diajukan Untuk Mengetahui Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Yang
Diampu Oleh
Dosen : DR. Ns. Rahmaya Nova Handayani, S. Kepada,. M. Sc
Disusun oleh :
Nama : M. Alfarizi
NIM : 200106089
Prodi / Kelas : D4 Keperawatan Anestesiologi / 5A
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya tindakan medis untuk pembedahan maka anestesi muncul
sebagai salah satu ilmu yang paling berkembang di dalam dunia kedokteran. Tindakan
anestesi yang pertama kali dilakukan di dunia modern dan ditujukan untuk mengurangi rasa
nyeri dipresentasikan di depan publik oleh William T.G. Morton (1819-1868) pada tahun
1846. Peristiwa tersebut telah menjadi tonggak awal sejarah anestesi dunia. Pada abad ke-20,
anestesi umum menjadi sangat terpercaya seiring dengan perkembangan teknik anestesi,
teknik pemantauan dan penemuan agen-agen anestesi baru dengan karakter farmakokinetik
dan farmakodinamik yang lebih baik.1
Tindakan anestesi pada umumnya didahului oleh induksi anestesi sebagai tahapan awal
anestesi. Induksi anestesi adalah pemberian obat atau kombinasi obat pada saat dimulainya
anestesi yang menyebabkan suatu stadium anestesi umum atau suatu fase pasien dari keadaan
sadar menjadi tidak sadar. Idealnya induksi ini berjalan dengan lembut dan cepat, dengan
keamanan dan kenyamanan pasien merupakan salah satu tujuan dalam tindakan anestesi
untuk pembedahan. 2
Propofol merupakan salah satu jenis obat induksi intravena yang paling sering digunakan
dalam pembiusan umum, karena memiliki onset yang cepat, eksitasi minimal, supresi reflek
laring dan faring, serta sifat antiemetik. Efek bangun yang lebih cepat setelah pemberian obat
propofol dihentikan membuat obat ini lebih disukai penggunaannya.1 Akan tetapi, propofol
dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi. Rasa nyeri akibat injeksi propofol
dideskripsikan oleh pasien sebagai sensasi nyeri tajam, menyengat atau terbakar pada
pembuluh darah vena yang dirasakan segera atau hingga 20 detik setelah suntikan diberikan.
Rasa nyeri yang terjadi dapat disebabkan oleh rangsangan serabut saraf aferen pembuluh
darah vena secara langsung oleh propofol, serta akibat reaksi inflamasi karena aktivasi
kaskade kinin. 3
Lee dan Russel dalam penelitiannya menemukan insiden nyeri akibat penyuntikan propofol
sebesar 70%. Beberapa strategi telah dilakukan untuk
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan suatu
perumusan masalah: Bagaimanakah perbandingan premedikasi lidokain perlakuan torniket
dan campuran lidokain derajat nyeri saat induksi anestesi menggunakan propofol
2. Mengetahui angka kejadian nyeri saat induksi anestesi menggunakan propofol yang
mendapatkan perlakuan premedikasi lidokain perlakuan torniket.
1.5.2Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan Bila premedikasi lidokain perlakuan torniket secara
signifikan dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik akibat induksi anestesi
menggunakan propofol dibandingkan dengan campuran lidokain dan dapat menerapkan
selama dalam perkuliahan
media leaflet di
RSUD Prof dr.
Margono
Soekarjo
(Ortiz et al., Preoperative patient Variabel bebas : selfadministered Dari hasil
2015) education : Can we Preoperative survey penelitian
improve satisfaction patient education diketahui pasien
and redcue anxiety? Variabel terikat : yang menerima
Satisfaction and selebaran
terdapat
reduce anxiety
peningkatan
yang signifikan
secara statistik
ditemukan pada
pertanyaan
tentang
kepuasaan dan
pemahaman
seputar tentang
anestesi dan
operasi yang
akan dijalani.
