Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA NYERI, KECEMASAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KUALITAS

TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI APENDISITIS

Ummami Vanesa Indri1, Darwin Karim2, Veny Elita3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: ummamivi@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety, pain, and environment with sleep quality in
patients with postoperative appendicitis. This study used a descriptive design with cross-sectional correlation. The sample of
this research was the patient with postoperative appendicitis at Arifin Achmad Hospital, the number of samples is 54
respondents were taken using a consecutive sampling technique. Instruments used in this research was a questionnaire that
had been tested for validity and reliability. Data analysis used univariate and bivariate analysis using Chi Square test. The
results showed that there is an correlation between pain and anxiety with sleep quality appendicitis postoperative patients (p
value = 0.000, 0.000) and there is no relationship between the environment and the quality of sleep in patients with
postoperative appendicitis (p value = 0.828). Based on the result of this research advised to the health care provider
especially nurses to increase health care and patient needs.

Keywords : Anxiety, environmental, quality, pain

PENDAHULUAN nyaman, kecemasan karena rasa nyeri post


Apendisitis merupakan peradangan operasi (Sudarsono, 2013).
pada Apendiks yang berbahaya jika tidak Tidur merupakan salah satu kebutuhan
ditangani dengan segera di mana terjadi dasar manusia. Mencapai kualitas tidur yang
infeksi berat yang bisa menyebabkan baik penting bagi kesehatan, sama halnya
pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins, dengan sembuh dari penyakit. Pasien yang
2011). Menurut Lubis (2008), setiap tahun sedang sakit sering kali membutuhkan tidur
apendisitis menyerang 10 juta penduduk dan istirahat yang lebih banyak dari pada
Indonesia dan saat ini morbiditas angka pasien yang sehat dan biasanya penyakit
apendisitis di Indonesia mencapai 95 per 1000 mencegah beberapa pasien untuk
penduduk dan angka ini merupakan tertinggi mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat.
di antara negara-negara di Association of Lingkungan rumah sakit atau fasilitas
South East Asia Nation (ASEAN). perawatan jangka panjang dan aktivitas
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin pemberi layanan sering kali membuat pasien
Achmad (RSUD AA) di Ruang rawat inap sulit tidur (Potter & Perry, 2010).
Cendrawasih 1 pada tahun 2012 terdapat Seseorang biasanya melewati empat
jumlah kasus apendisitis sebesar 102 kasus, sampai lima siklus tidur lengkap dalam satu
yang kemudian meningkat menjadi 120 kasus malam, masing-masing terdiri dari empat
pada tahun 2013. Apendisitis ini merupakan tahap tidur Non Rapid Eye Movement
penyakit urutan ke 3 di ruang Cendrawasih 1 (NREM) dan periode tidur Rapid Eye
RSUD AA Pekanbaru (Medical Record Movement (REM). Setiap siklus berlangsung
RSUD AA Pekanbaru, 2013). sekitar 90-100 menit (Potter & Perry, 2010).
Apendisitis merupakan masalah yang Tidur yang tidak adekuat dan kualitas
serius yang harus dicegah sedini mungkin dan tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan
salah satu cara untuk menyembuhkan keseimbangan fisiologi dan psikologi.
apendisitis adalah dengan apendiktomi atau Dampak fisiologi meliputi penurunan
bedah mayor pada apendiks (Price & Wilson, aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya
2006). Tindakan operasi pada pasien tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan
apendisitis banyak menimbulkan dampak tanda-tanda vital. Dampak psikologis meliputi
biopsikososial spiritual, salah satunya depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter
gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh & Perry, 2010).
beberapa faktor, misalnya nyeri pada luka Gangguan tidur juga dialami oleh
post operasi, lingkungan yang kurang pasien yang dirawat di rumah sakit, yang di
sebabkan oleh lingkungan yang tidak nyaman,

