LAPORAN PBL
MEROKOK
OLEH : KELOMPOK 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
1
SISTEM RESPIRASI
LAPORAN PBL
MEROKOK
OLEH :
KELOMPOK 3
Dian Utami
Fatimah Yunikartika Akbar
Astari Pratiwi Nuhrintama
Hardiansyah Muslimin
Alvin Adrean Jiwono
Rizky Amalia Ramahani
Ilham Djamaluddin
Yusri Asri
Andi Riskayani
Frinidya
Nur Raisah Ulfah
Chandra
C 111 09 134
C 111 09 252
C 111 09 270
C 111 09 008
C 111 09 115
C 111 09 290
C 111 09 308
C 111 09 327
C 111 09 345
C 111 09 364
C 111 09 382
C 111 09 401
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
SKENARIO
Seorang laki-laki 56 th datang ke rumah sakit karena batuk hebat & sesak napas. Ia
memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 tahun lalu dan semakin memburuk terutama selama
3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu 37oC, denyut nadi adalah 104x/mnt, dan
pernafasan 34x/menit yang tampak terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter
melakukan tes spirometry dan hasilnya menunjukkan PEF 50% dari nilai prediksi. Tes yang
oksimetri 84%. Dia adalah seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 15
tahun. Dia biasanya merokok 2 bungkus rokok per hari, tapi sejak gejala penyakitnya makin
berat ia hanya merokok 1 bungkus per hari
KATA KUNCI
Laki-laki 56 tahun
Batuk hebat kronik
Sesak napas
Suhu normal
Takikardi
Takipneu
PEF 50%
Tes Oksimetri 84%
Riwayat merokok berat
ISTILAH
Spirometri
Alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru dan dicatat dalam
grafik volume per waktu
PEF
Pengukuran jumlah aliran udara maksimal yang dpat dicapai saat ekspirasi paksa
Tes Oksimetri
Tes untuk memantau saturasi oksigen arteri. Nilai normalnya 95%
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
ANALISIS PERTANYAAN
1. Anatomi sistem respirasi
3
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
5
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi
oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak
suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan
mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara
ke dalam trakea dan dinamakan glotis.
dilakukan
dengan
inhalasi
dan
ekshalasi
ketika
bernapas.
* Pertukaran gas eksternal, yang terjadi di paru ketika oksigen (O2) berdifusi dari alveolus
ke dalam darah dan karbon dioksida (CO2) berdifusi keluar dari darah untuk dibuang.
* Pertukaran gas internal, yang terjadi di jaringan ketika oksigen berdifusi dari darah ke
dalam sel, sedangkan karbon dioksida meninggalkan sel untuk masuk ke dalam darah.
Pertukaran gas memerlukan hubungan erat antara sistem pernapasan dan sitem sirkulasi,
karena darah sirkulasi dibutuhkan untuk mengangkut oksigen ke dalam sel dan mengangkut
karbon dioksida balik ke paru. Istilah respirasi juga digunakan untuk melukiskan proses
terkait yang terjadi di tingkat sel. Pada respirasi seluler, oksigen diambil ke dalam sel dan
digunakan pada pemecahan nutrien dengan pelepasan energi. Karbon dioksida adalah produk
sisa respirasi seluler.
Ventilasi
Ventilasi adalah perpindahan udara keluar masuk paru, yang pada keadaan normal terjadi
dengan bernapas.
Ada dua fase ventilasi :
* Inhalasi, atau inspirasi, yakni penghirupan udara ke dalam paru
* Ekshalasi , atau ekspirasi, adalah pembuangan udara dari paru.
Pada inhalasi, atau fase aktif dari pernapasan, otot-otot pernapasan berkontraksi untuk
memperbesar rongga dada. Selama pernapasan tenang, gerakan diafragma berperan untuk
sebagian besar dari peningkatan volume toraks. Diafragma merupakan otot yang kuat
berbentuk kubah dan melekat ke dinding tubuh di sekeliling dasar sangkar iga. Kontraksi dan
pendataran drafragma menyebabkan gerakan ke bawah seperti piston yang menambah
dimensi vertikal dari dada. Otot-otot lain yang ikut serta dalam pernapasan adalah otot
interkostal eksterna dan interna. Otot-otot ini berjalan pada sudut berbeda dalam dua lapis
antara iga. Ketika otot-otot interkosta eksterna berkontraksi untuk inhalasi, sangkar iga
terangkat ke arah atas dan luar. Letakkan telapak tangan anda pada kedua sisi sangkar iga
untuk merasakan aksi ini saat anda menghirup udara. Selama inhalasi kuat, sangkar iga
bergerak lebih ke atas dan keluar oleh kontraksi otot-otot dalam leher dan dinding dada.
