. Misalnya: sejak kapan keluhan
dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang dilakukan ketika
keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah
usaha
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien
dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan,
karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan pernfasan sangat penting untuk
mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang memberikan
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, batuk darah dari
generasi terdahulu.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya, Kebiasaan social:
menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, mis. minum alcohol, atau obat tertentu.
g. Pengkajian Psikososial
1) Psikologis
Dalam hal ini perawat perlu mengetahui tentang :
a) Persepsi/tanggapan klien terhadap masalahnya/ penyakitnya
b) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c) Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
d) Persepsi/tanggapan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien/ penyakit dan
therapy
e) Harapan klien dan keluarga terhadap masalah yang dihadapi sekarang
2) Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya: merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
1) Xantelasma/lesi kuning pada kelopak mata (dikarenakan hiperlipidemia)
2) Konjungtiva pucat (karena anemia)
3) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
4) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis akibat bakteri)
b. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung (megap-megap, dispnea)
c. Mulut dan bibir
1) Membran mukosa sianosis (karena penurunan oksigen)
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru kronik)
d. Vena leher
Adanya distensi/bendungan (dikaitkan dengan gagal jantung kanan)
e. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran darah perifer)
2) Sianosis secara umum (hipoksemia)
3) Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Edema (dikaitkan dengan gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan)
5) Edema periorbital (dikaitkan dengan penyakit ginjal)
f. Jari dan kuku
1) Sianosis perifer (karena kurangnya sulpai oksigen ke perifer)
2) Clubing finger (karena hipoksemia kronik)
g. Dada dan thoraks
1) Inspeksi
Sebelum dilakukan teknik ispeksi seorang perawat harus mengetahui dan menguasai
landmarks anatomi thoraks posterior, lateral dan anterior.Hal ini bertujuan untuk
menemukan letak dan mengetahui struktur organ yang ada dibawahnya, terutama lobus
paru, jantung dan pembuluh darah besar.

Pengamatan dada pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
frekuensi (eupnea, bradhipnea, takhiepnea), sifat (pernafasan dada, diafragma, perut)
dan ritme/irama Pernafasan (biot, cheyne stoke, kusmaul, dsb).
Tingkat usia Hasil normal
Bayi baru lahir 35-40 kali/menit
Frekuensi
minggu – 11 bulan
Bayi 1Tipe/pola pernafasan
30-50 kali/menit Makna klinis

Todler 2 – 4 tahun tiap menit


25-32 kali/menit
Anak umur 4 – 12 tahun 20-30 kali/menit
Eupnea 16-20 Normal
Remaja 14 – 18 tahun 16-19 kali/menit
Takipnea
Dewasa > 35 Kegagalan pernafasan,respon pada
12-20 kali/menit
demam,ansietas,Nafas pendek,
Lansia (diatas 65 tahun) Jumlah respirasi per menit biasanya
infeksi pernafasan
Bradipnea < 10 meningkat secara bertahap dari
Tidur,Depresi dewasa
pernafasan,
overdosis obat, lesi system saraf
pusat
Apnea Periode tidak Dapat terjadi sebentar-sebentar
bernafas seperti tidur apnea, gagal nafas
berlangsung > 15
detik

Hiperpnea 16-20 Akibat ansietas atau respons pada


nyeri,menyebabkan alkalosis
pernafasan,parastesia,tetani konfusi
yang terlihat
Kussmaul Biasanya > 35 dapat Pola takipnea berhubungan dengan
Menjadi lambat atau Ketoasidosis diabetikum,asidosis
normal metabolic,atau gagal ginjal
Pola yang meningkat dan menurun
Disebabkan perubahan dalam status
asam basa,masalah

Cheyne Variabel Metabolic yang mendasari dan

stokes menderita neuroserebral


Periode apnea dan nafas dangkal
disebabkan gangguan sisitem saraf

Biot Variabel pusat


Pasien sehat,peningkatan pada
waktu inspirasi dengan waktu
inspirasi bunyi grunting yang pendek
terlihat pada lesi system saraf pusat
Apneustik Meningkat pada pusat pernafasan

2) Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile fremitus
(vibrasi). Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti: massa, lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri.Vocal fremitus: getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara

Temuan pada Pemeriksaan Palpasi Paru


Palpasi Normal Abnormal
Kulit lembab atau terlalu
Kering Krepitus, berbunyi
Kulit tak nyeri tekan, tajam ketika kulit di palpasi
Kulit dan dinding
lembut, hangat dan yang disebabkan oleh
dada
kering kebocoran udara paru-paru
ke dalam jaringan sub kutan
Nyeri tekan setempat
Jaringan sub kutan
Nyeri tekan setempat
Peningkatan fremitus:
akibat vibrasi melalui
Tulang belakang dan iga media padat, seperti pada
tidak nyeri tekan tumor paru
Fremitus Simetris, vibrasi ringan Penurunan fremitus: akibat
teraba pada dinding dada vibrasi melalui peningkatan
selama bersuara ruang dalam dada, seperti
pada pneumothoraks atau
obesitas Fremitus asimetris
merupakan suatu kondisi
yang selalu tidak normal
Dada Ekspansi simetris Ekspansi kurang dari 3 cm,
Ekspansi lateral
3 sampai 8 cm nyeri atau asimetris
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.

Perkusi Normal Abnormal


Hiperesonan:akan terdengar
Bunyi resonan, tingkat pada pengumpulan udara
kenyaringan rendah, Atau pneumothoraks
Bidang
menggaung, mudah Pekak atau datar: terjadi
paru
terdengar, kualitas sama akibat penurunan udara di
pada kedua sisi dalam paru-paru (tumor,
cairan)
Posisi tinggi:distensi
Letak diafragma pada lambung atau kerusakan
Gerakan
vertebra torakalis ke-10 saraf
dan posisi
Setiap hemidiafragma frenikus.Penurunan
difragma
bergerak 3-6 cm atau tanpa gerakan pada
kedua hemodiafragma

Ciri-ciri Suara Nafas Normal

Dekripsi Lokasi Asal

Vesikuler Paling baik terdengar di Diciptakan oleh udara


Bunyi vesikuler halus, perifer paru (kecuali di yang bergerak melewati
lembut dan bernada atas scapula) jalan nafas yang lebih
rendah. Fase inspirasi 3 kecil
kali lebih lama dari fase
ekspirasi

Bronkovesikuler Paling baik didengar Diciptakan oleh udara


Bunyi bronkovesikuler secara posterior antara yang bergerak melewati
bernada sedang dan scapula dan anterior di jalan nafas yang lebih
bunyi tiupan dengan atas bronkhiolus di besar
intensitas sedang. Fase samping sternum pada
inspirasi sama dengan rongga interkosta
fase ekspirasi pertama dan kedua

Bronkial Paling baik terdengar diDiciptakan oleh udara


Bunyi bronchialatas trakea yang bergerak melewati
terdengar keras dan trakea yang dekat
bernada tinggi dengan dengan dinding dada
kualitas bergema.
Bunyi Suara Nafas Tambahan

Bunyi Daerah yang Penyebab Karakter


diauskultasi

Krekels Paling sering Reinflasi Krekels halus adalah bunyi


terjadi di lobus sekelompok gemercik bernada halus
dependen: alveolus yang tinggi, singkat, yang
dasar paru acak dan tiba-terdengar di akhir
kanan dan kiri tiba: aliran udara inspirasi, biasanya tidak
yang kacau hilang dengan batuk.
Krekels basah adalah
bunyi yang lebih rendah,
lebih lambat terdengar di
pertengahan inspirasi;
tidak hilang dengan batuk
Ronki Terdengar di Spasme mukular, Bunyi keras, bernada
atas trakea dan cairan, atau rendah, bergemuruh,
bronkus; jikamucus pada jalan kasar, yang paling sering
cukup keras,nafas yang besar, terdengar selama inspirasi
dapat terdengar menyebabkan atau ekspirasi, dapat
di sebagianturbulensi hilang dengan batuk