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 1


misalnya kebisingan menciptakan masalah melakukan penelitian di RSUD AA
bagi pasien. Kebisingan di rumah sakit yang Pekanbaru karena merupakan rumah sakit
biasanya baru atau aneh yang menyebabkan pendidikan di Kota Pekanbaru dan penelitian
pasien sering terbangun, masalah ini lebih ini untuk memberi masukan kepada semua
besar terjadi di malam pertama rawat inap perawat RSUD AA Pekanbaru untuk lebih
(Potter & Perry, 2010). meningkatkan kualitas pelayanan melalui
Pasien yang baru saja menjalani kualitas tidur pasien post operasi khususnya
operasi, akan mengalami gangguan dalam pasien post operasi apendisitis.
tidur, pasien biasanya sering terbangun pada Tujuan penelitian ini adalah untuk
malam pertama setelah operasi, yang mengetahui hubungan antara nyeri,
mengakibatkan periode pemulihan terganggu kecemasan dan lingkungan dengan kualitas
baik itu pemulihan segera maupun pemulihan tidur pasien post operasi apendisitis di ruang
berkelanjutan setelah fase post operasi serta Dahlia RSUD Arifin Achmad.
proses penggantian sel-sel baru dan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
penyembuhan menjadi lambat (Potter & sebagai informasi, sebagai masukan bagi
Perry, 2010). Dari hasil penelitian yang institusi rumah sakit dalam meningkatkan
dilakukan oleh Nurlela (2009), ditemukan pelayanan kesehatan untuk menciptakan
bahwa pada pasien post operasi mengalami kepuasan dan kenyamanan bagi pasien dan
gangguan kualitas tidur yang disebabkan oleh hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi,
beberapa faktor yaitu faktor fisiologis, faktor sumber data dan informasi terutama untuk
psikologis dan faktor lingkungan, dimana bidang keperawatan medikal bedah
faktor yang paling dominan adalah faktor
fisiologis. Berdasarkan hasil penelitian yang METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan oleh Agustin (2012), didapatkan Penelitian ini merupakan penelitian
hasil penelitian bahwa terdapat hubungan kuantitatif menggunakan desain deskriptif
antara penyakit dengan kualitas tidur pada korelasi dengan pendekatan Cross sectional
pekerja sift di PT. Krakatau Tirta Industri yang dilaksanakan pada bulan Februari
Cilegon. Penelitian lain yang dilakukan oleh sampai Juli 2014 di RSUD Arifin Achmad
Safrudin (2009) kepada pasien gastritis di Provinsi Riau. Populasi dalam penelitian ini
RSU Kebumen mengatakan terdapat adalah seluruh pasien yang dirawat diruang
hubungan antara kualitas tidur dengan lama Dahlia berjumlah 54 orang yang diambil
hari rawat pasien. dengan menggunakan teknik Consecutive
Berdasarkan studi pendahuluan yang sampling.
dilakukan peneliti pada tanggal 19 Oktober Analisa terdiri dari analisa univariat
2013 sampai 24 Oktober 2013 terhadap 10 digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
pasien post operasi apendisitis di ruang rawat dari setiap variabel dan analisa bivariat
inap Cendrawasih 1 RSUD AA ditemukan digunakan untuk melihat hubungan antar
bahwa 9 dari 10 pasien mengatakan tidurnya variabel. Penelitian ini menggunakan uji Chi-
terganggu yang diakibatkan karena nyeri pada Square dengan derajat kemaknaan 5 % (0.05)
luka post operasi dan 1 orang pasien
mengatakan tidurnya terganggu karena
lingkungan yang kurang nyaman. HASIL PENELITIAN
Dari uraian di atas peneliti ingin A. Analisa Univariat
meneliti lebih jauh tentang hubungan antara Tabel 1.
nyeri, lingkungan dan kecemasan terhadap Karakteristik responden
kualitas tidur pasien post operasi apendisitis
di RSUD AA Pekanbaru. Peneliti tertarik