Ketika ukuran rongga dada bertambah, tekanan gas dalam rongga menurun.
Fenomena ini mengikuti hukum fisika yang menyatakan bila volume tertentu dari suatu gas
meningkat, maka tekanan akan menurun. Kebalikannya, bila volume berkurang ,tekanan
meningkat. Jika ada meniup balon yang kenyal dan tidak mudah berkembang, partikelpartikel gas akan berdekatan dan akan sering memukul balon, sehingga menciptakan tekanan
yang besar.
Jika leher balon dilepas, maka balon akan langsung kembali ke bentuk asalnya Bila
anda meniup ke balon yang lunak dan mudah berkembang, partikel-partikel gas akan
menyebar ke daerah yang lebih luas dan tidak akan sering mengenai dinding balon. Jika gas
dikeluarkan, akan terlihat bekas jari. Jadi, tekanan dalam rongga dada menurun saat toraks
mengembang. Ketika tekanan menurun sedikit di bawah tekanan udara di luar paru, udara
akan tertarik ke dalam paru, seperti tersedot. Kelenturan paru dan rongga dada untuk
mengembang disebut compliance. Elastisitas normal dari jaringan paru, yang dibantu oleh
surfaktan, memungkinkan paru untuk mengembang pada tekanan dan terisi cukup udara
selama inhalasi. Compliance berkurang bila paru menahan ekspansi. Kondisi-kondisi yang
bisa mengurangi compliance meliputi penyakit-penyakit yang merusak atau membentuk
jaringan parut pada paru, akumulasi cairan dalam paru, defisieinsi surfaktan, dan gangguan
kerja otot pernapasan
Tegangan permukaan di dalam alveoli membantu mengembalikan paru ke ukuran
seula. Selama ekshalasi kuat, otot-otot interkosta interna berkontraksi, menarik dasar sangkar
iga ke dala dan ke bawah. Otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi, mendorong visera
abdomen
ke
arah
atas
untuk
bersandar
ke
diafragma
yang
relaksasi.
Udara memasuki jalan napas dan mengalir melalui bronkus yang bercabang-cabang. Makin
ke arah distal, gerakan makin lambat dan akhirnya tidak ada aliran maju saat udara mencapai
alveoli. Udara yang masuk bercampur dengan udara residual yang tinggal di saluran napas,
sehingga gas akan tersebar rata. Setiap napas menyebabkan relatif sedikit perubahan dalam
komposisi gas alveoli, namun pernapasan normal yang kontinyu menjamin adanya oksigen
yang cukup dan membuang karbon dioksida. Pada ekshalasi, atau fase pernapasan pasif, otototot pernapasan relaksasi, memungkinkan iga dan diafragma kembali ke posisi semula.
Jaringan paru bersifat elastis dan kembali ke ukuran semula ketika ekshalasi.
10
2. Kandungan Rokok
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di
Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok
kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih,
cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen
oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat
ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
NIKOTIN
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan
tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa
setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang
beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia
berkadar nikotin 17 mg per batang.
TIMAH HITAM (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20
batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas
bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan,
bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat
berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
GAS KARBONMONOKSIDA (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin
dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang
sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada
oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin
bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1
persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 15 persen. Berlipat-lipat!
TAR
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan
bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap
padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada
11
permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40
mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 45 mg.
DAMPAK PARU-PARU
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus
bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru,
terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada
fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama
terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan
penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir
ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya
kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab
utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai
bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan
dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30
kali lebih sering.
PEROKOK PASIF
Perokok Pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban rokok
karena turut mengisap asap sampingan(di samping asap utama yang dihembuskan balik oleh
perokok). Ada dua macam asap rokok yang mengganggu kesehatan. Asap utama
(mainstream), adalah asap yang dihisap oleh si perokok. Asap sampingan (sidestream), adalah
asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara Asap
sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan
yang cukup. Dengan demikian pengisap asap sampingan memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif memiliki resiko yang cukup
tinggi atas kanker paru-paru dan jantung koroner, serta gangguan pernafasan. Bagi anak-anak
di bawah umur, terdapat resiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok. Setidaknya
tercatat 4000 kematian perokok pasif per tahun di US.
