Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab terlazim akut abdomen bedah pada pasien (Sabiston
dalam Amalia dan Susanti, 2014).
Appendiktomi adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat
appendiks yang diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan.
Pada saat pembedahan luka sayatan menyebabkan kerusakan sel dan
menimbulkan nyeri. Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang biasa
terjadi pada banyak klien yang pernah mengalami pembedahan. Nyeri
setelah pembedahan bila tidak ditangani dengan benar maka akan terjadi
nyeri kronis, yang merupakan masalah besar dan sulit karena terjadi
perubahan ekspresi dan syaraf-syaraf. (Workman, 2009).
Insiden appendisitis cukup tinggi termasuk Indonesia merupakan
penyakit urutan keempat setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis dan
system cerna lainnya (Stefanus Satrio.2009). Secara umum di Indonesia,
appendicitis masih merupakan penyokong terbesar untuk pasien operasi
setiap tahunnya. Hasil laporan dari RS Gatot Soebroto Jakarta,
appendicitis disebabkan oleh pola makan pasien yang rendah akan serat
setiap harinya (Depkes RI dalam Faridah, 2015). Menurut data yang
diperoleh dari rekam medis di ruang bedah (Bougenvile) rumah sakit Dr.
Soegiri Lamongan Jawa Tengah pada tahun 2013 dari bulan Januari
sampai Desember sebanyak 126 orang (100%) . Pada tahun 2014, bulan
Januari sampai September terdapat 104 orang (100%) yang menderita
appendisitis yang meliputi pasien appendicitis akut (86 %). Apendisitis
infiltrate (3 %), appendicitis kronis (7%), appendisitis perforasi (4%) yang
di rawat inap dirung bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Berdasarkan
observasi pada tanggal 20 Oktober 2014 di ruang bedah (Bougenvile), dari
5 pasien (100%) post op appendik ada 4 pasien (80%) mengalami nyeri
sedang dan nyeri ringan minimal 1 pasien (20%), Hal itu menunjukkan
bahwa pasien post appendisitis yang mengalami gangguan rasa nyaman
nyeri itu cukup tinggi terutama di ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri
Lamongan Jawa Tengah.
Pada umumnya post operasi appendiktomi mengalami nyeri akibat
bedah luka operasi. Menurut Maslow bahwa kebutuhan rasa nyaman
merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus
terpenuhi. Seorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas
sehari-hari. Seorang tersebut akan terganggu pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosialnya yang
dapat berupa menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari
kontak. Selain itu seorang yang mengalami nyeri hebat akan
berkelanjutan, apabila tidak ditangani pada akhirnya dapat mengakibatkan
syok neurogenic pada orang tersebut (Gannong, 2008).
Apendisitis merupakan masalah yang serius yang harus dicegah
sedini mungkin dan salah satu cara untuk menyembuhkan apendisitis
adalah dengan apendiktomi atau bedah mayor pada apendiks (Price &
Wilson dalam Indri dkk, 2014). Tindakan operasi pada pasien apendisitis
banyak menimbulkan dampak biopsikososial spiritual, salah satunya
gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
nyeri pada luka post operasi, lingkungan yang kurang nyaman, kecemasan
karena rasa nyeri post operasi (Sudarsono, 2013).
Tidur merupakan status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurut (Mubarak dalam Faridah,
2016). Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat menjaga
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat
memperbaiki sel-sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur sangatlah penting terutama pada orang yang sedang sakit agar lebih
cepat memperbaiki sel-sel yang rusak. Apabila kebutuhan istirahat dan
tidur tersebut mencukupi, maka jumlah energi yang diharapkan untuk
memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami
kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya
(Hidayat dalam Faridah, 2016).
Kualitas tidur merupakan kondisi seseorang yang dapat
digambarkan dengan lama waktu tidur dan keluhan-keluhan yang
dirasakan saat tidur maupun saat bangun tidur seperti merasa letih, pusing,
badan pegal-pegal atau mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter &
Perry dalam Rachmawati, 2015). Tindakan untuk mengatasi gangguan
tidur farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi kebutuhan tidur dengan beberapa tindakan penanganan,
meliputi; terapi menggunakan aromaterapi (Hadibroto dalam Rachmawati,
2015).
Kualitas tidur yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan intelektual, motivasi, yang rendah, ketidaksetabilan
emosional, depresi, bahkan resiko gangguan penyalahgunaan zat.
Aromaterapi merupakan proses penyembuhan kuno yang menggunakan
sari tumbuhan aromaterapi murni yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Beberapa minyak sari
yang umum digunakan dalam aromaterapi karena sifatnya yang serba
guna Langun kleri, eukaliptus, geranium, lavender, lemon, peppermint,
petigrain, rosemary, pohon teh, dan ylang-ylang (Kurnia, 2009).
Lavender adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak
digunakan saat ini, baik secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik
pijatan. Lavender mengandung linalool yang memiliki efek
menenangkan atau relaksasi (Dewi dalam Rindhoni, 2017).
Menghirup lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan
keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu
lavender juga berguna untuk menenangkan rasa nyaman, keterbukaan,
keyakinan, cinta kasih, mengurangi rasa nyeri, stress, frustasi, mengobati
kepanikan, mereda hysteria, serta mengobati insomnia. Penelitian ini
ditujukan untuk mengkaji efek penggunaan aromaterapi Lavender pada
pasien yang mengalami gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan
menjadi dasar dalam mengembangkan manajemen gangguan tidur yang
bersifat jangka panjang (Kurnia, 2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang ada diatas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu “Bagaimana penerapan pemberian aromaterapi lavender
pada pasien post op appendisitis untuk meningkatkan kualitas tidur di
ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan hasil penerapan pemberian Aromaterapi Lavender
pada Pasien Post Op Appendisitis Untuk Meningkatkan Kualitas
Tidur.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui kualitas tidur pasien sebelum diberikan aromaterapi
lavender.
b) Mengetahui kualitas tidur pasien setelah diberikan aromaterapi
lavender.
c) Mengetahui keberhasilan penerapan pemberian aromaterapi
lavender terhadap kualitas tidur pasien.

D. Manfaat
1. Bagi Pasien
Hasil penerapan dapat bermanfaat bagi pasien post app untuk
meningkatkan kualitas tidur setelah pemberian tindakan aromaterapi
lavender.
2. Bagi Perawat
Hasil penerapan dapat menjadikan suatu variasi tindakan
keperawatan yang mudah, sederhana dan sangat bermanfaat bagi
pasien dalam meningkatkan kualitas tidur pasien.
3. Bagi bidang pelayanan keperawatan rumah sakit
Hasil penerapan dapat dijadikan acuan sebagai dasar untuk
pengembangan intervensi keperawatan non farmakologis untuk
meningkatkan kualitas tidur dan untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien yang pada akhirnya akan meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
4. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi untuk peningkatan pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam pembelajaran untuk penanganan gangguan tidur
tentang pengaruh penerapan aromaterapi lavender pada pasien post op
appendicitis.

Anda mungkin juga menyukai