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 2


Tingkat kecemasan pasien post operasi
No Karakteristik Frekuensi Persentase apendisitis.
responden (%) Tingkat kecemasan Jumlah Persentase
1 Jenis Kelamin (%)
- Laki-laki 39 72,2 Ringan 18 33.3
- Perempuan 15 27,8
Total 54 100 Sedang 36 66.7
2 Umur Total 54 100.0
- Dewasa awal (18- 38 70,4
25) tahun 16 29,6 Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui
- Dewasa bahwa sebagian besar tingkat kecemasan pada
pertengahan (25- pasien post operasi apendisitis yaitu kecemasan
45) tahun
sedang sebanyak 36 responden (66,7%).
Total 54 100
3 Pekerjaan
- PNS 5 9,3 Tabel 5.
- Wiraswasta 7 13,10 Lingkungan pasien post operasi apendisitis.
- Pedagang 8 14,8 Lingkungan Jumlah Persentase
- Pelajar/Mahasiswa 28 16,7 (%)
- Lain-lain 6 11,1 Nyaman 25 46.3
Total 54 100 Tidak nyaman 29 53.7
Total 54 100.0

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui


bahwa dari 54 responden yang diteliti, responden Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa
terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 39 sebagian besar lingkungan saat tidur pada pasien
responden (72,2%), kebanyakan responden post operasi apendisitis yaitu lingkungan tidak
berusia dewasa awal (18-45) tahun yaitu nyaman sebanyak 29 responden (53,7%).
sebanyak 38 responden (70,4%) dan berdasarkan
pekerjaan sebagian besar responden adalah B. Analisa Bivariat
pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 28 responden Tabel 6.
(51,9%). Hubungan antara nyeri dengan kualitas tidur
pasien post operasi apendisitis (n=54)
Tabel 2. Tingkat Kualitas tidur Total p
Kualitas tidur pasien post operasi apendisitis. nyeri Baik Buruk
n % n % n %
No Kualitas tidur Frekuensi Persentase Sedang 11 68.8 5 31.2 16 100 0.
(%) Berat 6 15.8 32 84.2 38 100 00
1 Baik 17 31,5
Total 17 31.5 37 68.5 54 100
2 Buruk 37 68,5

Total 54 100
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari
hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui square diperoleh nilai p value = 0,000 yang
bahwa sebagian besar responden memiliki berarti nilai (p ≤ a) sehingga Ho ditolak yang
kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 37 responden artinya ada hubungan yang bermakna antara
(68,5%). nyeri dengan kualitas tidur pada pasien post
operasi apendisitis.
Tabel 3.
Tingkat nyeri pasien post operasi apendisitis Tabel 7.
Tingkat nyeri Jumlah Persentase
(%)
Hubungan antara kecemasan dengan kualitas
Sedang 16 29.6 tidur pada pasien post operasi apendisitis
(n=54)
Berat 38 70.4 Tingkat Kualitas tidur Total p
Total 54 100.0 kecema Baik Buruk

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui Tabel 4.


bahwa sebagian besar tingkat nyeri pada pasien
post operasi apendisitis yaitu nyeri berat
sebanyak 38 responden (70,4%).
JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 3
san n % n % n %
Ringan 16 88.9 2 11.1 18 100 0.
Sedang 1 2.8 35 97.2 36 100 00
Total 17 31.5 37 68.5 54 100