12
13
14
Namun, hubungan antara batuk berlendir dan sesak juga dapat dijelaskan melalui
mekanisme peradangan atau inflamasi yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang
menyerang sistem pernapasan. Alveoli yang sudah terisi oleh pengeluaran sekret yang
berlebihan akan menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan
sel darah merah akan mengalami gangguan. Sehingga mekanisme kompensasi yang
dihasilkan oleh tubuh adalah terjadinya hipoventilasi. Adanya hipoventilasi akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar karbondioksida dalam tubuh sehingga otak akan
memberi perintah kepada tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang berkurang
sehingga otot-otot pernapasan akan dipaksa untuk bekerja dan timbullah sesak napas.
SESAK
Sesak napas atau dispnea terjadi bila kerja pernapasan berlebihan. Peningkatan
generasi tekanan diperlukan otot pernapasan untuk menimbulkan perubahan volume yang
diberikan jika dinding dada atau paru kurang lentur atau jika resistensi terhadap aliran udara
ditingkatkan. Peningkatan kerja pernapasan juga terjadi bila ventilasi berlebihan untuk
tingkat aktivitas. Meskipun seseorang lebih mudah menjadi dispnetik bila kerja pernapasan
ditingkatkan, teori kerja tidak menerangkan perbedaan persepsi antara napas dalam dengan
beban mekanis normal dan napas dalam batas normal dengan peningkatan beban mekanis.
Kerja mungkin merupakan hal yang sama dengan kedua pernapasan, tetapi yang normal
adalah dengan peningkatan beban akan disertai dengan rasa tidak nyaman.
Sebenarnya, dengan beban respirasi, seperti penambahan resistensi pada mulut,
terdapat peningkatan haluaran pusat pernapasan, yang diukur dengan indeks terbaru, yang
tidak sesuai terhadap peningkatan kera pernapasan. Setiap saat tekanan yang ditimbulkan otot
selama pernapasan mendekati beberapa fraksi kemampuan yang menimbulkan tekanan
maksimalnya, yang dapat bervariasi di antara individu, dispnea terjadi karena transduksi
mekanis terhadap rangsangan saraf. Sangat mungkin, dalam keadaan ini, sinyal dari paru dan
atau jalan udara beredar melalui saraf vagus ke sistem saraf pusat untuk menimbulkan
sensasi.
Pada semua kemungkinan, beberapa mekanisme yang berbeda bekerja pada tingkat
yang berbeda dalam berbagai situasi klinis yang disertai dispnea. Terdapat hubungan antara
deskriptor sensorik dispnea dan metode dengan dispnea yang diinduksi pada subyek normal.
Selain itu, terdapat hubungan antara kelompok deskripsi sensorik tertentu dan proses penyakit
yang menyebabkan dispnea.
15
4.
16
INFORMASI TAMBAHAN
BRONKTIS KRONIS
DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebut
disebabkan
oleh
virus,
bakteri,
merokok,
atau
polusi
udara
(Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi
dahak tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis kronis adalah
batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling
sedikit 2 tahun berturut-turut.
ETIOLOGI
1. Merokok
merupakan
satu-satunya
penyebab
kausal
yang
terpenting.
Peningkatan
yang
terus
polusi
yang
menerus
juga
memperlambat
dapat
juga
merupakan
aktivitas
predisposisi
silia
menyebabkan
dan
bronkitis
infeksi
rekuren
fagositosis.
Zat-zat
adalah
O2,
N2O,
yang
terjadi
pada
alfa-1
antitripsin
adalah
gangguan
resesif
protein
mencegah
alfa-1
kerusakan
antitripsin
alveoli
ini
oleh
memegang
neutrofil
peranan
elastase
penting
(Rubenstein,
dalam
et
al.,
2007).
4. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan
industri
banyak
paparan
debu, asap
(asam kuat,
amonia,
klorin,
hidrogen
hampir
selalu
menyebabkan
infeksi
paru
bagian
bawah,
serta
7.
Virus,
bakteri
(Haemophilus
influenzae,
Streptococcus
pneumoniae)
dan
18
Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan. Bronkitis
infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada
bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam
tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu (Anonim,
2004).