(Arif Pengaruh pendidikan Variabel bebas : Quasi- Dari hasil
Kurniawan et kesehatan tentang Pendidikan Expreiment penelitian
al., 2017) persiapan fisik pre kesehatan tentang pre-post test diketahui terdapat
operasi dalam persiapan fisik pre design. Dengan perbedaan tingkat
menurunkan kecemasan operasi menggunakan kecemasan pada
Variabel terikat : kelompok
pada pasien hernia Teknik
Tingkat kecemasan perlakuan pada
connsecutive
pada pasien pre kontrol. Hal ini
sampling
operasi hernia menyimpulkan
bahwa ada
pengaruh
pendidikan
kesehatan
tentang
persiapan fisik
pre operasi
terhadap yingkat
kecemasan
pasien pre
operasi hernia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
2.1.1 Pengertian Nyeri
Definisi nyeri berdasarkan The International Association for the Study of Pain
mendefinisikan nyeri sebagai sebuah sensasi subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang sebenarnya
sebagai nyeri akut atau potensial untuk merusak jaringan, yang fungsinya untuk
membangkitkan reflek menghindar. 1,6
Nyeri selain dipengaruhi oleh rangsangan nyeri atau rangsangan nosiseptif dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang keluarga, budaya dan lingkungan.
Lingkungan yang asing seperti rumah sakit dengan kebisingan, cahaya dan aktivitasnya
dapat menambah nyeri. Selain itu pengaruh sosial dari keluarga dapat memberikan dampak
psikologis bagi seseorang yang diperoleh dengan adanya kehadiran orang terdekat yang
diberikan oleh pasangan, keluarga, dan teman dekat. Seseorang akan merasa diperhatikan,
dicintai, dan dihargai sehingga meningkatkan kestabilan emosi yang akan mempermudah
untuk penyesuaian diri terhadap situasi stress yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri
seseorang. Latar belakang etnis dan warisan budaya telah diketahui sebagai faktor yang
mempengaruhi reaksi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri. Latar belakang budaya dapat
mempengaruhi tingkat nyeri yang ditoleransi oleh individu. Pada beberapa budaya Timur
tengah dan Afrika, menghukum diri dengan dengan nyeri adalah tanda dari berkabung atau
berduka. Pada kelompok budaya lain, nyeri mungkin diantisipasi sebagai bagian dari
praktik kegiatan ritual dan oleh karena itu toleransi terhadap nyeri menandakan kekuatan
dan ketahanan. Selain itu terdapat perbedaan yang signifikan dalam mengekspresikan rasa
nyeri. Studi menunjukkan bahwa individu keturunan Eropa Utara cenderung lebih dapat
menahan dan kurang mengekspresikan nyerinya dibandingkan dengan individu dari Eropa
Selatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa setiap kelompok budaya menggunakan
deskriptor nyeri yang berbeda-beda. 8
Rangsangan nyeri diterima oleh organ tubuh yang disebut sebagai reseptor nyeri.
Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk
menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi
sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu listrik, atau kimiawi yang
menimbulkan nyeri. Reseptor yang sensitive terhadap bahan kimia disebut reseptor rasa
sakit kemosensitif. Beberapa bahan kimia yang dapat merangsang reseptor kemosensitif
adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, prostaglandin, asetilkolin dan enzim
proteolitik. Enzim proteolitik merupakan bahan yang dapat merusak secara langsung ujung
saraf nyeri sedangkan bradikinin, prostaglandin merangsang ujung saraf nyeri tanpa
merusak jaringan saraf. 2
Serat saraf Aδ merupakan serat bermielin dengan diameter 2-5 µm, yang berfungsi
sebagai deteksi sinyal nyeri tajam yang akut, dengan kecepatan konduksi 12-30 m/detik.
