Anda di halaman 1dari 25

L/O/G/O

YUDITYA AFIF NUGRAHA

Pembimbing :
DR. Dr. A. M. Takdir Musba, Sp.An-KMN-FIPM

REFERAT ORAL OXYCODON UNTUK TATALAKSANA NYERI AKUT PASKABEDAH


DEPARTEMEN ILMU ANESTESI, TERAPI INTESIF
DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pendahulu
an OPIOID
Penyembuhan
Nyeri Akut Luka

Penurunan
Paskah Fungsi Sistem
EFEK
Imun
Bedah SAMPING
Lama Perawatan
Rumah Sakit
Oksiko
don
Idealnya, manajemen nyeri
paskabedah harus bertujuan Oral
untuk memberikan analgesia
yang memadai dengan efek
samping minimal

Enhanched recovery
after surgery (ERAS)
1. Frizelle H. Mechanism of postoperative pain-nociceptive in postoperative pain management: an evidence-based guide to practice.
Philadelphia: Saunder Elseiver, 2006;27-33.
2. The American Society of Anesthesiologist task force on acute pain management. Practice guidelines for acute pain management in the
perioperatif setting. Br J Anesth 2004;100:1574-81.
Pendahuluan

Oxycodone oral adalah opioid yang dapat memberikan efek analgesia nyeri akut
paskabedah yang efektif. Dibandingkan dengan morfin atau hidromorfon intravena,
oxycodone oral dapat memberikan analgesia yang unggul, dan mengurangi
konsumsi opioid secara keseluruhan dan kebutuhan akan obat rescue; dalam
beberapa penelitian, oxycodone oral dikaitkan dengan efek samping yang lebih
sedikit, seperti PONV4.Oksikodon memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor
mu, kappa, dan delta. Beberapa penelitian menemukan bahwa efek antinosiseptif
oksikodon benyak dimediasi oleh reseptor mu, dan kappa, berbeda dengan morfin
yang banyak dimediasi oleh reseptor kappa

Cheung CW, dkk. Oral oxycodone for acute postoperative pain: a


review of clinical trials. Pain physician. 2017 Feb 1;20:SE33-52.
Nyeri

Menurut International Association for the Study of


Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan yang nyata atau berpotensi untuk itu, atau
yang digambarkan seperti itu. Respon individu
terhadap nyeri sangat bervariasi, dan dipengaruhi
oleh faktor genetik, latar belakang budaya, usia dan
jenis kelamin
Nyeri pascabedah merupakan prototipe dari nyeri akut. Antara kerusakan
jaringan (sumber rangsang nyeri) sampai dirasakan sebagai persepsi,
terdapat suatu rangkaian proses elektrofisiologis yang disebut “nosisepsi”.
Terdapat 4 proses yang terjadi pada nosisepsi

Gambar 1. Lintasan nyeri : transduksi, konduksi, transmisi, modulasi dan


persepsi.
Gambar 2. Lintasan nyeri dan intervensi yang dapat memodulasi aktivitas nyeri
pada tiap poin.
Plastisitas Susunan Saraf

keadaan dimana terdapat kerusakan jaringan maka terjadi pula


perubahan sifat saraf.Kemampuan saraf untuk berubah sifat,
disebut sebagai plastisitas susunan saraf. Plastisitas ini dapat
terjadi karena tiap terjadi kerusakan jaringan atau proses inflamasi
akan diikuti pula dengan sensitasi baik di perifer maupun di sentral
Sensitisasi Perifer
Sensitisasi Sentral
Nyeri akut paskabedah timbul akibat terjadinya kerusakan jaringan local akibat
pembedahan, menyebabkan pelepasan prostaglandin, histamine, serotonin,
bradikinin, substan p, dan mediator lainnya menghasilkan stimulus noxius dan
iritasi dari ujung saraf dan nosiseptor. Nyeri juga muncul akibat kerusakan
langsung dari serabut saraf perifer ataupun sentral tergantung prosedur bedah
yang dijalani

