Anda di halaman 1dari 25

Kesulitan Bernafas karena Berdesakan

Nama: Elsa Tjahya NIM / Kelompok : 102010311 / F5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat

Pendahuluan

sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas dalam tubuh.1 Sedangkan secara umum,pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi.2 Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Sleuruh struktur tersebut terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen antara udara luar dan darah serta pertukaran karbindioksida anatara darah dan udara luar. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dengan udara luar sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas anatara darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal(respirasi selular) berlangsung diseluruh sistem tubuh. Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus,alveolus.1

Fungsi dan mekanisme sistem respirasi Sistem respirasi pada manusia memiliki fungsi yaitu untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida dari dalam tubuh. Sistem respirasi sendiri terdiri dari atas sistem paru-oaru dan sistem saluran yang mengubungkan jaringan paru-paru dengan lingkungan luar. Biasanya sistem paru dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu bagian konduksi, terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring,trakea, bronki,bronkiolus; dan bagian respirasi yang terdiri atas alveoli dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah hanya terjadi dalam alveoli, suatu struktur seperti kantong yang memebentuk sebagian besar paru-paru. Bagian konduksi memiliki 2 fungsi utama: (1) menyediakan saluran dimana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru. (2) memlihara udara yang diinspirasi, sehingga sebelum udara masuk paru-paru, udara dibersihkan,dibasahi dan dihangatkan pada rongga hidung.3 Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan yaitu : 1. Ventilasi 2. Difusi 3. Transportasi Ventilasi Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paruparu). Ventilasi terjadi karena perubahan tekanan intrapulmonal, saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru ini terjadi karena otot otot respirasi kontraksi. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar

dari paru-paru ini karena otot antar tulang rangka maupun otot diafragma relaksasi.

Gambar 1. Mekanisme pernapasan perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang costae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru. Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulusabdominis. Ventilasi dipengaruhi oleh : Kadar oksigen pada atmosfer, Kebersihan jalan nafas, Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru, Pusat pernafasan

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Difusi Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan ratarata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.

Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi

oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit. Proses difusi sendiri dipengaruhi oleh ; ketebalam membran respirasi, koefisien difusi, luas permukaan membran respirasi, dan perbedaan tekanan parsial

Transportasi Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat). Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 20 kali lipat. Transport gas dipengaruhi oleh cardiac output, jumlah eritrosit, aktivitas, dan hematokrit darah. Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme. 4

Sistem Respirasi Manusia

1. Udara masuk ke dalam rongga nasal melalui lubang hidung. 2. Dari rongga nasal, udara memasuki farinks, glotis, trakea, larinks, bronkus, bronkiol dn alveolus. 3. Glotis ialah bukaan dari trakea. Glotis ditutupi epiglots sewaktu makan ditelan. 4. Larinks ialah organ suara yang terletak di bahagian bukaan trakea dan terlibat dalam panghasilan bunyi. 5. Trakea bermula dari glotis dan disokong serta diperkuat oleh gelang rawan yang berbentuk C, yang mengelakkannya daripada kempis. 6. Lapisan dalam dinding trakea terdiri daripada sel epitelium bersilium dan sel permbes mukus. 7. Mukus melindungi permukaan trakea dan membantu memerangkap debu dan mikroorganisma yang memasuki trakea bersama dengan udara. 8. Silium ialah unjuran sel epitelium trakea. Fungsinya ialah untuk mengalirkan mukus bersama dengan debu dan mikroorganisma yang terperangkap ke arah glotis supaya ia dapat ditelan, dibatuk atau diludahkan keluar. 9. Trakea bercabang menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan. Kedua-dua bronkus masing-masing memasuki peparu kanan dan kiri. 10. Setiap bronkus bercabang-cabang untuk membentuk beribu-ribu cabang kecil disebut bronkiol yang berakhir di dalam alveolus. 11. Alveolus terletak di hujung setiap bronkiol. 12. Dinding alveolus berperanan sebagai permukaan pernafasan, iaitu tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

13. Aveolus disesuaikan untuk pertukaran gas yang cekap dengan ciri-ciri yang berikut.a) Alveolus mempunyai luas permukaan besar untuk mempercepatkan peresapan gas.b) Alveolus bermembran nipis iaitu setebal satu sel. Gas meresap melaluinya dengan mudah.c) Dinding alveolus sentiasa lembap kerana diselaputi oleh satu lapisan cecair yang membenarkan oksigen dan karbon dioksida melarut di dalamnya.d) Dinding dipenuhi rangkaian kapilari darah bagi mengangkut gas respirasi.5

Keseimbangan asam basa dan sistem buffer

Terdapat tiga sistem yang mengatur pH tubuh : buffer kimia, sistem respiratorius, dan sistem renal. Buffer kimia, substansi yang mengkombinasikan asam dan basa, bereraksi secara langsung untuk menjaga pH, dan merupakan kekuatan penjaga keseimbangan asam-basa tubuh yang paling efisien. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan intraseluler, dan cairan ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat, fosfat, dan protein.

