BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi intravena atau yang biasa di sebut infus merupakan tindakan
memasukkan cairan kedalam pembuluh darah vena yang sering di lakukan
pada berbagai pusat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau tempat
pelayanan kesehatan lainnya, Tindakan pemasangan infus (pemberian
cairan intravena) juga merupakan tindakan pada kondisi gawat darurat
yang sangat menentukan keselamatan hidup pasien, maka dari itu perawat
yang bekerja di sebuah pelayanan kesehatan di tuntut untuk memiliki
kemampuan memberikan tindakan pemasangan infus (Bayhakki, 2017).
Infus juga dapat di gunakan untuk berbagai tujuan, seperti untuk
membantu pemasukan cairan bagi pasien yang mengalami dehidrasi, tidak
sadar, atau tidak dapat menelan, selain itu infus juga berfungsi sebagai
sarana memasukkan nutrisi atau eletrolit untuk memperbaiki gangguan
keseimbangan asam basa tubuh, sebagai sarana transfusi, dan salah satu
cara memasukkan obat kedalam tubuh, infus juga merupakan tindakan
pada kondisi gawat darurat yang sangat menentukan keselamatan hidup
pasien ( Bayhakki, 2017).
Penggunaan infus atau terapi intravena di berbagai pusat pelayanan
kesehatan terutama rumah sakit sangat banyak di inggris, di perkirakan
sekitar 25 juta pasien pertahun menggunakan infus selama perawatannya,
Pengguna infus saat ini sudah mulai meluas, tidak hanya di lakukan di
rumah sakit tapi sudah mulai di lakukan untuk perawatan pasien di rumah
(home care). (Bayhakki,2017). mengatakan bahwa pengguna infus telah
menjadi suatu hal yang biasa dimana 90% pasien rawat inap di rumah sakit
mendapat infus selama perawatannya. Menurut Depkes RI Tahun 2006
jumlah pemasangan infus di rumah sakit di Indonesia sebanyak (17,11%).
2
B. Rumusan Masalah
Pasien dengan keadaan cemas sendiri dapat di tangani dengan 2
cara baik secara teknik farmakologi maupun non farmakologi.Secara
farmakologi bisa di lakukan dengan cara pemberian obat pengurang rasa
cemas dan secara non farmakologi bisa di lakukan dengan salah satunya
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam, dan teknik musik klasik.
Rasa cemas jika tidak mendapatkan perhatian, maka rasa cemas
tersebut akan menimbulkan suatu masalah serius dalam pelaksanaan
keperawatan, kecemasan dapat diatasi dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Dan cara non farmakologi dapat dilakukan salah satunya
dengan teknik musik klasik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
untuk melakukan penelitian tentang. Pengaruhmusik klasik
(mozart)terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang di
lakukan pemasangan infuse ntravena di Rumah Sakit PUSRI Palembang.
7
C. TujuanPenelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
F. Keaslian Penelitian
- Uji statistik
chi scuare
prosedur pemasangan
infus di Instalasi
Gawat Darurat RSUP
Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado.
5 Purwaningtyas Variabel Mann Hasil penelitian pre- Variabel
Lisa Dwi Ari * independe Whitney menunjukkan ada eksperiment Dependen :
Arum Pratiwi ** n : U test perbedaan kecemasan kecemasan
relaksasi pasien gagal ginjal teknik
Pengaruh otot kronik yang akan sampling
relaksasi progresif menjalani terapi accidental
progresif hemodialisa pada sampling desainPretest-
terhadap tingkat kelompok intervensi Postest Control
kecemasan pada dan kontrol sebelum Group Design.