besar bidang
paru
Mengi Dapat didengar Aliran udara Bunyi musical bernada
di seluruh kecepatan tinggi tinggi dan kontinu seperti
bidang paru melewati bronkus berdecit yang terdengar
yang mengalami secara kontinu selama
penyempitan inspirasi atau ekspirasi;
berat biasanya lebih keras pada
ekspirasi, tidak hilang
dengan batuk
Gesekan Terdengar di Pleura yang Bunyi kering, berciut yang
pleura bidang paru mengalami paling terdengar selama
lateral (jika klien inflamasi, pleura inspirasi; tidak hilang
duduk tegak) parietalis dengan batuk, terdengar
yangbergesekan paling keras di atas
dengan pleura permukaan anterior
viseralis lateral
4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung


Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan keadekuatan system konduksi
jantung mencakup peremiksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor
Holter, pemeriksaan stress latihan dan pemeriksaan elektrofisiologi.
b. Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah

Untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah dapat dilakukan pemeriksaan


ekokardiografi, skintigrafi, kateterisasi, dan angiografi.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi

Untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi dapat dilakukan pemeriksaan


tes fungsi paru, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri dan hitung darah lengkap.
d. Pemeriksaan untuk melihat/memvisualisasikan struktur sistem pernapasan
Pemeriksaan untuk melihat/memvisualisasikan struktur sistem pernapasan dapat
dilakukan dengan pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoakopi, dan pemindaian paru
e. Pemeriksaan untuk menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan
Pemeriksaan untuk menentukan apakah terdapat sel-sel abnormal atau infeksi di dalam
saluran pernafasan meliputi kultur tenggorok, specimen sputum, pemeriksaan kulit dan
torasentesis.
B. Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan Gangguan Oksigenasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko terhadap infeksi
5. Intoleransi aktifitas

C. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan

1. Tujuan :

1) Mempertahankan jalan napas agar efektif

2) Mempertahankan pola pernapasan agar kembali efektif

3) Mempertahankan pertukaran gas

4) Meminimalkan dan mencegah terjadinya infeksi

5) Meningkatkan toleransi aktivitasnya


2. Rencana Tindakan

1) Mempertahankan Jalan napas agar efektif

INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, Penurunan bunyi napas indikasi
kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori. atelektasis, ronki
indikasi
akumulasi secret atau
ketidakmampuan membersihkan
jalan napas sehingga otot
aksesori

2 Catat kemampuan untuk mengeluarkan Pengeluaran sulit bila sekret


secret atau batuk efektif, catat karakter, tebal, sputum berdarah akibat
jumlah sputum, adanya hemoptisis. kerusakan paru atau luka
bronchial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.

3 Berikan pasien posisi semi atau Fowler. maksimal membuka area


atelektasis dan peningkatan
gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan

4 Lakukan fisioterapi dada (postural Meminimalkan dan


drainage, clapping, perkusi dan vibrasi) mencegah

sumbatan/obstrusi saluran
pernafasan.

5 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, Mencegah obstruksi/aspirasi.


suction bila perlu. Suction dilakukan bila pasien
tidak mampu mengeluarkan
sekret.
6 Pertahankan intake cairan minimal 2500 Membantu mengencerkan secret
ml/hari kecuali kontraindikasi. sehingga mudah dikeluarkan

7 Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Mencegah pengeringan membran


mukosa.

8 Berikan obat: agen mukolitik, Menurunkan kekentalan


bronkodilator, kortikosteroid sesuai sekret,lingkaran ukuran lumen
indikasi trakea bronkial berguan jika
terjadi hipoksemia pada kavitas
yang luas

2) Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL
1 1) Kaji Kecepatan biasanya mencapai
frekuensi kedalaman pernafasan kedalaman pernafasan bervariasi
dan ekspansi dada. Catat upaya tergantung derajat gagal nafas. Expansi
pernafasan termasuk penggunaan dada terbatas yang berhubungan dengan
otot bantu pernafasan / pelebaran atelektasis dan atau nyeri dada
nasal.