Garis pertahanan kedua dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa yaitu sistem respirasi. Paru-paru mengatur karbon dioksida (CO2) dalam darah, yang dikombinasikan dengan H2O untuk membentuk H2CO3-. Kemoreseptor pada otak mendeteksi pergantian pH dan mengatur laju dan kedalaman respirasi untuk mengatur level CO2. Lebih cepat, pernafasan yang lebih dalam akan mengeliminasi CO2 dari paru-paru, dan lebih sedikit H2CO3 yang terbentuk., sehingga pH naik. Alternatifnya, lebih lambat, dengan pernapasan yang lebih dangkal akan mengurangi eksresi CO2, sehingga pH akan turun.

Tekanan parsial dari level arterial CO2 (PaCO2) menunjukkan level CO2 dalam darah. PaCO2 normal yaitu 35 hingga 45 mm Hg. Level CO2 yang lebih tinggi mengindikasikan hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal. Level PaCO2 yang lebih rendah mengindikasikan suatu hiperventilasi. Sistem respirasi, yang dapat menangani keseimbangan asam basa seperti halnya sistem buffer, bereaksi dalam hitungan menit, dengan kompensasi yang temporer. Penyesuaian jangka panjang membutuhkan sistem renal.

Sistem renal menjaga keseimbangan asam-basa dengan cara mengabsorbsi atau mengeksresikan asam dan basa. Selain itu, ginjal juga dapat memproduksi HCO3- untuk mengatasi persediaan yang rendah. Level HCO3- yang normal yaitu 22 hingga 26 mEq/L. Ketika darah menjadi asam, ginjal akan mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+. saat darah menjadi alkali (basa), ginjal akan mengeksresikan HCO3-&nt; dan menahan H+. Tidak seperti paru-paru, ginjal dapat memberikan efek hingga 24 jam sebelum kembali ke pH yang normal.6

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.Satuan derajat keasaman adalah pH: - pH 7,0 adalah netral - pH diatas 7,0 adalah basa (alkali) - pH dibawah 7,0 adalah asam. Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,357,45.Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah: 1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia

Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. 2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat. 3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.7

Struktu makroskopis sistem pernapasan Struktur yang memebentuk sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur utama(principal structure), dan struktur pelengkap(accesory structure). Yang termasuk sistem pernapasan utama adalah terdiri dari jalan napas(nares hidung bagian luar,hidung bagian dalam,sinus paranasal,faring,laring) dan saluran napas(trakea,bronkus,bronkeolus) serta paru. Sedangkan untuk komponen pelengkap sistem pernapasan merupakan struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernapasan itu sendiri, yaitu dinding dada yang terdiri dari costae dan otot, otot abdomen, dan otot lain diafragma dan pleura.1 Hidung ; pangkalmnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung. Kearah inferior hidung memiliki 2 pintu masuk berbentuk bulat panjang, yakni nares, yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan infero-lateral hidung berakhir sebagai alae-nasi yang berbentuk bulat. Kearah medial permukaan lateral ini berlanjut pda

10

dorsum nasi ditengah. Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin. Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, procesus frontalis maxillae dan bagian nasal osis frontalis. Rangka tulang rawannya terdiri atas kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis dan kartilago ala nasi major et minor. Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun atas m.nasalis dan m.depresor septi nasi. Rongga hidung; secara sagital rongga hidung dibagi oleh sekat hidung. Kedua belah rongga ini terbuka ke arah wajah melalui nares dan ke arah posterior berkesinambungan dengan nasopharynx melalui apertura nasi posterior(choana). Masing-masing belahan belahan rongga hidung mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan medial (sekat hidung). Faring; tabung muskular berukuran 12,5cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,orofaring dan laringofaring. a. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua naris internal (koana). Dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Amandel/adenoid faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak diantara naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara. b. Orofaring; dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular. Suatu perpanjangan suatu palatum keras tulang. Pada orofaring terdapat uvula, amandel palatinum. Uvula merupakan prosesus kerucut(concal) kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak. Sedangkan amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior. c. Laringofaring; mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