Variabel
pasien diberikan intervensi
Dependen
skizofrenia di dengan hasil p value
:
rumah sakit jiwa 0,000 (< 0,05) dan ada
kecemasan
daerah surakarta pengaruh hipnoterapi
Pasien
terhadap tingkat
skizofreni
kecemasan pasien
a
gagal ginjal kronik
yang akan menjalani
terapi hemodialisa di
RST Dr. Soedjono
Magelang tahun 2016
karena p value 0,018
(< 0,05)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan meningkatkan bahan persepsinya.Kecemasan ringan dapat
memotovasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
23
b. Kecemasan sendang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah
kelelahan meningkat, kecepatan denyut nadi jantung dan pernafasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak
optimal, kemampuan kosentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :
24
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat merugikan lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal
lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat
tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,
perasaan tidakberdaya, binggung, disorientasi. Kecemasan berat
mempunyai karakteristik :
1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil sajadan
mengabaikan hal yang lain.
2) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, pengelihatan kabur, serta tampak
tengang.
3) Respon kongnitif : tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan, serta lapang
persepsi menyempit.
25
a.Faktor predisiposisi
Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadi
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Faktor presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang
mengancam integritas fisik meliputi.
2. Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi
system imun, regulasi tubuh, perubahan biologis normal.
3. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri polutan lingkungan kecelakaan kekurangan nutrisi tidak
adekuatnya tempat tinggal
4. Sumber internal meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
5. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
30
7. Penatalaksanaan Kecemasan.
a. Terapi Individual
Adalah dengan mengajak klien mengeksplorasi rangsangan yang
menimbulkan ansietas, mengajari klien untuk menghambat respons
ansietas melalui penyelesaian dari analisis logis. Membantu klien
memahami bagaimana pikiran, perasaan dan situasi yang dapat
mencetuskan respons yang terantisipasi. Tingkatkan pengenalan pada
keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien dapat
memulai membentuk kontol pada semua aspek ke terbatasannya.
Mendorong klien untuk mengatasi kecemasan, seperti mengatakan
kamu dapat melewati segala ketegangan fisik. Mengkaji dan
memonitor gejala kecemasan, apakah ada keinginan untuk bunuh diri
(Pieter, 2011).
b. Terapi Kelompok
Adalah dengan mengajari klien strategi koping untuk kejadian
hidup yang penuh stres. Beri kesempatan klien untuk membuat
danmencoba cara-cara baru dalam bersikap dan berpikir. Dorong klien
untuk menggunakan teman kelompok dalam menenteramkan suasana
hatinya. Bantu klien mengidentifikasi kapan ansietas meningkat dan
metenreduksi proses ansietasnya (Pieter, 2011).
c. Terapi Keluarga
Adalah dengan mengajarkan kepada keluarga klien tentang
ansietas yang terjadi pada klien, mengajarkan kepada keluarga klien
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan komunikasi yang
efektif, mereduksi konflik keluarga dan mengajarkan tentang makna
kejujuran, empati, dan keterbukaan (Pieter, 2011).
d. Terapi Obat-Obatan
Menggunakan obat ansietas (terutama benzodiazepin), anti
depresan (seperti selective sorotonin reuptake inhibitor), inhibitor
oksidase monoamine (obat untuk panik berat) (Pieter, 2011).
32
e.Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain cemas, atau dapat yang dialami kerena pola mekanisme lain
bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke
hal-hal di luar cemas. Dengandi harapkan pasien tidak terfokus pada
cemas lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap
cemas bahkan meningkatkan toleransi terhadap cemas (Andarmoyo,
2013)
f.Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap cemas .Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan prekuensi lambat, berirama.Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman,
irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam
hati dan lambat bersama setiap inhalasi(“hirup, dua, tiga”) dan
ekshalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan
ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras dan bersama
pasien pada awalnya. Nafas yang lambat, berirama, juga dapat
digunakan sebagai teknik distraksi (Andarmoyo, 2013).
. g.Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang direncanakan secara khusus untuk mencapai
efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang
cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk
tindakan ini.Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya
yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu
klien untuk konsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan cara
menutup matanya (Andarmoyo, 2013).