Lokalisasi nyeri jelas dan bersifat somatik. Serat saraf tipe C merupakan serat saraf yang
tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 µm yang berfungsi sebagai penjalaran tipe rasa
sakit lambat, dengan kecepatan konduksi 0,5-2,3 m/detik. 2 Nyeri lambat ini dirasakan satu
detik setelah rangsangan yang mengganggu, dan lokalisasi yang kurang jelas dengan
kualitas nyeri seperti terbakar, berdenyut atau pegal. Karena sistem persarafan yang ganda
ini, maka cedera jaringan sering menimbulkan dua sensasi nyeri yang tersendiri yaitu nyeri
tajam yang lebih awal (disalurkan serabut saraf Aδ) diikuti nyeri tumpul (disalurkan
serabut saraf C). Kedua serabut saraf ini akan ditransmisikan ke tingkat medulla spinalis,
tingkat otak bagian bawah dan tingkat otak bagian atas atau tingkat kortek. 9
Penjalaran rangsangan nyeri pada serabut saraf tipe cepat Aδ akan melewati dua
area pada radiks dorsalis medulla spinalis, yaitu pada area lamina I (lamina marginalis) dan
lamina V. Pada kedua lamina ini serabut saraf nyeri yang
masuk akan merangsang neuron kedua yang akan mengirimkan rangsangan nyeri melewati
daerah kontralateral pada sisi medulla spinalis yang lainnya dalam komisura anterior dan
selanjutnya melalui jaras sensorik anterolateral medulla spinalis akan naik menuju ke otak.
2, 9
Perjalanan rangsangan nyeri yang melewati serabut tipe C akan melewati lamina II
dan III pada radiks dorsalis, suatu area yang disebut substansia gelatinosa. Selanjutnya
sebagian besar sinyal nyeri akan melewati satu atau lebih neuron tambahan berserat
pendek yang akan berakhir pada lamina V. Neuron terakhir dalam rangkaian ini akan
mempunyai akson yang panjang, yang sebagian besar akan bersatu dengan saraf-saraf yang
berasal dari jaras cepat dan melewati komisura anterior menuju medulla spinalis sisi
lainnya, lalu melalui jaras sensorik divisi anterolateral naik menuju ke otak. 2, 9
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan
atau disfungsi dari sistem saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma,
radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus), infeksi (herpes zoster), tumor, toksin dan
penyakit neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak terjadinya
gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang
patologis karena tidak bertujuan atau tidak jelas kerusakan organnya. 6,10 Mekanisme dasar
terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi
adanya stimuli noksius di perifer ke sistem saraf pusat.9 Antara rangsangan nyeri
hingga terjadinya persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses dasar. Mekanisme dasar
terjadinya nyeri dijelaskan dalam empat proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi dan
modulasi. 2,9
Proses terakhir adalah persepsi yang merupakan proses pada tingkat korteks serebri. Proses
ini berupa interpretasi dari rangsangan nyeri yang telah mencapai korteks serebri dan
dari nyeri. Persepsi ini berupa rasa tidak nyaman atau sensasi tidak menyenangkan dan
emosi negatif yang diartikan sebagai ancaman pada tubuh. 6
Modulasi dapat terjadi pada tingkat perifer, spinal ataupun supraspinal. Namun
sebagian besar terjadi pada kornu dorsalis dimana terdapat pengaruh dari otak melalui jalur
descenden. Modulasi yang terjadi di perifer salah satunya adalah fenomena sensitisasi
perifer. Sensitisasi di perifer terjadi karena tersensitisasinya nosiseptor oleh rangsangan
noksius (suhu, mekanik, atau kimia) ataupun oleh rangsangan mediator inflamasi.
Nosiseptor yang mengalami
sensitisasi menjadi lebih mudah untuk teraktivasi karena ambang rangsangnya menjadi
rendah. Nosiseptor yang tersensitisasi juga mengalami penurunan latensi respon dan
aktifitas spontan bahkan sesudah tidak adanya rangsangan. Sensitisasi perifer berperan
terhadap terjadinya kondisi klinis hiperalgesia atau respon yang berlebihan terhadap
rangsangan nyeri dan allodinia yaitu nyeri yang disebabkan oleh rangsangan yang secara
normal tidak menimbulkan nyeri.9
Intensitas nyeri dapat diukur melalui beberapa instrumen yang sering digunakan,
yaitu Visual Analog Score (VAS) dan Verbal Rating Scale (VRS).