11

Laring; menghubungkan laring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk kotak trianguler dan ditopang oleh 9 kartilago; tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan. 1. Kartilago tidak berpasangan; a. Kartilago tiroid (jakun) terletak dibagian proksimal kelenjar tiroid. Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon yang disekresi saat pubertas b. Kartilago krikoid; adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak dibawah kartilago tiroid. c. Epiglotis; adalah katup kartlago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid.Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makan dan cairan. 2. Kartilago berpasangan a. Kartilago aritenoid terletak diataas dan dikedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epitelium skuamosa bertingkat. b. Kartilago kornikulata; melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid c. Kartilago kuneiform; berupa batang-batang kecil yang membantu menopang jaringan lunak. 3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring a. Pasanagan bagian atas adalah lipatan ventrikular(pita suara palsu) yang tidak berfumgsi saat produksi suara. b. Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid dan aritenooid serta krikoid. Pembuka diantara kedua pita adalah grotis.

12

(1) Saat bernapas, pita suara terabduksi(tertarik membuka) oleh otot laring , dan glotis brebentuk triangular. (2) Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup), dan glotis membentuk celah sempit. (3) Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.8 Trakea ; merupakan tuba dengan panjang 10cm sampai 12cm dan diameter 2,5cm serta terletak diatas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah dua bronkus utama. 1. Trakea dapat tetap terbuka karen adanya 16-20 cincin kartilago berbentuk huruf C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkanekspansi esofagus9

Gambar 2. Laring; A posisi berhubungan kepala dan leher, B anterior, C superior laring dengan pita suara terbuka, D superior laring denga pita suara tertutup.

13

Thorax; Toraks adalah daerah pada tubuh manusia yang berada di antara leher dan perut (abdomen). Toraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding toraks yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot, dan jaringan ikat. Sedangkan rongga toraks dibatasi oleh diafragma dengan rongga abdomen. Rongga Toraks dapat dibagi kedalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organorgan penting toraks selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cavae, esofagus, trakhea, dll.). Thoracic inlet merupakan "pintu masuk" rongga toraks yang disusun oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni (anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium sterni terletak kirakira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga toraks atau thoracic outlet (pintu keluar toraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah iga dan anterior oleh processus xiphoideus. Diafragma sebagai pembatas rongga toraks dan rongga abdomen, memiliki bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok ke superior, sehingga sebagian rongga abdomen sebenarnya terletak di dalam "area" toraks. 10

Pleura; merupakan selapu serosa yang membentuk sebuah kantong tertutup yang terinvaginasi oleh paru. Bagian pleura yang melekat pada permukaan paru dan fisura-fisura

14

interlobularis paru disebut pleura viceralis atau pleura pulmonalis. Pleura yang melapisi permukaan dalam separuh dinding thorax, meutupi sebagian besar diafragma dan struktur yang menempati daerah tengah thorax disebut pleura parietalis. Pleura pulmonalis dan parietalis saling berkesinambungan disekitar struktur hilus. Runamg potensial antara keduanya disebut rongga pleura. Daerah antara kedua rongga pleura disebut mediastinum(ruang interplural), dimana yang sebelah kiri lebih kecil daripada yang kanan, karena sebagian besar jantung menempati sisi sebelah kiri dari garis tengah. Paru-paru tidak mengusi cavum pleurae dengan sempurna. Ini menimbulkan recessus/sinus disepanjang garis lipatan pleura. Dimana lapisan-lapisan pleura parietalis menjadi saling berhadapan dan terpisah. Pada pleural, dikenal 2 recessus, yakni; 1. Recessus costomediastinalis; terdapat disebelah anterior (didorsal sternum dan tulang rawan costae); terdapat pada masing-masing sisi cavum pleurae. Recessuns ini terbesar pada sisi medial cavum pleurae kiri yang menutupi jantung. 2. Recessus costodhiapraghmaticus; merupakan recesus terbesar dan terpenting. Terdapat pda masing-masing cavum pleurae, dibatasi oleh pleura costalis dan pleura dhiapraghmaticus, pada daerah antara margo inferior paru dan tepi inferior cavum pleurae. Recessus ini paling dalam setelah ekspirasi paksaan dan menjadi paling dangkal setelah inspirasi paksaan.