33
h.Hipnosis
Hipnosis adalah sebuah teknik yang menghasilkan suatu keadaan
yang tidak sadarkan diri, yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang
dicapai oleh orang yang menghipnotisnya. Hipnosis dapat membantu
mengubah persefsi cemas melalui pengaruh sugesti positif .Suatu
pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri
dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai (Andarmoyo,
2013).
i.Akupuntur
Akupuntur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses memasukkan jarum-jarum panjang pada titik-titik strategis
pada tubuh untuk mencapai efek tarapeutik, karakteristik pelayanan
kesehatan oriental ini telah dikembangkan sejak periode 8000 dan
3000 SM. Terdapat fakta yang mengemukakan bahwa manusia
primitif menggunakan jarum batu untuk menembus kulit, yang
kemudian digantikan dengan tulang dan bambu (Andarmoyo, 2013).
j. Umpan balik biologis.
Umpan balik biologis sebagai sebuah proses tempat seorang belajar
untuk memengaruhi respons fisiologis yang reliabel, yang biasanya
tidak berada dalam kontrol polunter”. Teknik ini terdiri dari sebuah
program latian yang bertujuan membantu seseorang untuk
mengendalikan aspek-aspek tertentu dari sistem syaraf otonomnya.
(Andarmoyo, 2013).
34
D. Kerangka Teori
Manajemen kecemasan secara
farmakologi
1. Golongan Benzodiazepine
2. Golongan Non-Benzodiazepine:
Pemasangan Busporin (buspar)
infus intravena
Manajemen kecemasan secara non-
Kecemasan farmakologi
BAB III
KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang
ingin di teliti (setiadi, 2013) dalam peneliti ini peneliti bermaksud
melihat hubungan antara variabel independen. Pengaruh teknik musik
(mozart)terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang di
lakukan pemasangan infus intravena. Kerangka konsep ini dapat di
gambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Terdapathubungan
B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan
istilah yang akandi gunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna peneliti.
Pada definisi operasional akan di jelaskan secara padat mengenai unsur
penelitian yang meliputi bagaimana caranya menentukan variabel dan
mengukur suatu variabel (setiadi,2013)
39
Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Setelah
dilakukan
intervensi
musik klasik
(mozart)
(4.33)
40
C. Hipotesis.
Ada pengaruh teknik musik kalsik (Mozart) terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada pasien yang di lakukan tindakan pemasangan
infus intravena di ruang Plamboyan, rawat inap Rumah Sakit PUSRI
Palembang 2018.
41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah dengan memberikan
intervensi berupa musik klasik (Mozart) pada klien yang mengalami
kecemasan saat akan dilakukan tindakan pemasangan infus intravena.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan
desain penelitian “Pre-Eksperiment” dengan rancangan penelitian “ one
group pretest-posttest design “ yaitu suatu penelitian yang sudah
dilakukan observasi pertama ( pretest ) yang memungkinkan menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen atau
intervensi (Setiadi, 2013).
Bagan 4.1 Rancangan one group pretest-posttest
Pre-test Post-test
01 X1 02
Keterangan:
01 = Pengukuran pertama kecemasan pasien sebelum dilakukan
intervensi atau perlakuan pemberian terapi musik klasik.
X = Intervensi musik klasik (Mozart)
02 = Pengukuran kedua intensitas skala kecemasan setelah dilakukan
intervensi atau perlakuan pemberian teknik musik klasik.
42
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu katakteristik yang diamati yang mempunyai
variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat
diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.Variabel dibedakan
menjadi 2, yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat
(variabel dependen) (Setiadi, 2013).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah musik klasik
(mozrt), sedangkan variabel dependenya adalah tingkat kecemasan
pasien yang akan dilakukannya tindakan pemasangan infus intravena.