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 4


Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa laki. Menurut Sirma (2013) laki-laki lebih
dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji banyak menghabiskan waktu diluar rumah
chi- square diperoleh nilai p value = 0,000 yang untuk bekerja dan lebih cenderung
berarti nilai (p ≤ a) sehingga Ho ditolak yang mengonsumsi makanan fast food
artinya ada hubungan yang bermakna antara dibandingkan dengan nasi dan sebagainya,
kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien karena makanan fast food lebih gampang
post operasi apendisitis. mereka dapatkan direstauran ataupun di
pedagang kaki lima. Menurut Nurhayati
Tabel 8. (2011) makanan fast food merupakan jenis
Hubungan antara lingkungan dengan kualitas makanan yang cara pengolahannya tidak
tidur pasien post operasi apendisitis (n=54) tepat, sehingga hal ini dapat menyebabkan
Lingku Kualitas tidur Total p
beberapa komplikasi atau obstruksi pada usus
ngan Baik Buruk
n % n % n % yang bisa menimbulkan masalah pada sistem
Nyama 7 28.0 18 72.5 25 100 0. pencernaan salah satunya yaitu apendisitis.
Karakteristik responden berdasarkan
n 82
Tidak 10 34.5 19 65.5 29 100 8 pekerjaan diperoleh responden terbanyak
nyaman adalah pelajar/mahasiswa. Penelitian yang
Total 17 31.5 37 68.5 54 100 dilakukan Ibrahim (2013) didapatkan hasil
bahwa mayoritas responden adalah pelajar.
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dari Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi
hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi- karena pelajar/mahasiswa memiliki gaya
square diperoleh nilai p value = 0,828 yang hidup dan pola makan yang tidak teratur dan
berarti nilai (p>a) sehingga Ho gagal ditolak lebih banyak menghabiskan waktu diluar
yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna rumah dan kurangnya kontrol orang tua
antara lingkungan dengan kualitas tidur pada terhadap mereka. Faktor yang menyebabkan
pasien post operasi apendisitis. terjadinya apendisitis adalah karena pola
makan yang tidak sehat dan kurangnya
PEMBAHASAN mengkonsumsi makanan berserat (Muttaqin
a. Karakteristik responden & Sari, 2011).
Secara teori usia adalah jumlah b. Kualitas tidur responden
hari, bulan dan tahun yang telah dilalui Kualitas tidur merupakan kemampuam
seseorang sejak lahir sampai dengan waktu individu untuk tetap tertidur dan mendapatkan
tertentu (Fitriansyah, 2007) jumlah tidur REM dan NREM yang tepat.
Menurut data epidemiologi Memperoleh kualitas tidur terbaik adalah
apendisitis bisa terjadi pada semua usia penting untuk peningkatan kesehatan yang
namun jarang terjadi pada usia dewasa akhir baik dan pemulihan individu yang sakit
dan balita, kejadian apendisitis ini meningkat (Potter & Perry, 2005). Gangguan- gangguan
pada usia remaja dan dewasa awal (Muttaqin tidur memberikan pengaruh terhadap kualitas
& Sari, 2011). Hasil penelitian menunjukkan tidur dan terdapat banyak hal yang
bahwa mayoritas responden berusia dewasa menyebabkan seseorang tidak dapat
awal (18-25 tahun). Hasil penelitian ini sesuai mempertahankan tidurnya sehingga sering
dengan penelitian Ibrahim 2013 yang meneliti terbangun. Faktor-faktor yang mempengarui
tentang gambaran pengetahuan pasien tentang tidur seperti lingkungan, penyakit, gaya
mobilisasi post operasi apendisitis didapatkan hidup, stress, stimulan dan alkohol, nutrisi,
hasil bahwa mayoritas respondennya berusia merokok, motivasi dan pengobatan dapat
dewasa awal (18-25 tahun). menjadi penyebab munculnya masalah tidur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Kozier, 2004).
mayoritas responden berjenis kelamin laki- Tidur yang tidak adekuat dan kualitas
laki. Menurut Muttaqin dan Sari, 2011 tidur yang buruk dapat mengakibatkan
penderita apendisitis lebih banyak terdapat gangguan keseimbangan fisiologi dan
pada pria dengan perbandingan 1,4 persen psikologis (Bukit, 2003).
dari pada wanita. Penelitian yang dilakukan Nurlela (2009) melakukan penelitian
Kalesaran (2012) tentang sistim skor pada tentang kualitas tidur pasien post operasi
diagnosis apendisitis didapatkan hasil bahwa laparatomi mendapatkan hasil bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin laki-
JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 5
mayoritas responden memiliki kualitas tidur penurunan terhadap aktivitas sehari-hari.
buruk. Fitri (2012) dengan penelitiannya
tentang kualitas tidur mendapatkan hasil Ada dua faktor yang mempengaruhi
bahwa pasien post partum hari ke-2 di ruang kecemasan yaitu faktor eksternal yaitu
rawat inap RSUD Sumedang mendapatkan ancaman integritas fisik, meliputi
hasil bahwa sebagian besar respondennya ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
memiliki kualitas tidur buruk. Meskipun terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma
penelitian ini tidak sama persis dengan fisik, jenis pembedahan yang dilakukan) dan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, faktor internal yaitu potensi stressor,
akan tetapi dapat disimpulkan bahwa maturitas, pendidikan dan status ekonomi,
responden setelah menjalani operasi memiliki keadaan fisik, tipe kepribadian lingkungan
kualitas tidur buruk. dan situasi umur serta jenis kelamin
c. Tingkat nyeri responden (Pamungkas, 2011)
Nyeri merupakan suatu kondisi yang Kecemasan meningkatkan kadar
lebih dari sekedar sensasi tunggal yang norepinefrin dalam darah melalui sistim saraf
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri simpatis, perubahan kimia ini menyebabkan
bersifat subjektif dan sangat bersifat kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan
individual. Stimulus nyeri dapat berupa tidur REM serta lebih banyak perubahan
stimulus yang bersifat fisik dan mental, dalam tahap tidur lain dan lebih sering
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada terbangun. (Kozier, 2010).
jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang Marwiati (2005) meneliti tentang
individu (Potter & Perry, 2005). tingkat kecemasan menunjukkan bahwa
Nyeri dapat mengganggu hubungan sebagian besar responden memiliki tingkat
personal dan mempengaruhi makna kecemasan sedang, meskipun penelitian ini
kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara tidak sama dengan penelitian yang dilakukan
objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X peneliti akan tetapi dapat disimpulkan bahwa
atau pemeriksaan darah (Potter & Perry, kecemasan yang dirasakan responden
2005). merupakan kecemasan sedang.
Penelitian Fitri (2012) tentang e. Lingkungan responden
hubungan intensitas nyeri luka sectio Lingkungan adalah segala sesuatu
caesarea dengan kualitas tidur pasien post yang ada disekitar manusia yang
partum hari ke 2 menunjukkan hasil bahwa mempengaruhi perkembangan kehidupan
nyeri yang dirasakan pasien sectio caesarea manusia baik secara langsung maupun tidak
berupa nyeri sedang. Hasil penelitian ini langsung (Wulandari, 2012).
berbeda dengan hasil penelitian yang Pasien memerlukan lingkungan tidur
dilakukan peneliti, hal ini terjadi karena nyeri yang nyaman dan ventilasi yang baik.
memiliki makna tersendiri pada individu, Pencahayaan lampu dalam kamar pasien juga
nyeri biasanya menghasilkan respon efektif harus disesuaikan dengan keinginan pasien,
yang diekspresikan berdasarkan latar pencahayaan yang baik untuk mengurangi
belakang budaya yang berbeda (Fitri, 2012). insiden halusinasi penglihatan. Lingkungan
Terdapat banyak faktor yang yang memungkinkan anggota keluarga untuk
mempengaruhi nyeri yaitu usia, jenis kelamin, tinggal bersama pasien karena kehadiran
kebudayaan, perhatian, kecemasan gaya orang yang dikenal dapat menenangkan dan
koping, dan pengalaman sebelumnya (Potter dapat memberikan efek penenangan
& Perry, 2005). lingkungan (Nurlela, 2009).
d. Tingkat kecemasan responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kecemasan adalah respon emosi tanpa responden merasa tidak nyaman dengan
objek yang spesifik yang secara subjektif lingkungan saat tidur. Hasil penelitian ini
dialami dan dikomunikasikan secara sesuai dengan penelitian yang dilakukan
interpersonal (Suliswati, 2005) Nurlela (2009) yang meneliti tentang faktor-
Menurut Marwiati (2005) kecemasan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada
terjadi pada pasien yang sedang sakit pasien post operasi laparatomi dimana hasil
diakibatkan oleh ketakutan akan proses penelitiannya menunjukkan lingkungan yang
penyakit, ketakutan tidak sembuh dan