Pulmo; masing-masing organ pernapasan ini terletak bebas didalam cavum pleurae. Kedua paru saling terpisah oleh jantung dan isi mediastinum lainnya, kecuali stuktur yang melintasi hilus pulmonis. Paru berupa spons yang elastis dan mengapung dalam air. Paru memiliki apeks(puncak), basis, tiga tepi dan dua permukaan. Bentuk paru menyerupai kerucut. Normal paru kanan lebih besar dari paru kiri, karena mediatinum medius yang berisi jantung menonjol lebih ke arah kiri daripada kanan.
15

Paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fisura posterosuperior hilus, fisuranya ini naik serong kebelekang. Lobus siperior berada pada anterosuperior terhadap fisura ini. Lobus inferior yang lebih besar berada postero-inferior terhadap fisura obliqua tersebut. Paru kanan terbagi menjadi lobus superior inferior dan medius oleh 2 fisura. Fisura obliqua memisahkan inferior dengan medius dan superior. Fisura obliqua tersebut menyerupai fisura lobus kiri , tetapi agak vertikal(kurang serong), fisura horizontal memisahkan lobus superior dan medius. Kadang-kadang bagian medial lobus superior terbagi sebagian oleh fisura yang bervariasi kedalamannya, yang berisi terminal v.azyggos membentuk lobus v.azygos.8

Struktur mikroskopis sistem pernapasan Saluran udara pernapasan dibagi menjadi 2, yaitu; 1) saluran pernapasan atas (upper respiratory tract)- jalan napas terdiri dar hidung,faring,dan laring. 2) saluran udara pernapasan bagian bawah (lower respiratory tract) atau saluran napas. Pada dinding saluran napas bagian bawah, dilapisi oleh epitel semu berlapis (pseudostratified) bersilia yang berbentuk kolumnar tetapi semakin ke arah cephalad menjadi lebih pipih. Epitel ini memiliki membran basalis, tapi tidak semua sel ini mencapai lumen. Ada 8 macam sel pada epitel respirasi yang dapat diidentifikasi, yaitu: 1. Sel basal: sel ini tidak sampai ke permukaan lumen saluran napas, tapi jika sel basal memebelah, salah satu belahannya akan mencapai lumen dan bagian ini tidak termasuk sel basal lagi, tetapi digolongkan sebagai sel intermediate. Sel basal terdapat mulai dari trakea sampai bronkiolus, tetapi terbanyak pada trakea dan bronki ekstrapulmonar.
16

2. Sel intermediate: bentuknya kolumnar, terdapat diatas sel basal, merupakan hasil pembelahan dari sel basal. Selanjutnya sel ini akan berdiferensiasi menjadi menjadi sel mukus ataupun sel bersilia. 3. Sel kulchitsky: sel ini disebut juga sel argyophil, merupakan sel endokrin, berisi bermacam granula neurosekretori yang memebuat peptida-aktif. 4. Sek bersilia: sel ini mempunyai silia yang terbentuk dari 9 aksonema dan satu aksonema spesial. Setiap aksonema berhubungan satu sama lain diikat oleh dynein(suatu protein yang sifatnya kontraktil) 5. Brush cell: jumlah sel ini tidak banyak, kegunaannya belum jelas, dimungkinkan untuk mengabsorbsi cairan. Sel semacam ini dapat juga dijumpai pada usus dan sinus nasalis. 6. Sel goblet: sel ini adalah sel mukus yang menggembung dan berisi granula sekretorik. Jalan napas mulai dari ongga hidung sampai dengan bronkiolus ditutupi oleh lapisan lendir viskolelastis yang dihasilkan oleh sel mukus meupun sel serus. Sel goblet memproduksi musinogen yang akan disekresi ke diniding jalan napas. Musinogen akan berubah menjadi musin, yaitu substansi yang dibentuk oleh glikoprotein yang sifatnya viskus. Musin ini melapisi dinding jalan napas dan berfungsi menangkap partikel debu yang masuk ke sistem pernapasan. 7. Serous sel: sel ini lebih banyak didapati di daerah chepalad (arah kepala) dibandingkan diarah distal (caudal) 8. Sel clara: sel ini adalah sel epitel tidak bersilia pada bronkiolus terminalis yang mempunyai fungsi sebagai sekretori. Kegunaan sel ini adalah memproduksi cairan yang memproduksi toksin. Sel semacam ini lebih banyak didapati di