N : 403
𝛼
𝑍1− 𝑃( 1−𝑃)𝑁
2
n= 𝛼
𝑑 2 (𝑁−1 )+ 𝑍1− 𝑃 (1−𝑃 )
2
1,96.0,50 ( 1−0,50).403
n=
(0,10)2 (403−1 )+1,96.0,50(1−0,50)
1,96.0,50 (0,5).403
n = (0,01)(402)+1,96.0,50
(0,5)
197
n=
4,02+0,49
197
n=
4,51
= 43 responden
Keterangan
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang di inginkan (0,10)
Z1 : Standar devisiasi normal (1,96)
F : Target populasi 50%
44
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang akan di pasang infus intravena
2. Kesadaran pasien composmentris dan dapat berkomunikasi dengan
baik
3. Pasien yang pertama kali dilakukan pemasangan infus
b. Kriteria Ekslusi
1. Penderita dengan penurunan tingkat kesadaran
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di ambil dari data Rumah
Sakit Pusri Palembang pada tahun 2018 yang mendukung untuk
penelitian seperti data rekam medik, data pasien yang dilakukan
tindakan pemasangan infus yang ada di Rumah Sakit PUSRI
Palembang.
2. Prosedur Pengumpulan Data
a. Prosedur Administrasi
Peneliti ini menyampaikan surat permohonan izin penelitian
kepada Direktur Rumahsakit Pusri Palembang, kemudian surat
dibawa kediklat, setelah mendapat surat balasan dari diklat peneliti
lalu memintak izin kepada kepala Instalasi Rawat Inap dan Kepala
Ruangan, setelah itu baru mendapatkan izin untuk mengambil data
diruangan medical record dan meneliti pasien di Ruang Rawat Inap
Bedah.
b. Prosedur Penelitian
1. Dengan izin dari kepala ruangan, ruangan yang diteliti yaitu
ruangan rawat inap Bedah, peneliti menemui reponden yang ada
dan menjelaskan tujuan penelitian.
2. Populasi adalah klien yang akan dipasang infus dengan
pengambilan sampel disesuaikan dengan criteria inklusi yang telah
ditentukan dan dapatkan 43 responden dan tidak ada responden
yang droup out,
3. Mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar
persetujuan sebagai pernyataan setuju menjadi responden (informed
consent).
4. Peneliti menyerahkan kuesioner dan responden dipersilahkan untuk
memahami dengan membaca petunjuk penelitian.
5. Responden diberi waktu untuk mengisi kuesioner tingkat
kecemasan dan diberikan kepada responden untuk mengklarifikasi
pertanyaan yang kurang jelas.
46
2. Anisis Data.
a. Analisa univariat
Bersetujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo.2012).
analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variabel yang di teliti yaitu variabel devenden serta bertujuan
mendeskripsikan masing-masing variabel yang mencakup skor, scala
cemas saat akan pemasangan infus di Rumah Sakit Pusri Palembang.
b. Analisa Bivariat
Pada analisa bivariat ini di lakukan terhadap dua variabel yang
menghubungkan antara Pengaruh teknik musik klasik (mozart)
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang akan di
lakukan pemasangan infus intravena dengan menggunakan skala
pengukuran (Hospital Anxiety and Depression Scale/ HADS)
Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data digunakan untuk mengukur apakah ada data yang
didapatkan memiliki distibusi normal sehingga dapat dipakai dalam
statistik. Uji normalitas data apabila sampel <50 maka uji statistik
yang digunakan adalah uji Saviro Wilk dan apabila sampel >50 maka
digunakan adalah uji statistik Kalmogorov-Smirnov dengan nilai
masing-masing p volue > (0,05).
49
H. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa
rekomendasi dariinstitusi pendidikan dengan cara mengajukan
permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian
yang di tuju oleh peneliti, setelah mendapat persetujuan, barulah
peneliti menekankan masalah etika yang meliputi (Nursalam,2013)
1).Informed Consen
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan
di teliti responden harus memiliki kriteria inklusi. Lembar informed
consen harus di lengkapi dengan judul penelitian. Bila subjek
menolak, maka peneliti tidak memaksa dan harus tetap menghormati
hak-hak subjek. Pada penelitian ini Informen Consen di berikan
sebelum peneliti di laksanakan agar responden mengetahui maksud
dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama dalam
pengumpulan data, jika responden tersedia diteliti mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika responden
menolak, maka peneliti harus menghormati hak-hak responden.