2 2) Auskultasi Ronki dan wheezing menyertai obstruksi


bunyi nafas dan catat adanya jalan nafas / kegagalan pernafasan.
bunyi nafas seperti krekels,
wheezing.
3 3) Tinggikan Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
kepala dan bantu mengubah paru dan memudahkan pernafasan.
posisi fowler atau semi fowler

4 4) Kaji/awasi Hipoksia akan dimanifestasikan dengan


secara rutin kulit, kuku dan perubahan membrane
warna dan perubahan yang
terjadi pada membrane mukosa mukosa bibir menjadi pucat/sianosi,
bibir kuku pucat dengan CRT > 3 detik

5 Observasi pola batuk dan Kongesti alveolar mengakibatkan


karakter sekret. batuk sering/iritasi.

6 Dorong/bantu pasien dalam Dapat meningkatkan/banyaknya sputum


nafas dan latihan batuk. dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.

7 Ajarkan pasien pernafasan Membantu pasien memperpanjang


diafragmatik dan pernafasan waktu ekspirasi. Dengan teknik ini
bibir pasien akan bernafas lebih efisien dan
efektif.

8 Berikan dorongan untuk Memungkinkan pasien untuk melakukan


menyelingi aktivitas dan periode aktivitas tanpa distres berlebihan.
istiraha
9 Berikan dorongan penggunaan Menguatkan dan mengkondisikan otot-
pelatihan otot- otot pernafasan.

otot pernafasan jika diharuskan

10 Kolaborasi (Berikan oksigen Memaksimalkan bernafas dan

tambahan,Berikan menurunkan kerja nafas, memberikan


kelembaban pada membran mukosa dan
humidifikasi tambahan misalnya membantu pengenceran sekret.
: nebulizer)

3) Mempertahankan pertukaran gas

INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji dyspnea,takipnea,bunyi Pada beberapa penyakit saluran
pernafasan abnormal. Peningkatan pernafasan (mis. Tuberkulosis
upaya respirasi, keterbatasan ekspansi paru) dapat menyebabkan
dada dan kelemahan. meluasnya jangkauan dalam
paru-pani yang berasal dari
bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis,
pleural effusion dan meluasnya
fibrosis dengan gejala-gejala
respirasi distress.

2 Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, Akumulasi secret dapat


catat tanda-tanda sianosis dan menggangu oksigenasi di organ
perubahan warna kulit, membran vital dan jaringan.
mukosa, dan warna kuku.

3 Demonstrasikan/anjurkan untuk Meningkatnya resistensi aliran


mengeluarkan napas dengan bibir udara untuk mencegah
disiutkan, terutama pada pasien kolapsnya jalan napas.
dengan fibrosis atau kerusakan
parenkim.

4 Anjurkan untuk bedrest, batasi dan Mengurangi konsumsi oksigen


bantu aktivitas sesuai kebutuhan pada periode respirasi.

5 Monitor BGA Menurunnya saturasi oksigen


(PaO2) atau meningkatnya
PaC02

menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih. adekuat
atau perubahan terapi.
6 Tingikan kepala tempat tidur dan bantu Suplai oksigen dapat
untuk memilih posisi yang mudah diperbaiki dengan posisi duduk
untuk bernafas (mis fowler atau semi tinggi dan latihan nafas untuk
fowler). menurunkan kolaps jalan nafas,
tindakan ini juga bisa
meningkatkan ekspansi paru
secara maksimal.

7 Dorong untuk pengeluaran sputum/ Sputum menganggu proses


penghisapan bila ada indikasi pertukaran gas serta
penghisapan dilakukan bila
batuk tidak efektif.

8 Awasi dan pantau tingkat kesadaran / Penurunan kesadaran


status mental merupakan manisfestasi umum
dari hipoksia

9 Awasi tanda vital dan status jantung Perubahan tekanan darah


menunjukkan efek hipoksia
sistemik pada fungsi jantung

10 Dapat memperbaiki atau


Berikan oksigen tambahan mencegah terjadinya hipoksia
dan kegagalan nafas serta
Sesuai indikas idan
tindakan untuk penyelamatan
pertahankan ventilasi mekanik dan hidup.
Bantu intubasi

Anda mungkin juga menyukai