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 6


dirasakan pasien post operasi adalah lebih sering terbangun (Kozier et all, 2010).
lingkungan tidak nyaman. Peneliti menemukan bahwa sebagian besar
f. Hubungan nyeri dengan kualitas tidur pada responden menyatakan sering terbangun pada
pasien post operasi apendisitis malam hari dan sulit untuk memulai tidur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nurlela (2009) dalam penelitiannya
terdapat hubungan antara nyeri dengan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur pasien post operasi apendisitis kualitas tidur pasien post operasi laparatomi
(p value = 0,000). Nyeri merupakan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk terdapat hubungan antara psikologis dengan
melindungi diri. Klien yang mengalami nyeri kualitas tidur pada pasien post operasi
akan mengganggu tidurnya dan kesulitan laparatomi di RS PKU Muhamadiyah
untuk dapat jatuh tertidur. Nyeri dapat Gombong. Bukit (2003) yang mengemukakan
membangunkan klien selama malam hari dan bahwa cemas, depresi dan stress
membuat klien sulit kembali tidur (Potter & mempengaruhi kualitas tidur pesien.
Perry, 2005). Gangguan psikologis menyebabkan gangguan
Hasil penelitian ini sesuai dengan kualitas tidur.
hasil penelitian yang dilakukan Fitri (2012) h. Hubungan lingkungan dengan kualitas tidur
tentang hubungan intensitas nyeri luka sectio pada pasien post operasi apendisitis.
caesarea dengan kualitas tidur pasien post Berdasarkan analisa terhadap
partum hari ke 2 dengan hasil penelitian yang hubungan lingkungan dengan kualitas tidur
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pasien post operasi apendisitis menunjukkan
antara nyeri luka sectio caesarea dengan bahwa tidak ada hubungan antara lingkungan
kualitas tidur pada pasien post partum hari ke- dengan kualitas tidur pasien post operasi
2 di ruang rawat inap RSUD Sumedang. apendisitis.
Pada hasil penelitian ini juga dapat Potter & Perry (2006) mengatakan
disimpulkan bahwa pada pasien post operasi bahwa lingkungan fisik tempat seseorang
apendisitis pasien lebih mempersepsikan tidur berpengaruh pada kemampuan
nyeri ke rentang nyeri berat. Nyeri dapat seseorang untuk tertidur. Suara, tingkat
mempengaruhi kualitas tidur tapi pada pencahayaan, suhu ruangan kamar dapat
sebagian orang nyeri tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya
mempengaruhi kualitas tidur karena persepsi dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur.
masing-masing pasien yang berbeda dan Beberapa klien menyukai lingkungan yang
tingkat kebutuhan akan tidur yang bervariasi gelap, sementara yang lain seperti anak-anak
kepada setiap individu yang dipengaruhi oleh dan lansia menyukai cahaya remang yang
sakit, lingkungan, keletihan, gaya hidup, stres tetap menyala selama tidur. Klien juga
emosional, diet, motivasi dan obat-obatan bermasalah tidur jika ruangan yang terlalu
(Kozier, 2004). hangat dan ruangan terlalu dingin yang
g. Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur menyebabkan klien gelisah.
pada pasien post operasi apendisitis. Menurut Garliah (2009) faktor
Berdasarkan analisa terhadap lingkungan dapat membantu sekaligus
hubungan nyeri dengan kualitas tidur pasien menghambat proses tidur akan tetapi seiring
post operasi apendisitis didapatkan hasil berjalannya waktu individu bisa beradaptasi
bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi
dengan kualitas tidur pasien post operasi lingkungan saat tidur. Orang yang sangat
apendisitis. Kecemasan menyebabkan mengantuk akan bisa tertidur ketika sedang
seseorang menjadi tegang dan seringkali duduk dalam suatu ruangan yang sunyi
mengarah frustasi apabila tidak tidur. maupun ruangan yang ramai misalnya dalam
Ansietas atau kecemasan sering kali suatu pertemuan atau di dalam kelas. Tingkat
mengganggu tidur. Kecemasan meningkatkan keparahan rasa kantuk ini dapat membuat
kadar norepinefrin dalam darah melalui orang dapat tertidur dalam kondisi lingkungan
sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini yang tidak nyaman.
menyebabkan kurangnya waktu tidur pada Dari hasil penelitian menunjukkan
tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih bahwa tidak ada hubungan antara lingkungan
banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan dengan kualitas tidur responden, penelitian