50
3).Confidentiallity (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti, dan
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
peneliti Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu peneliti
menjelaskan bahwa data dari responden tidak akan di pergunakan
untuk hal-hal yang dapat merugikan responden sehingga responden
akan merasa terlindungi dari rasa ketidak nyamanan.
4).Benefience (Kemanfaatan)
Diberikan pada responden, tujuannya adalah untuk mengurangi
cemas yang di rasakan pada pasien saat pemasangan infus,
intervensi yang di berikan tidak merugikan responden atau tidak
menimbulkan bahaya bagi responden
5). Justice
Peneliti harus mampu menerapkan prinsip keadilan terutama
terhadap subjek maupun partisipan dalam penelitian yang akan
dilakukan. Peneliti sudah memberikan keadilan kepada setiap klien
dengan cara memberikan informasi, tindakan dan komunikasi yang
sama.
BAB V
HASIL PENELITIAN
3. Fasilitas Pelayanan
Pelayanan 24 jam
a. Gawat Darurat
b. Tindakan Bedah
c. Laboratorium
d. Instalasi Farmasi
e. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Jalan
1. Poli Spisialis
a. Penyakit Dalam : Ginjal & Hipertensi, Gastro-Entero-
Hepatologi, Alergi-Imunologi, Paru)
b. Kesehatan Anak
c. Kebidanan & Penyakit Kandungan
54
Pelayanan Unggulan
1) Hemodialisis
Layanan Hemodialis ini dapat membantu bagi yang
mengalami Gagal Ginjal dan memerlukan tindakan cuci darah
secara periodik ditangani oleh dokter spesialis Ginjal dan tenaga
paramedis yang ahli dibidangnya.
55
2. Medical Check Up
Selain melakuan Medical Check Up secara umum (General
Medical Check Up) juga melakukan :
a. Medical Check Up Untuk Tenaga Kerja Perusahaan
b. Medical Check Up Untuk Pelaut (Seafarer)
B. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Saikit Pusri
Palembang, Ruang Rawat Inap tanggal 20 maret - 7 april tahun 2018,
populasi pada penelitian ini adalah seluruh klien yang akan dipasang infus
intravena di Ruang Flamboyan Ruang Rawat Inap Rumah sakit Pusri
Palembang yang berjumlah 43 Responden. Hasil penelitian ini disajikan
dalam bentuk teks dan tabel, yaitu sebagai berikut.
2. Analisa Univariat
Analisis univariat ini digunakan untuk mempereroleh distribusi
frekuensi dan presentase yang dilaksanakan variabel dari hasil
penelitian yaitu tingkat kecemasan sebelum dan setelah di berikan
intervensi musik klasik (Mozart).
Variabel Mean SD
Kecemasan
Sebelum 10.98 1.286 %
Setelah 4.33 2.053%
3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini adalah untuk melihat pengaruh terapi
musik klasik (mozart) terhadap tingkat kecemasan dan melihat
adanya perbedaan antara kecemasan sebelum dan setelah
intervensi. Adapun hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
parametrik untuk melihat teknik musik klasik (mozart) terhadap
tingkat kecemasan, lalu dilanjutkan dengan uji statistik Dependent
T-test dengan tingkat konfidensi 95%.
59
Tabel 5.5
BAB VI
PEMBAHASAN
harus memakai infus. Orang tua pasien juga merasa kasihan jika
anaknya harus dipasang infus apalagi pemasangan infus dilakukan
dengan dua kali penusukan atau lebih, terlebih lagi komunikasi
teraupetik tidak dilakukan perawat sebelum melakukan
pemasangan infus.
