INTRANATAL CARE
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 2009).
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang
dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam
Muchtar, 2010).
B. Jenis Persalinan
a. Menurut cara persalinan.
1. Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta
tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.
3. Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau
pemecahan ketuban.
b. Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat
badan 1000 g dan 2499 g.
4. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih
5. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.
g. kepala didasar
1/5 H III - IV panggul
h. diperineum
HV
0/5
Ket :
: kepala janin
: PAP
HI : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajara dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
HV : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
a. Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
b. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
c. Keluaran urine adekuat.
d. Membran mukosa kental.
e. Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
a) Ukur masukan dan keluaran.
b) Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c) Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d) Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
e) Atur posisi klien tegak atau lateral.
f) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang.
Trauma jaringan, persalinan lama.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
a. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan fungsilaesa)
Intervensi :
a) Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
b) Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c) Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan menggunakan
tehnik aseptik.
d) Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
e) Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
f) Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam
akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
a. Kontraksi uterus adekuat.
b. Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
c. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk masase fundus.
b) Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
c) Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
d) Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
e) Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
f) Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi
tali pusat dan ketuban.
g) Berikan cairan peroral.
h) Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon
fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan nyerinya.
b. Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
c. Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
a) Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
b) Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
c) Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan salep
topikal.
d) Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
e) Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH
a. Klien menggendong bayinya.
b. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
b) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
c) Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
d) Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
e) Anjurkan dan bantu pemberian ASI
DAFTAR PUSTAKA
Pembukaan
serviks 10 cm
His dan
mengejan
Asam laktat
Peregangan Lahir
dan menekan
safaf
Keletihan Trauma
Pengeluaran jaringan
Nyeri akut darah
berlebihan Integritas
jar
terganggu
Resti kekurangan
volume cairan
Resti
infeksi
Pathway
KALA I