Respon tubuh terhadap nyeri


Tatalaksana Farmakologis
Nyeri Paskabedah

Three Step Analgesic Ladder WHO


Oksikodon

Oksikodon (14-hydroxy-7,8-dihydrocodeinone) adalah agonis opioid


semi-sintetik murni yang diturunkan dari baine dengan afinitas untuk
reseptor kappa, dan pada tingkat yang lebih rendah untuk reseptor mu.
Ini juga bekerja pada reseptor delta. Ada berbagai temuan
eksperimental yang menunjukkan bahwa efek antinosiseptif intrinsik
oxycodone dimediasi oleh reseptor kappa dan mu, tidak seperti morfin,
yang terutama bertindak melalui reseptor mu. Di Amerika Serikat,
penggunaan opioid secara medis meningkat 400% antara tahun 1996
dan 2000. Saat ini, 86% dari pasar terdiri dari empat opioid: (1) hydro-
morphone pelepas terkontrol, (2) morfin pelepas terkontrol, (3)
oxycodone (CRO) dan (4) fentanil transdermal terkendali yang
dikendalikan.
Farmakokinetik dan
metabolisme

Bioavailabilitas

Oksikodon adalah opioid dengan berat molekul rendah yang bersifat lebih
lipofilik berbanding morfin dengan bioavailabilitas oral setidaknya dua kali
lebih besar dari morfin (60-87%). Tingginya korelasi antar dosis, konsentrasi
plasma, dan efek farmakologis membuat farmakokinetik obat ini lebih dapat
diprediksi
Absorpsi dan Metabolisme

Formulasi CRO terdiri dari dua polimer akrilik yang berarti bahwa pelepasan
dan penyerapannya terjadi dalam dua fase. Pada fase pertama, sekresi
gastrointestinal mengikis permukaan tablet untuk memungkinkan pelepasan
oksikodon dan disolusi yang sama dengan cepat. Tindakan ini dimulai dalam
satu jam, dan waktu paruh 0.6 jam, yang mempengaruhi 38% dari dosis.
Kemudian terdapat fase kedua dari sustained release yang bisa bertahan
selama 12 jam, dengan waktu paruh 6.9 jam, dan fase ini mempengaruhi sisa
62% dari dosis.

Waktu paruh plasma oksikodon berkisar antara 3 hingga 5 jam


(hampir setengah dari morfin). Waktu paruh ini tidak dipengaruhi
oleh rute pemberian (intravena, rektal, atau oral). Kadar plasma
stabil dicapai setelah 24 jam (2-7 hari pada morfin). Konsentrasi
plasma sedikit lebih tinggi pada wanita karena eliminasi yang lebih
lambat.
Oksikodon Oral

World health organization (WHO)mengklasifikasi oksikodon sebagai terapi


tingkat dua ketika dikombinasikan denganadjuvant NSAID, meskipun
demikian oksikodon merupakan obat mayor opioid yang dapatdigunakan
pada nyeri akut dan kanker berat.Oksikodon dianggap memiliki sifat hampir
memenuhi kriteria opioid yang ideal yakni waktu paruh pendek, durasi kerja
lama, tidak ada ceilingeffect dan efek samping obat yang bisa
ditoleransi.Oksikodon adalah opioid yang memiliki beratmolekul rendah dan
bersifat lebih lifopilik dibanding dengan morfin. Oral bio availability dua kali
lebih hebat dibanding dengan morfin(60%–87%).
Oxycodone CR dapat diberikan secara tunggal atau dikombinasi dengan analgetik
nonopioid dan memiliki fleksibiltas titrasi secara terpisah antara opioid dan non
opioid untuk mencapai keseimbangan optimal antara efek kontrol nyeri dan efek
sampingnya.Oxycodone CR dikembangkan untuk menggabungkan onset yang
cepat dari Oxycoden IR dengan efek durasi yang lama. Oral oxycodone CR
diberikan tiap 12 jam dan oral oxycodone IR diberikan 4 kali sehari.
Lanjutan
lanjutan

Oxycodone oral dikombinasikan dengan acetaminophen memberikan kontrol nyeri


yang lebih baik daripada morfin intravena dan oxycodone oral memberikan efek
pereda nyeri yang sebanding dengan morfin intratekal setelah operasi
sesar.Mengingat bahwa morfin yang diberikan secara intratekal lebih efektif daripada
morfin intravena untuk menghilangkan nyeri paska-sesar, oxycodone oral tampaknya
menawarkan analgesia yang memuaskan dalam pengaturan nyeri ini.15 Dalam situasi
paskabedah yang melibatkan bedah jantung, kualitas analgesik oxycodone oral
sebanding dengan morfin intravena
ek Samping Paskabedah dalam
enggunaan Oxycodone Oral