disatai(bronkiolus) dibandingkan di chephalad. Sel clara kaya akan kandungan

17

GAG(glikosaminoglikan) yang melindungi lapisan bronkiolus dan P-450 (pulmonari sitokrom) yang memetabolisme asam arakhidonat.1 Rongga hidung; terdiri atas 2 struktur yang berbeda; diluar yaitu vestibulum dan di dalamyaitu fossa nasalis. a. Vestibulum; merupakan bagian rongga hidung paling anterior yang melebar. Bagian luar hidung adalah nares(cuping hidung) dan terus sampai vestibulum. Sekitar permukaan dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan keringat, selain rambutrambut pendek dan tebal/vibrissae yang berperan dalam penyaringan partikel besar dari udara inspirasi. Dalam vestibulum, epitel kehilangan sifat tanduknya dan menjadi jenis epitel respirasi sebelum masuk ke fossa nasalis. b. Fosaa nasalis; dalam tengkorak terdapat 2 ruang kavernosa yang dipisahkan oleh ruamg spetum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terbentuk 3 penonjolan tulang yang menyerupai papan yang dikenal sebagai konka. Dari konka superior, medial dan iferior, hanya konka media dan inferior yang mempunyai epitel respirasi. Konka superior diliputi oleh epitel olfaktorius khusus. Sinus paranasalis; merupakan rongga pada os frontalis, maxillaris, ethmoidalis, dan sphenoidales yang dibatasi oleh epitel respirasi bagian bawah yang mengandung sedikit sel goblet. Lamina propia hanya mengandung sedikit kelenjar-kelenjar kecil dan kontinyu dengan periosteum berdekatan. Mukus yang dihasilkan dalam rongga-rongga ini dialirkan kedalam rongga hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-sel epitel bersilia. Nasopharynx; merupakan bagian pertama pharynx, kebawah dilanjutkan dengan bagian oral organ ini, oropharynx. Pada bagian yang berhubungan dengan palatum molle, ia dibatasi oleh sel respirasi.

18

Larynx; merupakan tabung irregular yang menghubungkan pharynx dengan trakea. Ukuran larynx pendek, yaitu 4cmx4cm dan berfungsi untuk menyalurkan udara anatar pharinx dengan trakea. Dindingnya dilindungi oleh tulang rawan hialin (pada tiroid, coricoid, dan kartilago arytenoid inferior) dan tulang rawan elastin yang lebuh kecil (pada epiglotis, cuneiforme, corniculatum, dan kartilago arytenoid superior), dan semuanya itu dihubungkan oleh ligamentum. Selain berperan sebagai penyokong agar saluran udara tetap terbuka, tulang-tulang rawan ini juga berfungsi untuk memproduksi irama fonasi dan mencegah makanan atau cairan masuk ke trakea saat menelan. Epiglotis, menonjol dari pinggir larinx, meluas ke pharynx dan karena itu mempunyai permukaan yang menghadap ke laring diliputu oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglotis pada permukaan yang menghadap ke larynx , epitelk mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia, kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat dibawah sel epitel toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada tulang rawan elastin yang berdekatan. Dibawah epiglotis, mukosa membentuk 2 pasang lipatan yang mekuas kedalam lumen larynx. Pasangan yang diatas merupakan pita suara palsu/lipatan vestibuler, dan mereka mempunyai epitel respirasi yang dibawahnya terdapat sejumlah kelenjar seromukosa dan lamina propianya. Pasangan yang bawahnya, merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Didalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas berkas sejajar dari selaput elasin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan logamentum terdapat berkas-berkas otot lurik, muskulus vocalis, yang mengatur reganangan pita dan ligamentum dan akibatnya saat udara didorong melalui pita-pita, timbul suara dengan tonus yang tidak sama.