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 7


yang dilakukan Safrudin (2009) tentang tidur pada pasien post operasi apendisitis (p
hubungan kualitas tidur dengan lama hari value = 0,828) yang berarti (p>a).
rawat di ruag rawat inap bangsal penyakit
dalam RSU Kebumen dengan hasil penelitin SARAN
bahwa tidak ada hubungan antara lama hari 1. Bagi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
rawat dengan kualitas tidur pada pasien a. Diharapkan bagi pelayan kesehatan
gastritis. Wicaksono (2012) dalam khususnya perawat agar lebih
penelitiannya tentang analisis faktor dominan meningkatkan pelayanan serta
yang berhubungan dengan kualitas tidur pada kebutuhan pasien.
mahasiswa fakultas keperawatan Universitas b. Diharapkan bagi rumah sakit agar
Airlangga menemukan hasil bahwa tidak fasilitas yang ada di rumah sakit lebih
terdapat hubungan antara lingkungan dengan ditingkatkan seperti ventilasi yang
kualitas tidur. cukup pada setiap kamar yang ada di
Beberapa teori menyebutkan bahwa ruangan.
terdapat pengaruh antara lingkungan dengan 2. Bagi Institusi Pendidikan
kualitas tidur, namun pada hasil penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara dijadikan informasi, memperkaya literature
lingkungan dengan kualitas tidur pasien post dan sebagai panduan untuk mahasiswa
operasi apendisitis. Hal ini terjadi karena dalam melakukan penelitian yang
dalam penelitian ini tidak hanya meneliti berkaitan dengan kualitas tidur pasien.
tentang hubungan lingkungan saja melainkan 3. Bagi Peneliti selanjutnya
meneliti tentang hubungan nyeri dan Untuk lebih memperdalam lagi
kecemasan dengan kualitas tidur, sehingga penelitian ini disarankan bagi peneliti
peneliti berasumsi bahwa responden tidak berikutnya untuk meneliti tentang
terlalu mementingkan lingkungan. hubungan gaya hidup, obat-obatan, nutrisi,
merokok dan motivasi dengan kualitas
KESIMPULAN tidur pada pasien post operasi.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik
demografi yang dilakukan terhadap 54 1
Ummami Vanesa Indri: Mahasiswa Program
responden, diketahui mayoritas responden Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 Indonesia.
responden (72,2%), dengan mayoritas memiliki 2
Darwin Karim, M.Biomed: Dosen Bidang
umur/usia dewasa awal (18-25) tahun yaitu Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
sebanyak 38 responden (70,4%) sedangkan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
hasil pekerjaan mayoritas responden memiliki Riau, Indonesia.
3
pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa yaitu Veny Elita, MN (MH): Dosen Bidang
sebanyak 28 responden (51,9%). Dari analisa Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi
univariat didapatkan hasil penelitian berdasarkan Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
kualitas tidur responden, diketahui mayoritas
responden memiliki kualitas tidur buruk yaitu DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 37 responden (68,5%), tingkat nyeri Agustin, D. (2012). Faktor-faktor yang
berat sebanyak 38 responden (70,4%), dengan mempengaruhi lualitas tidur pada
tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 36 pekerja shift di PT.Krakatau Tirta
responden (66,7%), sedangkan mayoritas Industri Cilegon. Di peroleh tanggal 22
responden merasa lingkungan saat tidur tidak Oktober 2013 dari lontar.ui.ac.id/file?
nyaman yaitu sebanyak 29 responden (53,7%). file=digital/20313608
Dari analisa bivariat dengan menggunakan uji ...Faktor-faktor%20yang.pdf
statistik Chi Square didapatkan hasil penelitian Bukit, E. K. (2003). Kualitas tidur dan faktor-
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan faktor gangguan tidur klien lanjut usia
yang bermakna antara nyeri dan kecemasan diruang penyakit dalam rumah sakit
dengan kualitas tidur pada pasien post operasi medan Diperoleh tanggal 20 juni 2014
apendisitis (p value = 0.000 dan 0.000) yang dari
berarti (p<a) dan tidak ada hubungan yang journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/vi
bermakna antara lingkungan dengan kualitas ew/2274