2.2 Propofol
2.2.1 Farmakologi Propofol
Propofol merupakan agen anestesi yang saat ini banyak digunakan. Propofol pertama kali
ditemukan pada tahun 1970 dengan rumus kimia 2,6 diisopropylphenol yang mengandung
cincin phenol dengan dua ikatan isopropyl.
Instrumen VAS merupakan skala sepanjang 100 mm atau 10 cm yang pada ujung kiri
tertulis tidak nyeri (0 cm) dan pada ujung kanan tertulis sangat nyeri (10 cm), selanjutnya
pasien diminta untuk mendeskripsikan seberapa besar nyeri berdasarkan skala angka
tersebut. 13
Dosis induksi anestesi untuk propofol adalah 2 - 2.5 mg/kg berat badan.
Induksi anestesi adalah pemberian obat atau kombinasi obat pada saat dimulainya
anestesi yang menyebabkan suatu stadium anestesi umum atau suatu fase pasien
dari keadaan sadar menjadi tidak sadar. Premedikasi dengan obat golongan opioid
ataupun benzodiazepine dapat menurunkan kebutuhan dosis induksi propofol.6
Angka kejadian nyeri akibat injeksi propofol bervariasi hingga 70%. 4,7
Propofol pada awalnya digunakan dalam konsentrasi larutan kremofor, akan tetapi
karena tingginya insiden nyeri pada saat penyuntikan, dan adanya hubungan
antara kremofor dengan reaksi anafilaktoid maka dibuat formulasi alternatif
larutan propofol 1% dalam larutan minyak kedelai, gliserol dan fosfatida murni.
Saat ini konsentrasi propofol tersedia dalam sediaan intravena sebagai emulsi
minyak dalam air dengan pelarut kedelai 10%, gliserol 3,25% dan fosfatida telur
2,15,16
murni 1,2% berwarna susu putih serta agak kental. Rasa nyeri akibat injeksi
propofol dideskripsikan oleh pasien sebagai sensasi nyeri tajam, menyengat atau
terbakar pada pembuluh darah vena yang dirasakan segera atau hingga 20 detik
setelah suntikan diberikan.17,18 Nyeri yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa
mekanisme, yaitu :
1. Iritasi
Kandungan propofol bebas yang tidak terikat dengan zat pembawa yang
bersifat lipofilik menyebabkan propofol dapat mengiritasi secara langsung pada
nosiseptor pembuluh darah vena. Rangsangan yang ditangkap oleh nosiseptor akan
dibawa dan diteruskan oleh serabut saraf cepat tipe Aδ. Rangsangan nosiseptor yang
dibawa oleh serabut saraf tipe Aδ akan langsung dipersepsikan sebagai nyeri akut saat
injeksi. 18,19
2. Reaksi kinin-kallikrein
Propofol yang telah diinjeksikan pada vena perifer akan mengaktifkan reaksi
kinin-kallikrein dan memproduksi bradikinin. 17 Bradikinin pada pembuluh darah
perifer akan merangsang sel endotel pembuluh darah untuk memproduksi nitric oxide
(NO). Pada tahap lebih lanjut, NO yang telah terbentuk akan menyebabkan otot polos
pada tunika media pembuluh darah relaksasi sehingga terjadi
venodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Bradikinin yang
terbentuk akan merangsang nosiseptor pada tunika media dan menyebabkan nyeri.
Adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah sendiri akan menyebabkan
bradikinin lebih mudah untuk melewati endotel dan berikatan dengan nosiseptor
pada tunika media. Mekanisme ini akan menjelaskan nyeri yang dirasakan oleh
pasien yang mendapat injeksi propofol beberapa saat setelah injeksi propofol. 19
2.3 Lidokain
aksi potensial membran saraf. Mekanisme tersebut memberikan efek anestesi dan
analgesik dengan menghambat transmisi sensasi nyeri pada serabut saraf. 6
Reaksi alergi terhadap golongan amida yaitu lidokain jarang terjadi dibandingkan
anestesi lokal kelompok ester. Reaksi alergi yang terjadi diakarenakan hasil
metabolisme para-aminobenzoic acid atau zat pembawa seperti methylparaben
dan metabisulfit yang biasa digunakan pada kelompok ester. Reaksi alergi yang
ringan seperti urtikaria hingga yang berat seperti anafilaktik dilaporkan pada
penggunaan golongan ester, sedangkan pada golongan amida sangat jarang
terjadi.20
METODE PENELITIAN
r = subyek penelitian
1 (r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 15
r ≥ 16
1. Pasien Usia 17–40 tahun dan yang akan menjalani anestesia umum untuk
operasi elektif di RSSA
Setelah mendapat ijin tetap dari komite etik penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, kepada seluruh pasien yang memenuhi kriteria penerimaan
penelitian maka akan dilakukan prosedur berikut :
8. Oklusi vena dilakukan dengan cara memberikan tekanan torniket pada saat
infus masih mengalir lancar hingga aliran infus berhenti yang dianggap
sebagai tekanan torniket optimal untuk menghentikan aliran darah vena
dorsum manus. Setelah oklusi vena tercapai maka pengatur aliran infus
dimatikan.
9. Derajat nyeri dievaluasi dengan nilai Verbal Rating Scale (VRS), dinilai
saat dimulainya injeksi propofol hingga 30 detik setelah penyuntikan
propofol dihentikan.
2. Nyeri penyuntikan
Nyeri yang dinilai adalah nyeri yang ditimbulkan saat penyuntikan propofol
intravena sebesar 25% dari total dosis induksi (Mahmood, 2010). Evaluasi
dilakukan hingga 30 detik setelah penyuntikan dihentikan sesuai skala nyeri Verbal
Rating Scale (VRS). Skala VRS digunakan dalam penelitian ini karena menilai
nyeri berdasarkan subyektif pasien dan secara obyektif berdasarkan perubahan
perilaku pasien terhadap respon nyeri dan dikategorikan dalam kelompok berikut :
Data yang dikumpulkan dari kedua kelompok akan dimasukkan ke dalam tabel
induk, setelah diolah disajikan secara tekstual dan tabulasi silang. Perhitungan statistik
dilakukan dengan program SPSS, dan outcome hasil analisis dapat dilihat pada lembar
lampiran.
Data penelitian dari kedua kelompok perlakuan merupakan derajat nyeri yang
merupakan data kategorik berupa ordinal, sehingga untuk uji statistik pada kedua
kelompok perlakuan akan digunakan uji mann whitney untuk mengetahui perbandingan
efek kedua kelompok perlakuan terhadap penurunan nyeri injeksi propofol.
statistik.
DAFTAR PUSTAKA
th
2. Miller RD 2010. Miller’s Anesthesia. 7 Edition, San Fransisco, Churchill
livingstone.
5. Massad IM, Ali HM, Halaweh SA, and Badran IZ 2006, ‘Venous occlusion with
lidocaine for preventing propofol induced pain’, Saudi Medical Journal, 2006,
vol.27, no.7, pp. 997-1000.
6. Morgan GE, Mikhail MS, and Murray MJ.2006, Clinical Anesthesiology,
th
4 edition. McGraw-Hill. Singapore.
7. Lee, SK 2010, ‘Pain on Injection With Propofol’, Korean Journal of
Anesthesiology. 2010, vol.59, no.5, pp. 297-298.
8. Berman A, Snyder S, Kozier B, dan Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis. Edisi 5. Jakarta. EGC.
st
10. Melzak R, and Wall PD 2003, Handbook of Pain Management. 1 Edition,
Elsevier, Philadelphia.
11. Vanderah TW 2007, Patophysiology of Pain, The Medical Clinic, 2007, vol. 91,
pp. 1-12.