19

Trakea; trakea panjangnya 12-14cm dan merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari basis larynx(tulang rawan krikoid) ke tempat dimana trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh mukosa respirasi. Dalam lamina propia terdapat 16-20 tulang rawan hialin berbentuk seperti huruf C yang berperan mempertahankan lumen trakea agar tetap terbuka. Ligamentum fibroelastin dan berkas otot polos (muskulus trachealis) melekat pada perikondrium dan menghubungkan ujung-ujung bebas tulang rawan yang berbentuk huruf C tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, sementara itu otot memungkinkan tulang rawan saling berdekatan.nkontraksi otot disertai dengan penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi, akibat penyempitan saluran lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang membatu membersihkan jalan udara. Bronkus; trakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru pada hilus. Selain itu, pada tiap-tiap arteri dan vena serta pembuluh limfe masuk dan meninggalkan paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan memebentuk unit/ kesatuan yang dinamakan akar paru. Setelah masuk paru, bronkus primer berjalan ke bawah dan keluar membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Masing-masing mensuplai lobus paru-paru. Bronkus lobaris bercabang berulang-ulang, membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, cabang-cabang terminalnya disebut bronkiolus. Masing-masing bronkiolus masuk ke lobus paru-paru, dimana ia bercabang-cabang membentuk 5-7 bronkiolus terminalis. Mukosa bronkus secara stuktural sama dengan mukosa trakea. Tetapi tidak seperti pada trakea, tulang rawan bronkus bentuknya lebih tidak teratur; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan melingkari lumen dengan sempurna. Ketika garis tengah bronkus nerkurang, cincin tulang rawan hialin diganti oleh lempeng/pulau tulang rawan hialin. Dibawah epitel, dalam lamina propia bronkus, terdapat lapisan otot polos yang terdiri dari
20

berkas otot polos yang berbentuk spiral.

Lamina propia kaya akan serabut elastin dan

menunjukan banyak kelenjar mukosa / seromukosa yang salurannya bermuara dalam lumen bronkus. Ditemukan banyak limfosit bebas dalam lamina propria dan diantara sel epitel. Terdapat nodus limfatikus, dan khusus nya banyak pada percabangan bronkus. a. Bronkiolus ; merupakan segmen intralobularis dan tidak mempunyai tulang rawan atau kelenjar pada mukosanya dan hanya mempunyai sel goblet yang tersebar dalam epitel segmen permulaan. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya bertingkat toraks tinggi bersilia , dan kekompleksannya berkurang menjadi epitel kubis bersilia pada bronkiolus terminalis. Selain sel bersilia, bronkiolus terminalis juga memiliki sel clara yang permukaan apikalnya berbentuk kubahyang menonjol kedalam lumen. Sebagian besar lamina propria adalah otot polos dan serabut elastin. Otot bronkus dan bronkiolus dibawah pengawasan nervus vagus dan sistem saraf simpatis. b. Bronkiolus respiratorius; tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih yang berperanan sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dengan bagian respirasi sistem respirasi. Mukosa bronkiolus respiratorius strukturnya identik dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali bahwa dindingnya diselingi oleh banyak sakus alveolaris. Bagian-bagian bronkiolus respiratorius dieslingi oleh epitel kubis bersilia, tetapi pada pinggir lubang alveolaris, epitel bronkiolus dilanjutkan dengan epitel pembatas alveolus, selapis gepeng. Makin kedistal bronkiolus, makin nyata dan bertambahlah jumlah alveolinya, dan jarak antar alveoli makin dekat. Antara laveoli, epitel bronkiolus terdiri atas epitel kubis bersilia: akantetapi pada bagian yang lebih distal, silia mungkin tidak ada. Sepanjang dinding yang mengandung banyak alveoli, sifat bronkiolus hanya terdapat antara alveoli dan terdiri atas sekelompok sel-sel kubis diatas pita otot polos dan tulang rawan elastin.