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 8


Fitri , M. (2012). Hubungan intensitas nyeri luka es/disk1/21/jtstikesmuhgo-gdl-sitinurlel-
sectio caesarea dengan kualitas tidur 1042-1-vol.5n-3.pdf.
pada pasien post partum hari ke-2 di Pamungkas, J. (2011). Teori dan konsep
ruang rawat inap rsud sumedang kecemasan Diperoleh tanggal 20 juni
Diperoleh tanggal 20 juni 2014 dari 2014 dari
pustaka.unpad.ac.id/archives/116665/ digilib.unimus.ac.id/dwonload=1101
Fitriansyah. (2007). Usia Manusia Diperoleh Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan
tanggal 20 juni 2014 dari dasar: konsep, proses dan praktik. Edisi
http://wikipedia.com. 4. Jakarta:
Garliah.L. (2009). Pengaruh tidur bagi perilaku Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Fundamental
manusia Diperoleh tanggal 12 Juli 2014 keperawatan edisi 7. Jakarta: Salemba
dari repository.usu.ac.id/bitstream.pdf.txt. Medika.
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi konsep
Ibrahim, N. M. (2013). Gambaran Pengetahuan klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Pasien Tentang Mobilisasi Post Operasi EGC.
Appendisitis di Ruang Bedah RSUD Safrudin (2009). Hubungan kualitas tidur
Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota Gorontalo dengan lama hari dirawat pasien
Diperoleh tanggal 20 juni 2014 dari gastritis. Diperoleh tanggal 22 Oktober
eprints.ung.ac.id/4969 2013 dari
Kalesaran, T.B. (2012). Sistim skor pada http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
diagnosis apendisitis Diperoleh tanggal /index.php/JIKK/article/view/56.
20 juni 2014 dari Sirma, F. (2013). Faktor risiko kejadian
eprints.undip.ac.id/14374/ apendisitis di rumah sakit umum daerah
Kozier, B., et all. (2010). Buku Ajar kab. Pangkep Diperoleh tanggal 20 juni
Fundamental keperawatan: Konsep, 2014 dari library.stikesnh.ac.id/.../e-
Proses, dan Praktik, Edisi 7, Volume 1. library%20stikes%20nani%20hasanuddi
Jakarta: EGC n--fitri
Lubis, C.P., dkk. (2008). Intestinal parasitic Sudarsono. L. M. (2013). Asuhan keperawatan
infestation in Indonesia. Jakarta : EGC. nyeri akut pada ny. T dengan post
Marwiati. (2005). Hubungan tingkat kecemasan operasi apendiktomi atas Indikasi
dengan strategi koping pada keluarga appendisitis di ruang Bougenvil rs panti
dengan anggota keluarga yang dirawat waluyo. Di peroleh tanggal 22 Oktober
dengan penyakit jantung di RSUD 2013 dari
Ambarawa Diperoleh tanggal 20 juni http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/fil
2014 dari es/disk1/6/01-gdl-liamarseli-273-1-
fromhttp://www.skripsistikes.files.wordpr p10034-l-s.pdf.
ess.com Wicaksono, W. D (2012). Analisis faktor
Medical Record RSUD Arifin Achmad. (2013). dominan yang berhubungan dengan
Prevalensi penderita apendisitis di kualitas tidur pada mahasiswa fakultas
Ruang Cendrawasih 1. Pekanbaru: keperawatan unversitas airlangga
RSUD Arifin Achmad. Diperoleh tanggal 12 Juni 2014 dari
Muttaqin, A. Sari, K. (2009). Asuhan journal.unair.ac.id/filerpdf
keperawatan perioperatif. Jakarta: Williams, L. & Wilkins. (2011). Memahami
Salemba Medika. berbagai macam penyakit. Jakarta Barat:
Nurhayati. (2011). Apendisitis Diperoleh tanggal PT Indeks.
12 Juli 2014 dari http;//wordpress.com Wulandari, A (2012). Lingkungan yang sehat
Nurlela, S. (2009). Faktor-faktor yang Diperoleh tanggal 20 juni 2014 dari
mempengaruhi kualitas tidur pasien post repository.usu.ac.id/bitstream/pdf
operasi laparatomi di ruang rawat inap
rumah sakit pku muhammadiyah
gombong. Di peroleh tanggal 22 Oktober
2013 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fil

JOM PSIK VOL 1 NO.2 OKROBER 2014 9

Anda mungkin juga menyukai