DIAGNOSIS
1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum,
sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun
inspirasi disertai bising mengi.
b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir
sternum.
f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian
tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.
3. Pemeriksaan penunjang.
19
a. Pemeriksaan radiologi.
Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garisgaris yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
b. Pemeriksaan fungsi paru.
Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal.
Sedang KRF sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan
spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80%
dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70% (Rubenstein, et al., 2007).
c. Pemeriksaan gas darah.
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik
sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul
sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan
eritropoeisis.
d. Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal (hipertrofi
atrium dan ventrikel kanan) (Rubenstein, et al., 2007).
e. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih.
PENATALAKSANAAN
1. Penyuluhan.
Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan
harus dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
2. Pencegahan.
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi, dan
dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi.
3. Terapi eksaserbasiakut.
a. Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi.
20
Pemberian
antibiotik
seperti
kortrimoksasol,
amoksisilin,
atau
doksisiklin
pada
21
: batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, wheezing, dispneu, keringat
malam, anoreksia, malaise, gangguan menstruasi, demam, menggigil
Inspeksi
badan, menggigil
Palpasi
: pergeseran trakea, mediastinum, fossa supraclavicularis dan
bronkofoni, suara bisik, ronki kasar pada daerah yang mengandung banyak sekret
GEJALA KLINIS
Demam
Batuk
Batuk berdarah
Sesak napas
Keringat malam
Anoreksia
Gangguan menstruasi
Lemah badan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang:
Gambaran radiologi
Tampak gambaran fibrosis, kavitas, kelainan noduler dengan bermacammacam ukuran serta proses eksudatif pada tuberkolosis menahun yang telah
kecil(milier)
Efusi pleura unilateral, bayangan berawan
Lesi minimal mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari
iga kedua dan processus spinosus dari vertebra thoracalis IV atau corpus
PENATALAKSANAAN
23
Rifampisin(R)
Isoniazid(H)
Pirazinamid(Z)
Etambutol(E)
Streptomicin(S)
Quinolon
Kanamisin
Makrolide
Treatment
category
I
Patients
New cases:
Sputum smear (+)
Sputum smear (-): far advanced
Severe extra-pulmo TB
II
TB treatment regimens
Old cases:
2HRZE (S)/4H3R3
/4HR
/6HE
2HRZES-1HRZE/5H3R3E3
Relaps, failure
New cases:
Sputum smear (-): minimal lession
IV
/5HRE
2HRZ/4H3R3
/4HR
/6HE
Rujuk ke dokter spesialis
Chronic case
PROGNOSIS
Dengan pengobatan yang teratur dan adekuat maka prognosis pasien baik. Akan tetapi,
dengan pengobatan tidak teratur meskipun adekuat prognosis dapat menjadi buruk.
ASMA
DEFINISI
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini
bersifat sementara.
ETIOLOGI
24
binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang
sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres
dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya
(eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya
(juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran nafas.
MANIFESTASI KLINIS
Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang
berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu
subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika
pagi dan berbagai faktor lainnya.
Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak
dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang
menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma,
penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran
oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk
mengeluarkan dahak tersebut. Gambar dibawah ini adalah gambar penampang paru dalam
keadaan normal dan saat serangan asma.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat
serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan
bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2
set, bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang membedakannya
dengan penyakit lain (keluhan sesak pada asma adalah revesibel, bisa baik kembali di luar
serangan, sementara pada PPOK adalah irreversible , tetap saja sesak setiap waktu).
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
26
27
perdarahan lambung
katarak prematur
kelaparan
kelainan mental.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi
serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler
corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak
dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan)
diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan
gejala asma.
28
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast
dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini
digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini
terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman,
tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan
menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus
oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada
penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat
terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
asma).
PENCEGAHAN
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan
yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah
raga.
PROGNOSIS
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan
kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10
juta. Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas
kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan
pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada
masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis
pertama bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi
persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).
Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak
progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang mengalami perubahan fungsi paru yang
irreversible, pasien ini seringkali memiliki tangsangan komorbid seperti perokok sigaret yang
tidak dapat dimasukkan salam penemuan ini. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma tidak
terus menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat seiring
29
berjalannya waktu. Beberapa penelitian mengatakan bahwa remisi spontan terjadi pada kirakira 20 persen pasien yang menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih
diharapkan membaik dengan jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang sewaktu
pasien menjadi tua.
30