• Dua ratus enam puluh enam pasien


trauma secara acak diteliti oleh  Terjadinya PONV terkait dengan
Haeseler dkkdan menerima baik oxycodone oral sebanding
tapentadol (n = 133) atau dengan plasebo, piritramide
oxycodone/naloxone (n = 133). Efek
intravena, tramadol oral, dan
samping muntah pada hari 1 terjadi
pada 11% pasien, sembelit pada 35% naproxen.21 PONV berkurang
pasien tapentadol dan pada 16% dan secara signifikan pada kelompok
30% pasien oxycodone/naloxone (P oxycodone. Secara signifikan,
= 0,60 dan 0,33), masing-masing. lebih sedikit komplikasi terkait
Insiden sedasi/vertigo adalah < 10%, pengobatan pada pasien yang
yaitu somnolen < 2% pada kedua diobati dengan oxycodone
kelompok (P> 0,3, masing-masing).
dibandingkan dengan mereka
Skor total kejadian efek samping
adalah 51% pada tapentadol vs 49%
yang diobati dengan ropivacaine
pada kelompok oxycodone/nalokson epidural.
Pemulihan paskabedah dan
kepuasan pasien

Di antara penelitian yang mengevaluasi pemulihan pasien setelah


operasi, Lamplot dkk20 melaporkan peningkatan fungsi fisik yang terkait
dengan rejimen multimodal termasuk oxycodone oral, dibandingkan
morfin atau hidromorfon intravena.Pasien yang diobati dengan
oxycodone menjadi lebih cepat bergerak daripada pasien yang menerima
ropivacaine epidural.Selain itu, 2 penelitian (operasi tulang belakang24,
operasi caesar22) mencatat kembalinya fungsi usus pada pasien yang
diobati dengan oxycodone oral (dibandingkan morfin intravena dan
morfin/kodein oral intravena, masing-masing).
Lanjutan

Kepuasan pasien dengan analgesia paskabedah


umumnya tinggi dan sebanding antara
perawatan dalam sebagian besar percobaan21.
Namun, kualitas manajemen nyeri untuk
pengobatan oxycodone dinilai lebih tinggi,
seperti kualitas manajemen nyeri untuk rejimen
multimodal yang melibatkan oxycodone di
pengaturan artroplasti lutut (dibandingkan
hidromorfon intravena)
Oxycodone oral dalam
tatalaksana nyeri akut
paska bedah
• Oxycodone oral memberikan Dengan kata lain, analgesia
analgesia superior dan mengurangi multimodal yang melibatkan
permintaan analgesik rescue oxycodone oral dapat menjadi
dibandingkan dengan plasebo. alternatif potensial untuk opioid
Dibandingkan dengan opioid intravena untuk kontrol nyeri
intravena, oxycodone oral
memberikan kontrol nyeri yang
paskabedah yang efektif.4
sebanding atau lebih baik dan Beberapa studi melaporkan
mengurangi permintaan analgesia peningkatan fungsi fisik20 atau
rescue pada beberapa operasi. pengurangan lama tinggal di
Pengurangan penggunaan analgesik rumah sakit19 yang terkait
rescue menandakan kontrol nyeri dengan rejimen multimodal
yang memadai, yang dapat
menggunakan oxycodone oral
memfasilitasi pemulangan dini dari
rumah sakit. dibandingkan opioid intravena
saja.
Ringkasan

Oksikodon merupakan opioid kuat, tersedia dalam


sediaan oral, merupakan alternatif penanganan nyeri
akut pasca bedah. Pada beberapa jenis operasi,
seperti operasi laparaskopi cholesistektomi,
histerektomi, arthroskopi lutut, oksikodon terbukti
menurunkan intensitas nyeri secara segnifikan
dibandingkan dengan morfin ataupun plasebo dan
menurunkan kebutuhan rescue analgetik. Lebih jauh lai
oksikodon oral memiliki efeksamping PONV yang lebih
rendah.

Anda mungkin juga menyukai