Hal ini sependapat dengan penelitian (Sufriani, 2012) yang
menyatakan bahwa banyak klien memerasakan cemas, takut akan
dilakukannya tindakan pemasangan infus intravena. Mereka juga
terlihat emosional dalam menghadapi suatu tindakan-tindakan dan
pengobatan maupun perawatan yang ada di Rumah Sakit.
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan
yang tidak jelas dan gelisah sisertai respon otonom (sumber
terkadang tidak diketahui oleh individu). Kecemasan adalah
keadaan dimana seseorangmengalami gelisah atau cemas dan
aktivitas sistem syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman
yang tidak jelas dan spesifik (Munandar, 2016)
Menurut (Lestari, 2015) ada beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang termasuk diantaranya
adalah umur responden.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
rata-rata umur responden adalah 26-45 tahun atau tergolong dalam
umur dewasa dengan umur termuda yaitu 17 tahun dan umur tertua
yaitu 74 tahun. Menurut (Lestari. 2915). Bahwa umur yang lebih
muda lebih mudah terkena stress dan kecemasan dari pada umur
tua. Namun (Hawari, 2011) menyebutkan bahwa tingkat
kecemasan yang bisa dirasakan oleh semua responden itu berbeda-
beda, hal ini tergantung dari setiap responden dalam menghadapi
peristiwa yang mengancam jiwa. Tidak semua orang yang
mendapat stressor psikososial akan menderita gangguan
kecemasan, hal ini tergantung pada kebribadiannya orang dengan
yang berkepribadian pencemas lebih rentang untuk menderita
gangguan kecemasan atau dengan kata lain dengan kepribadian
62
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan kuesioner, dimana kuesioner sudah
tersedia alternative jawaban, yang terkadang dalam pengisiannya
klien kadang merasa bingung sehingga jawaban yang diberikan
kepada sang peneliti kurang memuaskan dan kebenaran informasi
dari kesungguhan dan kejujuran responden pada saat menjawab
pertanyaan yang telah disediakan. Oleh karena itu peneliti
menjelaskan kembali komponen pertanyaan yang tersedia di
kuesioner dan menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh klien
terkait dengan kuesioner yang telah diberikan.
Kondisi ruangan penelitian juga kurang memadai, hal ini
disebabkan karena kondisi ruangan yang cukup ramai, hal itu juga
yang menyebabkan responden menjadi lebih sulit untuk
berkonsentrasi untuk menikmati intervensi musik klasik (mozart)
tersebut, hal ini juga yang dapat mengurangi keefektifan dalam
menjalaninya suatu penelitian.
66
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pusri
Palembang pada tanggal 20 maret - 7 april tahun 2018, didapatkan
43 responden dengan sebagian besar responden berjenis kelamin
Laki-laki yaitu (62,8%). Dan responden dengan tingkat pendidikan
Tinggi adalah yang terbanyak dengan persentase (83,7%).
Kesimpulan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rata-rata skor kecemasan klien yang dilakukan pemasangan
infus intravena, sebelum dikasihkan intervensi musik klasik
(mozart) adalah 10.98 menunjukkan (kecemasan sedang).
2. Rata-rata skor kecemasan klien yang dilakukan pemasangan
infus intravena, setelah dikasihkan intervensi musik klasik
(mozart) adalah 4.33 menunjukkan (kecemasan ringan).
3. Ada pengaruh teknik musik klasik terhadap penurunan
kecemasan pada klien yang dilakukan pemasangan infus
intravena di Rumah Sakit Pusri Palembang yaitu dengan nilai
(p =0.000).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka penelitian
memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi Rumah Sakit Pusri Palembang setelah dilakukan
penelitian ini dan di peroleh data mengenai tingkat kecemasan pada
klien yang akan di pasang infus intravena hendaknya menjadi tolak
ukur untuk lebih meningkatkan sistem pelayanan asuhan
keperawatan yang komperhensif sehingga dapat mencegah
berbagai komplikasi. Selainitu juga hendaknya hasil penelitian ini
67