21

c. Duktus alveolaris: berdinding tipis dan sebagian besar terdiri atas alveoli. Dutktus ini dikelilingi oleh sakus alveolaris. Hanya matriks yang kaya akan serabut elastin dan kolagen yang menyokong duktus dan alveolinya. Duktus alveolaris bermuara kedalam atria, ruang yang menghubungkan sakus multilokularis alveoli. Dua sakus alveolaris atau lebih terbentuk dari tiap atrium. Serabut kolagen dal elastin yang sangat banyak, membentuk jaringan kompleks dan melingkari atria, sakus alveolaris, dan alveoli. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi. Sedangkan kolagen berperan untuk mencegah peregangan berlebih dan kerusakan pada kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. d. Alveolus: merupakan evaginasi kecil seperti kantong dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveolus merupakan cabang-cabang terminal bronkus dan bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa. Secara struktural, alveoli merupakan kantong kecil yang terbuka pada salah satu sisimya ,mirip saramg tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini, oksigen dan karbindioksida melakukan pertukaran antara udara dan darah. Struktur dinding alveoli dikhususkan untuk berlangsungnya difusu antara lingkungan eksternal dengan internal. Tiap dinding 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan dinamakan septum / dinding interalveolaris. Septum alveolaris terdiri dari 2 lapisan epitel gepeng tipis yang diantaranya terdapat kapiler,jaringan penyambung merupakan intrerstitial ytang didalamnya kaya akan jaringan kapiler dalam tubuh. Udara dalam alveoli dipisahkn dari darah kapiler oleh 4 lapisan sel dalam memberan: sitoplasma sel epitel, lamina basalis epitel, lamina basalis sel endotel dan sitoplasma sel endotel. Dalam septa interalveolaris terdapat kapiler pulmonalis yang beranastomosis disokong oleh jalinan serabut kolagen dan elastin. Serabut ini berfungsi untuk pengembangan dan kontraksi dinding alveoli.

22

Pleura; merupakan membran serosa yang meliputi paru-paru. Terdiri dari 2 lapisan, parietal dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh sel mesotel yang terletak pada jaringan penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan elastin. Serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan serabut pada parenkim paru.3 Test fungsi paru Uji fungsi paru atau lung function test atau disebut juga pulmonary function test, digunan untuk mengevaluasi kemampuan paru dan menangani pasien penyakit paru. Pemeriksaan paru berguna untuk menentukan untuk menentukan adanya gangguan dan derajat gangguan fungsi paru. Hasil pemeriksaan digunakan untuk menilai basil terapi dan perkembangan pemyakit. Yang digolongkan sebagai uji faal paru adalah uji spirometri, analisis gas darah arteri dan uji kapastitas difusi. Volume dan kapasitaas paru; volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melali spirometer.11

Gambar 3.spirogram volume dan kapasitas paru

23

Parameter yang biasanya diperlukan adalak kapasitas vital (VC), volume ekspirator paksa (VEP/FEV;forced expiratory volume) pada beberapa interval waktu, misalnya 0,5;0,75 maupun 1 detik, tetapi yang paling sering digunakan FEV1. Lapasitas vital paksa adalak volume udara ekspirasi maksimal yang dapat dikeluarkan setelah inspirasi maksimal;pengeluaran udara ekspirasi dilakukan dengan cepat. Jika dilakukan dengan pelan, kapasitas ini dinamakan kapasitas vital. Pada orang sehat normal, VC hampir sama dengan FVC. Udara yang keluar dari paru masuk ke spirometer yang bersuhu lebih rendah dibandingkan suhu tubuh senhingga mengalami pengurangan volume.1 a. Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal 350-400 ml. b. Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml. c. Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 %TLC) Besarnya adalah 4800 ml. d. Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dlm paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml. e. Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yangtertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidal normal.FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml. f. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRV. Nilai normalnya sekitar 3600 ml. g. Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal

24

h. Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal normal.12

Kesimpulan Terjadinya sesak nafas pada seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan

lingkungannya. Dimana jika keadaan lingkungan berdesak-desakan dimungkinkan jumlah Oksigen yang diperlukan oleh tubuh berkurang dalam lingkungan dan tidak terjadi proses respirasi yang baik dalam tubuh karena jumlah oksigen di udara luar jumlahnya lebih sedikit daripada yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses respirasi normal.

Daftar pustaka 1. Djojodibroto RD. Respiratologi. Jakarta: EGC; 2009 2. Hartanto huriawati. Kamus ringkas kedokteran steadman,ed.4. Jakarta:EGC; 2006 3. Mescher AL. Junqueiras Basic histology, 12th ed. New york:McGrawHill; 2010 4. Asih Y. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Jakarta: EGC; 2007 5. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran, ed 22. Jakarta:EGC; 2008 6. Pendit BU. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2004 7. Dewi IN, Ester M. Keseimbangan cairan, eletrolit,dan asam basa, ed.2. Jakarta:EGC; 2002 8. Gunardi S. Amatomi sistem pernapasan. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2009 9. Snell R S. Clinical anatomy for medical students, 6th ed. Jakarta: EGC; 2008 10. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004 11. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta:EGC; 2006 12. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:EGC; 2004

25

Anda mungkin juga menyukai